Anda di halaman 1dari 13

“Cara Melakukan Deteksi Dini Masalah Gizi Makro dan Mikro

Melalui Analisa Data Riskesdas, Lembaga Kesehatan Pangan,


SKPG, SKDN, dan SDT”

Oleh :
Kelompok 7
Hanifah Fikriyah (202210616)
Laila Fauza (202210618)
Morin Harmi Zuleka (202210621)
 
 

1. Defenisi Deteksi Dini Masalah Gizi Makro dan Gizi Mikro


Deteksi Dini Deteksi dini adalah usaha-usaha untuk mengetahui ada tidaknya kelainan atau kerusakan fisik atau
gangguan perkembangan mental atau perilaku anak yang menyebabkan kecacatan secara dini dengan menggunakan
metode perkembangan anak.

Berdasarkan sudut pandang zat gizi, masalah gizi dibedakan menjadi

 Masalah Gizi Makro  Masalah Gizi Mikro

Gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan


Gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan
dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat-zat gizi
tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam
makro terdiri dari zat gizi yang dapat menghasilkan
makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi
kalori atau energi. Zat-zat gizi yang termasuk ke
mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro
dalam golongan zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak
menggunakan satuan mg untuk sebagian besar
dan protein.
mineral dan vitamin.
Gizi kurang

Suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu

sehingga tubuh akan memecah cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan

organ tubuh (Adiningsih, 2010).

Balita dikategorikan mengalami gizi kurang apabila berat badannya berada pada rentang Zscore ≥-2.0
s/d Zscore ≤-3.0 (Nasution, 2012). Anak dengan status gizi kurang ditandai dengan tidak adanya kenaikan
berat badan setiap bulannya atau mengalami penurunan berat badan sebanyak dua kali selama enam bulan
(Depkes, 2005).
Menurut Data Riskesdas 2018 Gizi Buruk dan Gizi
Kurang

Dimana gizi buruk pada tahun 2018


menurun sedangkan gizi kurang meningkat
2018, pravelensi gizi kurang,buruk
diinonesia paling tinggi NTT dan paling
rendah kepulaan Riau.
Sehingga tujuan deteksi dini adalah untuk
memberikan pengetahuan dan pemahaman serta
perhatian terhadap kondisi perkembangan anak,
yakni kondisi fisik dan motorik yang ada dalam
diri individu untuk menghindari dan
menanggulangi akan terjadinya gangguan-
gangguan.
2. Cara Melakukan Deteksi Dini Masalah Gizi Makro dan Gizi Mikro

A. Masalah Gizi Makro

1. KEP 2. Obesitas 4. KEK 5. Diabetes


3. Stunting
 Survey konsumsi • Survey konsumsi
• Survey konsumsi • Survey konsumsi  Survey konsumsi
 Antropometri • Antropometri • Antropometri  Biokimia
• Antropometri
• Klinis
 Klinis • Balita
Masalah Gizi Makro
 Vitamin
a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi sumber vit A seperti sayur dan buah)
1. Kekurangan Vit A
b) Bio Fisik (Test Fungsi fisik )

2. Kekurangan Vit B1 a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi sumber tiamin )


b) Test Bio Fisik (Test Radiologi Lesu, menurun nafsu makan dan depresi mental)

3. Kekurangan Vit B3 a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi sumber niasin)

b) Klinis (diare, dermatitis, dan demensia)

4. Kekurangan Vit C a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi sumber vitamin C seperti buah)
b) Test Bio Fisik (Test Radiologi yaitu Gusi berdarah,bintik bintik pada kulit)

5. Kekurangan Vit D a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi sumber Kalsium)


b) Test Bio Fisik (Test Radiologi yaitu pelebaran tulang lengan dan tulang pinggul dan
Kelainan bentuk dan merapuhnya , khususnya tulang pinggul)
 Mineral

1. GAKY 2. Anemia Gizi Besi


a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi garam) a) Survei konsumsi (seperti survei konsumsi protein hewani,
b) Biokimia protein nabati, sayuran)
c) Klinis (terdapat benjolan di bawah geraham) b) Biokimia (cek kadar Hemoglobin)
c) Klinis (wajah, telapak tangan, kuku terlihat pucat)

3. Osteoporosis
a) Survei konsumsi
b) Biokimia (tes darah)
3. Deteksi Dini Lembaga Kesehatan Pangan

Proyek Perubahan berjudul “Early Warning System (EWS) Ketahanan Pangan” merupakan langkah
terobosan yang dilakukan untuk mengintegrasikan analisis prognosa ketersediaan, kebutuhan dan harga
pangan berbasis information technology (IT).
Aplikasi Dashboard dengan brand PRO PANGAN telah berhasil diselesaikan sebagai alat analisis
data dan penyampaian informasi informasi mengenai situasi saat ini dan prediksi neraca dan harga
12 komoditas pangan strategis

Informasi melalui PRO PANGAN merupakan deteksi dini situasi ketahanan pangan nasional dan
provinsi untuk disampaikan kepada pengambil kebijakan, pelaku usaha pangan dan masyarakat.
 
4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (Skpg)

Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian/Ketua
Harian Dewan Ketahanan Pangan Nomor 43 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian rentan pangan dan gizi melalui
pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi.

Hasil SKPG dapat digunakan sebagai dasar pelaksanaan investigasi untuk menentukan tingkat
kedalaman kejadian kerentanan pangan dan gizi di lapangan serta intervensi dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan masyarakat.
5. SKDN

kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu sebagai upaya deteksi lebih


dini munculnya kasus gizi buruk atau gizi kurang, setidaknya ada 2 (dua) catatan penting
yang ditemukan di lapangan :
Pertama : cakupan penimbangan balita (D/S) di tingkat posyandu masih rendah.
Kedua : cakupan N/D di tingkat posyandu sebagai indikator keberhasilan penimbangan juga masih rendah,
yaitu ± 40%. (Kemenkes RI, 2012).
F3% hasil penimbangan balita yang dilakukan oleh kader dapat dianggap akurat (UNICEF, 2002).
Kondisi seperti ini tentunya akan berdampak buruk pada cakupan N/D karena ada kemungkinan
anak tidak tercatat dengan berat badan “naik” jika kader salah dalam menimbang, mencatat, atau
menginterpretasikan hasil penimbangan. Simbol N (naik), T (turun/tetap), dan BGM (bawah garis
merah) merupakan indikator yang digunakan untuk melakukan pemantauan pertumbuhan pada
balita.
6. SDT (Studi Diet Total)

berdasarkan analisis data dari riskesdas,


Lembaga Kesehatan pangan, SKPG, SKDN, dan SDT
. Kita dapat mengetahui maslah apa yang terjadi dan
bagaimana melakukan deteksi dini untuk mengatasi
masalah tersebut.

 
 Kesimpulan
1. Deteksi dini adalah usaha-usaha untuk mengetahui ada tidaknya kelainan atau kerusakan fisik atau
gangguan perkembangan mental atau perilaku anak yang menyebabkan kecacatan secara dini dengan
menggunakan metode perkembangan anak.
2. Tujuan deteksi dini adalah untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta perhatian terhadap
kondisi perkembangan anak, yakni kondisi fisik dan motorik yang ada dalam diri individu untuk
menghindari dan menanggulangi akan terjadinya gangguan-gangguan.
3. Metode deteksi dini mencakup gizi makro dan gizi mikro, dimana mencakup metode antropometri, survei
konsumsi, biokimia, klinis, test bio fisik, dan pada balita dilakukan dengan cara pemantauan setiap bulan.
Disesuaikan dengan permasalahan gizi yang dialami oleh seseorang tersebut.
THANK’S 

Anda mungkin juga menyukai