Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FORMULASI

REVIEW JURNAL MENGENAI UJI MUTU FISIK EVALUASI

SEDIAAN PADAT, SEMI PADAT, DAN CAIR

KELOMPOK 10

Nama Anggota Kelompok :


1. Shafrina Iva Maulina P27241020031
2. Sinta Dwi Yulianti P27241020032
3. Tika Yunita Sari P27241020033

Kelas : 4A Jamu

PROGRAM STUDI DIII JAMU

POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA

2022
Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan
Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

Ira Nur Fadhilah1, Dwi Saryanti1


1
Program Studi D3 Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional Surakarta

Korespondensi : Iranurfadhilah174@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan. Buah pare merupakan salah satu jenis tanaman obat yang digunakan oleh
masyarakat degan kandungan charantin yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa dalam
darah. Sediaan tablet mempunyai keuntungan yaitu mudah dikonsumsi dan tepat
takarannya,sehingga pada penelitian ini buah pare dibuat sediaan tablet. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi bahan pengikat gelatin yang dapat menghasilkan
sediaan tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dengan mutu fisik yang baik
serta untuk mengetahui pengaruh gelatin sebagai bahan pengikat pada uji stabilitas fisik
sediaan tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.).
Metode. Pembuatan sediaan tablet ekstrak buah pare adalah dengan metode granulasi
basah karena zat aktif buah pare tidak tahan terhadap pemanasan diatas 600C.
Hasil.Formula sediaan tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dengan bahan
pengikat gelatin pada konsentrasi 5%, 7,5%, 10% mampu menghasilkan sediaan tablet
yang memenuhi persyaratan uji pemeriksaan fisik sediaan tablet selama 28 hari.
Konsentrasi pengikat gelatin memberi pengaruh terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik
sediaan tablet, konsentrasi pengikat gelatin yang paling baik adalah formula III dengan
konsentrasi gelatin 10%.
Kesimpulan.Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat maka kekerasan akan semakin
tinggi dan kerapuhan semakin turun.
Kata Kunci: buah pare (Momordica charantia L.); gelatin; granulasi basah

ABSTRACT
Introduction. Bitter melon is one type of medicinal plant used by the community with
charantin content which has the effect of reducing glucose levels in the blood. Tablet
preparations have the advantage of being easy to consume and exactly the size, so that in
this study pare fruit was made tablet preparations. The purpose of this study was to
determine the concentration of gelatin binder which could produce good physical quality
pare (Momordica charantia L.) fruit extract tablets and to determine the effect of gelatin as
a binder on the physical stability test of bitter fruit extract tablets (Momordica charantia L).
Methods.The making of pare fruit extract tablets is by wet granulation method because the
active ingredients of bitter melon fruit are not resistant to warming above 600C.
Results. Tablet dosage form of bitter melon extract (Momordica charantia L.) with gelatin
binder at a concentration of 5%, 7.5%, 10% was able to produce tablet preparations that
fulfilled the requirements for tablet physical examination for 28 days. The gelatin binding
concentration has an influence on the physical properties of granules and the physical
properties of tablet preparations, the best concentration of gelatin binder is formula III with
a gelatin concentration of 10%.
Conclusion. The higher the concentration of the binding material, the higher the hardness,
and fragility decreases.
Keywords: Bitter Melon Extract (Momordica charantia L.); Gelatin binder; WetGranulation.

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


Fadhila, Saryanti .,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik SediaanTablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

Pelarut yang digunakandalam


PENDAHULUAN
penelitian ini adalah pelarut etanol 70%, hal
Obat tradisional telah digunakan ini dikarenakan kandungan senyawa yang
masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. akandiambil dari buah pare (Momordica
Salah satu obat tradisional yang digunakan charantia L.) adalah senyawa triterpenoiddan
untuk menurunkan kadar glukosa darah polisakarida yang pada umumnya larut dalam
adalah buah pare (Momordica charantia L). etanol. Kandungan zat aktif ekstrak pare tidak
Kandungan zat aktif dalam buah pare yang tahan panas pada suhu diatas 60oC, tidak
berguna dalam penurunan glukosa darah tahan terhadap tekanan tinggi, sifat alir jelek
adalah charantin dan polypeptide-P insulin apabila menggunakan granulasi kering3.
(polipeptida yang mirip insulin) yang Berdasarkan sifat-sifat tersebut maka metode
memiliki komponen yang menyerupai pembuatan tablet ini dapat menggunakan
sulfonylurea. Manfaat dari charantin dan metode granulasi basah. Metode granulasi
polypeptide-P insulin ini adalah mencegah basah merupakan metode tunggal untuk
penyerapan glukosa pada usus dan digunakan dalam granulasi zat aktif dosis
meningkatkan deposit cadangan gula glikogen besar karena jika menggunakan metode
di hati 1. kempa langsung akan memerlukan lagi
Pemanfaatan buah pare (Momordica penambahan sejumlah besar pengisi untuk
charantia L.) pada umumnya digunakan mempermudah pengempaan, tetapi
dalam bentuk utuh atau segar, sehingga untuk mengakibatkan tablet menjadi tidak layak
meningkatkan kepraktisan dan kestabilannya karena akan menghasilkan peningkatan
maka dikembangkan menjadi bentuk sediaan ukuran tablet 4. Metode granulasi basah dapat
yang stabil dan praktisyaitu sediaan tablet. memperbaiki sifat alir dan kompaktibilitas
Sediaan tablet mempunyai beberapa bahan serta dapat meningkatkan
keuntungan, diantaranya adalah mudah untuk kompresibilitas sehingga menjadi lebih mudah
dikonsumsi, takarannya tepat, variabilitas untuk dibuat tablet, metode ini juga dapat
sediaan yang rendah, memiliki keseragaman meningkatkan distribusi keseragaman
5
yang baik, dikemas secara baik, praktis kandungan .
transportasi dan penyimpanannya Dalam suatu sediaan farmasi, selain
(stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta zat aktif juga dibutuhkan eksipien atau bahan
mudah ditelan, sehingga diharapkan penolong. Salah satu bahan tambahan yang
masyarakat dapat tertarik untuk penting dalam pembuatan tablet adalah bahan
mengkonsumsi sediaan tablet ekstrak buah pengikat. Bahan pengikat ini dimaksudkan
pare (Momordica charantia L.). untuk memberikan kekompakan dan daya
Zat aktif yang terdapat dalam buah tahan tablet, sehingga bahan pengikat
pare (Momordica charantia L.), diperoleh menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk
dengan melakukan penyarian zat aktif dengan dalam sebuah butir granulat. Dalam penelitian
metode maserasi yaitu dengan cara merendam ini digunakan gelatin dengan kadar 5%, 7,5%,
serbuk simplisia dalam cairan penyari. 10% sebagai bahan pengikat, karena
Metode ini sesuai dengan zat berkhasiat dari dibandingkan dengan pengikat lain seperti
pare yaitu charantin yang tidak tahan tragakan, gom arab, polivinilpirolidon, gelatin
terhadappemanasan tinggi atau rusak pada bersifat lebih baik karena tidak mudah
pemanasan diatas suhu 60oC 2. Maserasi juga terkontaminasi seperti tragakan dan gom arab
merupakan metode yang mudah dilakukan sementara polivinilpirolidon bersifat
dan alat yang digunakan sederhana. hidroskopis. Kelebihan dari gelatin adalah

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


26
Fadhila, Saryanti .,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik SediaanTablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

dapat meningkatkan warna, bau, rasa sediaan boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
sertalebih ekonomis dan tidak bereaksi bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
dengan hampir semua obat4. Berdasarkan lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
pertimbangan dosis ekstrak buah pare A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
(Momordica charantia L)yang telah dilakukan menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
oleh peneliti sebelumnya, bahwa sebanyak besar dari harga yang ditetapkan kolom B7.
200 mg ekstrak buah pare diminum dua kali
sehari untuk terapi tambahan Diabetes Tabel 1. Formula Tablet
mellitus6. Formula 1 Formula 2 Formula
(mg) (mg) 3 (mg)
Ekstrak
METODE 200 200 200
buah pare
Alat dan bahan Gelatin 30 45 60
Alat yang digunakan dalam penelitian Avicel pH
101 331 316 301
ini antara lain timbangan digital acis, oven Aerosil
memmert, mesin tablet, beaker glass pyrex, 5% 30 30 30
gelas ukur pyrex, corong kaca pyrex, Mg
stearate 6 6 6
disintegration tester BJ-1, friability tester CS-
Aspartame 3 3 3
II, hardness tester YD-1, jangka sorong norita, Bobot tablet 600 600 600
rotary evaporator IKA RV 10, ayakan 16 mesh b.) Uji Keseragaman Bobot
dan 18 mesh. Tablet ditimbang 20 tablet satu persatu,
Tanaman pare yang digunakan berasal dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tidak
dari perkebunan pare di Desa Dawung, boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing
Bandardawung, Tawangmangu dan telah bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
dideterminasi di Laboratorium Biologi FKIP lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Bahan A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
ekstrak buah pare yang diperoleh dengan besar dari harga yang ditetapkan kolom B 7.
metode maserasi dengan menggunakan c.) Uji Keseragaman Ukuran Tablet
pelarut etanol 70% (PT.Brataco) yang Tablet diambil sejumlah 10 tablet
dikeringkan dengan aerosil dan bahan kemudian diukur diameter dan tebal tablet
tambahan lain yaitu avicel pH 101, Gelatin, dengan menggunakan jangka sorong. Tablet
Mg Stearat, dan Aspartam. yang baik memiliki diameter tidak lebih dari 3
kali atau tidak kurang dari 4/3 tebal tablet7.
Jalannya penelitian d.) Uji Kekerasan Tablet
1. Formulasi Tablet Ekstrak Buah Pare Tablet diambil sejumlah 10 tablet,
Tablet ektrak buah pare (Momordica kemudian tombol on ditekan, skala pada
charantia L.) yang mengandung ekstrak buah hardness tester diubah pada satuan kg apabila
pare dibuat dalam 3 formula dengan satuan sebelumnya newton dan diposisikan
konsentrasi bahan pengikat gelatin yang pada angka nol(0). Kemudian satu tablet
berbeda yaitu 5%, 7,5%, 10%. Ketiga formula diletakkan ditengah pada alat pengukur
tablet yang dibuat disajikan pada Tabel 1. kekerasan tablet (hardness tester) sekrup
2. Evaluasi Sifat Fisik Tablet diputar kedepan sampai tablet pecah.
a.) Uji Keseragaman Bobot Kekerasan tablet ditunjukkan dengan skala
Tablet ditimbang 20 tablet satu persatu, (kg) yang terlihat pada alat disaat tablet pecah.
dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tidak

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


27
Fadhila, Saryanti .,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik SediaanTablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara turunkan secara teratur 30 kali setiap menit
4-10 kg 7. dalam medium air dengan suhu 37ºC. Tablet
e.) Uji Kerapuhan Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 yang tertinggal diatas kasa. Persyaratan uji
tablet, terlebih dahulu dibebas debukan dan waktu hancur untuk tablet tidak bersalut
ditimbang, kemudian tablet dimasukkan adalah kurang dari 15 menit 7.
dalam friability tester dan diputar sebanyak HASIL
100 putaran (4 menit), selanjutnya tablet Pembuatan Granul
dibebas debukan kembali.Lalu ditimbang
Granul adalah gumpalan dari partikel-
kembali dan dihitung prosentase kehilangan
partikel yang kecil. Pembuatan granul pada
bobot sebelum dan sesudah perlakuan, tablet
penelitian ini adalah dengan menggunakan
dianggap baik apabila kerapuhan tidak lebih
metode granulasi basah dengan bahan
dari 0,8% 7.
pengikat gelatin 5%, 7,5%, dan 10%.
e).Uji Waktu Hancur Tablet
Pemeriksaan fisik granul meliputi:
Lima tablet dimasukkan ke dalam
tabung berbentuk keranjang, kemudian dinaik

Tabel 2. Uji Waktu Alir Granul


Formula Massa Granul (g) Waktu Alir (s)± SD Kecepatan Alir (g/s) ± SD
I 25 1,99 ± 0,0529 12,57 ± 0,3326
II 25 2,63 ± 0,0400 9,51 ± 0,1450
III 25 3,34 ± 0,0874 7,50 ± 0,2011

a. Waktu alir granul kecepatan alir rata-rata sebesar 7,50 g/s


Pemeriksaan waktu alir granul artinya kecepatan alirnya lebih lama
dilakukan sebanyak tiga kali replikasi. Semua dibandingkan pada formula I. Pada uji anova
granul memenuhi uji persyaratan kecepatan data yang ada menunjukkan ada perbedaan
alir granul yaitu dengan kecepatan lebih dari yang signifikan (<0,05) atau terdapat
1,6 g/s 1. Kecepatan alir pada formula I paling perbedaan antar tiap formula. Pada uji post
cepat dengan kecepatan alir rata-rata 12,57 g/s hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
dikarenakan bahan pengikat yang digunakan yang signifikan antar formula. Pengaruh
sedikit sehingga granul lebih kering dan gelatin pada uji waktu alir pada penelitian ini
ringan. Sedangkan pada formula II adalah semakin besar konsentrasi gelatin
menghasilkan kecepatan rata-rata sejumlah maka akan semakin lama waktu alirnya.
9,51 g/s dan formula III mempunyai

Tabel 3. Uji Sudut Diam Granul


Formula Tinggi kerucut (cm) Jari-jari kerucut (cm) ± SD Sudut diam (0) ± SD
I 2,43 5,16 ± 0,0577 25,21 ± 1,3526
II 2,13 5,20 ± 0,1000 22,31 ± 2,5624
III 2,90 5,43 ± 0,1155 28,09 ± 0,4526

b. Uji sudut diam granul II, III memenuhi persyaratan sudut diam
karena <300 sehingga granul pada semua
Dari data pemeriksaan sudut diam formula memiliki kecepatan alir yang baik
pada tabel III dapat diketahui pada formula I, dan dapat mengalir bebas. Semakin tinggi

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


28
Fadhila, Saryanti .,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik SediaanTablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

kerucut maka sudut diam akan semakin besar. bentuk, warna, rasa, dan bau pada semua
Uji anova data yang ada menunjukkan ada tablet pada waktu penyimpanan selama 28
perbedaan yang signifikan yaitu 0,017 hari. Pada formula I, II, dan III mempunyai
(<0,05). Pada hasil uji post hoc menunjukkan bintik-bintik bewarna coklat pada tablet
nilai >0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa sehingga warna tablet menjadi kurang
data yang diperoleh memiliki perbedaan antar menarik, hal ini disebabkan karena
formula. Pengaruh gelatin pada uji sudut diam penggunaan bahan alam mempunyai
dalam penelitian ini adalah semakin besar kelemahan yakni menimbulkan bintik-bintik
konsentrasi bahan pengikat gelatin maka pada tablet yang dihasilkan8.
sudut diam granul akan semakin besar dengan b.) Uji Keseragaman Bobot Tablet
tinggi kerucut yang paling tinggi, hal ini Pengujian keseragaman bobot
disebabkan karena kecepatan alir granul pada dilakukan dengan menghitung rata-rata bobot
konsentrasi terbesar lebih lambat karena tablet, uji ini dilakukan untuk mengetahui
granul lebih lembab dibandingkan pada bobot tiap tablet dan formula dalam
konsentrasi terendah. penyimpaan selama 28 hari.
Pemeriksaan fisik tablet
Uji stabilitas fisik tablet dilakukan Tabel 5. Bobot Rata-rata Tablet
Formula Minggu ke – (gram)
untuk mengetahui kestabilan tablet selama
0 7 14 21 28
proses penyimpanan pada kurun waktu
I 0,597 0,599 0,598 0,600 0,600
tertentu3. Uji stabilitas fisik tablet dilakukan II 0,598 0,599 0,599 0,602 0,602
pada hari ke- 0, 7, 14, 21, 28 dengan tujuan III 0,600 0,601 0,602 0,603 0,604
pada kurun waktu tersebut didapatkan
gambaran tentang kestabilan fisik tablet Berdasarkan data yang diperoleh pada
selama penyimpanan. Uji stabilitas fisik tablet tabel V dapat disimpulkan bahwa semua tablet
yang dilakukan meliputi : memenuhi uji keseragaman bobot dikarenakan
a.) Organoleptis tablet tidak ada satupun tablet yang menyimpang
Tabel 4. Organoleptis Tablet dari kolom A maupun B. Dari hasil uji
Formula I Formula Formula statistika yang menggunakan SPSS 18 dengan
II III
metode Anova untuk uji keseragaman bobot
Bentuk bulat bulat bulat
diperoleh hasil sebesar 0,147 > 0,05 yang
pipih pipih pipih
Warna coklat coklat coklat tua berarti tidak ada perbedaan signifikan atau
muda muda konsentrasi gelatin tidak mempengaruhi
Bau Khas Khas Khas terhadap bobot tablet, sehingga uji ini
lemah lemah lemah menunjukkan hasil yang stabil untuk setiap
Rasa pahit pahit pahit kali pengujian selama 28 hari.
c.) Uji Keseragaman Ukuran
Pemeriksaan uji keseragaman ukuran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan 10 tablet
selama periode pengamatan didapatkan hasil pada setiap uji.
uji organoleptik tablet yang stabil untuk setiap
formula yaitu tidak ada perubahan untuk

Tabel 6. Uji Keseragaman Ukuran Diameter (dalam cm)


Formula Minggu ke – (gram)
0 7 14 21 28

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


29
Fadhila, Saryanti .,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik SediaanTablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

I 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98


II 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98
III 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98 0,88-1,98

Berdasarkan data pada tabel VI semua ada perbedaan yang signifikan atau tidak
tablet memenuhi uji keseragaman ukuran dan untuk tiap formulasi. Pada hasil uji post hoc
tablet yang dihasilkan memiliki ukuran yang menunjukkan nilai >0,05% sehingga dapat
stabil selama proses pengamatan. Dalam disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi
waktu penyimpanan selama 28 hari semua bahan pengikat gelatin mempengaruhi
tablet masih memenuhi uji keseragaman kekerasan tablet untuk setiap formula.
ukuran tablet. f.) Uji Waktu Hancur Tablet
d.) Uji Kerapuhan Tablet
Tabel 9. Uji Waktu Hancur Tablet
Tabel 7. Uji Kerapuhan Tablet Formula Minggu ke – (menit)
Formula Minggu ke – (gram)
0 7 14 21 28
0 7 14 21 28
I 03:28 03:17 02:00 01:19 01:16
I 0,17 0,33 0,50 0,66 0,74
II 04:15 03:23 02:01 01:59 01:38
% % % % %
III 10:38 09:16 06:37 06:02 05:55
II 0,17 0,25 0,33 0,49 0,57
% % % % %
Semua tablet memenuhi persyaratan uji waktu
III 0,17 0,25 0,33 0,40 0,49
% % % % % hancur tablet yaitu <15 menit. Dari hasil uji
statistika dengan uji anova untuk uji waktu
Semua tablet pada uji ini memenuhi hancur tablet menunjukan ada perbedaan
persyaratan kerapuhan tablet yaitu <0,8%. signifikan antar formula yaitu < 0,05 sehingga
Dari hasil uji statistika yang menggunakan dapat dilanjutkan ke uji post hoc untuk
SPSS 18 dengan metode Anova menunjukkan mengetahui ada perbedaan yang signifikan
tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu atau tidak untuk tiap formulasi.Pada hasil uji
0,413 (>0,05) post hoc menunjukkan nilai >0,05% sehingga
e.) Uji Kekerasan Tablet dapat disimpulkan bahwa perbedaan
konsentrasi bahan pengikat gelatin
Tabel 8. Uji Kekerasan Tablet mempengaruhi waktu hancur tablet untuk
Formula Minggu ke – setiap formula. Semakin tinggi kadar bahan
Rata-rata (gram) pengikat maka semakin lama tablet tersebut
0 7 14 21 28 hancur.
I 6,28 6,23 5,79 5,45 5,30
II 6,49 6,29 5,87 5,50 5,27
III 7,41 7,07 6,98 6,72 6,41
PEMBAHASAN
Semua formula pada uji kekerasan Pada uji waktu alir,semakin besar
tablet ini memenuhi persyaratan kekerasan konsentrasi gelatin maka akan semakin lama
tablet yaitu 4-8 kg. Dari hasil uji statistika waktu alirnya.Pada uji sudut diam, semakin
dengan uji anova untuk uji kekerasan tablet besar konsentrasi bahan pengikat gelatin maka
menunjukan ada perbedaan signifikan antar sudut diam granul akan semakin besar dengan
formula yaitu < 0,05 sehingga dapat tinggi kerucut yang paling tinggi.Penjelasan
dilanjutkan ke uji post hoc untuk mengetahui untuk fenomena tersebut adalahkarena

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


30
Fadhila, Saryanti .,Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik SediaanTablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.)
Secara Granulasi Basah

kecepatan alir granul pada konsentrasi besar 2. Konsentrasi bahan pengikat gelatin
lebih lambat karena granul lebih lembab memberi pengaruh terhadap sifat fisik
dibandingkan pada konsentrasi rendah. granul yaitu waktu alir granul,
Bintik-bintik bewarna coklat pada kecepatan alir granul, dan sudut diam
tablet membuat warna tablet menjadi kurang serta juga memberi pengaruh fisik tablet
menarik. Penjelasan untuk hal ini disebabkan seperti uji kekerasan, kerapuhan, waktu
karena penggunaan bahan alam dalam proses hancur. Semakin tinggi konsentrasi
pembuatan sediaan tablet. Bahan bahan pengikat gelatin kekerasan tablet
alammempunyai kelemahan menimbulkan semakin tinggi dan kerapuhan semakin
bintik-bintik pada tablet yang dihasilkan8. turun.
Perbedaan konsentrasi bahan pengikat
berupa gelatin turut mempengaruhitingkat DAFTAR PUSTAKA
kekerasan tablet untuk setiap 1. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia,
formula.Konsentrasi bahan pengikat gelatin Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
memberi pengaruh terhadap sifat fisik Indonesia, Jakarta.
2. Setiawati, R, 2014. Efek Analgetik Ekstrak
granul.Sifat fisik yang terpengaruh meliputi Etanol 70% Buah Pare (Momordica
waktu alir granul, kecepatan alir granul, dan charantia L.) pada Tikus Jantan Putih
sudut diam. Konsentrasi bahan pengikat (Spague Dawley). Progam Studi Farmasi.
gelatin juga memberi pengaruh fisik tablet Universitas Pakuan. Bogor.
3. Linda, A.L., Pengaruh Kadar PVPK-30
seperti uji kekerasan, kerapuhan, waktu dalam Formula Tablet Hisap Ekstrak Wortel
hancur. Semakin tinggi konsentrasi bahan (Daucus carota) dengan Basis Mannitol
pengikat gelatin kekerasan tablet semakin secara Granulasi Basah. Malang:Universitas
tinggi dan kerapuhan semakin turun Muhammadiyah Malang;2016.
4. Siregar, J, P., dan Wikarsa, S., 2010,
Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, 151-
KESIMPULAN 173, 216, EGC, Jakarta.
5. Banker, G.S., and Anderson, N.R., 1986,
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tablets, in: Lachman, L. Lieberman, H.A.,
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: and Kanig, J.L. (eds): The Theory and
1. Formula tablet ekstrak buah pare Practise of Industrial Pharmacy, 3rd Ed.,
Lea and Febiger, Philadelphia
(Momordica charantia L.) dengan
6. Lawrence L., Richard B., Jyoti K., Susan H
konsentrasi bahan pengikat gelatin 5%, & Sharon C., 2009, Anti-diabetic and
7,5%, dan 15% mampu menghasilkan hypoglycaemic effects of Momordica
tablet yang sesuai dengan persyaratan charantia (bitter melon): a mini review,
British Journal of Nutrition (2009), 102,
uji tablet. Konsentrasi bahan pengikat
1703–1708.
gelatin yang paling baik sebagai bahan 7. Depkes RI , 1979, Farmakope Indonesia,
pengikat pada tablet ekstrak buah pare Edisi III, 6-8, 65, 93, 96, Departemen
(Momordica charantia L.) adalah pada Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
8. Rukmana R., Budidaya Pare,
formula III dengan konsentrasi gelatin Yogyakarta:Kanisius;1997
10%.

SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No. 1. eISSN : 2621-0916


31
UJI MUTU FISIK SEDIAAN KRIM EKSTRAK ETANOL BUAH BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI NA. LAURIL SULFAT

Arisanty*), Anita*)

*) Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Makassar

ABSTRAK

Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat
jerawat secara tradisional sehingga pengobatannya kurang efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memformulasikan sediaan krim dari ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) dan untuk mengetahui mutu fisik dari sediaan krim yang dibuat dari ekstrak etanol buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Desain penelitian ialah pre and post test design pada krim
yang dibuat dengan 3 variasi pada emulgator Na. lauril sulfat 0,5%, 1% dan 2% yang diuji sebelum
dan sesudah penyimpanan selama 12 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Buah
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat di formulasikan sebagai sediaan krim dan pada
pengujian organoleptik, daya sebar, dan homogenitas terdapat 2 formula yang memenuhi syarat yaitu
Na. lauril sulfat 0,5% dan 1%, dan pada pengujian pH tidak terdapat formula yang memenuhi syarat

Kata kunci : Ekstrak Buah Belimbing wuluh, Mutu Fisik dan Na. lauril sulfat.

PENDAHULUAN salah satunya dengan memanfaatkan Buah


Jerawat (acne vulgaris) merupakan Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
peradangan kronikfolikel pilosebasea yang (Saputra Oktadoni, 2016).
ditandai dengan adanya komedo, papula, Menurut penelitian dari Wira eka,
pustula, dankista pada daerah-daerah 2008 membuktikan bahwa konsentrasi 2% dari
predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh
dariekstremitas superior, dada, dan punggung. merupakan konsentrasi hambat minimum
Pembentukan jerawat terjadi karena adanya terhadap pertumbuhan bakteri Stapylococcus
penyumbatan folikel oleh sel-sel kulit mati, epidermidis penyebab jerawat. Selain
sebum daninfeksi oleh Propionibacterium penelitian dari Wira eka 2008, penelitian lain
acne pada folikel sebasea (Anggit Luthfiana, yang mendukung adalah penelitian dari Resky
2013). Yuliandari, 2015 membuktikan bahwa Buah
Faktor pemicu timbulnya Acne Belimbing wuluh positif mengandung
vulgaris adalah produksi minyak yang berlebih senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan
pada kulit wajah. Kulit yang berminyak triterpenoid.
menyebabkan pori-pori tersumbat, sehingga Masyarakat biasanya menggunakan
bakteri anaerobic seperti Staphyloccocus Buah Belimbing wuluh (Avherroa bilimbi L.)
aureus akan berkembang biak. Faktor lain sebagai obat tradisonal yang berfungsi sebagai
penyebab acne vulgaris yaitu penggunaan obat jerawat dengan cara mengolah langsung
kosmetik pada kalangan wanita, usia, ras, Buah Belimbing wuluh (Avherroa bilimbi L.)
familial, makanan, cuaca dan kurang menjaga secara tradisional sehingga penggunaannya
kebersihan kulit.. (Anggit Luthfiana, 2013) membutuhkan waktu yang lama dan
Terapi yang digunakan untuk pengobatannya tidak efektif. Untuk
mengatasi acne vulgaris terdiri dari terapi memudahkan dalam penggunaannya maka
farmakologi dan nonfarmakologi. Salah satu Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
terapi farmakologi yaitu bahan topikal seperti diformulasikan dalam bentuk sediaan krim
sulfur, asam salisilat, retinoid topikal dan dengan emulgator Na. lauril sulfat (Ulaen dkk,
antibiotik. Terapi nonfarmakologi yang dapat 2012)
digunakan dalam penyembuhan acne vulgaris

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 110


Berdasarkan uraian di atas akan sediaan krim dari ekstrak etanol Buah
dilakukan penelitian uji mutu fisik sediaan Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang
krim yang mengandung ekstrak etanol Buah memenuhi syarat mutu fisik meliputi
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pengamatan organoleptik, daya sebar,
dengan variasi konsentrasi Na. lauril sulfat. homogenitas dan pH.

Rumusan Masalah Tempat dan Waktu Penelitian


1. Apakah ekstrak etanol Buah Belimbing Penelitian ini telah dilakukan di
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dapat Laboratorium Farmasetik Jurusan Farmasi
diformulasi dalam bentuk sediaan krim? Politeknik Kesehatan Makassar, sedangkan
2. Bagaimana mutu fisik dari sediaan krim waktu penelitiannya dilaksanakan pada bulan
yang dibuat dari Ekstrak etanol Buah Mei tahun 2017.
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) ?
Pengambilan Sampel
Tujuan Penelitian Sampel Buah Belimbing wuluh
1. Untuk memformulasikan sediaan krim (Averrhoa bilimbi L.) diperoleh di Citra
dari ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh Sudiang Indah, Kecamatan Biring Kanaya
(Averrhoa bilimbi L.). Kota Makassar. Buah yang diambil adalah
2. Untuk mengetahui mutu fisik dari sediaan Buah yang masih segar.
krim yang dibuat dari ekstrak etanol Buah
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu alat-alat
METODE DAN BAHAN gelas dan alat peracikan. Sedangkan bahan
Jenis Penelitian yang digunakan yaitu Buah Belimbing wuluh
Jenis penelitian ini adalah eksperimen (Averrhoa bilimbi L.), Aqua Destillata, Etanol
laboratorium dengan desain pre and post test 70%, Malam putih, Na. lauril sulfat, Nipagin,
design yang bertujuan mendapatkan formulasi Nipasol, Propilenglingkol dan Setil alkohol.

Rencana Formula
Formulasi ekstrak Buah Blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) :
Konsentrasi (%)
No. Bahan (g)
Formula I Formula II Formula III
1. Ekstrak kental 2% 2% 2%
2. Malam putih 20% 20% 20%
3. Setil alkohol 4% 4% 4%
4. Propilenglikol 5% 5% 5%
5. Na. lauril sulfat 0,5% 1% 2%
6. Nipagin 0,2% 0,2% 0,2%
7. Nipasol 0,5% 0,5% 0,5%
8. Air suling ad 20 gr ad 20 gr ad 20 gr
Sumber : Anggit Luthfiana, 2013

Prosedur Kerja 2. Pembuatan ekstrak Buah Belimbing


1. Pengolahan sampel wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Buah Belimbing wuluh Serbuk Buah Belimbing wuluh di
(Averrhoa bilimbi L.) yang telah diambil ekstraksi menggunakan metode ekstraksi
dicuci hingga bersih dengan air mengalir maserasi dengan penyari etanol 70%.
lalu diiris-iris dengan ketebalan kurang Proses maserasi dilakukan selama 3 hari
lebih 2 mm, setelah itu dikeringkan sambil sekali kali dilakukan pengadukan.
dengan cara di angin-anginkan dan Maserat yang dihasilkan kemudian
diserbukkan. dipekatkan dengan cara menguapkan

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 111


pelarutnya menggunakan waterbath salep (Rahmawati Farida, 2012). Syarat
hingga diperoleh ekstrak kental. krim sebagai sediaan topikal harus
3. Pembuatan krim memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit
Disiapkan alat dan bahan, yaitu 4-6,5(Ulaen dkk., 2012).
ditimbang malam putih, setil alkohol dan 4. Uji homogenitas
nipasol dimasukkan kedalam cawan Cara pengujiannya yaitu krim dioleskan
kemudian dilebur diatas penangas (fase tipis-tipis diatas kaca objek kemudian
minyak). Ditimbang propilenglikol, Na. diamati homogenitas bahan aktif dalam
lauril sulfat dan nipagin, tambahkan air basis krim. Syarat krim sebagai sediaan
suling dan dilarutkan di atas penangas topikal yaitu tidak menggumpal dan tidak
(fase air). Dimasukkan ekstrak kental terdapat partikel-partikel kecil pada saat
kedalam mortir digerus hingga homogen. dioleskan pada kaca obyek. (Ulaen dkk,
Setelah fase minyak lebur dan fase air 2012).
larut kemudian ekstrak dimasukkan ke
dalam mortir yang berisi fase minyak dan Pengumpulan Data
fase air kemudian di gerus hingga Data yang diperoleh adalah data dari
membentuk krim. hasil evaluasi mutu fisik sediaan krim ekstrak
etanol Buah Belimbing wuluh (Averrhoa
Proses Pengujian Krim bilimbi L.) setelah dilakukan penyimpanan
1. Organoleptik selama 12 hari yang meliputi pengamatan
Pengujian organoleptik dilakukan untuk organoleptik, daya sebar, daya lekat,
mengetahui pemerian krim dihasilkan homogenitas dan pH.
baik berupa bentuk dan bau dari masing-
masing krim. Pemerian krim tidak boleh Pengolahan Data
tengik (Anggit luthfiana, 2013). Data yang diperoleh diolah kemudian
2. Daya sebar dianalisa dengan membandingkan hasil uji
Uji daya sebar dilakukan dengan mutu fisik pada sediaan krim dengan
menimbang 0,5 gr sediaan krim kemudian konsentrasi Na. lauril sulfat 0,5%, 1% dan 2%.
diletakkan pada cawan petri terbalik. Jika terdapat 2 formula yang sama-sama
Diletakkan beban 20 g dan ditunggu memenuhi persyaratan maka dilanjutkan
selama 1 menit, diameter krim yang dengan uji statistika.
menyebar diukur. Syarat daya sebar untuk
sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm Kesimpulan
(Ulaen dkk., 2012). Formula dikatakan baik apabila
3. pH memenuhi persyaratan mutu fisik sediaan krim
Derajat keasaman (pH) diuji dengan sesuai yang ditetapkan dalam buku resmi atau
kertas pH yang dicelukpkan pada krim Farmakope Indonesia meliputi persyaratan
yang diencerkan kemudian dibandingkan organoleptik, daya sebar, daya lekat,
hasilnya dengan standar warna yang homogenitas dan pH
terdapat pada kemasan dan dicatat pH

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 112


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan
1. Pengamatan organoleptik
Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptik krim sebelum dan sesudah penyimpanan selama 12 hari
Sebelum penyimpanan Sesudah penyimpanan
No. Formula
Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau
1. Formula Setengah Coklat Estrak Buah Setengah Coklat Estrak Buah
I (Na. lauril padat Belimbing padat Belimbing
sulfat 0,5%) wuluh wuluh
2. Formula II Setengah Coklat Estrak Buah Setengah Coklat Estrak Buah
(Na. lauril padat Belimbing padat Belimbing
sulfat 1%) wuluh wuluh
3. Formula III Setengah Coklat Estrak Buah Setengah Coklat Estrak Buah
(Na. lauril padat Belimbing padat Belimbing
sulfat 2%) wuluh wuluh
Sumber : Data primer, 2017

2. Pengamatan Daya Sebar 4. Pengamatan Homogenitas


Tabel 3. Hasil pengamatan daya sebar krim Tabel 5. Hasil pengamatan homogenitas krim
sebelum dan sesudah penyimpanan sebelum dan sesudah penyimpanan
selama 12 hari. selama 12 hari.
Daya sebar (cm)
No Sebelum Sesudah Homogenitas
Formula N
. penyimpa penyimpa Formula Sebelum Sesudah
o.
nan nan penyimpanann penyimpanan
1. Formula I 5,4 cm 5,6 cm 1. Formula I Homogen Homogen
2. Formula II 5,3 cm 5,5 cm 2. Formula II Homogen Homogen
3. Formula III 4,6 cm 4,7 cm 3. Formula III Homogen Homogen
Sumber : Data primer, 2017 Sumber : Data primer, 2017

3. Pengamatan pH Pembahasan
Tabel 4. Hasil pengamatan pH krim sebelum Pada penelitian ini dibuat sediaan
dan sesudah penyimpanan selama 12 krim dari ekstrak etanol Buah Belimbing
hari. wuluh (Averrhoa bilimbi L.) menurut
penelitian dari wira eka, 2008 membuktikan
pH bahwa konsentrasi 2% dari ekstrak etanol
No Sebelum Sesudah Buah Belimbing wuluh merupakan konsentrasi
Formula
. penyim penyim hambat minimum terhadap pertumbuhan
panan panan bakteri penyebab jerawat. Adapun emulgator
1. Formula I 3 3 yang digunakan pada pembuatan krim ekstrak
2. Formula II 3 3 etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa
3. Formula III 3 3 bilimbiL) yaitu Na. Lauril sulfat dengan
Sumber : Data primer, 2017 memvariasikan konsentrasi yang digunakan
0,5%, 1% dan 2%.. Dengan penambahan
Emulgator pada sediaan krim, maka kedua
fase dapat bercampur dengan baik.
Adapun bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan krim ektrak etanol Buah
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yaitu
Aquadest, Malam Putih sebagai stabilisator
emulsi, Na. lauril sulfat sebagai emulgator,

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 113


nipagin sebagai pengawet, nipasol sebagai sulfat 2%) daya sebar yang di hasilkan
pengawet, propilenglikol sebagai pelembab sebelum dan sesudah penyimpanan yaitu 4,6
dan setil alkohol sebagai pengemulsi. Ekstrak cm dan 4,7 cm. Pengujian daya sebar pada FI
yang digunakan yaitu hasil ekstraksi dari buah (Na. lauril sulfat 0,5%) dan FII (Na. lauril
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan sulfat 1%)sebelum dan sesudah penyimpanan
cara metode maserasi dan penyari yang menunjukkan bahwa formula yang dihasilkan
digunakan yaitu etanol 70%. aman untuk digunakan karena telah memenuhi
Hasil pemeriksaan organoleptik syarat daya sebar sebagai sediaan topical yaitu
menunjukkan bahwa ketiga formula krim FI 5-7 cm. Sedangkan pada FIII (Na. lauril sulfat
(Na. lauril sulfat 0,5%), FII (Na. lauril sulfat 2%) menunjukkan bahwa sediaan yang
1%) dan FIII (Na. lauril sulfat 2%) stabil dihasilkan tidak aman untuk digunakan karena
secara fisik baik itu sebelum maupun sesudah tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan.
penyimpanan selama 12 hari. Dapat di Adapun faktor yang mempengaruhi perbedaan
simpulkan bahwa penambahan ekstrak etanol daya sebar sebelum dan sesudah penyimpanan
Buah Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) karena sebagian air yang terdapat pada krim
tidak mempengaruhi kestabilan fisik pada sudah terlepas sehingga konsistensinya lebih
krim. Salah satu perubahan ketidakstabilan encer setelah uji penyimpanan yang di
suatu sediaan adalah terjadinya perubahan percepat (12 hari) dan daya sebar pada kulit
warna, bau dan bentuk sediaan. sesudah penyimpanan lebih besar daripada
Uji pH yang dilakukan pada FI (Na. sebelum penyimpanan..
lauril sulfat 0,5%), FII (Na. lauril sulfat 1%) Uji homogenitas yang dilakukan
dan FIII (Na. lauril sulfat 2%) pada saat sebelum dan sesudah penyimpanan pada tabel
sebelum dan sesudah penyimpanan selama 12 5 memberikan hasil yang homogen untuk
hari diperoleh nilai pH yang sama. Pengukuran ketiga formula yaitu Na. lauril sulfat 0,5%, 1%
pH dilakukan dengan menggunakan pH stik dan 2%, Di lihat berdasarkan tidak adanya
universal yang dilakukan dengan gumpalan maupun butiran kasar pada sediaan
mencocokkan warna yang diperoleh dengan krim ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh
tabel warna yang ada. Hasil pengujian pH (Averrhoa bilimbi L.). Suatu sediaan krim
dengan memvariasikan jumlah emulgator Na. harus homogen agar tidak menimbulkan iritasi
lauril sulfat 0,5%, 1% dan 2% sebelum dan pada kulit dan terdistribusi merata ketika
sesudah penyimpanan adalah 3sehingga digunakan.
sediaan krim yang dihasilkan tidak aman
untuk digunakan karena pH yang terlalu asam PENUTUP
dapat mengiritasi kulit. Adapun syarat Kesimpulan
pengujian pH pada kulit yaitu 4,5-6,5. Berdasarkan hasil pengujian dan
Pengujian daya sebar untuk tiap pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
sediaan dengan memvariasi jumlah emulgator disimpulkan bahwa :
yang digunakan dilakukan untuk melihat 1. Ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh
kemampuan sediaan menyebar pada kulit. (Averrhoaa bilimbi L.) dapat di
Hasil pengukuran daya sebar dapat dilihat formulasikan sebagai sediaan krim.
pada Tabel 4. Perbedaan daya sebar antara tiap 2. Pada pengujian Organoleptik, Daya sebar
formula terjadi karena jumlah dari emulgator dan Homogenitas terdapat 2 formula yang
yang digunakan untuk tiap-tiap formula memenuhi syarat yaitu Na. lauril sulfat
berbeda. Pada FI (Na. lauril sulfat 0,5%) 0,5% dan Na. lauril sulfat 1%, dan pada
konsistensinya lebih lunak sehingga daya pengujian pH ketiga formula Na. lauril
sebar yang dihasilkan lebih besar yaitu 5,4 cm sulfat 0,5%, 1% dan 2% tidak memenuhi
sebelum penyimpanan dan 5,6 cm sesudah syarat.
penyimpanan. Pada FII (Na. lauril sulfat 1%)
daya sebar yang dihasilkan yaitu 5,3 cm Saran
sebelum penyimpanan dan 5,5 cm setelah Disarankan pada peneliti selanjutnya
penyimpanan. Sedangkan pada FIII (Na. lauril agar menambahkan bahan yang dapat

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 114


menaikkan pH pada krim sehingga Savitri, Ni Putu Iga, 2014Efektivitas
memenuhi syarat pada pengujian pH Antibakteri Ekstrak Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Bakteri Mix Saluran Akar
Gigi. Fakultas Kedokteran Gigi
Anggraini Nur, Saputra Oktadoni, 2016 ,
Universitas Mahasaraswati: Denpasar
Khasiat Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) Terhadap Penyembuhan Syamsuni, 2006. Farmasetika Dasar dan
Acne Vulgaris. Fakultas kedokteran Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Universitas Lampung kedokteran EGC, Jakarta.
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Ulaen, Sefie P.J., Banne, Yos Suatan & Ririn
Departemen Kesehatan Republik a., 2012. Pembuatan Salep
Indonesia, Jakarta. Antijerawat Dari Ekstrak Rimpang
Temulawak (Curcuma xanthorriza
Roxb). Jurnal Ilmiah Farmasi
Ansel, H.C.,(1989). Pengntar Bentuk Sediaan
Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi edisi 4 UI. Press. Jakarta
Farmasi edisi 5, Gadjah mada
Dewi, Anggit Luthfiana, 2013, Formulasi Universitas Press, Yogyakarta, hal
salep Ekstrak Herba Pegagan 170.
(Centella asiatica (L.) Urban) dengan
Wade, A. dan Waller, P. J., 1994, Handbook
Basis Polietilenglikol dan Uji
of Pharmaceutical Excipients, Second
Aktivitas Antibakteri Terhadap
Edition, 99, 448, The Pharmaceutical
Staphylococcus aureus, Fakultas
Press London.
Farmasi Universitas
Muhammadiyyah: Surakarta Wira eka. 2008. Uji Daya Hambat Ekstrak
Etanol Buah Belimbing Wuluh
Fahrunnida. Pratiwi Rarastoeti. 2012.
(Averrhoa bilimbi L.) Terhadap
Kandungan Saponin Buah Daun dan
Bakteri Staphylococcus epidermidis
Tangkai Belimbing Wuluh (Averrhoa
Penyebab Jerawat. Fakultas farmasi :
bilimbi L.). Jurnal Penelitia, Fakultas
Universitas Andalas.
Biologi Universitas Gadjah mada
Yogyakarta. Yuliandri Resky, 2015. Uji Aktivitas
Antibiofilm Sari Buah Belimbing
Farida Rahmawati, dkk. 2012. Uji Control
Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Kualitas Sediaan Salep Getah
Terhadap Biofilm Pseudomonas
Papaya (Carica papaya L.)
aeruginosa Secara In Vitro. Fakultas
Menggunakan Basis Hidrokarbon.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan :
Stikes Muhammadiyah :Klaten.
Jakarta.

Media Farmasi Vol. XIV. No. 1. April 2018 115


UJI STABILITAS FISIK DAN HEDONIK SIRUP HERBAL KUNYIT ASAM
STABILITY AND HEDONIC TEST OF TUMERIC TAMARIND SYRUP

Indri Kusuma Dewi, Youstiana Dwi Rusita


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu

Abstract: Physical Stability, Hedonic, Syrup, Tumeric Tamarind. Tumeric have a benefit
as antiinflammation so can be improved in the syrup formula. This research aimed to
describe the result physical stability and hedonic test of the tumeric tamarind sirup with
differences temperature storing for phormula I was saving in 50C and phormula II was
saving in 350C for 24 hours as many 14 cyclic. It was experimental research. This research
was done by testing physical stability of the tumeric tamarind sirup include to organoleptic,
pH, homogenity and pour time test and also hedonic test. The result research: organoleptic
test were no change for two weeks with brownish yellow colour, smell test is tumeric
tamarind, flavor test is sweet and tamarind and texture is solid. pH test is stable at 4,
homogenity test is stable homogen and pour time test is phormula I was storing in 50C is
8,14 second and 7,84 second, phormula II was storing in 350C is 5,04 second and 4,14
second for 24 hour as many 14 cyclic. Hedonic test was showed result for first week at
temperature 50C is 40% of respondents are very like, 40% of respondents are like and 20%
of respondents are dislike, at temperature 35°C is 40% of respondents are very like and
60% of respondents are like. While for second week at temperature 50C is 60% of
respondents are very like and 40% of respondents are like, at temperature 35°C is 80% of
respondents are very like and 20% of respondents are like.

Keyword : Physical Stability, Hedonic, Syrup, Tumeric Tamarind

Abstrak: Stabilitas Fisik, Hedonik, Sirup,Kunyit Asam. Kunyit mempunyai manfaat


sebagai anti inflamasi sehingga pemanfaatannya dapat dikembangkan dalam bentuk sirup.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran hasil stabilitas fisik dan hedonik sirup
herbal dengan perbedaan suhu penyimpanan yaitu formula I disimpan pada suhu 50C dan
formula II disimpan pada suhu 350C selama 24 jam sebanyak 14 siklus. Jenis penelitian
adalah eksperimental. Penelitian dilakukan dengan menguji stabilitas fisik sirup herbal
kunyit asam yang meliputi organoleptik, pH, homogenitas dan waktu tuang serta uji
hedonik. Hasil pengamatan organoleptis tidak mengalami perubahan selama 2 minggu yaitu
warna kuning kecoklatan pekat, bau khas kunyit asam, rasa asam manis dan bentuk cair.
Hasil uji pH tetap stabil yaitu 4,uji homogenitas adalah tetap homogen dan hasil waktu
tuang formula I disimpan pada suhu 50C yaitu 8,14 detik dan 7,84 detik dan formula II
disimpan pada suhu 350C yaitu 5,04 detik dan 4,14 detik selama 24 jam sebanyak 14 siklus.
Untuk uji hedonik menunjukkan hasil respon pada minggu I suhu 5°C yang sangat suka
40%, suka 40% dan tidak suka 20%, pada suhu 35°C memberikan nilai respon yang sangat
suka 40%, suka 60%. Sedangkan pada minggu II suhu 5°C yang sangat suka 60%, suka
40%, pada suhu 35°C memberikan nilai respon yang sangat suka 80%, suka 20%.

Kata Kunci : Stabilitas Fisik, Hedonik, Sirup, Kunyit Asam

79
80 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 2, No 2, September 2017, hlm 60-115

PENDAHULUAN serta dilakukan uji hedonik untuk


Salah satu pemanfaatan bahan mengetahui kesukaan responden terhadap
alam adalah dalam bentuk sediaan sirup herbal kunyit asam.
minuman herbal atau jamu yang Penelitian untuk uji stabilitas
diharapkan bermanfaat bagi kesehatan fisik dan hedonik sirup herbal kunyit asam
sebagai pangan fungsional. Pangan belum pernah dilakukan sebelumnya.
fungsional adalah pangan yang secara Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
alami maupun telah melalui proses hasil stabilitas fisik dan hedonik sirup
mengandung satu atau lebih senyawa yang herbal dengan perbedaan suhu
berdasarkan kajian-kajian ilmiah dianggap penyimpanan yaitu formula I disimpan
mempunyai fungsi-fungsi fisiologis pada suhu 50C dan formula II disimpan
tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. pada suhu 350C selama 24 jam sebanyak
Pangan fungsional dikonsumsi 14 siklus.
sebagaimana layaknya makanan atau
minuman, mempunyai karakteristik METODE PENELITIAN
sensori berupa penampakan, warna, Bahan
tekstur dan cita rasa yang dapat diterima Kunyit, asam jawa, kayu manis,
oleh konsumen, serta tidak memberikan garam, gula pasir, gula aren dan aquadest.
kontraindikasi dan efek samping terhadap
metabolisme zat gizi lainnya jika Alat
digunakan dalam jumlah yang dianjurkan Gelas ukur, penangas air, pengaduk,
(BPOM, 2001) panci stainless steel, blender, saringan, pH
Contoh minuman herbal atau meter, termometer, viskometer Ostwald,
jamu sebagai pangan fungsional adalah neraca analitik.
sirup. Pada penelitian ini bahan alam yang Prosedur eksperimen
dikembangkan dalam bentuk sediaan sirup A. Formulasi sirup kunyit asam
adalah kunyit asam. Menurut Rustam dkk R/
(2007), seluruh kelompok dosis ekstrak Kunyit 50 gram
etanol kunyit mempunyai manfaat sebagai Asam 50 gram
anti inflamasi. Hal ini dikarenakan adanya CMC Na 0,5%
kurkumin yang dapat menghambat Kayu Manis 10 gram
prostaglandin dan menekan aktivitas Gula Pasir 400 gram
enzim siklooksigenase (Sudjarwo, 2004). Gula aren 50 gram
Rimpang kunyit dapat dibuat dalam Garam q.s
bentuk sirup karena praktis Air (ad.) 500 ml
penggunaannya tetapi mempunyai rasa
pahit sehingga perlu ditambahkan pemanis Pembuatan:
(Kusumawati dkk., 2015). Perasan kunyit dimasukkan ke panci
Setelah mendapatkan formulasi stainless, lalu panaskan di atas kompor.
kunyit asam dalam bentuk sirup kemudian Kemudian menambahkan asam, gula
dilakukan stabilitas fisik untuk pasir, gula aren dan diaduk sampai
mengetahui umur simpan sirup secara gulanya melarut.Tambahkan garam
penampilan fisik yaitu meliputi secukupnya, kurang lebih setengah sendok
pengamatan organoleptis, pH, viskositas teh. Setelah gula sudah melarut dan sirup
Indri Kusuma Dewi, Uji Stabilitas Fisik Dan Hedonik Sirup 81

sudah mendidih, matikan api, diamkan kuisioner yang isinya meliputi


sampai sirup menjadi hangat. rasa, aroma dan penampilan.

b. Uji stabilitas sirup kunyit asam HASIL PENELITIAN


Sirup kunyit asam sebelum A. Berdasarkan hasil pengamatan
dievaluasi stabilitas mutunya selama 24 jam sebanyak 14 siklus
diberikan kondisi penyimpanan Penguji Hasil
an Pengamatan
dipercepat yaitu penyimpanan Minggu I Minggu II
pada suhu 50C dan 350C masing- Suhu 5° C Suhu 35° C Suhu Suhu
5° C 35° C
masing selama 24 jam sebanyak Organo
14 siklus, kemudian dilakukan leptis Cair Cair Cair Cair
pengujian-pengujian berikut : Bentuk Khas Kunyit, Khas Kunyit, Khas Khas
a. Pemeriksaan organoleptik Asam Manis Asam Manis Kunyit Kunyit
, Asam , Asam
Pemeriksaan meliputi perubahan Bau Kuning Kuning Manis Manis
warna dan bau. Sirup yang telah Kecoklatan Kecoklatan
Pekat Pekat Kunin Kunin
dibuat diperiksa bau dan g g
warnanya sebelum dan sesudah Manis dan Manis dan Kecokl Kecokl
Asam Asam atan atan
dilakukan penyimpanan yang Warna Pekat Pekat
dipercepat, tiap satu siklus
Manis Manis
b.Pemeriksaan homogenitas dan dan
pemeriksaan meliputi ada atau Asam Asam
tidaknya gumpalan atau endapan Rasa
pada larutan. Homog Homogen Homogen Homo Homo
enitas gen gen
c. Pengukuran pH pH 4 4 4 4
Pengukuran pH dilakukan Waktu 8.14 Detik 5,04 Detik 7.84 4,12
Detik Detik
dengan menggunakan pH-meter Tuang
terhadap pH sirup sebelum dan
sesudah kondisi penyimpanan PEMBAHASAN
yang dipercepat. Stabilitas Sirup Kunyit Asam
d. Pengukuran viskositas Pengujian stabilitas Sirup Kunyit
Pengukuran viskositas dilakukan Asam berdasarkan percobaan yang
terhadap sirup yang telah dibuat dilakukan oleh Pakki et al, 2011 yaitu
sebelum dan sesudah kondisi dengan penyimpanan sirup pada suhu 5°C
penyimpanan dipercepat. dan 35°C masing-masing selama 12 jam
Pengukuran viskositas dilakukan sebanyak 10 siklus, dengan pengujian
dengan menggunakan dilakukan setiap hari dengan parameter
viskometer Ostwald fisik meliputi organoleptik, pH,
homogenitas, waktu tuang.
c. Uji hedonik a. Uji Organoleptik
Sirup dicobakan kepada 25 Uji organoleptik sediaan sirup kunyit
orang responden dan kemudian asam meliputi warna, rasa, bau, dan
responden diminta untuk mengisi bentuk. Hasil uji organoleptik
diperoleh dari sediaan sirup adalah
kuning kecoklatan pekat dan tidak
82 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 2, No 2, September 2017, hlm 60-115

terjadi perubahan saat penyimpanan penambahan CMC Na dan


selama 2 minggu baik pada suhu konsentrasi dari sukrosa yang
dingin maupun suhu ruangan. Warna digunakan.
sirup tersebut sesuai dengan warna b. Uji pH
ekstrak cair yaitu kuning pekat dan Pada pengamatan stabilitas
berwarna kecoklatan ketika di campur berdasarkan parameter waktu
dengan asam jawa. Warna asli daging penyimpanan pada suhu tertentu
asam adalah kuning kecoklat-coklatan, terhadap nilai pH sediaan terlihat
sedangkan warna pada kuning pada bahwa semua sediaan sirup
kunyit yaitu adanya kurkumin. mempunyai nilai pH yang stabil yaitu
Kurkumin berbentuk serbuk kristal 4. Pengujian pH merupakan salah satu
dengan warna kuning jingga, selain parameter yang penting karena nilai
itu juga memberikan sumbangan pH yang stabil dari larutan
terhadap karakter kepedasan yang menunjukkan bahwa proses distribusi
lembut pada rempah (Koswara, S, dari bahan dasar dalam sediaan
2009). Rimpang kunyit kering merata. Nilai pH yang dianjurkan
mengandung kurkuminoid sekitar untuk sirup adalah berkisar antara 4
10%, kurkumin 1 – 5%, dan sisanya –7 (Anonim, 1995). Adanya asam
terdiri dari demetoksikurkumin, serta sitrat yang terkandung pada daging
bisdemetoksikurkumin. Selain itu buah asam jawa dalam penelitian ini
rimpang kunyit juga mengandung berfungsi sebagai pendapar yang
minyak atsiri sebanyak 1 – 3%, lemak, bersifat menstabilkan pH yaitu ± 4
protein, karbohidrat, pati, dan sisanya sehingga warna sirup stabil dalam
terdiri dari vitamin C, garam-garam penyimpanan suhu tinggi. Pada
mineral seperti zat besi, fosfor, dan pengujian pH semua sirup yang
kalsium. Bau dan rasa berasal dari dihasilkan masih memenuhi parameter
beberapa zat yang terdapat didalam nilai pH yang dipersyaratkan.
minyak tersebut. Zat-zat tersebut c. Uji homogenitas
meliputi keton sesquiterpen, termeron, Pada uji homogenitas semua sirup
zingeberen, borneol, dan sineol yang diuji tidak memiliki gumpalan
(Nugroho, 1998). Sedangkan daging dan endapan dalam larutan, hal ini
buah asam jawa mengandung 8-14% karena tidak terdapat perbedaan sifat
asam tartarat, 30-40% gula, serta antara bahan dan zat aktif yang
sejumlah kecil asam sitrat dan kalium digunakan (Lachman, 1994).
bitaetrat sehingga berasa sangat d. Uji waktu tuang
masam (Rukmana, 2005). Tidak Uji ini dilakukan untuk mengetahui
adanya perubahan warna dan bau pada kemudahan tuang sediaan saat nanti
sediaan menunjukkan bahwa tidak ada akan dikonsumsi. Uji ini
interaksi pada komponen didalamnya berhubungan erat dengan kekentalan
yaitu antara rimpang kunyit dan asam suatu sediaan. Jika kekentalan yang
jawa. Karakteristik sirup kunyit asam rendah menjadikan cairan akan
yang kental karena adanya CMC Na semakin mudah dituang dan
dan sukrosa. Tekstur sirup kunyit sebaliknya, jika viskositas atau
asam agak kental karena pengaruh kekentalan semakin besar, maka
Indri Kusuma Dewi, Uji Stabilitas Fisik Dan Hedonik Sirup 83

cairan akan semakin sukar dituang a. Bentuk, warna, bau dan rasa
(Ansel, 1989). Viskositas cairan formula I disimpan pada suhu 50C
biasanya turun dengan meningkatnya dan formula II disimpan pada suhu
suhu, dapat dianalogikan dengan sirup 350C selama 24 jam sebanyak 14
gula panas mengalir lebih cepat dari siklus tidak mengalami perubahan
pada sirup gula dingin. yaitu warna kuning kecoklatan
pekat, bau khas kunyit dan asam,
B. Berdasarkan data hasil uji hedonik rasa asam manis dengan bentuk
pada sirup herbal kunyit cair
Respon Minggu I (%) Minggu II (%) b. Uji pH formula I disimpan pada
Suhu Suhu Suhu Suhu
Dingin Ruang Dingin Ruang suhu 50C dan formula II disimpan
(5° C) (35° C) (5° C) (35° C) pada suhu 350C selama 24 jam
Sangat suka 40 40 60 80
Suka 40 60 40 20 sebanyak 14 siklus tidak ada
Tidak Suka 20 0 0 0 perubahan yaitu nilai 4
Jumlah 100 100 100 100
c. Uji homgenitas formula I disimpan
Uji hedonik dilakukan dengan
pada suhu 50C dan formula II
menggambarkan kesukaan (parameter
disimpan pada suhu 350C selama
aroma, penampilan dan rasa)
24 jam sebanyak 14 siklus tidak
menggunakan 25 panelis yang diberikan
ada endapan dan gumpalan semua
contoh sediaan sirup herbal kunyit asam.
homogen
Hasil uji hedonik menunjukkan
d. Uji waktu tuang formula I
perbedaan respon tiap responden
disimpan pada suhu 50C yaitu 8,14
terhadap sirup kunyit asam. Pada suhu
detik dan 7,84 detik dan formula II
5°C responden banyak yang memberikan
disimpan pada suhu 350C yaitu
nilai suka karena tekstur pada sirup yang
5,04 detik dan 4,14 detik selama
mengandung gula bila disimpan pada suhu
24 jam sebanyak 14 siklus
dingin maka akan lebih kental dan itu juga
e. Untuk uji hedonik menunjukkan
mempengaruhi penilaian kesukaan ada
hasil respon pada minggu I suhu
sirup kunyit. Sedangkan pada suhu 35° C
5°C yang sangat suka 40%, suka
tidak ada yang mempengaruhi dalam segi
40% dan tidak suka 20%, pada
organoleptiknya dan kemudahan untuk
suhu 35°C memberikan nilai
menuang sehingga nilai sangat suka lebih
respon yang sangat suka 40%,
tinggi. Namun bisa disimpulkan bahwa
suka 60%. Sedangkan pada
responden lebih menyukai sirup pada suhu
minggu II suhu 5°C yang sangat
35° C
suka 60%, suka 40%, pada suhu
35°C memberikan nilai respon
KESIMPULAN DAN SARAN yang sangat suka 80% dan suka
Stabilitas fisik dan hedonik sirup
20%.
herbal kunyit asam dengan perbedaan
suhu penyimpanan yaitu formula I
DAFTAR RUJUKAN
disimpan pada suhu 50C dan formula II
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia
disimpan pada suhu 350C selama 24 jam
Edisi IV. Departemen Kesehatan
sebanyak 14 siklus.
Republik Indonesia : Jakarta.
84 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 2, No 2, September 2017, hlm 60-115

Ansel H.C. 1989. Pengantar Bentuk Fakultas Kedokteran Universitas


Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Andalas.
Press, pp : 605 -19. Rukmana,R.,2005. Budidaya Asam Jawa.
BPOM.2001. Kajian proses standarisasi Kanisius. Yogyakarta
produk pangan fungsional di badan Sudjarwo,S.A. 2004.The Signal
Pengawas Obat dan Makanan. Transduction of Curcumin as Anti
Lokakarya Kajian Penyusunan Inflammatory Agent in Cultured
Standar Pangan Fungsional. Badan Fibroblasts. Jurnal Kedokteran
Pengawasan Obat dan Makanan, YARSI vol.12
Jakarta.
Koswara, S, 2009, Pewarna alami :
Produksi dan Penggunaannya.
eBookPangan.com.
Kusumawati C.,Mufrod dan Mutmainah.
2015. Karakteristik Fisik dan
Penerimaan Rasa Sediaan
Chewable Lozenges Ekstrak
Rimpang Kunyit (Curcuma
domestica Val.) dengan Kombinasi
Pemanis High Fructose Syrup dan
Sukrosa. Majalah Farmasetik Vol
11 No 1 tahun 2015.
Lachman, L., A. H. Lieberman.,
J.L.Kanig. 1994. Teori dan
Praktek Farmasi Industri.
Terjemahan Siti Suyatmi. UI-
Pres,: Jakarta.
Nugroho NA. 1998. Manfaat dan Prospek
Pengembangan Kunyit. Ed ke-1.
Ungaran: PT.Trubus Agriwidya
Pakki.E, Usmar dan Rahmawati S. 2011.
Formulasi dan Uji Stabilitas
Sediaan Minuman Herbal
Imunomodulator Berbasis Rumput
Laut. Majalah Farmasi dan
Farmakologi. Vol 15 No 1 Maret
2011.
Rustam. E, Atmasari. I dan Yanwirasti.
2007. Efek Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Kunyit (Curcuma
domestica Val.) Pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar. Jurnal Sains
dan Teknologi Farmasi Vol 12 (2):
A. CARA KERJA
1. Cara Kerja Sediaan Padat
a. Uji keseragaman bobot
Tablet ditimbang 20 tablet satu persatu, dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
b. Uji keseragaman ukuran tablet
Tablet diambil sejumlah 10 tablet kemudian diukur diameter dan tebal tablet
dengan menggunakan jangka sorong.
c. Uji kekerasan tablet
Tablet diambil sejumlah 10 tablet, kemudian tombol on ditekan, skala pada
hardness tester diubah pada satuan kg apabila satuan sebelumnya newton
dan diposisikan pada angka nol(0). Kemudian satu tablet diletakkan
ditengah pada alat pengukur kekerasan tablet (hardness tester) sekrup
diputar kedepan sampai tablet pecah. Kekerasan tablet ditunjukkan dengan
skala (kg) yang terlihat pada alat disaat tablet pecah.
d. Uji kerapuhan tablet
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahulu dibebas debukan
dan ditimbang, kemudian tablet dimasukkan dalam friability tester dan
diputar sebanyak 100 putaran (4 menit), selanjutnya tablet dibebas debukan
kembali.Lalu ditimbang kembali dan dihitung prosentase kehilangan bobot
sebelum dan sesudah perlakuan.
e. Uji waktu hancur tablet
Lima tablet dimasukkan ke dalam tabung berbentuk keranjang, kemudian
dinaik turunkan secara teratur 30 kali setiap menit dalam medium air dengan
suhu 37ºC.

2. Cara Kerja Sediaan Semi Padat


a. Organoleptik
Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui pemerian krim
dihasilkan baik berupa bentuk dan bau dari masingmasing krim.
b. Daya sebar
Uji daya sebar dilakukan dengan menimbang 0,5 gr sediaan krim kemudian
diletakkan pada cawan petri terbalik. Diletakkan beban 20 g dan ditunggu
selama 1 menit, diameter krim yang menyebar diukur.
c. pH Derajat keasaman
(pH) diuji dengan kertas pH yang dicelukpkan pada krim yang diencerkan
kemudian dibandingkan hasilnya dengan standar warna yang terdapat pada
kemasan dan dicatat Ph salep (Rahmawati Farida, 2012).
d. Uji homogenitas
Cara pengujiannya yaitu krim dioleskan tipis-tipis diatas kaca objek
kemudian diamati homogenitas bahan aktif dalam basis krim.

3. Cara Kerja Sediaan Cair


a. Uji organoleptik
Uji yang dilakukan dengan pengamatan terhadap tekstur, warna, bau dan
rasa dari sediaan yang dibuat.
b. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan pH meter dicelupkan ke dalam sampel sirup,
didiamkan beberapa waktu dan hasilnya terlihat pada angka yang muncul di
layar. Parameter persyaratan nilai pH untuk sirup adalah berkisar antara 4-
7.
c. Uji homogenitas
Sediaan yang dibuat diambil 5 ml kemudian dimasukan ke dalam tabung
reaksi. Terawang di bawah lampu terang dan amati homogenitas campuran
bahan-bahan penyusun formula dalam sediaan tersebut.
d. Uji waktu tuang
Uji waktu tuang dilakukan dengan sediaan dituangkan dari botol dengan
kemiringan kurang lebih 45°. Kemudian cata waktu tuang. Uji ini dilakukan
untuk kemudahan tuang sediaan saat dikonsumsi.
e. Uji hedonik
Sirup dicobakan kepada 25 orang responden dan kemudian responden
diminta untuk mengisi kuisioner yang isinya meliputi rasa, aroma, bau dan
penampilan.
B. ANGKA PARAMETER
1. Angka Parameter Sediaan Padat
a. Parameter Uji Keseragaman bobot tablet
Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak
satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang ditetapkan kolom B.
b. Parameter Uji Keseragaman ukuran tablet
Tablet yang baik memiliki diameter tidak lebih dari 3 kali atau tidak kurang dari
4/3 tebal tablet.
c. Parameter Uji Kekerasan tablet
Tablet yang baik mempunyai kekerasan antara 4-10 kg.
d. Parameter Uji Kerapuhan tablet
Tablet dianggap baik apabila kerapuhan tidak lebih dari 0,8%.
e. Parameter Uji waktu hancur tablet
Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas
kasa. Persyaratan uji waktu hancur untuk tablet tidak bersalut adalah kurang
dari 15 menit.

2. Angka Parameter Sediaan Semi Padat


a. Parameter uji organoleptik
Pemerian krim tidak boleh tengik (Anggit luthfiana, 2013).
b. Parameter uji daya sebar
Syarat daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm (Ulaen dkk., 2012).
c. Parameter PH keasaman
Syarat krim sebagai sediaan topikal harus memiliki pH yang sesuai dengan pH
kulit yaitu 4-6,5(Ulaen dkk., 2012).

3. Angka Parameter Sediaan Cair


a. Uji organoleptik
Bentuk, warna, bau dan rasa formula I disimpan pada suhu 5°C dan formula II
disimpan pada suhu 35°C selama 24 jam sebanyak 14 siklus tidak mengalami
perubahan yaitu warna kuning kecoklatan pekat, bau khas kunyit dan asam, rasa
asam manis dengan bentuk cair. Warna sirup tersebut sesuai dengan warna
ekstrak cair yaitu kuning pekat dan berwarna kecoklatan ketika di campur
dengan asam jawa.
b. Uji pH
formula I disimpan pada suhu 5°C dan formula II disimpan pada suhu 35°C
selama 24 jam sebanyak 14 siklus tidak ada perubahan yaitu nilai pH 4. Nilai
pH yang dianjurkan untuk sirup adalah berkisar antara 4 – 7. Sediaan sirup
kunyit memenuhi parameter nilai pH yang disyaratkan.
c. Uji homogenitas
Parameter homogenitas Dikatakan homogen jika sirup tidak memiliki gumpalan
dan endapan dalam larutan. Uji homogenitas formula I disimpan pada suhu 5°C
dan formula II disimpan pada suhu 35°C selama 24 jam sebanyak 14 siklus tidak
ada endapan dan gumpalan semua homogen.
d. Uji waktu tuang
Hasil uji waktu tuang formula I disimpan pada suhu 5°C yaitu 8,14 detik dan
7,84 detik dan formula II disimpan pada suhu 35°C yaitu 5,04 detik dan 4,14
detik selama 24 jam sebanyak 14 siklus. Uji ini berhubungan erat dengan
kekentalan suatu sediaan. Uji kekentalan yang rendah menjadikan cairan
dituang akan semakin mudah dituang, dan sebaliknya jika viskositas atau
kekentalan semakin besar cairan akan semakin sukar dituang.
e. Uji hedonik
Menunjukkan hasil respon pada minggu I suhu 5°C yang sangat suka 40%, suka
40% dan tidak suka 20%, pada suhu 35°C memberikan nilai respon yang sangat
suka 40%, suka 60%. Sedangkan pada minggu II suhu 5°C yang sangat suka
60%, suka 40%, pada suhu 35°C memberikan nilai respon yang sangat suka
80% dan suka 20%

C. KESIMPULAN
1. Sediaan Padat
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Formula tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dengan konsentrasi
bahan pengikat gelatin 5%, 7,5%, dan 15% mampu menghasilkan tablet yang
sesuai dengan persyaratan uji tablet. Konsentrasi bahan pengikat gelatin yang
paling baik sebagai bahan pengikat pada tablet ekstrak buah pare (Momordica
charantia L.) adalah pada formula III dengan konsentrasi gelatin 10%.
b. Konsentrasi bahan pengikat gelatin memberi pengaruh terhadap sifat fisik
granul yaitu waktu alir granul, kecepatan alir granul, dan sudut diam serta juga
memberi pengaruh fisik tablet seperti uji kekerasan, kerapuhan, waktu hancur.
Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat gelatin kekerasan tablet semakin
tinggi dan kerapuhan semakin turun.
2. Sediaan Semi Padat
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
a. Ekstrak etanol Buah Belimbing wuluh (Averrhoaa bilimbi L.) dapat di
formulasikan sebagai sediaan krim.
b. Pada pengujian Organoleptik, Daya sebar dan Homogenitas terdapat 2 formula
yang memenuhi syarat yaitu Na. lauril sulfat 0,5% dan Na. lauril sulfat 1%, dan
pada pengujian pH ketiga formula Na. lauril sulfat 0,5%, 1% dan 2% tidak
memenuhi syarat.
3. Sediaan Cair
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan Stabilitas fisik dan
hedonik sirup herbal kunyit asam dengan perbedaan suhu penyimpanan yaitu
formula I disimpan pada suhu 5°C dan formula II disimpan pada suhu 35°C selama
24 jam sebanyak 14 siklus memenuhi persyaratan sirup yaitu untuk uji organoleptik,
homogenitas, pH dan waktu tuang.

Anda mungkin juga menyukai