Anda di halaman 1dari 18

PENERAPAN TEORI BALANCED SCORECARD

Disusun guna memenuhi tugas Gizi Kesehatan Masyarakat

Dosen pengampuh : Dr. Widysusanti Abdulkadir, S.Si, M,Si., Apt

OLEH :

KELOMPOK IV

1. Rivaldo I. Berahim

2. Pricillia Josina Yacomina Antou

3. Regina Putri Hamzah

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. dr. Vivien Novariana A. Kasim,
M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Gorontalo, oktober 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Permasalahan kesehatan khususnya gizi merupakan masalah yang masih perlu


diperhatikan di dunia. Permasalahan gizi sekarang ini sudah kompleks, bukan hanya double
burden bahkan telah menjadi triple burden yaitu undernutrition, overnutrtion, dan defisiensi
micronutrient. Permasalahan gizi pada kelompok yang rentan terutama pada anak memiliki
risiko yang lebih besar untuk terjadinya mortalitas. Anak-anak di bawah umur lima tahun
memiliki risiko ganda termasuk kemiskinan, malnutrisi, kesehatan yang buruk, dan stimulasi
buruk di lingkungan rumahnya yang berdampak pada perkembangan kognitif, motorik, dan
sosial emosional khususnya pada negara berkembang (Grantham-Mcgregor et al., 2007). Gizi
buruk pada seribu hari pertama kehidupan anak dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat
yang tidak dapat dirubah pada saat mereka sudah dewasa, seperti gangguan kognitif yang
dapat mengurangi kinerja di sekolah dan saat mereka bekerja (Miller et al., 2016)

Indonesia merupakan salah satu negara yang prevalensi gizi kurang pada balita masih
cukup tinggi. Prevalensi nasional memberikan gambaran fluktuatif dari 18,4 persen pada
tahun 2007 dan menurun menjadi 17,9% pada tahun 2010, dan meningkat lagi menjadi
19,6% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013). Kurang gizi akan berdampak langsung
terhadap fungsi sistem neuron dari susunan pusat saraf dimana zat besi diketahui memiliki
peranan yang sangat penting yaitu sebagai metabolisme transmitter pada sistem susunan
pusat saraf yang memegang komando terhadap semua fungsi tubuh. Efek tidak langsung dari
kekurangan gizi yaitu anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu
berkonsentrasi. Sehingga pada keadaan kurang gizi perkembangan kognitif anak terhambat
dan aktivitas tubuhnyapun menurun (Irianto, 2014).

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Triple Burden of Malnutrition ?


2. Apa saja Faktor Penyebab Terjadinya Triple Burden of Malnutrition ?
3. Dampak apa saja yang akan ditimbulkan dari Triple Burden of Malnutrition ?
4. Bagaimana bentuk pengendalian yang dilakukan ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triple Burden of Malnutrition
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Triple Burden of Malnutrition
3. Untuk mengetahui dampak yang di timbulkan oleh Triple Burden of Malnutrition
4. Untuk mengetahui cara pengendalian Triple Burden of Malnutrition

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Triple Burden Malnutrition

Tiga beban masalah gizi atau Triple Burden of Malnutrition (TBM) adalah
masalah gizi yang mencakup undernutrisi (stunting dan wasting), defisiensi zat gizi mikro
dan obesitas (WHO, 2016). Masalah tersebut merupakan penyumbang terbesar secara
global dan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan setiap negara (The Committee on
World Food Security, 2017). Jadi, Triple Burden of Malnutrition adalah tiga beban
masalah gizi yang meliputi undernutrition, overnutrition dan micronutrient deficiency
yang terjadi dalam satu waktu di suatu wilayah. Berikut adalah penjelasan dari tiga
masalah gizi yang terjadi di Indonesia :

a. Stunting : Disini stunting masuk dalam kategori undernutrition, stunting


sendiri yaitu keadaan dimana anak berbadan lebih pendek untuk anak
seusianya. Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu lama,umumnya karena asupan makan
yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Faktanya, 30,8% balita di Indonesia
mengalami stunting (Riskesdas, 2018), dan perlu mendapat perhatian lebih
karena akan menimbulkan dampak jangka panjang dalam kehidupannya, yaitu
berkurangnya tingkat produktifitas seseorang saat usia muda, dan juga
meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular saat tua (The World
Bank, 2015).
b. Overweight dan Obesitas : Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan
obesitas. Overweight dan obesitas adalah suatu kondisi dimana perbandingan
berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan secara
universal, namun merupakan dua hal yang berbeda Overweight adalah berat
badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah kelebihan

6
akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk diukur,
berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak (CDC, 2010).
Maraknya kedai cepat saji dengan harga yang murah akan berpeluang bagi
masyarakat umum untuk mengonsumsi lebih banyak makanan cepat saji yang
tinggi kalori. Hal tersebut dapat meningkatkan faktor risiko untuk terjadinya
obesitas (NHLBI, 2018). Jika obesitas terjadi, dampak yang ditimbulkan akan
berlangsung seumur hidup, seperti metabolik sindrom, diabetes mellitus tipe
II, penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit liver, dislipidemia, dan lain-lain
(NHLBI, 2018).
c. Micronutrient Deficiency : Micronutrient Deficiency yaitu kekurangan zat gizi
mikro seperti vitamin dan mineral (Vitamin A, Asam Folat, Iodium, Zat Besi
dan Seng). Gangguan yang terjadi akibat Micronutrient Deficiency antara lain
seperti Anemia Gizi, KVA (Kekurangan Vitamin A) dan GAKI (Gangguan
Akibat Kurang Iodium). Sedangkan defisiensi zat mikro yang sering terjadi
adalah anemia zat besi yang akan berdampak pada keterlambatan
perkembangan dan gangguan perilaku (CDC, 1998). Anemia gizi juga
menyerang tiap kelompok umur terutama anak-anak, wanita hamil dan wanita
usia subur.

Grafik dibawah ini menunjukkan perbandingan status gizi / Triple Burden


Malnutrition di Indonesia dalam (%) persentase :

Triple Burden Malnutrition di Indonesia


70
59
60
48.9
50
40 35.4 37.1 36.8 37.2
30.8
30 26.3
19.1
20
10
0
Overnutrition Defisiensi Mikronutrient Stunting

2007 2013 2018

Sumber : Hasil Riskesdas 2018

7
Bisa dilihat bahwa prevalensi overnutrition atau gizi lebih mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, defisiensi mikronutrient mengalami peningkatan pada tahun 2007 yaitu
sebesar 59%, sedangkan untuk stunting posisi paling tinggi berdasarkan Riskesdas 2013
yaitu sebesar 37,2% dan berhasil diturunkan sebesar 30,8%.

2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Triple Burden of Malnutrition

Sebuah studi Bank Dunia menyoroti empat faktor utama di Indonesia:

1. Lingkungan Kesehatan dan Biologis : Pengaruh penyakit, yaitu meningkatnya usia


harapan hidup yang berarti secara statistik akan meningkatkan pula jumlah orang-orang
yang mengalami penyakit menular ke penyakit tidak menular.

2. Lingkungan Ekonomi dan Pangan : Pengaruh ketersediaan dan kualitas makanan di


dekat rumah, akses ekonomi terhadap pangan yang mempengaruhi konsumsi. Naiknya
kekayaan nasional ,yang tidak diimbangi dengan ketahanan pangan, tetapi masih banyak
juga konsumsi makanan berlemak sehingga membuat konsumsi lemak per kapita naik
dua kali lipat. Konsumsi makanan olahan juga terus meningkat, khususnya di wilayah
perkotaan.

3. Lingkungan Fisik/Bangun : Pengaruh perilaku kegiatan individu, yaitu banyak kota


tidak ramah bagi pejalan kaki sehingga tidak mendukung aktivitas fisik, selain itu
tempat-tempat yang menyediakan makanan sehat terbatas. Mereka yang bekerja dan
sekolah tidak punya banyak pilihan selain makanan siap saji di luar rumah.

4. Lingkungan Sosial Budaya : Pengaruh media pendidikan, tekanan teman sebaya dan
budaya. Budaya dan tradisi yg mempengaruhi gizi ibu hamil dan anak-anak, serta norma
sosial membuat perempuan menikah saat masih muda. Faktor-faktor ini berkontribusi
terhadap naiknya kasus kelahiran dengan berat badan kurang.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada
balita, yaitu: (1) Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang

8
baik bagi anak; (3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS,
saluran pernapasan dan diare (Astaqauliyah, 2006).
Namun, menurut (Almatsier, 2001) masalah gizi kurang di Indonesia pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurang tersedianya bahan pangan, kurang baiknya
lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi. Sedangkan masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya
pengetahuan gizi, menu seimbang, dan kesehatan.

Dari literatur diatas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan penyebab kurang
gizi yang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum, sehingga diperlukan
perhatian lebih karena kemiskinan sangat mempengaruhi konsumsi makanan. Makanan
untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas gizi yang baik untuk menjaga
kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuhnya.

Namun, hal ini berbanding terbalik dengan penderita gizi lebih. Peningkatan pendapatan
pada kelompok masyarakat tertentu, khususnya di perkotaan menyebabkan perubahan gaya
hidup, terutama dalam pola makan. Perubahan yang terjadi adalah maraknya makanan
cepat saji atau junk food dimana makanan tersebut memiliki kalori yang sangat tinggi.
Dalam hal ini, produk junk foodjuga rendah serat, yang dapat memicu konstipasi atau susah
buang air besar dan dapat meningkatkan asam lambung. Tak hanya itu, junk food juga
banyak mengandung jenis lemak jahat atau biasa disebut lemak jenuh, yang dalam jangka
panjang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, pemicu penyakit jantung, dan
yang paling sering terjadi adalah obesitas.

Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi. Tingginya pendapatan dan banyaknya fasilitas yang
tersedia menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat. Perubahan pola makan dan
kurangnya aktifitas fisik ini yang menyebabkan sebagian masyarakat mengalami masalah
gizi lebih, yaitu berupa kegemukan atau obesitas. Meningkatnya konsumsi pangan
masyarakat juga dikaitkan dengan adanya tekanan hidup atau stress.

9
Tidak hanya itu, kondisi sanitasi yang buruk, tercemarnya sumber air dan tidak tersedianya
tempat penyimpanan makanan yang aman akan meningkatkan penyebaran penyakit
infeksi. Disamping itu, rendahnya pemberian ASI akan meningkatkan penyebaran infeksi
terutama karena kontaminasi air yang digunakan untuk mempersiapkan susu formula.
Padahal, selain mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, ASI juga mengandung zat yang
melindungi bayi dari terkena infeksi.

2.3 Dampak Triple Burden of Malnutritio

Dampak jangka pendek

Dampak jangka pendek dari Triple Burden of Malnutrition (TBM) yaitu :

a. Sistem kekebalan tubuh menurun

b. Pertumbuhan anak terganggu

c. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian

d. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal

e. Peningkatan biaya kesehatan.

Dampak jangka panjang

Dampak jangka pangjang dari Triple Burden of Malnutrition (TBM) yaitu :

a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya)

b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya

c. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

d. Kualitas SDM yang tidak bisa bersaing di masa depan

10
Dari berbagai dampak diatas, dampak paling besar yaitu kesakitan, kecacatan dan
kematian. Kesakitan dan kecacatan dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan kualitas
seseorang sehingga tidak bisa bersaing di masa depan.

Persoalan kasus malnutrisi bukan hanya menjadi permasalahan pada sektor


kesehatan saja dalam menghentikan pertumbuhan kasus malnutrisi. Melainkan menjadi
perhatian khusus dari berbagai sektor, meliputi sektor ekonomi, pendidikan dan sosial,
perdagangan, serta pertanian karena dalam perentasan kasus malnutrisi ini akan saling
terkait pada multisektoral tersebut. Apabila pelayanan kesehatan telah memberikan terapi
pemulihan, namun ternyata kondisi ekonomi kembali membuat masyarakat menjadi
korban malnutrisi, maka usaha dari aspek kesehatan merupakan suatu kesia-siaan.
Sehingga diperlukan adanya kerjasama yang efektif pada multisektoral ini, sebab apabila
melihat frame workyang dibuat oleh WHO, basic causes dari terjadinya kasus malnutrisi
adalah status ekonomi yang rendah.

Malnutrisi membebani Indonesia lebih dari US $ 5 miliar setiap tahun karena


hilangnya produktivitas sebagai akibat dari standar pendidikan yang buruk dan
berkurangnya kemampuan fisik (WTP,2014). Malnutrisi juga meningkatkan biaya
perawatan kesehatan, mengurangi produktivitas dan memperlambat pertumbuhan
ekonomi, yang dapat mengabadikan siklus kemiskinan dan kesehatan yang buruk.
Kemiskinan dapat memperkuat risiko dari malnutrisi. Orang yang miskin lebih mungkin
dipengaruhi oleh berbagai bentuk kekurangan gizi.

Masalah gizi sendiri termasuk ke dalam masalah kesehatan yang sangat mendasar
bagi kehidupan, karena bila ada seseorang mengalami masalah gizi maka dampaknya
akan sangat luas. Ada hubungan erat antara kekurangan gizi dengan kualitas sumber daya
generasi penerus.

Selain itu, kekurangan gizi pada anak juga dapat menyebabkan pertumbuhan
fisiknya tidak optimal, anak menjadi kurus dan sangat pendek (stunting). Bila hal ini
tidak segera diatasi, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hilangnya potensi
generasi muda yang cerdas dan berkualitas (lost generation) sehingga anak menjadi tidak
produktif dan tidak mampu bersaing di masa depan. Kekurangan gizi juga berhubungan

11
erat dengan infeksi. Kurang gizi akan memperlemah sistem kekebalan tubuh serta
meningkatkan kemungkinan dan keparahan terkena infeksi. Menurut (Bardosono, 2009)
mengatakan bahwa, secara simultan, infeksi yang berulang (yang tersering adalah diare)
akan menyebabkan bahkan memperparah masalah kurang gizi.

Sementara itu, kelebihan gizi juga tidak baik bagi anak karena akan mengancam
kesehatan masyarakat. Seseorang yang mengalami gizi lebih nantinya akan meningkatkan
risiko penyakit degeneratif seperti: diabetes militus tipe II, hipertensi, gagal ginjal,
penyakit jantung koroner (PJK), penyakit kardiovaskuler maupun gangguan fungsi organ
vital tubuh lainnya, dan lain sebagainya. Menkes juga mengatakan bahwa kelebihan gizi
juga merupakan risiko utama penyakit tidak menular yang juga merupakan salah satu
penyebab utama kematian di Indonesia.

2.4 Penanggulangan Triple Burden of Malnutrition

Banyak masyarakat Indonesia belum menyadari masalah ini. Pada tahun 2014,
kementerian Kesehatan Indonesia membuat Pedoman Gizi Seimbang yang mengandung
empat pilar gizi seimbang yang salah satunya yaitu mengonsumsi makanan beragam.
Karena, tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan. Untuk itu perlu mengoptimalkan asupan
dengan mengonsumsi makanan beragam yang mengandung sumber karbohidrat seperti
nasi, sumber protein hewani seperti daging unggas, sumber protein nabati seperti tahu
dan tempe, sumber vitamin, mineral dan serat seperti sayur dan buah (PGS,2014).

Cara menanggulangi masalah gizi adalah penanggulangan jangka panjang.


Namun, perlu diingat bahwa masalah gizi bukanlah masalah perorangan saja, tetapi
masalah bersama yang melibatkan banyak pihak untuk menyelesaikannya secara intensif
dan berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi
masalah gizi di Indonesia:

12
a. 1000 HPK & ASI Ekslusif

Dengan adanya edukasi gizi terhadap masyarakat terutama Ibu dan anak. Mulai dari
edukasi gizi secara langsung maupun tidak langusng. Secara langsung dapat melalui
penyuluhan pada ibu-ibu PKK, posyandu, dan anak di tingkat sekolah. Edukasi ini
harus didorong dengan bukti ilmiah yang nyata mengenai serangkaian program
pentingnya nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan (sejak janin dalam kandungan
hingga usia dua tahun) dan pemberian ASI. Sedangkan untuk edukasi yang tidak
langsung adalah dengan adanya buku bacaan, selebaran atau poster, dan media massa.

b. Suplementasi Tablet Tambah Darah dan Vitamin A

Mengonsumsi suplemen tambahan dilakukan untuk meningkatkan kadar zat besi dan
Vitamin A dalam tubuh. Tindakan ini sebagai salah satu pengobatan anemia dan
gangguan kurang iodium. Asupan zat besi melalui konsumsi makanan juga perlu
ditingkatkan, hal ini demi menjaga cadangan dan tingkat zat besi yang normal.

c. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah upaya memberikan tambahan makanan


dan untuk menambah asupan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi agar tercapainya
status gizi yang baik. Makanan tambahan yang memenuhi syarat adalah makanan
yang kaya energi, protein dan mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin
A, vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan kimia yang berbahaya,
tidak ada potongan atau bagian yang keras hingga membuat anak tersedak, tidak
terlalu panas, tidak pedas atau asin dan mudah dimakan oleh si anak.

d. Pedoman Gizi Seimbang (PGS)

Pedoman gizi seimbang adalah upaya perbaikan pada kekurangan yang terdapat pada
program pedoman umum gizi seimbang, pedoman gizi seimbang melakukan work
shop pada tahun 2014, yang mana pada acara tersebut pihak mentri kesehatan

13
meminta pendapat dari berbagai pihak. Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai
penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama, bila diibaratkan rumah maka ada 4
(empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah tersebut dapat berdiri, yaitu 1).
Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk
bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan perilaku hidup bersih,
perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang; 3) Melakukan
aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat
gizi kedalam tubuh; 4) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam
batas normal. Memantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari
‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB
dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.

e. Fortifikasi Makanan

Dilakukannya fortifikasi terhadap makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat.


Makanan yang dikonsumsi masyarakat menengah kebawah merupakan makanan
dengan standar gizi rendah. Peningkatan gizi melalui fortifikasi ini sangat dibutuhkan
dalam masyarakat.

f. Meningkatkan Kesadaran

Terakhir adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri akan pentingnya gizi cukup mulai
dari pola makan, sanitasi lingkungan, dan melakukan aktivitas fisik atau olahraga
teratur.

Semua bentuk penanggulangan masalah gizi diatas harus disertai dengan adanya
ketersediaan pelayanan kesehatan yang baik, terjangkau dan memadai serta membangun
sanitasi yang baik dari masyarakat dan pemerintah.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Triple Burden of Malnutrition adalah tiga beban masalah gizi yang meliputi
undernutrition, overnutrition dan micronutrient deficiency yang terjadi dalam satu waktu
di suatu wilayah. Triple Burden Malnutrition di Indonesia sendiri yaitu Stunting,
Overweight/Obesitas dan Kekurangan Zat Gizi Mikro. Faktor yang mempengaruhi yaitu
Lingkungan Kesehatan, Biologis, Ekonomi, Pangan, Fisik dan Sosial Budaya. dampak
paling besar dari kasus ini yaitu kesakitan, kecacatan dan kematian. Kesakitan dan
kecacatan dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan kualitas seseorang sehingga tidak
bisa bersaing di masa depan. Sementara untuk tindakan penanggulangan dilakukan
dengan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), PGS, Pemberian Makanan Tambahan,
Pemberian Tablet Vitamin A dan Zat Besi dan Fortifikasi Pangan.

3.2 SARAN

Masalah Gizi merupakan permasalahan yang menyangkut banyak sektor. Untuk


itu dibutuhkan kerjasama antar sektor untuk menganani masalah gizi. Gizi merupakan
pondasi kuat untuk pertumbuhan agar generasi masa muda saat ini aman akan masa
depannya dan masa depan generasi penerus selanjutnya. Jika kita ingin ikut dalam
pemecahan masalah tersebut, mulailah dari hal kecil dengan menjadi relawan dalam
program terkait, seperti penyuluhan, membuka jasa konsultasi gratis, pemberian makanan
bergizi, membuka kurus keterampilan mandiri, ataupun bidang lainnya yang terkait.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses pada 26 Desember 2018

http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf

Worldbank Indonesia Health Sector Review. 2012. Indonesia Menghadapi Beban Ganda
Malnutrisi. Diakses pada 26 Desember 2018

http://documents.worldbank.org/curated/en/278471468258284433/pdf/
NonAsciiFileName0.pdf

Diah Novitasari. 2014. Masalah Gizi Ganda di Indonesia. Diakses pada 27 Desember 2018

https://diahdidin.wordpress.com/2014/03/15/masalah-gizi-ganda-di-indonesia/

Hello sehat. Apa yang terjadi pada anak yang mengalami malnutrisi. Diakses pada 2 Januari
2018

https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/dampak-malnutrisi-pada-anak/

Sheylanisya. Upaya Pencegahan Triple Burden, Seberapa Sadarkah Orang Tua. Diakses pada
10 Januari 2019

https://www.kompasiana.com/sheylanisya/5c2ca23ec112fe5276095da4/upaya-
pencegahan-triple-burden-malnutrition-seberapa-sadarkah-orangtua

Neva Arunika Utami. 2017. Overweight dan Obesitas. Diakses pada 12 Januari 2019

http://eprints.undip.ac.id/57603/3/
Neva_Arunika_Utami_22010113120055_Lap.KTI_Bab2.pdf

Kemenkes RI. 2017. Ingin Sehat? Mulailah Perhatikan Mikronutrien Tubuh. Diakses pada 12
Januari 2019

16
http://www.depkes.go.id/article/view/17110100004/ingin-sehat-mulailah-perhatikan-
mikronutrien-tubuh.html

School Of Parenting. Apa Itu Stunting dan Bagaimana Cara Mencegahnya. Diakses pada 12
Januari 2019

https://schoolofparenting.id/apa-itu-stunting-dan-bagaimana-cara-mencegahnya/

Diannisa Damar Rahmahani. Masih Maraknya Malnutrisi Dikota Metropolitan. Diakses pada
13 Januari 2019

https://www.kompasiana.com/diannisadamar/5bf62d346ddcae7204180fd3/masih-
maraknya-malnutrisi-dikota-metropolitan

Siti Aisah. Program Unggulan Pemerintah Dalam Upaya Penanggulangan Masalah


Kekurangan Gizi. Diakses pada 13 Januari 2019

https://www.academia.edu/13392994/
BERBAGAI_PROGRAM_UNGGULAN_PEMERINTAH_DALAM_UPAYA_PENAN
GGULANGAN_MASALAH_KEKURANGAN_GIZI

17
18

Anda mungkin juga menyukai