Anda di halaman 1dari 9

1. Formulasi Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.

) Dengan Variasi
Konsentrasi Bahan Pengikat Gelatinsecara Granulasi Basah
2. FORMULASI TABLET KLORFENIRAMIN MALEAT DENGAN BAHAN
PENGIKAT GETAH KULIT BUAH PISANG GOROHO (Musa acuminafe L)
MENGGUNAKAN METODE GRANULASI BASAH
3. PENGGUNAAN AMILUM UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus BI. Decne)
SEBAGAI PENGIKAT TABLET IBUPROFEN DENGAN METODE GRANULASI
BASAH
4. FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN TABLET EKSTRAK DAUN GEDI HIJAU
(Abelmoschus manihot) DENGAN METODE GRANULASI BASAH
5. PENGARUH GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK
TABLET KUNYAH KELOPAK BUNGA ROSELLA (HIBISCUS SABDARIFFA L.)
DENGAN GRANULASI BASAH
6. Pengaruh Bahan Pengikat Gelatin dalam Formula Tablet Ekstrak Daun Kemuning
(Murraya paniculata (L.) Jack) secara Granulasi Basah
7. PENGARUH PENGGUNAAN PATI BIJI CEMPEDAK (Arthocarpus champeden Lour)
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET
PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH
8. Formulasi Sediaan Tablet Hisap Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai
Imunomodulator Dengan Metode Granulasi Basah
9. Formulasi Sediaan Tablet Hisap Katekin Gambir (Uncaria gambir Roxb) Sebagai
Imunomodulator Dengan Metode Granulasi Basah
10. Pengaruh Variasi Bahan Pengikat Pada Formulasi Tablet Ekstrak Herba Sambiloto
(Andrographis Paniculata Nees) Secara Granulasi Basah Terhadap Sifatmfisik Tablet
11. Formulasi Sediaan Tablet Kunyah Ekstrak Etanol Daun Sambiloto (Andrograpis
Paniculata Ness.) Dengan Variasi Pengisi 1 Manitol-sukrosa Menggunakan Metode
Granulasi Basah
12. Formulasi Tablet Hisap Ekstak Etanol Daun Randu (Ceiba Pentandra L. Gaertn)
Menggunakan Carboxy Methyl Cellulose (CMC) Sebagai Bahan Pengikat Dengan
Metode Granulasi Basah
13. FORMULASI TABLET DARI EKSTRAK BIJI PALA (MYRISTICA FRAGRANS
HOUTT.) BEBAS MIRISTISIN DAN SAFROL DENGAN METODE GRANULASI
BASAH
14. Pengaruh Variasi Konsentrasi Bahan Penghancur Pada Formulasi Tablet Ekstrak
Rimpang Dringo (Acorus Calamus L.) Secara Granulasi Basah Terhadap Sifat Fisik
Tablet
15. FORMULASI TABLET EFFERVESCENT JAHE (Z Officinale Roscoe) DENGAN
VARIASI KONSENTRASI SUMBER ASAM DAN BASA
16. Formulasi tablet ekstrak etanol daun belimbing wuluh (averrhoa bilimbi l.) Secara
granulasi basah dengan variasi konsentrasi amylum maydis sebagai bahan pengikat
17. Formulasi tablet ekstrak daun jambu biji (psidium guajava linn.) Sebagai antidiare secara
granulasi basah dengan variasi konsentrasi bahan pengikat polivinil pirolidon
18.
Ansel, H., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi 4. 212-217 ed. Jakarta: UI-Press.

Fitri YA, dkk. 2016. Formulasi Tablet Dari Ekstrak Biji Pala (Myristica Fragrans Houtt.)
Bebas Miristisin Dan Safrol Dengan Metode Granulasi Basah. Bandung : JSTFI
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.V, No.2.

Hano LN, dkk. 2015. Formulasi Tablet Klorfeniramin Maleat Dengan Bahan Pengikat Getah
Kulit Buah Pisang Goroho (Musa Acuminafe L) Menggunakan Metode Granulasi
Basah. Manado : PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No.
ISSN 2302 – 2493.

Hanum T. Ismanelly, Siti I Lestari. 2018. Formulasi Tablet Hisap Ekstak Etanol Daun Randu
(Ceiba Pentandra L. Gaertn) Menggunakan Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Sebagai Bahan Pengikat Dengan Metode Granulasi Basah. Medan : TM Conference
Series 01 (2018), Page 046–051.

Hidayah Nurul. 2016. Formulasi Tablet Ekstrakdaunmaja (Aeglemarmelos L. Correa)


Dengan Metode Granulasi Basah. Makassar : Journal of Pharmaceutical Science and
Herbal Technology Vol.1.

Kholidah Sitti, dkk. 2014. Formulasi Tablet Effervescent Jahe (Z Officinale Roscoe) Dengan
Variasi Konsentrasi Sumber Asam Dan Basa. Tadulako : Online Jurnal of Natural
Science, Vol.3(3): 216 - 229 ISSN: 2338-0950.

Parrot, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology, Fundamental Pharmaceutics. Burgess


Publishing Company, Minneapolish : 82

Parrot, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology, Fundamental Pharmaceutics. Burgess


Publishing Company, Minneapolish hal 75

Pratiwi Rani Dewi, dkk. 2017. Pengaruh Gelatin Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat
Fisik Tablet Kunyah Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Dengan
Granulasi Basah. Yogyakarta : PHARMACY, Vol.14 No. 01 p-ISSN 1693-3591; e-
ISSN 2579-910X.

Purba P Okitianus, dkk. 2017. Formulasi Sediaan Tablet Kunyah Ekstrak Etanol Daun
Sambiloto (Andrograpis Paniculata Ness.) Dengan Variasi Pengisi Manitol-Sukrosa
Menggunakan Metode Granulasi Basah. Pontianak : Universitas Tanjungpura
Pontianak

Rori Winda M, dkk. 2016. Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Tablet Ekstrak Daun Gedi Hijau
(Abelmoschus Manihot) Dengan Metode Granulasi Basah. Universitas Sam
Ratulangi : PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. ISSN 2302
– 2493.

Sapri, dkk. 2012. Pengaruh Penggunaan Pati Biji Cempedak (Arthocarpus Champeden Lour)
Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Tablet Parasetamol Secara Granulasi
Basah. Samarinda : J. Trop. Pharm. Chem. 2012. Vol 2. No. 1.

Sheth, B.B., Bandelin F.J., Shangraw R.F.,. 1980. Compressed Tablet, In Lachman L.,
Lieberman H.A., Kanig J.L., (editor), Pharmaceutical Dosage Forms, Tablets,
Marcel Dekker Inc, New York, Vol. I, 100-115.

Siregar, C., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC.

Siregar, J, P., dan Wikarsa, S. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet, 151-173, 216, EGC,
Jakarta

Tambupolon, O.T. 1980. Seri Pembangunan Masyarakar Desa (Tumbuhan Obat). Bhratara :
Bogor, Hal 1.
1. Buah Pare
Buah dari tanaman obat pare (Momordica charantia L.) merupakan salah satu jenis
tanaman obat yang banyak digunakan oleh masyarakat. Adapun salah satu kandungan
senyawa yang berkhasiat ialah Charantin terkandung pada buah pare. Senyawa ini dapat
digunakan untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah sehingga banyak digunakan
sebagai obat kencing manis. Dalam penelitiannya digunakan gelatin sebagai bahan
pengikat. Cara pembuatan tablet ekstrak buah pare yang digunakan adalah metode
granulasi basah yaitu diantaranya zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur
sampai homogen, lalu ditambah dengan bahan pengikat. Setelah itu diayak menjadi
granul dengan ayakan.16 mesh, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 400-
500˚C. Setelah kering di ayak lagi dengan ayakan 18 mesh untuk memperoleh granul
dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi
tablet dengan mesin tablet. Formula tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.)
dengan bahan pengikat gelatin pada konsentrasi 1%, 3%, 5% mampu menghasilkan
tablet yang memenuhi persyaratan.
2. Getah Buah Pisang Groho
Getah Buah Pisang Groho merupakan salah satu komponen bahan alam yang diharapkan
mampu untuk digunakan sebagai bahan pengikat sediaan tablet. Berdasarkan asumsi yang
beredar dimasyarakat dan karakteristiknya getah kulit buah pisang Goroho (Musa
acuminafe L) memiliki daya rekat yang sangat kuat ketika mengenai kulit, hal ini didasari
oleh kemampuan dari getah buah pisang dalam menyembuhkan luka bakar, sebagai
antiseptik dan antioksidan (Muhabuddin et al.,2012). Penelitian ini menggunakan getah
buah Pisang Goroho (Musa acuminafe L) sebagai bahan pengikat pada formulasi tablet
Kloramfenikol Maleat yang merupakan obat antihistamin. Tablet dibuat dengan cara
granulasi basah dengan cara mencampurkan semua bahan dengan getah kulit buah Pisang
Goroho sesuai dengan konsetrasi 15% dan 25%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
konsentrasi 25% memenuhi persyaratan sebagai bahan pengikat pada sediaan tablet
Klorfeniramin Maleat.
3. Gedi
Tanaman Gedi (Abelmoschus manihot) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di
daerah beriklim tropis. Tanaman Gedi memiliki kandungan flavonoid, steroid dan tanin
(Liu dkk, 2006). Kandungan flavonoid yang ada dalam tanaman diketahui mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan. Cara membuat sediaan menggunakan metode granulasi
basah dengan Ekstrak, laktosa dan amilum manihot (pengembang dalam) dimasukkan ke
dalam lumpang, digerus sampai homogen, ditambahkan larutan gelatin sedikit demi
sedikit sambil digerus. Granul dikeringkan pada suhu 40⁰C dalam oven. Kemudian
diayak. Lalu ditimbang dan ditambahkan mg stearat, talk dan amilum manihot
(pengembang luar) setalah itu dibuat tablet berbentuk bulat dengan berat 270 mg per
tablet. Mesin pencetak tablet disiapkan selanjutnya massa granul yang telah diuji
dimasukkan ke dalam mesin pencetak tablet. Hasil penelitian menunjukkan disimpulkan
bahwa tablet ekstrak daun Gedi hijau yang dibuat tidak memenuhi syarat berdasarkan
Farmakope Indonesia.
4. Bunga Rosella
Tanaman bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki khasiat sebagai obat antimual.
Khasiat lainya dari rosella yaitu sebagai antiseptik, sariawan, batuk, antihipertensi,
antibakteri, meningkatkan stamina, mengatasi gangguan kencing, dan gangguan
pencernaan (Maryani dan Kristiana, 2005). Hasil penelitian sebelumnya telah dibuktikan
bahwa ekstrak daun rosella memiliki aktivitas antioksidan fraksi heksana, eter, dan air
terhadap 1,1 difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) (Nugroho, 2009) dan ekstrak bunga rosella
mempunyai efek mukolitik pada mukus manusia (Iswari, 2007). Pada Penelitian Bunga
kelopak rosella dibuat tablet kunyah. Kelopak bunga rosella diekstraksi dengan metode
maserasi. Penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Tablet kunyah dibuat menjadi 3
formula dengan konsentrasi gelatin 5, 10, dan 15% menggunakan metode granulasi
basah. Granul yang dihasilkan diuji sifat fisiknya meliputi waktu alir, sudut diam, dan
susut pengeringan. Granul kering kemudian dicetak menjadi tablet menggunakan mesin
dengan tekanan maksimal. Tablet kunyah diuji sifat fisiknya meliputi keseragaman bobot,
kekerasan, kerapuhan, dan tanggapan rasa.
5. Daun Sambiloto
Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) mempunyai berbagai khasiat, salah satunya
adalah sebagai antidiare. Zat yang paling banyak terdapat dalam sambiloto adalah
andrografolid. Andrografolid terkandung paling banyak di daun (kurang lebih 2,39 %)
dan paling sedikit pada biji. Zat pahit ini memiliki daya antibakteri dengan cara
mengaktifkan sel limfosit B untuk memproduksi antibodi. Kompleks antigen-antibodi
inilah yang dapat memicu kehadiran makrofag untuk memfagositosis dan mencerna
mikroorganisme seperti bakteri E. Coli, salah satu bakteri penyebab diare. Untuk
menutupi rasa pahit dari sambiloto, sehingga diformulasikan dalam sediaan tablet
kunyah. Bahan pengisi dalam formulasi ini digunakan ialah sukrosa dan mannitol.
Pembuatan tablet kunyah pada daun sambiloto ini menggunakan metode granulasi basah,
langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah
dengan menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah dengan
penambahan, pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul dengan ayakan 12
mesh, pengeringan, pengayakan kering dengan ayakan 12/14 mesh, pencampuran bahan
pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi. Prinsip dari metode granulasi basah adalah
ekstrak etanol daun sambiloto, manitol, sukrosa, dan aspartam dicampur homogen,
kemudian ditambahkan pengikat gelatin, pewarna dan perasa, diayak menjadi granul,
pengeringan pada suhu 40-50° C, pengayakan kering, pencampuran Mg stearat dan talk
dan terakhir dicetak dengan mesin pencetak tablet. Evaluasi tablet yang dilakukan
meliputi organoleptik, keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan
dan waktu hancur serta tanggapan rasa.
6. Daun Randu
Indonesia memanfaatkan daun randu sebagai obat kudis, obat batuk, disentri,
menurunkan panas, diare, radang usus dan amande. Daun randu (Ceiba Pentandra L.
Gaertn) mengandung fenol, glikosida, saponin, tanin, steroid/terpenoid dan flavonoid.
Saponin diketahui dapat meningkatkan aliran darah kapiler, serta flavonoid yang
mempunyai aktivitas sebagai anti bakteri. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
terhadap daun randu diantaranya sebagai sediaan penumbuh rambut, sebagai anti diare
dan sebagai anti bakteri. Daun randu sendiri mempunyai rasa yang tidak enak dan kelat,
sehingga untuk menutupi rasa yang tidak enak dan untuk memberi kenyamanan pada saat
dikonsumsi sehingga Daun Randu dibuat sediaan tablet hisap karena memiliki bahan
pemanis untuk menutupi rasa pahit pada Daun Randu dengan menggunakan metode
Granulasi Basah, Dengan cara setelah ekstrak kental daun randu dibuat dan mengering
dicampurkan dengan manitol, laktosa monohidrat dan asam sitrat anhidrat dalam
lumpang gerus homogen, lalu ditambah ekstrak daun randu dicampur sampai homogen
(campuran 1). Setelah itu ditambahkan bahan pengikat cmc yang telah membentuk massa
yang kental, sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa yang dapat dikepal. Massa
diayak dengan ayakan mesh no. 8, kemudian dikeringkan di lemari pengering pada suhu
40-50 ºC selama 24 jam. Massa kering diayak kembali dengan ayakan mesh no.12,
ditambahkan talkum dan sukrosa campur hingga homogen dan dilakukan evaluasi granul
sebelum dikempa. Granul dengan bobot sekitar 500 mg pada tekanan tertentu dicetak
dengan alat pencetak tablet.
7. Biji Pala
tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) dikenal sebagai bumbu masakan dan dapat pula
digunakan untuk tujuan pengobatan karena mempunyai sifat terapeutik. Biji pala
diketahui dapat meringankan berbagai penyakit, yaitu disentri, muntah, mulas masuk
angin, sulit tidur, dan rematik (Khare, 2007). Biji pala mengandung minyak atsiri,
minyak lemak, saponin, miristisin, elimisin, enzim lipase, alkaloid, eugenol, isoeugenol,
linalool, α- dan β- pinena2. Pembuatan tablet ekstrak biji pala bebas miristisin dan safrol
dibuat dengan metode granulasi basah yang mempunyai berat teoritis 525 mg. Setiap
formula dibuat sebanyak 200 tablet dengan tahap pengerjaan sebagai berikut : Ekstrak
biji pala bebas miristisin dan safrol ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam mortar,
bahan komponen tablet diayak kemudian ditimbang sesuai dengan jumlah tablet yang
dibuat, ditambahkan aerosil, avicel PH 101 hingga homogen, ditambahkan PVP, AcDi-
Sol (fase dalam) hingga homogen, ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga
membentuk massa yang dapat di kepal. Massa granul basah digranulasi melalui mesh
no.16, kemudian, dimasukkan ke dalam oven pada suhu 550 C selama 18-24 jam. Granul
hasil pengeringan dilewatkan ke dalam ayakan mesh no.20. Susut pengeringan granul
diperiksa. Ac-Di-Sol (fase luar), talk, dan Mg Stearat dicampur dengan granul hingga
homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian massa cetak tablet, pencetakan tablet dan
evaluasi sediaan tablet jadi.
8. Rimpang Jahe
Jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu bumbu dapur yang sudah lama
dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Bagian utama pada jahe yang dimanfaatkan adalah
rimpangnya. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam jahe seperti senyawa
gingerol, shogaol, dan zingeron merupakan kelompok senyawa fenolik. Kadar total
senyawa fenolik air jahe segar yaitu 4,77 mg/g (Septiana dkk, 2002). Menurut Prihatini
(2003) sari Jahe (Z.officinale Roscoe) memiliki aktivitas antioksidan yang sangat
bermanfaat bagi manusia, dimana sari jahe 8% memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
baik dari BHT 200 ppm. Jahe (Z.officinale Roscoe) dapat mengurangi nyeri otot pada
atlet (Ambra, 2011), sebagai antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, Candida albicans (Kartika, 2013) dan sebagai imunomodulator (Chairil dan Pratiwi,
2005). Metode pembuatan tablet effervescent yang digunakan dalam penelitian ini adalah
granulasi basah karena merupakan metode yang umum digunakan dalam pembuatan
tablet serta sifat fisik dan kimia serbuk jahe juga belum diketahui. Pada metode granulasi
basah, granul basah yang terbentuk harus dikeringkan agar diperoleh granul kering.
Pengeringan yang berlebihan atau tidak tepat suhunya kemungkinan menyebabkan
rusaknya kandungan zat aktif sehingga pengeringan dilakukan pada suhu 40-60˚C.

Anda mungkin juga menyukai