Anda di halaman 1dari 28

PROTEIN URINE

Cara menilai hasil :


  Tak ada kekeruhan                                             : -
  Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir   : + (protein 0,01-0,05%)
  Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir  : ++ (protein 0,05-0,2%)
  Kekeruhan jelas dan berkeping-keping   : +++ (protein 0,2-0,5%)
  Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++(> 0,5%)
GLUKOSA
Cara menilai hasil :
  Negatif (-)                   : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
  Positif (+)                 : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
  Positif (++)                  : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
  Positif (+++)               : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
  Positif (++++)             : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

pengukuran panggul luar


- distancia spinarum : 23 - 26 cm
- distancia cristarum : 26- 29 cm
- distancia tuberum   : 10,5 - 11 cm
- conjugata eksterna  : 18 - 20 cm

- panggul normal       : 80 - 90 cm
Distantia spinarum.
distancia spinarum : 23 - 26 cm
25—26 см

Distantia cristarum.
26- 29 cm
28—29 см
Distantia trochanterica.

31—32 см
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (meter) kuadrat

Prinsip dasar yang perlu Anda ingat: berat badan Anda naik perlahan dan bertahap, bukan
mendadak dan drastis. Institute of Medicine (IOM) merekomendasikan angka kenaikan berat
badan saat lahir sebagai berikut:

 IMT Anda sebelum hamil termasuk kategori rendah (di bawah 18,5)
Total kenaikan berat badan: 14-20 kg.
Kenaikan trimester pertama: sekitar 2,3 kg, lalu naik 0,5 kg per minggu hingga akhir
kehamilan.
 IMT kategori normal (18,5 s/d 24,9)
Total kenaikan berat badan: 12,5-17,5 kg.
Kenaikan trimester pertama: sekitar 1,6 kg dan naik 0,4 kg per minggu hingga akhir
kehamilan.
 IMT kategori tinggi (25 s/d 29,9)
Total kenaikan berat badan: 7,5-12,5 kg.
Kenaikan trimester pertama: sekitar 0,9 kg dan naik 0,3 kg per minggu hingga akhir
kehamilan.
 IMT kategori obesitas (di atas 30)
Total kenaikan berat badan: 5,5-10 kg.

Jika Anda hamil bayi kembar, kenaikan berat badan dianjurkan 18,5-27 kg jika IMT sebelum
hamil Anda normal. Jika IMT Anda tinggi, kenaikan berat badan yang dianjurkan 15,5-25 kg dan
jika Anda tergolong obesitas sebaiknya kenaikan berat badan saat hamil bayi kembar antara
12,5-21 kg.

PROSEDUR KLINIK : PEMERIKSAAN URINE IBU HAMIL ( GLUKOSA


URINE & PROTEIN URINE )

UJI PROTEIN

        Tujuan
Untuk mengetahui adanya protein didalam urin

        Dasar
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C,H,O dan N . Protein
sangat penting sebagai sumber asam amino yang digunakan untuk membangun struktur tubuh.
Selain itu protein juga bisa digunakan sebagai sumber energi bila terjadi defisiensi energi dari
karbohidrat dan/atau lemak. Sifat-sifat protein beraneka ragam, dituangkan dalam berbagai
sifatnya saat bereaksi dengan air, beberapa reagen dengan pemanasan serta beberapa perlakuan
lainnya.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi.
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang diserap oleh
tubulus ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Normal ekskresi protein biasanya tidak melebihi
150 mg/24 jam atau 10 mg/dl urin. Lebih dari 10 mg/dl didefinisikan sebagai proteinuria.
Adanya protein dalam urine disebut proteinuria.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal
(glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi,
multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih
(urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani,
urine yang pekat atau stress karena emosi.
Untuk mengetahui adanya protein di dalam urin dilakukan pemeriksaan. Prinsip dari
pemeriksaan ini terjadi endapan urine jika direaksikan dengan asam sulfosalisila.
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> +2 dengan cara
dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang dikumpulkan
sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam, proteinuria didefinisikan
sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam. Tingginya kadar protein dalam urin ibu hamil
dapat mengindikasikan terjadinya preeklampsi. Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi
dalam trimester kedua -kehamilan.
Tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Preeklampsia merupakan
suatu kondisi spesifik kehamilandimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak , 2004).Pemeriksaan protein urin
dibutuhkan oleh ibu hamil bila dicurigai mengalami preeklampsi ringan atau berat, dari hasil
pemeriksaan ini kita dapat memberikan asuhan kepada ibu hamil yangditujukan untuk mencegah
timbulnya masalah potensial yaitu terjadinya eklampsi.
Penetapam kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan timbulnya
kekeruhan pada urin. Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk
jumlah protein yang ada, maka menggunakan urinyang jernih menjadi syarat yang penting.Salah
satu uji protein urin yang cukup peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat.
Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-elektrik protein,
sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses
presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau yang
sengajaditambahkan ke dalam urin. Asam asetat yang dipakai tidak pentingkonsentrasinya,
konsentrasi antara 3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pHyang dicapai melalui pemberian
asam asetat. Urin encer yang mempunyai berat jenis rendah tidak baik digunakan untuk
percobaan ini. Hasil terbail padapercobaan ini diperoleh dengan penggunaan urin asam.
Ditemukannya protein urine merupakan tanda paling sering di jumpai pada preeklamsi,
penyakit ginjal, bahkan sering merupakan petunjuk dini dari latent glomerulo nephitis,Toxemia
gravidarum ataupun diabetic nephropathy. Selama kehamilan normal terdapat kenaikan
hemodinamika ginjal dan di ikuti dengan tekanan venarenalis. Pembentukan urine dimulai dalam
glomerulus, apabila filtrasi glomerulus mengalami kebocoran yang hebat, molekul protein besar
akan terbuang dalam urin sehingga menyebabkan proteinuria. Pada pasien yang telah menderita
penyakit parenkhim ginjal, Faktor kehamilan yang memasuki usia 20 minggu ini mungkin akan
memperberat kebocoran protein melalui urine. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran protein urine pada ibu hamil trimester II yang memeriksakan diri di bidan
praktek swasta Citra Mulia Kudus. Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei 2010 dengan
jumlah sampel di ambil secara purposif dan sampel di periksa secara semi kuntitatif dengan
metode statistik. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan urine pada ibu hamil trimester II
yang negative sebanyak 9 sampel. Positif satu sebanyak 19 sampel dan positif dua sebanyak dua
sampel. Pada pengukuran tekanan darah terdapat 6 ibu hamil yang mengalami hipertensi dan
dilihat dari kondisi kaki terdapat 3 orang ibu hamil yang mengalami edema. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut di harapkan kepada ibu hamil agar melakukan pemeriksaaan kehamilan secara
rutin sehingga perkembangan janin dapat dipantau.
Kandungan urine bergantung keadaan kesehatan dan makanan sehari-hari
yangdikonsumsi oleh masing-masing individu. Individu normal meempunyai pH antara5 sampai
7. Banyak faktor yang memperngaruhi pH urine seseorang adalah makanan sehari-hari dan
ketidakseimbangan hormonal. Warna urine adalah kuning keemasan yang dianggap berasal dari
emas.Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atauobat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan Mengandung bakteri.Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi danberbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi
racun yang akan dibuangkeluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melaluiurinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung didalam
urin. Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jeniscairan urin dan pH
serta suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputianalisis glukosa, analisis protein dan
analisis pigmen empedu.
Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode yang ditawarkan, mulai dari
metode uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalahanalisis secara
mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawahmikroskop sehingga akan diketahui
zat-zat apa saja yang terkandung di dalamurin tersebut, misalnya kalsium phospat, serat tanaman,
bahkan bakteri.
Reabsorpsi asam amino terutama terjadi di bagian awal tubulus kontortus proksimal yang
menyerupai proses absorpsi di usus halus. Karier utama dimembrane luminal merupakan
kotransport Na+ sedangkan karier di basolateraltidak bergantung pada Na+. Na+ di pompa
keluar sel oleh Na+, K+, ATP ase dan kemudian asam amino keluar sel melalui proses difusi
fasilitasi menuju cairan intertisium.
Proteinuria ditandai dengan adanya kekeruhan. Proteinuria ditentukan dengan berbagai
cara yaitu: asam sulfosalisilat, pemanasan dengan asam asetat, carik celup (hanya sensitif
terhadap albumin).
Penetapan jumlah protein ditentukan dengan urin 24 jam atau 12 jam, dengan cara
Esbach.

 
Pemeriksaan proteinuria
 Untuk menguji adanya kekeruhan , periksalah tabung dengan cahayaberpantul dan
dengan latar belakang yang hitam. Cara penilaian uji protein adalah sebagai berikut :

a        Cara pemanasan asam asetat


        Alat dan Bahan
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Penjepit tabung reaksi
3.      Rak tabung
4.      Pipet tetes
5.      Corong
6.      Pipet volume
7.      Lampu spiritus/ Bunsen
8.      Beker glass

Bahan :
1.      Asam Asetat 6%
2.      Urin patologis

        Cara Kerja


1.      Isi urine normal pada tabung 1 dan urin patologis pada tabung 2 hingga dua per tiga tabung
2.      Kedua tabung di miringkan, panaskan bagian atas urin  sampai mendidih
3.      Perhatikan apakah terjadi kekeruhan dibagian atas urin tersebut dengan cara membandingkan
dengan urin bagian bawah.
4.      Jika urine dalam tabung tidak terjadi kekeruahn  maka hasilnya negative
5.      jika urin dalam dalam tabung terjadi kekeruhan  maka tambahkan asam asetat 6% sebanyak 3-5
tetes.
6.      Panaskan lagi sampai mendidih, Jika urine kembali bening/kekeruahn menghilang maka
hasilnya negatif. Jika kekeruahn urin tetap ada maka hasilnya positif.
7.      Beri penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut

        Cara menilai hasil :


  Tak ada kekeruhan                                             : -
  Ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir   : + (protein 0,01-0,05%)
  Kekeruhan mudah terlihat dengan butir-butir  : ++ (protein 0,05-0,2%)
  Kekeruhan jelas dan berkeping-keping   : +++ (protein 0,2-0,5%)
  Sangat keruh, berkeping besar atau bergumpal : ++++(> 0,5%)

b        Prosedur yang lain :


1.      Dengan Dipstick

        Urin sewaktu

1.      Kumpulkan spesimen acak (random)/urin sewaktu.


2.      Celupkan strip reagen (dipstick) kedalam urin.
3.      Tunggu selama 60 detik, amati perubahan warna yang terjadi dan cocokkan dengan bagan
warna. 

Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis lebih dianjurkan untuk memperkecil


kesalahan dalam pembacaan secara visual. Dipstick mendeteksi protein dengan indikator warna
Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein
Bence-Jones, dan mukoprotein.
        Spesimen urin 24 jam

1.      Kumpulkan urin 24 jam


2.      masukkan dalam wadah besar dan simpan dalam lemari pendingin.
3.      Jika perlu, tambahkan bahan pengawet.
4.      Ukur kadar protein dengan metodekolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer kimiawi
otomatis.

1.      Dengan asam sulfosalisil:


1.      Dua tabung reaksi diisi masing-masingnya dengan dua ml urin yang akan diperiksa.
2.      Tabung yg pertama ditambahkan 8 tetes larutan Asam sulfosalisil 20% dan kemudian dikocok.
3.      Bandingkan dengan tabung yang kedua (yang tidak ditambahkan As. sulfosalisil 20%). Kalau
tetap sama jernihnya test terhadap protein “Negatif/ (-)”.
4.      Jika tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua, panasilah tabung pertama itu diatas nyala api
sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air mengalir :
  Jika kekeruhan tetap ada pada waktu pemanasan dan tetap ada juga setelah dingin kembali, tes
terhadap protein “Positif”.
  Jika kekeruhan itu hilang pada saat pemanasan &muncul lagi setelah dingin, lakukan pemeriksaan
Bence Jones.

UJI GLUKOSA

        Tujuan :
Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urin
        Dasar :
Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap
dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton
bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat)
berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak
mempunyai gugusan aktif (aldehid/ke ton bebas).
Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict
(terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan
perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh
larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar
tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa
secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan.

Hasil pemeriksaan reduksi untuk urin


1.      Cara benedict
        Alat dan Bahan
Alat :
1.      Tabung reaksi
2.      Penjepit tabung reaksi
3.      Rak tabung
4.      Pipet tetes
5.      Corong
6.      Pipet volume
7.      Lampu spiritus/ Bunsen
8.      Beker glass
Bahan :
1.      5 cc larutan benedict
2.      Urine patologis

        Cara Kerja


1.      Masukkan larutan benedict ke dalam  tabung reaksi sebanyak 5 cc
2.      Campurkan urin patologis 5 – 8 tetes ke dalam tabung yang telah berisi benedict
3.      Panaskan tabung di atas spritus/Bunsen dan sambil dikocok perlahan sampai mendidih
4.      Dinginkan dan amati terjadi perubahan warna atau tidak

        Cara menilai hasil :


  Negatif (-)                   : Tetap biru atau sedikit kehijau-hijauan
  Positif (+)                 : Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
  Positif (++)                  : Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
  Positif (+++)               : Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
  Positif (++++)             : Merah keruh ( > dari 3,5 % glukosa)

2.      Cara menggunakan carik celup

Pemeriksaan glukosuria dengan menggunakan carik celup

DAFTAR PUSTAKA
1.      Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal
2.      http://mahasiswakedokteranonline.wordpress.com/tag/uji-glukosa/

PEMERIKSAAN FISIK 
Tahap-tahap pelaksanaanya adalah sebagai berikut:

a.      PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT DAN KUKU:

  KULIT:
Tujuan: 
-         Untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
-         Untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka
   Tindakan:
I =  Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan
distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral
dingin atau hangat.

  RAMBUT:
Tujuan:
-         Untuk menbetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
-         Untuk mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:         
I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus

  KUKU:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
-         Untuk mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I =  catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing
karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d
5-15 detik.

b.      PEMERIKSAAN KEPALA:


Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
-         Untuk mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan:
I =  Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke
kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
  MATA:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata)
-         Untuk mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
Tindakan:
I =  Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak,
konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada
hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), 
medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)
            Inspeksi gerakan mata:
-    Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan
-      Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat)
-      Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi
-      Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap
lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
-         Berdirilah didepan pasien
-         Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
-         Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misal:
pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
-         Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau
jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai
tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat). 
Pemeriksaan visus mata:
-         Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
-         Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan
masing ada yang 6 dan 7 meter).
-         Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
-         Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
-         Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang
terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
-         Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
-         Misal: hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca
pada jarak 5 m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
 Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak
2 m.
P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan
akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.

  HIDUNG:
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
-         Untuk mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
          Tindakan:
I =  Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa

  TELINGA
Tujuan:
-         Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
-         Untuk mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
    I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
           Anak     :  Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya
serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.

                                Pemeriksaan pendengaran:


1)      Pemeriksaan dengan bisikan
-         Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
-         Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
-         Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
-         Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
-         Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
-         Bandingkan kemempuan mendengar telinga ka.ki
2)      Pemeriksaan dengan arloji
-         Mengatur susasana tenang.
-         Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
-         Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
-         Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
-         Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
3)      Pemeriksaan dengan garpu tala:
a.      Tes Rinne
-      Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
-      Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
-      Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
-      Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm,
dengan posisi parallel dengan daun telinga.
-      Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
-      Mencatat hasil pemeriksaan
b.      Tes Weber
-      Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau  jari
-      Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
-      Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas
pada satu sisi saja.
-      Mencatat hasil pemeriksaan
c.       Tes Swebeck
-      Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
-      Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.

  MULUT DAN FARING:


Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
-         Untuk mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
   I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan   faring:
-   Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
-   Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi
-   Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta
klien menjulurkan lidah dan berkata “AH”  amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring,
amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan
nyeri.
      Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai handscond,
kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL”  sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah
dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah
ada respon nyeri pada tindakan tersebut.

c.       LEHER
Tujuan:
-         Untuk menentukan struktur integritas leher
-         Untuk mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
-         Untuk memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
      I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
            Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
            Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
            Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah bisa
dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya
kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
      Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.

d.      DADA/THORAX
  PARU/PULMONALIS
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
-         Untuk mengetahui frekuensi, irama pernafasan
-         Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
-         Untuk mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
-         Mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I =  Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
      Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
-      Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla,
anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
-      Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10,
ibu jari ka.ki di dekatkan jangan samapai  menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5
cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki
sama atau tidak.
      Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
-      Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula
(posisi posterior) .
-      Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
-      Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke
posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
-      Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
-      Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
-      Ulangi/lakukkan pada dada anterior              
Pe/Perkusi =
-         Atur pasien dengan posisi supinasi
-         Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas
paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
-         Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi =
-            Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
-            Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian
dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels

  JANTUNG/CORDIS
I =  Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
-   Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta
ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
-   Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati
adanya pulsasi
-   Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat
pada area ini.
-   Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
-   Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
-   Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
-   Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
-   Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
-         Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
-         Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan
pulmonalis) pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…”  S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-
DUB”.

e.      PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
-         Untuk mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
-         Untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus
-         Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan
pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
      Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.

      HEPAR:
-         Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kira;kira pada interkosta ke 11-12
-         Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
      LIMPA:
-         Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
-         Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
-         Pada orang dewasa normal tidak teraba

      RENALIS:
-         Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
dibawah kosta kanan.
-         Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
-         Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur,
ukuran, dan respon nyeri.

f.        GENETALIA
TUJUAN
-         Untuk mengetahui adanya lesi
-         Untuk mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
-         Untuk mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
  Genetalia laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
                             P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari

  Genetalia wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris,
selaput dara, orifisium dan perineum.

g.      REKTUM DAN ANAL


Tujuan:
-         Untuk mengetahui kondisi rectum dan anus
-         Untuk mengetahui adanya massa pada rectal
-         Untuk mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid
Tindakkan:
-         Posisi pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi litotomi/terlentang kaki di
angkat dan di topang.
-         Inspeksi jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus
-         Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul dan atau
pelebaran vena pada rectum.

h.      PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL


Tujuan:
-      Untuk memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
-      Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu.

Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
-         Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada perbedaan
dengan meteran)
-         Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya kelemahan dan
kontraksi tiba-tiba
-         Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan pemeriksa
dan bandingkan tangan ka.ki
-         Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang lemah
sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.

TULANG/OSTIUM:
-         Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
-         Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka

PERSENDIAAN/ARTICULASI:
-         Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
-         Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
-         Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)

i.        PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI


Tujuan:
-         Untuk mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori,
motor dan reflek.
Tindakkan:
  Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
                                                                   I.            Olfaktorius/penciuman:
o  Meminta pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat. Apakah
pasien dapat mengenali aroma.
                                                                II.            Opticus/pengelihatan:
o  Meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas atau
tidak.
                                                             III.            Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil:
Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya  dan akomodasinya.
                                                              IV.            Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah
                                                                 V.            Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang:
Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek kornea (reflek nagatif
(diam)/positif (ada gerkkan))
Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada wajah  kaji nyeri menyilang pada kuit wajah
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot rahang
                                                              VI.            Abdusen/gerakkan bola mata menyamping:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka
                                                           VII.            Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:
Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, menggembungkan pipi, menaikan dan
menurunkan alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.

                                                        VIII.            Auditorius/pendengaran:


kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat.
                                                              IX.            Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah:
Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek  gag”
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
                                                                 X.            Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
Suruh pasien mengucapkan “ah”  kaji gerakkan palatum dan faringeal
Periksa kerasnya suara pasien
                                                              XI.            Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa,
kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan
                                                           XII.            Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.

  Pengkajian syaraf sensori:


Tindakkan:
-         Minta klien menutup mata
-         Berikkan rasangan pada klien:
Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada titik-titik yang
pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana
Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang
direasakan.
Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari,
meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti
suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
Stereognosis: berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan waktu beberapa
detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.

  Pengkajian reflex:
1.      Refleks Bisep
-         Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah)
-         Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain diatas
tendon bisep
-         Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks
2.      Refleks Trisep
-         Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
-         Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi
-         Meminta pasien untuk merilekkan lengan
-         Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang
-         Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek

3.      Refleks Patella


-         Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi
-         Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada
-         Pukul tendo patella, kaji refleks
4.      Refleks Brakhioradialis
-         Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
-         Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
-         Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
5.      Reflex Achilles
-         Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan
patella
-         Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa
-         Pukul tendo Achilles, kaji reflek
6.      Reflex Plantar (babinsky)
-         Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer
-         Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan
sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke
dalam.
7.      Refleks Kutaneus
a)      Gluteal
-         Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
-         Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
-         Reflek positif spingter ani berkontraksi
b)      Abdominal
-         Minta klien berdiri/berbaring
-         Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek
otot abdominal
-         Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan bawah ki.ka
c)      Kremasterik/pada pria
-         Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
-         Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang
-         Referensi 
-         Potter and Perry. (2004). Fundamental of nursing:Concepts,process & practice. Fourth
Edition.St. Louse, Missouri: Mosby-year Book,Inc.
-          Enykus, 2003, keterampilan dasar dan prosedur perawatan dasar, ed 1. Semarang, Kilat press
-         Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A.,(1999). Fundamental Keperawatan Konsep proses dan
praktek.EGC: Jakarta
-          
-         Pery, Anne Griffin, Potter, patricia A., Yasmin, Asih (editor). (1999). Buku Saku Ketrampilan
Dan Prosedur Dasar. EGC: jakarta
-          
-         Taylor, C., Lilis, C., and LeMone, P., ( 1998 ). Fundamental of Nursing : the art and science of
nursing care ‘Lippincott.
-          
-         Robert Priraharjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan ,cetakan II, Jakarta, EGC
-          
-         Indriana, 2004, Asuhan keperawatan dengan gangguan mata, ed.I, Jakarta, EGC

pengukuran panggul luar


- distancia spinarum : 23 - 26 cm
- distancia cristarum : 26- 29 cm
- distancia tuberum   : 10,5 - 11 cm
- conjugata eksterna  : 18 - 20 cm

- panggul normal       : 80 - 90 cm
Distantia spinarum.
distancia spinarum : 23 - 26 cm
25—26 см

Distantia cristarum.
26- 29 cm
28—29 см

Distantia trochanterica.

31—32 см
IMT = Berat Badan (kg) / Tinggi Badan (meter) kuadrat

Prinsip dasar yang perlu Anda ingat: berat badan Anda naik perlahan dan bertahap, bukan
mendadak dan drastis. Institute of Medicine (IOM) merekomendasikan angka kenaikan berat
badan saat lahir sebagai berikut:
 IMT Anda sebelum hamil termasuk kategori rendah (di bawah 18,5)
Total kenaikan berat badan: 14-20 kg.
Kenaikan trimester pertama: sekitar 2,3 kg, lalu naik 0,5 kg per minggu hingga akhir
kehamilan.
 IMT kategori normal (18,5 s/d 24,9)
Total kenaikan berat badan: 12,5-17,5 kg.
Kenaikan trimester pertama: sekitar 1,6 kg dan naik 0,4 kg per minggu hingga akhir
kehamilan.
 IMT kategori tinggi (25 s/d 29,9)
Total kenaikan berat badan: 7,5-12,5 kg.
Kenaikan trimester pertama: sekitar 0,9 kg dan naik 0,3 kg per minggu hingga akhir
kehamilan.
 IMT kategori obesitas (di atas 30)
Total kenaikan berat badan: 5,5-10 kg.

Jika Anda hamil bayi kembar, kenaikan berat badan dianjurkan 18,5-27 kg jika IMT sebelum
hamil Anda normal. Jika IMT Anda tinggi, kenaikan berat badan yang dianjurkan 15,5-25 kg dan
jika Anda tergolong obesitas sebaiknya kenaikan berat badan saat hamil bayi kembar antara
12,5-21 kg.

Anda mungkin juga menyukai