( ) ( )
TAHUN 2021
Judul: Intervensi Edukasi Diet Pada Remaja Obesitas Agregat Remaja RW 002/RT 002
Kampung Jawa Kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok
A. Latar Belakang
Overweight atau kelebihan berat badan adalah keadaan berat badan seseorang
melebihi berat badan normal. Obesitas merupakan timbunan triasil gliserol berlebih di
jaringan lemak akibat asupan energy berlebih dibandingkan penggunaannya (Indra,
2006). Obesitas juga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang dapat menurunkan
kualitas hidup. Obesitas terjadi jika dalam suatu periode waktu lebih banyak kalori yang
masuk melalui makanan daripada yang digunakan untuk menunjang kebutuhan energy
tubuh, yang selanjutnya energy berlebih akan disimpan sebagai triglliserida di jaringan
lemak. (Hastuti. 2019:1)
Metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur tingkat obesitas adalah
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang diperoleh dengan cara membagi berat
badan seseorang dengan kuadrat tinggi badan (kg/m2). Indeks masaa tubuh dapat
digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang berisiko terkena penyakit
tertentu. Obesitas adalah keadaan terjadinya peningkatan ukuran dan jumlah sel lemak.
(Hastuti. 2019:1)
Obesitas ditandai dengan penumpukan lemak yang berlebihan atau terjadi dalam
kompertemen jaringan adipose yang berbeda. Proses adiposagenesis dapat terjadi
sepanjang hidup, tetapi terutama pada dua periode sensitive, yaitu periode setelah
kelahiran dan periode pubertas. Gangguan metabolism ini diketahui terjadi ketika ada
ketidakseimbangan antara asupan energy dan energy yang dikeluarkan. Faktor yang
menyebabkan obesitas yaitu ada faktor genetic dan juga faktor dari lingkungan.
Berat badan saat massa remaja menjadi predictor yang sangat baik untuk
mengetahui risiko seseorang dapat terkena obesitas atau penyakit yang merugikan dimasa
depan. Remaja yang kelebihan berat badan saat massa remaja kemungkinan menjadi
obesitas meningkat 20 kali lipat dibandingkan saat massa kanak-kanak. Anak remaja
sebanyak 70% hingga 80% yang kelebihan berat badan memiliki orang tua yang
badannya juga berlebih, sedangkan hanya 54% hingga 60% anak remaja mengalami
kelebihan berat badan, tetapi berat badan orang tuanya normal. Terlepas dari kepentingan
status berat badan seseorang saat massa kanak-kanak atau remaja, sangat penting untuk
memberikan edukasi bahwa individu dengan berat badan berlebih akan menyebabkan
perkembangan penyakit di masa mendatang. (Hastuti. 2019:8)
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi remaja adalah sbb:
1) Aktivitas dan tampilan fisik
Kebutuhan nutrisi remaja berdsarkan pada BMR individual beserta intensitas, lama,
frekuensi dan tipe aktivitas yang dilakukan. Bila program latihan sangat berat energy
yang dibutuhkan oleh seorang atlet bisa mencapai 3000-6000 kkal/hari bahkan lebih.
Remaja yang berolahraga paling tidak memerlukan tambahan energy sekitar 600-
1200 kkal/hari (Rachmawati. 2012: 6)
2) Kehamilan dan kontrasepsi
Remaja dalam keadaan hamil membutuhkan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan
yang tidak. Dukungan ekstra energy dan nutrisi dibutuhkan pertumbuhan jaringan ibu
hamil, seperti payudara dan uterus dan plasenta. Kebutuhan energy dan zat gizi
remaja hamil tidak berbeda dengan wanita dewasa yang hamil.
3) Penyakit kronis dan kecacatan
Pada remaja dengan penyakit kronis atau kecacatan, kebutuhan zat gizinya mungkin
lebih tinggi, baik untuk menjaga keadaan medisnya maupun diperlukan selama
pengobatan penyakitnya (Rachmawati. 2012: 7)
Penilaian status gizi pada obesitas
Diagnosis obesitas dapat ditegakkan melalui penilaian status gizi secara langsung.
Penilaian status gizi adalah pemeriksaan terhadap keadaan keadaan gizi seseorang.
Penilaian status gizi secara langsung, antara lain dapat dilakukan dengan metode
antropometri. (Sudargo, dkk. 2014:7)
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Metode antropometri yang
dapat digunakan untuk menentukan obesitas pada seseorang antara lain indeks massa
tubuh (IMT).
Obesitas pada orang dewasa ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
atau Body Mass Indeks (BMI). IMT adalah pengukuran antropometri untuk menilai
apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal. IMT
didapatkan dengan cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m2)
IMT= BB
TB X TB (m)
Pengukuran berat badan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan berat
badan. Sementara itu, pengukuran tinggi badan dapat dilakukan dengan menggunakan
Microtoise. (Sudargo, dkk. 2014:7)
Microtoice dengan ketelitian 0,1 cm
Timbangan berat badan (Merek Hanson) dengan ketelitian 0,5 kg
DISTRIBUSI PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG NUTRISI PADA
REMAJA DI WILAYAH RW/RT 002/002 KAMPUNG JAWA, TANJUNG HARAPAN,
KOTA SOLOK TAHUN 2021 (N = 20)
14
12 13 13 BAIK
12
10
8
KURAN
8 G BAIK
6 7 7
4
2
0
PENGETAHUAN SIKAP PERILAKU
B. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dibuktikan dengan
banyaknya remaja yang memberikan pernyataan yang seharusnya benar mengenai nutrisi
dengan pernyataan salah di remaja RT 002/ RW 002 Kampung Jawa
2. Media
1) Alat Tulis
2) Infokus
3) Speker
4) Laptop
5) Timbangan Badan
6) Microtoa
7) Leaflet
b. Sasaran
Persiapan yang harus dilakukan remaja adalah:
1) menyiapkan fisik dan kehadiran
2) mendengarkan dan memahami materi yang disampaikan
3) terlibat dalam diskusi dan pemeriksaan
5. Evaluasi Implementasi
a. Kriteria Struktur
1) Waktu pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal
2) Alat perlengkapan media tersedia
3) Remaja siap untuk melakukan kegiatan
4) Remaja bisa menyampaikan informasi dengan baik
b. Kriteria Proses
1) Remaja dapat memahami tentang pengertian obesitas
2) Remaja dapat memahami tentang penyebab Obesitas
3) Remaja dapat memahami tentang faktor genetic penyebab obesitas
4) Remaja dapat memahami tentang faktor resiko obesitas pada remaja bagian
pertama dan kedua
5) Remaja dapat memahami tentang bahaya obesitas pada anak
6) Remaja dapat memahami tentang bahaya obesitas bagi kesehatan
7) Remaja dapat memahami tentang dampak obesitas
8) Remaja dapat memahami tentang tips mencegah obesitas bagian 1-3
9) Remaja dapat memahami tentang tips mencegah obesitas untuk anak dan remaja
10) Remaja dapat memahami tentang cara praktis mengatasi obesitas
11) Remaja dapat memahami tentang pedoman gizi seimbang untuk kebutuahn gizi
sehari-hari
c. Kriteria Hasil
1) Remaja dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji
2) Remaja dapat mengulangi Kategori nilai IMT
6. Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas di Agregat Anak Usia Sekolah
No Data Diagnosis Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan1.
1. Hasil Wawancara Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan
1. Sebagian besar remaja berhubungan dengan selama 30 menit, tingkat Tindakan
di RW 002/RT 002 kurangnya pengetahuan pengetahuan meningkat Observasi
masih memiliki dibuktikan dengan dengan kriteria hasil: 1. Mengidentifikasi kesiapan dan
pengetahuan kurang banyaknya remaja yang 1. Perilaku sesuai anjuran kemampuan menerima
mengenai nutrisi pada memberikan pernyataan meningkat (5) informasi. Kesiapan remaja
remaja yang seharusnya benar 2. Verbalisasi minat dalam menerima informasi tentang
mengenai nutrisi dengan belajar meningkat (5) obesitas.
Hasil Instrumen pernyataan salah di remaja 3. Kemampuan menjelaskan 2. Mengidentifikasi faktor-faktor
1. Terdapat 65 % RT 002/ RW 002 pengetahuan tentang suatu yang dapat meningkatkan
remaja di RW/RT Kampung Jawa topik meningkat (5) motivasi remaja agar tidak
002/002 yang 4. Kemampuan terjadi obesitas
berpengetahuan menggambarkan 3. Terapeutik
kurang baik pengalaman sebelumnya 1. Menyediakan materi tentang
mengenai kebutuhan yang sesuai dengan topik obesitas dan media pendidikan
nutrisi pada remaja meningkat (5) kesehatan mencegah obesitas
2. Dari hasil pengkajian 5. Perilaku sesuai dengan 2. Menjadwalkan pendidikan
ditemui 5% remaja pengetahuan meningkat (5) kesehatan sesuai kesepakatan.
yang mengalami 6. Pertanyaan tentang masalah Pendidikan kesehatan tentang
obesitas di RW 002 yang dihadapi menurun (5) mengukur tinggi dan berat
RT 002 7. Persepsi yang keliru badan yang akan dilakukan pada
terhadap masalah menurun hari sabtu, 27 februari.
(5) 3. Memberikan kesempatan remaja
8. Menjalani pemeriksaan untuk bertanya saat pendidikan
yang tidak tepat menurun kesehatan
(5) Edukasi
9. Perilaku membaik (5) 1. Menjelaskan faktor resiko dari
obesitas
2. Mengajarkan remaja cara
memantau berat badan dan
tinggi badan supaya tidak
obesitas
3. Mengajarkan cara mengukur
IMT dan Penggolongannya
7. Materi ( Kemenkes, 2020)
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy
expenditure) dalam waktu lama.
(WHO, 2000)
Dampak Obesitas
1. Sleep Apnoe/ henti napas waktu tidur
2. Asma
3. Kanker Payudara
4. Perlemakan hati
5. Penyakit Kandung Empedu
6. Ginjal
7. Prostat
8. Varises
9. Stroke
10. Diabetes Melitus Tipe 2
11. Penyakit Jantung Koroner
12. Hipertensi
13. Colon
14. Hormon reproduksi abnormal
15. Polikistik ovarium sindrom
16. Osteoarthritis (radang sendi) lutut dan panggul
17. Asam urat dan gout
Cara Praktis Mengatasi Obesitas: Tata Laksana dari Pola Makan, Bagian 2
1. Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber serat, yaitu : sayur yang diolah
dengan cara direbus, dikukus, dan ditumis dengan sedikit minyak
2. Menghindari buah-buahan yang mengandung energi tinggi yaitu : durian, alpukat,
nangka, sawo, mangga, cempedak, pisang, srikaya
3. Mengkonsumsi buah sebagai makanan selingan
4. Meningkatkan konsumsi cairan minimal sepuluh gelas sehari (dapat dari air putih
dan kuah sayur)
5. Porsi makan kecil
b. Pola aktivitas
1. Meningkatkan aktivitas fisik paling sedikit 1 jam per hari secara terus-menerus.
2. Latihan fisik kombinasi aerobik (naik sepeda, jogging, renang, dan golf) dan
anaerobik (senam pernafasan, karate, lompat tinggi, dan angkat berat) dengan
frekuensi 3 - 5 kali seminggu dan durasi 40 - 60 menit setiap kali latihan, serta
intensitas sesuai dengan denyut nadi maksimal berdasarkan umur dan kemampuan
(intensitas dinaikkan secara bertahap), seperti tabel berikut:
20 – 24 144 – 174
25 – 29 140 – 169
30 – 34 136 – 165
45 – 49 126 – 152
50 – 54 122 – 148
55 – 59 119 – 143
60 – 64 115 – 139
Berikut ini panduan makan gizi seimbang "Isi Piringku" yang dibuat oleh Kemenkes RI.
Panduan "Isi Piringku" dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
1) Makanan Pokok
2) Lauk pauk
Lauk-pauk terdiri dari protein hewani dan nabati. Beberapa jenis sumber
protein hewani misalnya seperti daging sapi, dan kambing, ayam, bebek, ikan
dan makanan laut lainnya, telur, susu dan hasil olahannya yang berasal dari
hewan. Sementara, lauk-pauk nabati berupa tahu, tempe, dan kacang-
kacangan yang mana semua makanan tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Dalam satu piring, panduan makan gizi seimbang, disarankan makan lauk
hewani
a. 75 gram ikan kembung
b. 2 potong ayam tanpa kulit ukuran sedang (80 gram)
c. 2 potong sapi ukuran sedang (70 gram).
4) Buah-buahan
5) Minum air putih yang cukup dan aktivitas kebersihan serta olahraga
Tidak hanya makanan, panduan makan gizi seimbang "Isi Piringku" yang
dibuat oleh Kemenkes juga meliputi minum air putih 8 gelas per hari, mencuci
tangan, dan berolahraga fisik.
Minum gelas 8 hari dalam sehari dapat memelihara fungsi ginjal, menghindari
dehidrasi, mengurangi risiko kanker kandung kemih, memperlancar pencernaan,
merawat kulit, dan dapat mengontrol kalori.
Sebelum dan sesudah makan, disarankan juga untuk mencuci tangan
menggunakan sabun, selama 20 detik di bawah air mengalir dengan cara yang
benar. Hal ini agar dapat mencegah dari kuman, virus dan bakteri yang
berbahaya yang bisa menyerang tubuh sehingga tubuh mudah jatuh sakit.
Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dapat mencegah penyakit
seperti diare, hepatitis A, dan cacingan.
Itulah gerakan hidup sehat yang dianjurkan oleh Kemenkes untuk mencegah
berbagai macam penyakit dan meningkatkan daya tahan tubuh terutama bagi
anak-anak.
Meskipun Anda sudah makan makanan gizi seimbang dengan porsi sesuai,
penting untuk melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari. Hal ini
tidak hanya untuk membakar kalori, tetapi juga memiliki banyak manfaat untuk
tubuh dalam mencegah penyakit dan kesehatan mental.
Pola makan piring T adalah dalam satu piring 1/2 bagian piring di penuhi
dengan sayuran dan buah-buahan, 1/4 bagian piring di isi dengan protein dan 1/4
bagian piring di isi dengan karbohidrat berupa beras merah, whole grain.
sesuai dengan tema hari obesitas sedunia yaitu dengan melakukan gerakan
lawan obesitas dengan cara mencegah penyakit obesitas dengan melakukan pola
makan isi piring ku, banyak melakukan aktivitas fisik, memperbanyak makan
buah dan sayuran dan tidak merokok dan minum alkohol.
Daftar Pustakan
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Defisini
dan Indikator Diagnostik Edisi I Cetakan III (Revisi) Jakarta Selatan: Dewan Pengurusan Pusat
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI .2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defisini dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II.Jakarta Selatan: Dewan Pengurusan Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defisidan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta Selatan. Dewan Pengurusan Pusat PPNI