Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE METODE FEHLING

Metode Fehling
Prinsip Glukosa dalam urine akan mereduksi garam kompleks dari reagen Benedict
atau Fehling (ion cupri direduksi menjadi cupro) dan mengendap dalam
bentuk CuO dan Cu2O berwarna kuning hingga merah bata
Reagen Fehling A :
 CuSO4.5H2O 34,64 gr
 Aquadest 500 ml
 H2SO4 pekat (jika larutan kurang jernih)
Fehling B :
 KOH 77 gr
 Aquadest 500 ml
 KNaC4H4O6.4H2O 175 gr
Alat 1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Penjepit tabung
4. Pipet tetes
5. Lampu spritus
6. Karet penghisap
Sampel Urine

Landasan Teori
Urin adalah cairan sisa yang diekresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinari. Eksresi urin diperlukan untuk membuang sisa-sisa zat yang
disaring oleh ginjal. Urin diproduksi tiap harinya antara 1-2 liter, namun dalam kondisi tertentu
dapat diproduksi lebih atau bahkan sangat kurang.
Urin normal berwarna jernih transparan, warna kuning muda pada urin berasal dari zat
bilirubin dan biliverdin. Urin normal manusia terdiri dari air, urea, asam urat, ammonia, kreatinin,
asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida,dan garam, sedangkan pada kondisi tertentu dapat
ditemukan zat-zat yang belebihan misalnya vitamin C, obat-obatan.
Proses pembentukan urin melewati 3 tahap antara lain :
a.Proses filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus karena permukaan afferen lebih besar dari permukaan
efferent sehinnga terjadi penyerapan darah.
b.Proses reabsorbsi
Proses ini terjadi di tubulus ginjal atas dan bawah

c.Proses sekresi
Proses ini disebut juga proses penyerapan kembali urin sisa dari filtrasi dan reabsorbsi
Komposisi zat-zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang
diminumnya. Urin normal berwarna jernih transparan, sedang warna urin kuning muda berasal
dari zat warna empedu yaitu bilirubin dan biliverdin. Urin normal terdiri dari air, urea, asam urat,
amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-garam dan zat-zat yang
berlebihan di dalam darah misalnya obat-obatan, vitamin C.
Jumlah urin normal rata-rata 1 sampai 2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai jumlah
cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protein yang
dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan urea. Urin normal
berwarna bening orange pucat tanpa endapan, Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap
lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar dari 1.010 sampai 1.025
Tahun 2010, penderita Diabetes mellitus tipe 2 berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes
dan 10% sisanya merupakan diabetes mellitus tipe 1 yang populasinya meningkat seiring dengan
bertambahnya tahun dengan perbandingan yang sama. Penderita Diabetes mellitus tipe 2
disebut juga diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent-diabetes
mellitus/NIDDM) yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam korteks resistensi
insulin. Kelebihan glukosa dalam darah menyebabkan glukosa tidak dapat diproses seluruhnya,
sehingga dapat lolos keluar dari tubuh melalui urine
Glukosa yang keluar bersama urine dapat dilihat dengan pemeriksaan reduksi urine, pada
pasien Diabetes mellitus kadar glukosa urine melebihi nilai ambang batas ginjal yakni >180mg/dl.
Glukosa tersebut akan keluar melalui urine dan pada pemeriksaan glukosa urine hasilnya akan
positif, penundaan pemeriksaan reduksi akan menurunkan kadar glukosa dalam urine.
Penurunan kadar glukosa dalam urinedipicu oleh meningkatnya jumlah bakteri dalam urine.
Pemeriksaan urin terdiri dari pemeriksaan makroskopis yang meliputi pemeriksaan warna,
kejernihan, mikroskopis dan kimia urin. Metode yang dipakai untuk memperoleh hasil
pemeriksaan urin pun bermacam-macam, seperti metode konvensional dan metode carik celup.
Metode carik celup sering dipakai karena relative lebih cepat dan memerlukan sampel urin yang
sedikit, tapi faktanya metode konvensional juga masih sering digunakan, seperti pemeriksaan
glukosa.
Pemeriksaan glukosa urin termasuk pemeriksaan penyaring, dimana pemeriksaan
tersebut tidak hanya dapat digunakan untuk diagnosa suatu penyakit, tetapi juga dapat
mengetahui fungsi berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain-
lain. Salah satu pemeriksaan urine rutin adalah pemeriksaan makroskopis urine yakni pH urine.
Pemeriksaan pH urine disebut juga derajat keasaman urineatau ukuran konsentrasi ion hydrogen
urine. Dalam keadaan normal, pH urine berada dalam keadaan sedikit asam yakni berkisar 4,6-
7,5. Di kondisi tertentu misalnya pada penderita Diabetes mellitus, glukosa urine akan meningkat
dan urine yang dikeluarkan mengandung sejumlah besar asam, dengan demikian pH urine
bersifat asam . Pemeriksaan untuk menentukan adanya glukosa dalam urin dapat dilakukan
dengan berbagai macam metode.
Pengukuran glukosa dalam urin menggambarkan kadar glukosa secara tidak langsung,
selain itu juga dapat membedakan normoglikemia atau hipoglikemia. Pemeriksaan berikut dapat
dipakai untuk memantau glukosuria penderita diabetes mellitus, dengan uji reduksi seperti
benedict dan uji enzimatik berupa carik celup.
Tingginya kadar glukosa dalam urine dipengaruhi oleh:
1). Kadar gula dalam darah
2). Aliran darah ke Glomerulus
3). Tingkat reabsorpsi tubuler
4). Aliran urin
Jumlah bahan pereduksi yang dinyatakan sebagai glukosa dalam urine biasanya kurang
dari 0,1%. Jumlah ini tidak cukup untuk menyebabkan reaksi positif pada tes yang biasa
digunakan di laboratonum, oleh karena itu jika uji glukosa yang positif harus diteliti lebih lanjut
untuk memastikan kelainannya. Glukosa adalah gula yang paling sering ditemukan dalam urin,
meskipun gula lain pada keadaan tertentu dapat ditemukan seperti laktosa, fruktosa, galaktosa
dan pentosa. Dalam keadaan normal tidak ditemukan glukosa (negatif) dalam urine. Secara
kuantitatif dapat ditemukan hingga 0,8 mmol/L, namun tidak dapat terdeteksi dengan metode
pemeriksaan yang ada.
Adanya glukosa yang dapat dideteksi dalam urine dikenal dengan istilah glucosuria atau
glycosuria, kedua-duanya benar. Glukosuria terjadi jika kadar gula dalam darah atau kadar gula
dalam ultra-filtrat glomerulus melebihi kemampuan reabsorpsi tubulus renalis (disebut ambang
ginjal/Threshold), yakni 9-10 mmol / L. Keadaan glukosuria dapat bersifat fisiologik atau patologik
dan dokter yang merawatnya harus dapat membedakannya. Glukosuria biasanya terjadi jika
kadar gula darah lebih besar dari 180-200 mg / dL.
Glukosuria dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim gluko-
oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan warna dalam reagen
yang dipergunakan.
Renal glukosuria atau glukosuria tanpa hiperglikemi terjadi karena reabsorpsi tubulus
terhadap glukosa di bawah normal atau disfungsi tubulus. Kejadian seperti ini tidak patologik,
dapat terjadi setelah makan banyak atau karena stres emosi, pada keadaan galaktosemia,
cystinosis, lead poisoning dan mieloma. Renal glukosuria juga dapat terjadi pada wanita hamil,
hal ini karena GFR (Glumerulo Filtrate Rate) meningkat, akibatnya tidak semua glukosa yang
difilter dapat direabsorpsi.
Glukosa dalam urin dapat diperiksa dengan reagen strip dan reagen basah. Yang paling
sering digunakan ada 2 macam yaitu:
(1) Uji reduksi yang didasarkan pada reduksi ion logam tertentu oleh glukosa
(2) Uji enzimatik yang didasarkan pada aksi enzim glucose oxidase terhadap glukosa.
Reduksi ion logam seperti Cu++ (Benedict dan Fehling) bukanlah reaksi spesifik terhadap
glukosa, karena bahan pereduksi lain yang terdapat dalan urine juga dapat mereduksi ion logam.
Bahan pereduksi lain termasuk kreatinin, asam urat, asam askorbat, beberapa gula pereduksi
lain (pentosa, fruktose galaktose, laktose), asam glukuronik dari glukuronat, asam salicyluric dan
asarn homogentisat. Semua bahan pereduksi ini dapat menyebabkan reaksi positf palsu (tidak
menyatakan adanya glukosa dalam urine).
Pemeriksaan berdasarkan enzimatik, misalnya uji carik celup combur, merupakan reaksi
spesifik terhadap glukosa. Tetapi beberapa substansi seperti asam askorbat (vitamin C) kadar
tinggi, NaF, keton konsentrasi sedang, salisilat lebih dari 2 gram / hari, piridium, menyebabkan
kemampuan strip berkurang atau menghambat tes akhirnya terbukti negativ palsu.
Untuk pemeriksaan glukosa urine hal-hal yang harus dipersiapkan adalah :
1.Persiapan pasien
Pada umumnya tidak memerlukan persiapan khusus
2.Persiapan sampel
- Sampel (urin) harus terhindar dari kontaminasi.
- Wadah penampung hendaknya bersih dan kering
- Identifikasi sampel: nama, nomor, alamat, umur dan penggunaan pengawet urin
- Urinalisis harus dilaksanakan dalam waktu 2 jam setelah dikemihkan. Apabila terjadi
penundaan tes, maka urin harus disimpan dalam lemari pendingin
- Cara pengumpulan sampel yang digunakan adalah urin sewaktu
- Sampel urin yang dipakai untuk urinalisis adalah: urin sewaktu, urin pagi dan urin post prandial
Faktor yang mempengaruhi hasil pada pemeriksaan fehling yaitu pada reagen fehling
mengandung basa kuat (KOH), karena adanya basa kuat tersebut menyebabkan positif palsu
dimana semua reduktor terdeteksi sebagai glukosa. Selain itu faktor yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan kadar glukosa urine antara lain : pengaruh obat-obatan, zat bukan gula yang
mungkin mengadakan reduksi seperti formalin, trauma atau stress, merokok,aktifitas yang berat
sebelum diuji dilaboratorium dapat meningkatkan kadar glukosa

Prosedur Kerja
1. Isi tabung reaksi dengan 2 bagian reagen Fehling A dan 2 bagian reagen Fehling B,
serta satu bagian bahan urine ( bisa juga 2 ml Fehling A + 2 ml Fehling B + 1 ml urine ),
kemudian dikocok sampai rata.
2. Dengan menggunakan penjepit tabung, tabung tersebut lalu di didihkan diatas api
sampai mendidih selama 1-2 menit.
3. Perhatikan reaksi yang terjadi dan dicatat hasilnya.

Interpretasi hasil  Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna/tetap biru jernih
 Positif (+) : hijau kekuningan
 Positif (++) : kuning keruh
 Positif (+++) : jingga lumpur
 Positif (++++) : merah bata
Pustaka
1. Gandasoebrata,R. 2011. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta Timur : PT. Dian Rakyat
2. Pusdinakes 1983. Petunjuk Kimia Klinik Pengenalan Bahan Urine. Edisi I. Jakarta :
Depkes RI
3. Sinaga, Hotman. 2011. Urinalisis. Palembang : Multi Sarana
4. Sufia, Febrian, Zaenal Fikri, dan Iswari. 2018. Pengaruh Kadar Glukosa Urine Metode
Benedict, Fehling dan Stick Setelah Ditambahkan Vitamin C Dosis Tinggi/ 1000 mg. Jurnal
Analis Media Bio Sains, 5(2), 2
5. Nautu, Nasriani Utami. 2019. Gambaran Kadar Glukosa Urine Dan Berat Jenis Urine Pada
Penderita Diabetes Melitus Di Rsud.Prof.Dr. W. Z. Johannes Kupang Tahun 2019. Dikutip
dari : http://repository.poltekeskupang.ac.id/993/1/Nasriani%20Utami%20Nautu_KTI.pdf.
30 November 2019
6. http://repository.unimus.ac.id/345/2/12.%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai