OLEH :
KELOMPOK IV
1. Rivaldo I. Berahim
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dr. dr. Vivien Novariana A. Kasim,
M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang prevalensi gizi kurang pada balita masih
cukup tinggi. Prevalensi nasional memberikan gambaran fluktuatif dari 18,4 persen pada
tahun 2007 dan menurun menjadi 17,9% pada tahun 2010, dan meningkat lagi menjadi
19,6% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013). Kurang gizi akan berdampak langsung
terhadap fungsi sistem neuron dari susunan pusat saraf dimana zat besi diketahui memiliki
peranan yang sangat penting yaitu sebagai metabolisme transmitter pada sistem susunan
pusat saraf yang memegang komando terhadap semua fungsi tubuh. Efek tidak langsung dari
kekurangan gizi yaitu anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu
berkonsentrasi. Sehingga pada keadaan kurang gizi perkembangan kognitif anak terhambat
dan aktivitas tubuhnyapun menurun (Irianto, 2014).
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Triple Burden of Malnutrition
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya Triple Burden of Malnutrition
3. Untuk mengetahui dampak yang di timbulkan oleh Triple Burden of Malnutrition
4. Untuk mengetahui cara pengendalian Triple Burden of Malnutrition
5
BAB II
PEMBAHASAN
Tiga beban masalah gizi atau Triple Burden of Malnutrition (TBM) adalah
masalah gizi yang mencakup undernutrisi (stunting dan wasting), defisiensi zat gizi mikro
dan obesitas (WHO, 2016). Masalah tersebut merupakan penyumbang terbesar secara
global dan sangat mempengaruhi tingkat kesehatan setiap negara (The Committee on
World Food Security, 2017). Jadi, Triple Burden of Malnutrition adalah tiga beban
masalah gizi yang meliputi undernutrition, overnutrition dan micronutrient deficiency
yang terjadi dalam satu waktu di suatu wilayah. Berikut adalah penjelasan dari tiga
masalah gizi yang terjadi di Indonesia :
6
akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk diukur,
berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak (CDC, 2010).
Maraknya kedai cepat saji dengan harga yang murah akan berpeluang bagi
masyarakat umum untuk mengonsumsi lebih banyak makanan cepat saji yang
tinggi kalori. Hal tersebut dapat meningkatkan faktor risiko untuk terjadinya
obesitas (NHLBI, 2018). Jika obesitas terjadi, dampak yang ditimbulkan akan
berlangsung seumur hidup, seperti metabolik sindrom, diabetes mellitus tipe
II, penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit liver, dislipidemia, dan lain-lain
(NHLBI, 2018).
c. Micronutrient Deficiency : Micronutrient Deficiency yaitu kekurangan zat gizi
mikro seperti vitamin dan mineral (Vitamin A, Asam Folat, Iodium, Zat Besi
dan Seng). Gangguan yang terjadi akibat Micronutrient Deficiency antara lain
seperti Anemia Gizi, KVA (Kekurangan Vitamin A) dan GAKI (Gangguan
Akibat Kurang Iodium). Sedangkan defisiensi zat mikro yang sering terjadi
adalah anemia zat besi yang akan berdampak pada keterlambatan
perkembangan dan gangguan perilaku (CDC, 1998). Anemia gizi juga
menyerang tiap kelompok umur terutama anak-anak, wanita hamil dan wanita
usia subur.
7
Bisa dilihat bahwa prevalensi overnutrition atau gizi lebih mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, defisiensi mikronutrient mengalami peningkatan pada tahun 2007 yaitu
sebesar 59%, sedangkan untuk stunting posisi paling tinggi berdasarkan Riskesdas 2013
yaitu sebesar 37,2% dan berhasil diturunkan sebesar 30,8%.
4. Lingkungan Sosial Budaya : Pengaruh media pendidikan, tekanan teman sebaya dan
budaya. Budaya dan tradisi yg mempengaruhi gizi ibu hamil dan anak-anak, serta norma
sosial membuat perempuan menikah saat masih muda. Faktor-faktor ini berkontribusi
terhadap naiknya kasus kelahiran dengan berat badan kurang.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk pada
balita, yaitu: (1) Keluarga miskin; (2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang
8
baik bagi anak; (3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS,
saluran pernapasan dan diare (Astaqauliyah, 2006).
Namun, menurut (Almatsier, 2001) masalah gizi kurang di Indonesia pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurang tersedianya bahan pangan, kurang baiknya
lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi. Sedangkan masalah gizi lebih disebabkan oleh
kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya
pengetahuan gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Dari literatur diatas, dapat disimpulkan bahwa kemiskinan merupakan penyebab kurang
gizi yang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum, sehingga diperlukan
perhatian lebih karena kemiskinan sangat mempengaruhi konsumsi makanan. Makanan
untuk anak harus mengandung kualitas dan kuantitas gizi yang baik untuk menjaga
kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Namun, hal ini berbanding terbalik dengan penderita gizi lebih. Peningkatan pendapatan
pada kelompok masyarakat tertentu, khususnya di perkotaan menyebabkan perubahan gaya
hidup, terutama dalam pola makan. Perubahan yang terjadi adalah maraknya makanan
cepat saji atau junk food dimana makanan tersebut memiliki kalori yang sangat tinggi.
Dalam hal ini, produk junk foodjuga rendah serat, yang dapat memicu konstipasi atau susah
buang air besar dan dapat meningkatkan asam lambung. Tak hanya itu, junk food juga
banyak mengandung jenis lemak jahat atau biasa disebut lemak jenuh, yang dalam jangka
panjang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, pemicu penyakit jantung, dan
yang paling sering terjadi adalah obesitas.
Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi. Tingginya pendapatan dan banyaknya fasilitas yang
tersedia menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat. Perubahan pola makan dan
kurangnya aktifitas fisik ini yang menyebabkan sebagian masyarakat mengalami masalah
gizi lebih, yaitu berupa kegemukan atau obesitas. Meningkatnya konsumsi pangan
masyarakat juga dikaitkan dengan adanya tekanan hidup atau stress.
9
Tidak hanya itu, kondisi sanitasi yang buruk, tercemarnya sumber air dan tidak tersedianya
tempat penyimpanan makanan yang aman akan meningkatkan penyebaran penyakit
infeksi. Disamping itu, rendahnya pemberian ASI akan meningkatkan penyebaran infeksi
terutama karena kontaminasi air yang digunakan untuk mempersiapkan susu formula.
Padahal, selain mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, ASI juga mengandung zat yang
melindungi bayi dari terkena infeksi.
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya)
10
Dari berbagai dampak diatas, dampak paling besar yaitu kesakitan, kecacatan dan
kematian. Kesakitan dan kecacatan dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan kualitas
seseorang sehingga tidak bisa bersaing di masa depan.
Masalah gizi sendiri termasuk ke dalam masalah kesehatan yang sangat mendasar
bagi kehidupan, karena bila ada seseorang mengalami masalah gizi maka dampaknya
akan sangat luas. Ada hubungan erat antara kekurangan gizi dengan kualitas sumber daya
generasi penerus.
Selain itu, kekurangan gizi pada anak juga dapat menyebabkan pertumbuhan
fisiknya tidak optimal, anak menjadi kurus dan sangat pendek (stunting). Bila hal ini
tidak segera diatasi, dalam jangka panjang akan mengakibatkan hilangnya potensi
generasi muda yang cerdas dan berkualitas (lost generation) sehingga anak menjadi tidak
produktif dan tidak mampu bersaing di masa depan. Kekurangan gizi juga berhubungan
11
erat dengan infeksi. Kurang gizi akan memperlemah sistem kekebalan tubuh serta
meningkatkan kemungkinan dan keparahan terkena infeksi. Menurut (Bardosono, 2009)
mengatakan bahwa, secara simultan, infeksi yang berulang (yang tersering adalah diare)
akan menyebabkan bahkan memperparah masalah kurang gizi.
Sementara itu, kelebihan gizi juga tidak baik bagi anak karena akan mengancam
kesehatan masyarakat. Seseorang yang mengalami gizi lebih nantinya akan meningkatkan
risiko penyakit degeneratif seperti: diabetes militus tipe II, hipertensi, gagal ginjal,
penyakit jantung koroner (PJK), penyakit kardiovaskuler maupun gangguan fungsi organ
vital tubuh lainnya, dan lain sebagainya. Menkes juga mengatakan bahwa kelebihan gizi
juga merupakan risiko utama penyakit tidak menular yang juga merupakan salah satu
penyebab utama kematian di Indonesia.
Banyak masyarakat Indonesia belum menyadari masalah ini. Pada tahun 2014,
kementerian Kesehatan Indonesia membuat Pedoman Gizi Seimbang yang mengandung
empat pilar gizi seimbang yang salah satunya yaitu mengonsumsi makanan beragam.
Karena, tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan. Untuk itu perlu mengoptimalkan asupan
dengan mengonsumsi makanan beragam yang mengandung sumber karbohidrat seperti
nasi, sumber protein hewani seperti daging unggas, sumber protein nabati seperti tahu
dan tempe, sumber vitamin, mineral dan serat seperti sayur dan buah (PGS,2014).
12
a. 1000 HPK & ASI Ekslusif
Dengan adanya edukasi gizi terhadap masyarakat terutama Ibu dan anak. Mulai dari
edukasi gizi secara langsung maupun tidak langusng. Secara langsung dapat melalui
penyuluhan pada ibu-ibu PKK, posyandu, dan anak di tingkat sekolah. Edukasi ini
harus didorong dengan bukti ilmiah yang nyata mengenai serangkaian program
pentingnya nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan (sejak janin dalam kandungan
hingga usia dua tahun) dan pemberian ASI. Sedangkan untuk edukasi yang tidak
langsung adalah dengan adanya buku bacaan, selebaran atau poster, dan media massa.
Mengonsumsi suplemen tambahan dilakukan untuk meningkatkan kadar zat besi dan
Vitamin A dalam tubuh. Tindakan ini sebagai salah satu pengobatan anemia dan
gangguan kurang iodium. Asupan zat besi melalui konsumsi makanan juga perlu
ditingkatkan, hal ini demi menjaga cadangan dan tingkat zat besi yang normal.
Pedoman gizi seimbang adalah upaya perbaikan pada kekurangan yang terdapat pada
program pedoman umum gizi seimbang, pedoman gizi seimbang melakukan work
shop pada tahun 2014, yang mana pada acara tersebut pihak mentri kesehatan
13
meminta pendapat dari berbagai pihak. Pedoman Gizi Seimbang baru ini sebagai
penyempurnaan pedoman-pedoman yang lama, bila diibaratkan rumah maka ada 4
(empat) pilar prinsip yang harus dipenuhi agar rumah tersebut dapat berdiri, yaitu 1).
Mengonsumsi makanan beragam, tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk
bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan; 2). Membiasakan perilaku hidup bersih,
perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang; 3) Melakukan
aktivitas fisik, untuk menyeimbangkan antara pengeluaran energi dan pemasukan zat
gizi kedalam tubuh; 4) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) dalam
batas normal. Memantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari
‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB
dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
e. Fortifikasi Makanan
f. Meningkatkan Kesadaran
Terakhir adalah dimulai dari kesadaran diri sendiri akan pentingnya gizi cukup mulai
dari pola makan, sanitasi lingkungan, dan melakukan aktivitas fisik atau olahraga
teratur.
Semua bentuk penanggulangan masalah gizi diatas harus disertai dengan adanya
ketersediaan pelayanan kesehatan yang baik, terjangkau dan memadai serta membangun
sanitasi yang baik dari masyarakat dan pemerintah.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Triple Burden of Malnutrition adalah tiga beban masalah gizi yang meliputi
undernutrition, overnutrition dan micronutrient deficiency yang terjadi dalam satu waktu
di suatu wilayah. Triple Burden Malnutrition di Indonesia sendiri yaitu Stunting,
Overweight/Obesitas dan Kekurangan Zat Gizi Mikro. Faktor yang mempengaruhi yaitu
Lingkungan Kesehatan, Biologis, Ekonomi, Pangan, Fisik dan Sosial Budaya. dampak
paling besar dari kasus ini yaitu kesakitan, kecacatan dan kematian. Kesakitan dan
kecacatan dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan kualitas seseorang sehingga tidak
bisa bersaing di masa depan. Sementara untuk tindakan penanggulangan dilakukan
dengan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), PGS, Pemberian Makanan Tambahan,
Pemberian Tablet Vitamin A dan Zat Besi dan Fortifikasi Pangan.
3.2 SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses pada 26 Desember 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf
Worldbank Indonesia Health Sector Review. 2012. Indonesia Menghadapi Beban Ganda
Malnutrisi. Diakses pada 26 Desember 2018
http://documents.worldbank.org/curated/en/278471468258284433/pdf/
NonAsciiFileName0.pdf
Diah Novitasari. 2014. Masalah Gizi Ganda di Indonesia. Diakses pada 27 Desember 2018
https://diahdidin.wordpress.com/2014/03/15/masalah-gizi-ganda-di-indonesia/
Hello sehat. Apa yang terjadi pada anak yang mengalami malnutrisi. Diakses pada 2 Januari
2018
https://hellosehat.com/parenting/nutrisi-anak/dampak-malnutrisi-pada-anak/
Sheylanisya. Upaya Pencegahan Triple Burden, Seberapa Sadarkah Orang Tua. Diakses pada
10 Januari 2019
https://www.kompasiana.com/sheylanisya/5c2ca23ec112fe5276095da4/upaya-
pencegahan-triple-burden-malnutrition-seberapa-sadarkah-orangtua
Neva Arunika Utami. 2017. Overweight dan Obesitas. Diakses pada 12 Januari 2019
http://eprints.undip.ac.id/57603/3/
Neva_Arunika_Utami_22010113120055_Lap.KTI_Bab2.pdf
Kemenkes RI. 2017. Ingin Sehat? Mulailah Perhatikan Mikronutrien Tubuh. Diakses pada 12
Januari 2019
16
http://www.depkes.go.id/article/view/17110100004/ingin-sehat-mulailah-perhatikan-
mikronutrien-tubuh.html
School Of Parenting. Apa Itu Stunting dan Bagaimana Cara Mencegahnya. Diakses pada 12
Januari 2019
https://schoolofparenting.id/apa-itu-stunting-dan-bagaimana-cara-mencegahnya/
Diannisa Damar Rahmahani. Masih Maraknya Malnutrisi Dikota Metropolitan. Diakses pada
13 Januari 2019
https://www.kompasiana.com/diannisadamar/5bf62d346ddcae7204180fd3/masih-
maraknya-malnutrisi-dikota-metropolitan
https://www.academia.edu/13392994/
BERBAGAI_PROGRAM_UNGGULAN_PEMERINTAH_DALAM_UPAYA_PENAN
GGULANGAN_MASALAH_KEKURANGAN_GIZI
17
18