Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRACEUTICAL

MATERI PERHITUNGAN JUMLAH ENERGI DALAM MAKANAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : III
NAMA ANGGOTA :
1. NILNA FARAHDIBA A. (P27241020028)
2. RIFAHASIH MUNAWAROH (P27241020030)
3. SINTA DWI YULIANTI (P27241020032)
4. WANDA FIRDAUS (P27241020036)
GELOMBANG :IA

PRAKTIKUM NUTRASETIKAL
PROGRAM STUDI DIII JAMU
JURUSAN JAMU
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Dengan
berjalannya perkembangan teknologi termasuk teknologi pertanian,
transportasi dan informasi, terjadi perubahan dalam aktivitas fisik, pola
makan, komposisi tubuh, dan gaya hidup. Perubahan pola makan dan aktivitas
fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk mengalami masalah gizi
lebih berupa kegemukan dan obesitas (Almatsier, 2003). Status gizi lebih
berdampak pada obesitas yang akan mengarah pada peningkatan resiko
hipertensi, resistensi insulin/diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung coroner
(PJK), dan banyak dislipidemia. Komponen dislipidemia termasuk kadar
kolesterol total tinggi (Shah et al, 2008). Sehingga obesitas dapat diakibatkan
berlebihan mengkonsumsi kadar lemak.
Kalori adalah sebuah satuan unit untuk menghitung jumlah energi.
Setiap makanan yang kita makan, mengandung sejumlah kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan suatu aktivitas. Kalori bisa
diibaratkan sebagai bahan bakar dari suatu mesin untuk bergerak dan
menjalankan tugasnya. Kalori yang terkandung dalam makanan disediakan
mengandung kalori terbesar. Tiap gram lemak mengandung 9 kalori,
sedangkan tiap gram protein dan karbohidrat masing-masing mengandung 4
kalori. Kandungan gizi tiap 100 gram nasi putih mengandung 180 kkal, 40,6
gram karbohdrat, 0,1 gram lemak, dan 2,1, gram protein. Nasi putih paling
sering dikonsumsi masyarakat Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Nasi putih
bebas gluten dan bebas kolesterol. Meskipun mengandung vitamin B1 dan
mineral, kandungan gizi keseluruhan nasi merah masih lebih tinggi dari pada
nasi putih. Batas konsumsi kalori per hari sekitar 1800-2500 kalori, dan bisa
bervariasi tergantung umur, berat badan, dan aktivita. Untuk makanan yang
mencantumkan energi dalam brntuk kilojoule (KJ), cukup kalikan nilai
kilojoule tersebut dengan 4,2 (1 joule = 4,2 kalori).
Tubuh membutuhkan energi (yang disebut kalori) dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Kebutuhan kalori harian tiap individu berbeda-beda.
Namun, secara umum Departemen Kesehatan RI menetapkan kebutuhan
kalori individu sebesar 2000 kalori/hari. Pada kenyataanya banyak yang tidak
memperhatikan jumlah kalori pada makanan yang mereka konsumsi setiap
harinya. Jika kebiasaan tersebut tetap dibiarkan makan akan berdampak pada
obesitas dan obesitas tersebut akan memicu penyakit lainya antara lain
kepikunan, depresi, gangguan mata, tekanan darah tinggi, masalah kesehatan
gigi dan mulut, infeksi telinga kronis, sleep apnea, asma, dan berbagai
penyakit lainnya.
Kelebihan kalori maupun kekurangan kalori di dalam tubuh tidak baik
bagi kesehatan. Kelebihan kalori dapat menyebabkan penyakit obesitas.
Obesitas ialah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan
energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau
pemakaian energi (Budianto, 2001). Obesitas merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang paling penting terkait kondisi kesehatan kronis termasuk
penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes, hiperinsulinemia, dan
kanker (Layman, et al, 2005). Sedangkan jika tubuh kekurangan kalori juga
akan menyebabkan tubuh lemah dan kekurangan berat badan. Oleh sebab itu,
memperhitungkan kebutuhan kalori harian untuk tubuh sangat penting
dilakukan. Biasanya orang akan melakukan diet atau mengatur pola makan
untuk mengatur jumlah kalori di dalam tubuh.
Diabetes mellitus (DM) adalah kelainan metabolik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia kronik akibat dari penurunan sekresi insulin,
aksi insulin ataupun keduanya [1]. Prevalensi penderita DM di Asia Tenggara
diperkirakan akan meningkat menjadi 123 juta jiwa pada tahun 2035 dan di
Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 8,5 juta dan akan meningkat menjadi
14,1 juta jiwa pada tahun 2035 [2].
Faktor mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus antara lain faktor genetik,
faktor lingkungan (gaya hidup), adanya riwayat diabetes pada keluarga, faktor
usia, obesitas, kurang aktivitas fisik, serta intake makanan yang berlebihan
[3]. Tingginya konsumsi makanan padat energi berkaitan erat dengan kejadian
obesitas. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah orang
obesitas sebanyak >700 juta orang pada tahun 2015 [4]. Pada tahun 2007,
prevalensi obesitas di Jawa Timur sebesar 20,4% dan di Kota Malang
mencapai angka 3,5% [5]. Makanan padat energi umumnya memiliki
kandungan densitas energi yang terkandung dalam tiap berat bahan makanan
dengan satuan kilojoule per gram berat bahan makanan [kJ/g] atau kilokalori
per gram berat bahan makanan [kkal/g] [6].
Peningkatan jumlah konsumsi makanan berdensitas energi tinggi
berhubungan dengan jumlah porsi yang disajikan. Penelitian yang dilakukan
oleh Dietary Guidelines for Americans, menunjukkan bahwa diet dengan
densitas energi tinggi khususnya makanan olahan yang mengandung gula,
pengawet, dan tinggi lemak dapat meningkatkan resiko obesitas yang
berdampak pada kejadain DM [6,7].
Terdapat 4 pilar dalam penanganan DM yaitu edukasi, intervensi
farmakologis, latihan jasmani, dan perencanaan makanan [8]. Salah satu
perencanaan makanan adalah dengan menggunakan metode perhitungan
karbohidrat (carbohydrate counting) atau disebut carbing.
Perhitungan karbohidrat (carbohydrate counting) dilakukan dengan
cara menghitung jumlah gram atau sajian karbohidrat di dalam makanan [9].
Perhitungan karbohidrat dalam makanan dapat membantu penderita diabetes
dalam mengatur dan mengontrol kadar gula darah [10]. Diketahui bahwa 1
serving size (sajian) dalam carbohydrate counting setara dengan 15 gram
karbohidrat [9,10,11].
Saat ini, tren konsumsi makanan di luar rumah seperti fast food mulai
meningkat. Data di Amerika menunjukkan terjadi kenaikan 10% pada tahun
1980an dibandingkan tahun 2000 [12]. Sebagian besar makanan yang ada di
Kota Malang, baik makanan modern (seperti pizza, burger, french fries, dll.)
maupun tradisional (seperti soto, rawon, pecel, dll.) belum diketahui
kandungan densitas energi dan sajian karbohidratnya.
Obesitas telah menjadi masalah global di seluruh dunia, baik di negara
maju maupun negara berkembang. Data menunjukkan bahwa di Amerika
Serikat pada tahun 2007/2008 terdapat 2,2% pria dan 35,5% wanita yang
memiliki Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 dan
di Australia, pada tahun 2008, terdapat 25,6% pria dan 24% wanita yang
memiliki BMI atau IMT > 30 (IASO, 2010). Di indonesia, menurut Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 (Depkes RI, -), laki-laki dan
perempuan usia kurang lebih 15 tahun yang memiliki IMT > 25 kg/m2 adalah
sebesar 13,9% dan 23,8%.
Budiyanto (2002) menyebutkan beberapa penyebab obesitas adalah
ketidakseimbangan asupan dari pola makan dengan aktivitas fisik sehari-hari
maka hal ini dapat menjadi salah satu pemicu obesitas. Hal ini didukung
dengan hasil penelitian Simatupang (2008), yang menujukkan bahwa kejadian
obesitas pada kejadian obesitas pada siswa sekolah dasar swasta di Kecamatan
Medan Baru, dipengaruhi oleh variabel asupan lemak, asupan energi,
frekuensi makan, jenis makanan dan aktivitas fisik.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk menganalisis hubunhan antara pola makan,
aktivitad fisik, sikap dan pengetahuan tentang obesitas dengan status gizi.
Dengan mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh berdasarkan
usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan serta jenis aktivitas harian yang
biasa dilakukan, maka akan dikonsumsi makanan dengan jumlah kalori
sebanyak yang dibutuhkan oleh tubuh dan melakukan aktivitas semaksimal
mungkin pada interval waktu tertentu untuk meminimumkan jumlah kalori
dalam tubuh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pola konsumsi adalah susunan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi masyarakat ini
dapat menunjukkan tingkat keberagaman pangan masyarakat (Baliwati, dkk, 2004).
Sedangkan menurut santoso, dkk (2004) pola konsumsi adalah begbagai informasi
yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat
tertentu yang dipengaruhi oleh kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, ekonomi,
lingkungan alam, dsb. Pola konsumsi dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu
pangan poko, lauk pauk, sayur dan buah-buahan.
Pola konsumsi pangan pokok merupakan susunan beragam pangan pokok
(sumber karbohidrat) yang biasa dikonsumsi pendudk (Suhardjo, 1989). Menilai
status gizi seseorang dapat melalui pola konsumsi yang ada, pola konsumsi seseorang
tidak lepas dari kebiasaan makan yang dilakukannya. Kebiasaan makan seringkali
merupakan suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang kebiasaan
hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi adalah jenis
frekuensi beragam pangan yang biasa dikonsumsi, biasanya berkembang dari pangan
setempat atau dari pangan yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu
yang panjang (Suhardjo, 1989).
Dalam pola konsumsi, permasalahan yang dihadapi tidak hanya mencakup
ketidakseimbangan komposisi pangan yang dikonsumsi, tetapi juga masalah masih
belum terpenuhinya kecukupan gizi. Penganekaragaman konsumsi pangan selama ini
sering diartikan terlalu sederhana, berupa penganekaragaman konsumsi pangan
pokok, terutama pangan non beras. Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya
mengkonsumsi aneka ragam pangan dari berbagai kelompok pangan baik pangan
pokok, lauk-pauk, sayuran maupun buah dalam jumlah yang cukup. Tujuan utama
penganekaragaman konsumsi pangan adalah untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi
dan mengurangi ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau
kelompok pangan (Baliwati, dkk, 2004).
Dari sudut ilmu gizi, bahan makanan pokok merupakan sumber energi dan
mengandung banyak karbohidrat (Santoso, dkk, 2004). Karbohidrat dikenal sebagai
zat gizi makro sumber bahan bakar (energi) utama bagi tubuh. Karena sebagian besar
energi berasal dari karbohidrat, maka makanan sumber karbohidrta digolongkan
sebagai makanan pokok (Kurniasih, dkk, 2010).
Vitamin dan mineral terutama banyak terdapat dalam sayur dan buah,
khususnya yang berwarna kuning dan hijau gelap. Vitamin dan mineral adalah zat
gizi makro yang memperlancar proses pembuatan energi dan proses biologis lainnya
yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan. Oleh sebab itu didalam tumpeng
gizi seimbang sayuran dan buah dianjurkan dikonsumsi sesering mungkin setiap hari
(Kurniasih, dkk, 2010).
Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan
untuk mengatur metabolisme di dalam tubuh. Vitamin B1 yang terdapat dalam buah
dan sayuran berfungsi sebagai enzim yang penting untuk menghasilkan energi dan
metabolisme karbohidrat serta membantu fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta
vitamin B6 berperan dalam pembentukan protein tubuh (Almatsier, 2001). Menurut
Kartasapoetra, dkk, (2003), vitamin B6 diperlukan pada proses metabolisme protein,
apabila terjadi defisensi vitamin ini, maka akan terjadi ketidaknormalam pada
metabolisme protein sehingga tidak dapat mengubah asam amino menjadi niasin.
Vitamin B6 ini banyak terkandung pada sayut mayur.
Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak sama,
ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena itu setiap bahan makanan akan
saling melengkapi zat makanan/gizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna
menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna
melaksanakan kegiatan-kegiatanya. Zat makanan (gizi) yang diperlukan tubuh
manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau biasa disebut dengan lauk
nabati dan ada pula yang berasal dari hewan yaitu lauk hewani (Kartasapoetra, dkk,
2003).
Lauk sebaiknya terdiri dari atas campuran lauk hewani dan nabati. Lauk
hewani, seperti daging, ayam, ikan, udang dan telur mengandung protein dengan nilai
biologi lebih tinggi daripada lauk nabati. Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau
hasil olahanynya, walaupun mengandung protein dengan nilai biologi sedikit lebih
rendah daripada lauk hewani karena mengandung lebih sedikit asam amino esensial
metionin, merupakan sumber protein yang baik. Pengolahan kacang-kacangan
menjadi tempe, tahu, suus kedelai, dan oncom tidak saja meningkatkan cita rasa tetapi
juga meningkatkan kecernaan dan kesediaan zat-zat gizi bagi tubuh (Almatsier,
2001).
Buah berwarna kuning seperti msnggs, pepaya dan pidang raja kaya akan
provitamin A, sedangkan buah seperti jeruk, jambu biji, rambutan kaya akan vitamin
C. Secara keseluruhan buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan
serat. Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan untuk
mengatur metabolisme di dalam tubuh. Vitamin B1 yang terdapat dalam buah dan
sayuran berfungsi sebagai enzim yang penting untuk menghasilkan energi dan
metabolisme karbohidrat serta membantu fungsi normal syaraf, otot dan jantung serta
vitamin B6 berperan dalam pembentukan protein tubuh 9Almatsier, 2001).

Vitamin B1 sangat diperlukan tubuh, tersedianya dalam tubuh karena diserap


usus dari makanan, selanjutnya diangkat bersama darah ke jaringan-jaringan tubuh.
Vitamin B1 ditemukan sebagai cadangan dalam jumlah yang terbatas di dalam hati,
jantung, otot dan otak. Sebagai cadangan diperlukan untuk memelihara fungsi alat-
alat tubuh. Vitamin B1 membantu dalam pembakaran karbohidrat dan diangkat di
dalam darah oleh sel darah putih yang mempunyai inti dengan vitamin B1. Dari
fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa makin banyak karbohidrat yang dikonsumsi
makan kebutuhan asakn vitamin B1 akan banyak pula. (Katasapoetra, dkk, 2003).

Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan pekerjaan,


tubuh memperoleh energi dari makanan yang dimakan, dan energi dalam makanan ini
terdapat sebagai energi kimia yang dapat diubah menjadi bentuk lain (Budianto,
2009). Energi diperoleh dari proses oksidasi hidratarang, lemak dan protein di dalam
diet; satuan ukuran tradisionalnya adalah kalori (Kal, kcal). Satu kalori adalh jumlah
panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 gr air sebanyak 1 C.

Almatsier (2003) menyimpulkan “kebutuhan energi total orang dewasa


diperlukan untuk metabolisme basal, aktivitas fisik, dan efek makanan atau pengaruh
dinamik khusus (spesific Dynamic Action / SDA). Ekbutuhan terbesar diperlukan
untuk metabolisme basal. Angka Metabolisme Basal (AMB) atau Basal Metabolic
Rate (BMR) adalah kebutuhan energi minimal untuk menjalankan proses tubuh yang
vital. Kebutuhan energi metabolisme basal diperlukan untuk pernapasan, peredaran
darah, pekerjaan ginjal, pankreas dan alat tubuh lainnya, proses metabolisme di dalam
sel-sel dan untuk mempertahankan suhu tubuh.
AMB pada dasarnya ditentukan oleh ukuran dan komposisi tubuh serta umur.
AMB persatuan berat badan menurut umur, yaitu lebih tinggi pada anak-anak dan
lebih rendah pada orang dewasa dan tua. AMB per unit berat badan juga berbeda
menurut tinggi badan. AMB per kg berat badan lebih tinggi pada orang pendek dan
kurus serta lebih tinggi pada orang tinggi dan gemuk. Dengan memperhitungkan
berat badan, tinggi badan, dan umur maka rumus untuk menentukan kebutuhan energi
basal adalah sebagai berikut :

AMB laki-laki = 665 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

AMB perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

Keterangan :

BB = berat badan dalam satuan kg


TB= tinggi dalam satuaan cm
U = umur
Pemenuhan kebutuhan kebutuhan makanan yang di konsumsi sebaiknya harus
sesuai dengan jumlah kebutuhan kalori masing – masing individu. Sehingga apanila
akan mengkonsumsi makanan hendaknya harus mengetahui kebutuhan kalori. Utnuk
menentukan kebutuhan kalori dipengaruhi oleh faktor berat badan, tinggi badan, dan
umur. Dengan mengetahui kebutuhan kalori terlebih dahulu, maka tidak perlu takut
dalam mengkonsumsi makanan. Karena makanan yang di konsumsi dengan
sendirinya akan lebih terkontrol dan tidak melebihi dari jumlah kebutuhan.
Pola makan yang tidak seimbang dan tidak sehat akan berdampak pad
timbulnya berbagai penyakit. Oleh karena itu perlunya menentukan makanan yang
sesuai dengan kebutuhan kalori tiap hari. Mengkonsumsi makanan yang tidak
terkontrol biasanya akan menyebabkan kelebihan berat badan. Apabila sudah
mengalami kelebihan berat badan. Apabila sudah mengalami kelebihan berat badan
biasany akan mengganggu penampilan. Dalam pengembangan teknologi informasi ini
dibutuhkan analisis dan perancangan sistem pengolahan data.
Prinsip pendekatan frekuensi makan dalam kaitan antara asupan papan (zat
gizi) dengan timbulnya penyakit adalah bahwa rata-rata asupan jangka panjang
(misalnya, diatas satu minggu, bulan, atau tahun), merupakan paparan yang lebih
bermakna dibandingkan asupan pada beberapa hari. Oleh karena itu, perkiraan asupan
pangan secara kasar dalam jangka panjang lebih tepat daripada perkiraan asupan
pangan periode yang singkat yang diperoleh dengan metode ingatan 24 jam atau
metode penimbangan pangan (Siagian, A, 2010).
BAB III
METODE UJI

A. ALAT
Alat hitung, kertas, tabel daftar kalori makanan.

B. BAHAN
Kertas.

C. CARA KERJA
Hitung kebutuhan kalori perhari dan rencanakan asupan makanan untuk :
1. Seorang wanita dengan umur 37 tahun, berat badan 60 dan tinggi badan
155 cm. Aktivitas fisik sedang. Tidak memiliki penyakit degeneratif
tertenru.
a. Hitung kebutuhan kalori per harinya.
b. Aturlah menu untuk wanita tersebut untuk 5 hari.
2. Nyonya S menderita penyakit diabetes mellitus berusia 49 tahun dengan
berat badan 63 kg dan tinggi badan 155 cm, memiliki aktivitas sebagai
buruh pabrik.
a. Hitung IMT dan BMI
b. Hitung energy basal
c. Hitung koreksi usia aktivitas dan BMI
d. Tentukan kebutuhan karbohidrat, protein dan lemak.
e. Aturlah menu untuk 5 hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Diket = wanita > umur : 37 tahun (aktivitas fisik sedang)
BB : 60 kg
TB : 155 cm
a. Hitung kebutuhan kalori perhari
BBI = (TB – 100) – (10% hasil TB – 100)
= (155 – 100) – (10% x 155 – 100)
= (55) – (10% x 55)
= (55) – (5,5)
= 49,5
KKB = 25 kkal x BBI
= 25 x 49,5
= 1237,5
KKT = KKB + % KKB aktivitas fisik - % KKB faktor koreksi
= 1237,5 + 20% x 1237,5 – 5% x 1237,5
= 1237,5 + 247,5 – 61,875
= 1423,125
b. Aturlah menu untuk wanita tersebut untuk 5 hari
KKT = 1423,125 / 3 makan
= 474,375 / makan
 Hari pertama = 1470 kkal
Sarapan : roti tawar serat tinggi (149 kkal) + telur mata
sapi (40 kkal) + pisang ambon (47,2 kkal) =
236,2 kkal
Siang : nasi putih (175 kkal) + lele goreng (57,5 kkal)
+ bening bayam (164,3 kkal) + semangka (48
kkaal) = 298,5 kkal
Malam : nasi goreng (267 kkal) + ayam panggang
(164,3 kkal) + melon (46 kkal) = 477,3
Cemilan : pempek (384 kkal) + pisang mas ( 11 kkal)
395 kkal
 Hari kedua = 1412,3 kkal
Sarapan : nasi uduk (506 kkal) + ayam panggang (164,3
kkal) + pisang mas (11 kkal) = 681,3 kkal
Cemilan : tahu bacem (147 kkal)
Siang : ketupat (32 kkal) + lodeh (61 kkal) + kerupuk
udang (72 kkal) + mangga manalagi (72 kkal) =
237 kkal
Malam : mie instan (168 kkal) + telur ayam rebus (97
kkal) + apel merah (82 kkal) = 347 kkal
 Hari ketiga = 1412,2 kkal
Sarapan : nasi putih kentucky (349 kkal) + anggur (60
kkal) = 409 kkal
Siang : pizza (163 kkal) + pisang ambon (74,2 kkal) +
sop mutiara jagung (113 kkal) = 350,2 kkal
Malam : spaghetti (642 kkal) + pisang mas (11 kkal) =
653 kkal
 Hari keempat = 1426 kkal
Sarapan : kentang rebus (166 kkal) + sop ayam
kombinasi (95 kkal) + buah pir (80 kkal) = 341
kkal
Siang : nasi putih (175 kkal) + cah kacang panjang (72
kkal) + apel (92 kkal) = 339 kkal
Cemilan : siomay (361 kkal) + kerupuk udang (72 kkal)
= 443 kkal
Malam : nasi putih (175 kkal) + sayur asem (88 kkal) +
telur mata sapi (40 kkal) = 303 kkal
 Hari kelima = 1404,7 kkal
Sarapan : nasi uduk (506 kkal) + pepaya (42 kkal) = 552
kkal
Siang : lontong (38 kkal) + soto padang (127 kkal) +
melon (46 kkal) = 211 kkal
Malam : nasi putih (175 kkal) + ikan patin goreng
(252,7 kkal) + tahu isi (124 kkal) + mangga
arumanis (90 kkal) = 641,7 kkal
2. Diket = wanita penyakit DM
Usia : 49 tahun
BB : 63 kg
TB : 155 cm
a. Hitung IMT atau BMI
BB (kg)
IMT =
TB2(m)
63
=
1,55 x 1,55
63
=
2,4025
= 26,22 kg/m (Obese)
b. Hitung energy basal
BBI = (TB – 100) – (10% hasil TB – 100)
= (155 – 100) – (10% x 155 – 100)
= (55) – (10% x 55)
= (55) – (5,5)
= 49,5
KKB = 25 kkal x BBI
= 25 x 49,5
= 1237,5
c. Hitung koreksi usia aktivitas dan BMI
Koreksi usia = minus 5%
= 5% x 1237,5
= 61,875
Aktivitas fisik = 40% x 1237,5
= 495
BMI (Obese I) = 20% x 1237,5
= 247,5
KKT= KKB + % KKB aktivitas fisik – 5 KKB faktor koreksi
= 1237,5 + 40% x 1237,5 – 5% x 1237,5
= 1237,5 + 495 – 61,875
= 1670,625 – faktor koreksi BMI
= 1670,623 – 247,5
= 1423,125 kkal
3. PEMBAHASAN
Pada dasarnya tidak ada metode penghitungan dasar yang dapat
menjelaskan jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh manusia. Kalori tiap orang
akan berbeda – beda, bahkan orang kembar sekalipun. Kalori merupakan salah
satu kandungan dalam makanan yang bermanfaat bagi tubuh sebagai asupan
energy. Setiap kebutuhan kalori seseorang berbeda menurut usia, tinggi badan,
berat badan, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas perhari. Jika seseorang
mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori berlebih, maka hal tersebut
dapat mengakibatkan kegemukan (Deddy Pamudji:2011).
Perhitungan tambahan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori
antara lain (Soegondo dan Sidartawan, 2006)
 Jenis kelamin Kebutuhan kalori (bobot) pada wanita lebih kecil
dibandingkan pria. Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan pria
sebesar 30 kal/kg BB.
 Umur Untuk pasien usia diatas 40-59 tahun kebutuhan kalori (bobot)
dikurangi 5 %, untuk usia diantara 60-69 tahun dikurangi 10 % dan untuk
usia diatas 69 tahun dikurangi 20 %.
 Aktifitas fisik Penambahan 10 % dari kebutuhan kalori (bobot) diberikan
pada keadaan istirahat, 20 % pada pasien dengan aktifitas ringan, 30 %
dengan aktifitas sedang dan 50 % dengan aktifitas berat
 Jenis Berat badan Bila gemuk, dikurangi 20% bergantung pada tingkat
kegemukan, dan bila kurus ditambah 20% sesuai kebutuhan untuk
meningkatkan berat badan, bila ideal maka bisa diabaikan.
Meski memiliki rentang usia yang sama, pria membutuhkan kalori yang
berbeda dengan wanita. Kebutuhan energi ditentukan berdasarkan Basal
Energy Expenditre (BEE) atau kebutuhan energi basal. Energi Basal
merupakan kalori minimal yang digunakan tubuh saat metabolisme sedang
dalam keadaan istirahat, fisik dan mental yang sehat dan pada suhu ruang
250C. Menurut Ranu Bas Kora A.P., Sutardji, Oktia Woro(2011:182) bahwa
kisaran energi Basal yang dibutuhkan seseorang adalah sebagai berikut : Anak-
anak sebesar 1.5 kalori / KgBB / Jam, Remaja sebesar 1.25 kalori / KgBB /
Jam, dan dewasa 1 – 1,1 kalori / KgBB / Jam.
Untuk menghitung kebutuhan kalori dapat melalui rumus Harris
Benedict, sebagai berikut :
 Rumus untuk menghitung kebutuhan energi pria :
66,5 + 13,8 x (berat badan dalam kilogram) + 5 x (tinggi badan dalam cm)
dibagi dengan 6,8 x usia
 Rumus untuk menghitung kebutuhan energi wanita yaitu :
655,1 + 9,6 x (berat badan dalam kg) + 1,9 x (tinggi badan dalam satuan
cm) dibagi dengan 4,7 x usia
Hasil dari perhitungan ini kemudian dikalikan dengan actor aktivitas
fisik. Jika aktifitas fisik anda rendah, maka dikalikan dengan 1,2. Untuk
aktivitas fisik sedang dikalikan dengan 1,3. Sedangkan aktivitas fisik berat
dikalikan dengan 1,4
Hasil perhitungan kebutuhan energi tersebut akan menjadi dasar bagi
kebutuhan kalori terkait dengan aktifitas yang dilakukan / BMR (Basal
Metabolistic Rate). Setelah nilai AMB diketahui, langkah selanjutnya adalah
menghitung aktivitas fisik. Untuk menghitungnya dapat dilihat pada table
berikut :
Aktivitas Gender
Pria Wanita
Sangat Ringan 1,30 1,30
Ringan 1,65 1,55
Sedang 1,76 1,70
Berat 2,10 2,00

Adapun aktivitas fisik menurut RDA tahun 1989 adalah sebagai berikut:

Katrgori Aktivitas Kegiatan


Istirahat Tidur, berbaring atau bersandar
Sangat Ringan Duduk dan berdiri, melukis,
menyetir mobil, pekerja
laboratorium, mengetik, menyapu,
menyetrika, memasak, bermain
kartu, barmain alat music
Ringan Berjalan dengan kecepatan 2,5 – 3
mph, bekerja di bengkel, pekerjaan
yang berhubungan dengan restoran,
membersihkan rumah, mengasuh
anak, golf, memancing, tenis meja
Sedang Berjalan dengan kecepatan 3,5 – 4
mph, mencabut rumput dan
mencangkul, menangis dengan
keras, bersepeda, ski, tenis, menari
Berat Berjalan mendaki, menebang
pohon, menggali tanah, basket,
panjat tebing, sepak bola
Setelah mendapatkan nilai aktivitas fisik yang sesuai dengan jenis
aktivitasnya, kalikan nilai tersebut dengan AMB tersebut
RUMUS : Kebutuhan energi = nilai aktivitas fisik x AMB
Nilai kebutuhan energi untuk AMB diperhitungkan menurut berat
badan normal atau ideal dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT).
Untuk menghitung indeks massa tubuh, kita bisa menggunakan rumus Indeks Massa
Tubuh (IMT) :

Berat Badan(kg )
RUMUS : IMT=
Tinggibadan∗2(m)
Table status gizi berdasarkan IMT
IMT Status Gizi
< 17.0 Sangat kurus
17,0 – 18,4 Kurus
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Gemuk
>27,1 Obsese

Untuk mengetahui cara menghitung jumlah kalori makanan yang


berasal dari menu diet sehari – hari tidaklah rumit. Bagi anda yang
menginginkan atau mengidamkan tubuh dan berat badan yang ideal serta tidak
kelebihan kalori, maka menghitung jumlah kalori yang anda makan sebaiknya
anda lakukan. Berikut ini nilai kalori dalam makanan yang kita konsumsi.
 1 gram karbohidrat = 4 kalori
 1 gram protein = 4 kalori
 1 gram lemak = 9 kalori
Contohnya, jika anda mengkonsumsi sebuah telur rebus dengan berat
sekitar 100 gram, maka komponen kalorinya terdiri atas :
 Karbohidrat : 1 gram = 12 x 4 = 48 kalori
 Protein : 17 gram = 17 x 4 = 68 kalori
 Lemak : 12 gram = 12 x 9 = 108 kalori
Setelah mengetahui kebutuhan kalori total yang dibutuhkan oleh
tubuh, maka perlu diketahui jumlah kalori makanan sehari – hari yang harus
disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan. Secara umum, untuk
mengetahui berapa banyak kalori yang ada dalam makanan dapat dilihat pada
daftar tabel jumlah kalori dari beberapa jenis bahan pangan. Dari tabel datar
makanan tersebut dapat diketahui berapa banyak kalori yang masuk ke dalam
tubuh kita dari setiap makanan yang kita konsumsi
Namun jika kita mengkonsumsi makanan kemasan dan tidak
menemukan jenis makanan yang ada dalam daftar tabel jumlah kalori bahan
pangan tersebut, kita dapat melihat dan membaca kandungan gizi dari label
pada setiap kemasan. Biasanya makanan kemasan memiliki jumlah kalori
yang tinggi. Hal ini disebabkan karena komposisi bahan pangan tersebut
mengandung banyak gula. Oleh karena itu kita harus bijak dalam memilih
makanan yang akan kita konsumsi agar tidak memiliki kandungan kalori yang
berlebih.
Kelebihan kalori maupun kekurangan kalori di dalam tubuh tidak baik
bagi kesehatan. Kelebihan kalori dapat menyebabkan penyakit obesitas.
Obesitas ialah ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan
energi, dimana konsumsi terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau
pemakaian energi (Budianto, 2002). Obesitas merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang penting terkait dengan beberapa kondisi kesehatan kronis
termasuk penyakit jantung, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes,
hiperinsulinemia, dan kanker (Layman, et al, 2005). Sedangkan jika tubuh
kekurangan kalori juga akan menyebabkan tubuh lemah dan kekurangan berat
badan. Oleh sebab itu, memperhitungkan kebutuhan kalori harian untuk tubuh
sangat penting dilakukan. Biasanya orang akan melakukan diet atau mengatur
pola makan untuk mengatur jumlah kalori di dalam tubuh.
Berikut adalah Beberapa contoh makanan dengan informasi kalori dan
nutrisi :
Makanan (1 Eergi (kkal) Karbohidrat Protein (gr) Lemak (gr)
porsi makan) (gr)
Nasi putih 135 29,2 2,79 0,29
Gandum putih 657 145,73 21,72 3,28
Nasi merah 215 44,42 4,09 1,74
Singkong 32 7,65 0.27 0,06
Jagung 77 17,12 2,9 1,06
Ikan 48 0 10,12 0,52
Kacang 55 3,89 4,09 2,59
kedelai
Tahu 70 2,72 4,46 5,24
Ayam tepung 95 5,22 5 6,02
Tempe 55 2,66 5,26 3,02
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Penderita obesitas sebaiknya mengonsumsi makanan bergizi sesuai
dengan asupan kalorinya setiap hari, daripada makan terlalu banyak
2. sumber utama energi berasal dari zat gizi. Energi yang diperlukan tubuh
untuk mengerjakan pekerjaan merupakan tambahan terhadap energi
metabolisme basal. Apabila tubuh seseorang kekurangan energi, maka
kemampuan fisiknya untuk melakukan aktivitas kerja akan menurun
sehingga mengakibatkan penurunan efisiensi kerja

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang
diberikan untuk memperbaiki penelitian ini :
1. Melakukan penambahan bahan makanan sehingga banyak keberagaman
kromosom untuk menghasilkan komposisi makanan bagi penderita
kolesterol.
2. Hasil output-nya dapat berupa makan pagi, makan siang dan makan
malam. Setiap menu makanan terdiri dari tipe jenis bahan makanan seperti
makanan pokok, protein nabati, protein hewani, sayuran dan pelengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, L. D., & Widyastiti, M. (2016). Meminimumkan Jumlah Kalori di Dalam


Tubuh dengan Memperhitungkan Asupan Makanan dan Aktivitas
Menggunakan Linear Programming. Ekologia: Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan
Lingkungan Hidup, 16(1), 38-44.
Chintya Nirmala, A., Mahmudiono, T.. 2012. Media Gizi Indonesia Vol 9 No 1.
Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, Sikap, dan Pengetahuan Tentang
Obesitas Dengan Status Gizi Pegawai Negeri Sipil di Kantor Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dwi Asih, L., Widyastiti, M. 2016. Meminimumkan Jumlah Kalori Di Dalam Tubuh
Dengan Memperhitungkan Asupan Makanan dan Aktivitas Menggunakan
Linear Programming. Ekologia, Vol. 16 No. 1 : 38-44.
Handayani, D., Azizah, N., Hanifa., dan Rahmawati, W. 2014. Indonesia Journal of
Human. Densitas Energi dan Sajian Karbohidrat Makanan Tradisional dan
Modern di Kota Malang. Vol,3 No,1 : 11-18.
Hidayati, F. 2011. Hubungan Antara Pola Konsumsi, Penyakit Infeksi Dan Pantang
Makanan Terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Ha,il Di
Puskesmas Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011. Jakarta : Uin Syarif
Hidayatullah.
Idayani, M., & Hernawan Sulistyanto, S. T. (2016). Rekayasa Sistem Informasi
Kesehatan dan Informasi Asupan Kalori (Gizi) Bagi Ibu Hamil (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Irma E. A. N. (2015). “Pengembangan Aplikasi Untuk Mengetahui Kebutuhan
Kalori”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kemkes RI, Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia, Kemkes, 2012
Mahmudy, W. F. APLIKASI PERHITUNGAN KALORI HARIAN PENDERITA
DIABETES MELITUS MENGGUNAKAN METODE FUZZY INFERENCE
SYSTEM (FIS) TSUKAMOTO.
Nur, S. 2015. Kalori Yang Terkandung Dalam Makanan. Yogyakarta : Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Pamungkas, G. A., Isnanto, R. R., & Martono, K. T. (2016). Pembuatan Aplikasi
Panduan Gizi Seimbang Berbasis Android Dengan Menggunakan Metode
Backward Chaining. Jurnal Teknologi dan Sistem Komputer, 4(2), 369-379.
Randy P. K. (2017). “Rancangan Bangunan Perangkat Lunak Penghitung Kalori Dan
Pengatur Pola Makan Pada Sistem Operasi Android”. Surabaya: Universitas
Ciputra Surabaya.
Soegondo, Sidartawan., Prof., Dr., dr., SpPD-KEMD., FACE, 2006., Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Di Indonesia, PB. PERKENI,
Jakarta.
Sudaryono, Tri (2017). “Rancang Bangun Alat Pengukur Kalori Makanan Pintar
Berbasis Smartphone Android”. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Supono, R. A., Karmilasari, K., & Wulandari, Y. D. (2015, October). Aplikasi
Penghitungan Kebutuhan Gizi Lansia Berbasis Smartphone Android.
In Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) (Vol. 1, No. 1).
Sutardjo, Susirah. Penuntun Diet Edisi Baru, chapter 2 (PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 2005)
Triyanti, D., Arya Utama, G.. 2010. Sistem Informasi Untuk Menentukan Kebutuhan
Makanan Berdasarkan Jumlah Kalori. Surabaya : Stikom.
Wahid, N., & Mahmudy, W. F. (2015). Optimasi komposisi makanan untuk penderita
kolesterol menggunakan algoritma genetika. DORO: Repository Jurnal
Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya, 5(15).

Anda mungkin juga menyukai