Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KUALITATIF PROTEIN URINE

Dosen Pembimbing :

Dr. Eva Yuniritha, S.SiT, M.Biomed

Siti Sarah Yusdi, S.Si,M.Si

Wiwi Sartika, DCN, M.Biomed

Zurni Nurman, S.ST, M.Biomed

Instruktur Laboratorium :

Renita Afriza, SKM, M.Kes

Sri Nofriyanti, S.Si

Disusun Oleh:

LAILA FAUZA

202210618

SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA KELAS 2B

POLTEKKES KEMENKES PADANG

T.A 2020/2021
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ANALISIS KUALITATIF PROTEIN URINE

I. Hari/tanggal : Senin/25 Oktober 2021


II. Pratikum ke/Gol : 12 / 5
III. Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mengamati secara kualitatif perubahan -perubahan yang terjadi
pada test protein urine
2. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan spesimen dalam konteks
status gizi.
IV. Prinsip :
Protein bila dipanaskan akan mengalami koagulasi, sehingga akan membentuk suatu
presipitat.
V. Reagen/Bahan :
▪ Asam Asetat 6 %
VI. Alat :
▪ Test tube
▪ Hot plate/lampu spritus
▪ Pipet tetes
VII. Tinjauan Pustaka :
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi. Eksresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homepstasis cairan tubuh Homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena
sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin.
Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Molekul protein memiliki beberapa kandungan di antaranya karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen
dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Pemeriksaan protein urine adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
jumlah protein yang terdapat dalam urine. Jika ternyata diketahui terdapat kelebihan protein
dalam urine, hal ini dapat mengindikasikan penyakit tertentu, khususnya kelainan pada ginjal.
Protein dalam urine dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit yang mendasari. Contohnya
meliputi perbedaan tiap individu, proteinuria transien (kondisi jinak umum), atau efek samping
obat.
Adanya protein dalam urin disebut proteinuria. Proteinuria orang normal dan sehat
mengekskresikan sedikit protein dalam kemih samapai 150 mg/hari yang terutama terdiri dari
albumin dan globulin. Proteinuria dalam jumlah yang lebih dari 150 mg/hari dianggap patologis
adanya proinuria yang menetap hampir selalu mengarah pada penyakit ginjal terutama yang
mengenai glomerulus (Wilson, 1995). Albumin dan globulin dibentuk dihati dan hal ini
tergantung pada jumlah serta jenis dalam diet. Protein nabati terutama efektif dalam
pembentukan albumin, sedangkan protein hewani efektif membentuk albumin dan globulin.
Filtrat glomerulus mengandung kadar protein sangat rendah yang terdiri atas protein dengan
berat molekul rendah dimana zat-zat tersebut direabsorpsi oleh tubulus sehingga dalam urine 24
jam hanya mengandung 150 mg protein. Kadar protein dalam urin normal sangat sedikit,
biasanya kurang dari 10 mg/dl. Protein dalam urin >150 mg/hari disebabkan karena adanya
kerusakan pada membran kapiler glomerulus yang mengakibatkan lolosnya protein dengan berat
molekul besar dan masuk kedalam filtrat glomerulus atau karena gangguan mekanisme reabsopsi
tubulus.
Gejala klinis pada peningkatan kadar proteinuria berat seperti, glomerulonefritis akut atau
kronis, sindrom nefrotik, lupus nefritik, penyakit amiloid. Proteinuria sedang seperti, keracunan
obat (aminoglikosida), penyakit karditis, penyakit infeksi akut, myeloma multiple, keracunan
kimiawi. Proteinuria ringan seperti, pielnefritis kronis, penyakit ginjal polikistik, penyakit
tubulus ginjal.
VIII. Prosedur :
1. Masukkan urine jernih ke dalam test tube sampai 2/3 penuh.
2. Panaskan bahagian atas tabung reaksi/test tube selama 30 detik di atas api langsung
(pegang bahagian bawah tabung).
3. Perhatikan terjadinya kekeruhan di lapisan atas urine yang masih jernih.
4. Kekeruhan mungkin disebabkan oleh protein, kalsium fosfat, dan kalsium karbonat.
Tambahkan 3 -5 tetes larutan asam asetat 6 % bila kekeruhan karena kalsium fosfat atau
kalsium karbonat maka kekeruhan akan hilang, tetapi bila disebabkan oleh protein maka
kekeruhan akan tetap.
IX. Hasil dan Pembahasan :
No Nama pemeriksa Usia Prespitasi protein
Nilai Simbol Deskripsi
1 Anisa shofia 19 tahun Negatif - Tidak ada
kekeruhan

Pada praktikum kali ini yaitu uji protein melalui pencampuran asam asetat pada urin yang
bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan protein yang terkandung dalam urin. Pengamatan
ini dilakukan dengan cara memasukkan urin ke dalam tabung reaksi ½ hingga 2/3 tabung
kemudian tabung reaksi di miringkan hingga 45 derajat agar bagian atas tabung dapat dipanaskan
selama 30 detik. Pemanasan ini bertujuan untuk proses denaturasi pada urin agar terjadi
prespitasi pada urin. Selanjutnya berikan penyinara dan berikan latar belakang karton hitam agar
dengan mudah mengamati ada tidaknya kekeruhan pada urin setelah itu bandingkan dengan
bagian bawah tabung yang tidak dipanasi.
Apabila terjadi kekeruhan, mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin juga karena
Kalsium Fosfat atau Kalsium Karbonat.Lalu untuk menentukan kekeruhan terjadi akibat kalsium
fosfat atau tidak maka teteskan 3-5 tetes larutan asam asetat atau 3-6% maka kekeruhan akan
hilang. Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi bertambah keruh berarti uji protein tersebut positif.
Kemudian Panaskanlah sekali lagi bagian atas tebung tersebut sampai mendidih dan kemudian
berikan penilaian terhadap pemeriksaan protein urin tersebut dan catat hasil pengamatannya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
Pada pemeriksa urine anisa , di dapatkan nilai negative dengan deskripsi setelah di panaskan
selama 30 detik di atas api spritus adalah jernih atau tidak mengalami kekeruhan.
Pada praktek biokimia kualitatif protein dalam urine pada proses koagolasi jangan sampai
larutan mendidih dan hanya berlangsung 30 detik agar protein yang ada di dalam urine tersebut
tidak pecah. Pemanasan akan membuat protein sample terdenaturasi sehingga kemampuan
mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya
interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan non-
kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada pada kisaran suhu
yang sempit. Setelah 30 detik, tabung reaksi kami angkat,dan setelah diamati, larutan urin tetap
jernih dan tidak keruh.
Jika urine yang didapatkan keruh, maka protein didalam urine nya tinggi. Itu menandakan
ada gangguan nefron yang berfungsi sebagai penyaring protein. Biasanya orang yang protein
didalam urine nya tinggi itu disebut penderita syndroma Nefrotik.
Penyakit-penyakit yang terjadi jika kadar protein dalam urine tinggi:
• Gangguan ginjal
• infeksi ginjal
• infeksi saluran kemih
• gagal ginjal akut maupun kronis
• sindrom nefrotik
• glomerulonefritis.
Cara menurunkan kadar protein dalam urine :
• Mengatur pola makan
• mengonsumsi buah, sayur
• Cukup beristirahat
• Minum air putih
• Pemberian obat.
X. Kesimpulan :
1. Pada praktikum uji kualitatif urine didapatkan hasil tidak terjadinya kekeruhan pada
urine.
2. Tidak terjadinya kekeruhan artinya protein yang ada di dalam darah akan disaring oleh
glomerulus ginjal sehingga tidak akan mungkin didapat di dalam urine.
3. Sedangkan terjadi kekeruhan artinya ada kekeruhan artinya ada protein dalam urine
sehingga dikhawatirkan adanya gejala penyakit albuminuria.

XI. Daftar Pustaka :

PENUNTUN PRATIKUM BIOKIMIA GIZI


Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up):
Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor: Jakarta.
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Roberts, M. 1993. Biology Princeple and Processes, 1 sted. Thomas Nelson and Sons Ltd.
London.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika: Jakarta.
Hermaya, 2005, Ensiklopedia Kesehatan, Cipta Adi Pustaka, Jakarta

Padang, 25 Oktober 2021

Yang Membuat laporan

(Laila fauza)

202210618

Anda mungkin juga menyukai