A. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum mahasiswa diharapkan dapat:
1. Membuat tablet dengan zat aktif ekstrak bunga rosella
2. Dapat melakukan control kualitas / in Process Control (IPC)
Formula
Tablet hisap Ekstrak Bunga Rosella :
R/ Ekstrak bunga rosella 100 mg
( setelah kering menjadi 94,5 mg)
Manitol 200 mg
Laktosa 200 mg
Sol gelatin 10 % dlm larutan gula 25 %) q.s
Mg strearate 5 mg
B. Dasar Teori
Seiring dengan makin meluasnya trend back to nature atau kembali ke alam, obat-
obat dengan kandungan bahan alam yang berkhasiat mendapat tempat tersendiri
dikalangan masyarakat. Beragam jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia
menyebabkan penggunaan obat-obat dengan bahan alam sudah tidak asing lagi. Saat
ini rosela (hibiscus sabdariffa L.) menjadi begitu popular. Hampir di setiap pameran
tanaman obat, nama rosela selalu diperkenalkan. Hal ini disebabkan hampir seluruh
bagian tanaman ini dapat digunakan untuk pengobatan alternatif. Banyak industri
yang mulai mencoba untuk membudidayakan dan mengolah rosela menjadi berbagai
olahan makanan. Daun, bunga, dan biji rosela memiliki kandungan gizi yang cukup
baik sehingga rosela tidak hanya berpotensi untuk bahan baku industri makanan,
tetapi juga digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, minuman fungsional,
pewarna alami, dan kosmetik (Mardiah et al, 2009).
Rosela memiliki daya tarik yang luar biasa. Kelopaknya yang berwarna merah
menyala membuat orang menjadi tertarik. Kelopak bunga rosela ini mempunyai
banyak sekali manfaat untuk bidang kesehatan. Warna merah ini disebabkan rosela
mengandung pigmen antosianin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosela adalah pigmen
antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai antioksidan. Flavonoid
rosela terdiri dari flavonols dan pigmen antosianin. Pigmen antosianin ini yang
membentuk warna ungu kemerahan pada kelopak bunga maupun teh hasil seduhan
rosela. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat menyembuhkan
penyakit degenerative. Antosianin pada rosela dalam bentuk glukosida yang terdiri
dari syanidin-3-sambubioside, delphinidhin-3- glucose, dan delphinidin-3-
sambubioside. Sementara itu flavonols terdiri dari gossypetin, hibiscetin, dan
quarcetia. Zat gizi lain yang tak kalah penting terkandung dalam rosela adalah
kalsium, niasin, riboflavin, dan besi yang cukup tinggi. Selain itu kelopak rosela
mengandung 1,12% protein, 12% serat kasar, 21,89 mg/100 g sodium, vitamin C, dan
vitamin A. Kelopak bunga rosela mengandung vitamin C dalam kadar tinggi yang
berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan penyakit,
lebih tinggi dibanding dengan jeruk dan mangga (Mardiah et al, 2009).
Komponen formulasi tablet terdiri dari zat aktif dan zat tambahan, salah satunya
adalah bahan pengikat (Agoes, 2012). Fungsi bahan pengikat dalam pembuatan tablet
adalah untuk meningkatkan kekompakkan dan kekerasan tablet (Lachman, Lieberman
and Kanig, 1994).
Salah satu bahan pengikat yang umumnya banyak digunakan dalam pembuatan
tablet adalah Polivinil Pirolidon atau PVP. PVP merupakan bahan pengikat yang
berasal dari bahan sintetik dapat digunakan dalam bentuk larutan dalam air maupun
alkohol, bahan ini juga dapat digunakan sebagai pengikat kering (Lachman,
Lieberman and Kanig, 1994),
Tablet kunyah dibuat dengan metode granulasi basah dengan berbagai variasi
konsentrasi bahan pengikat PVP dan bahan pengisi menggunakan manitol. Tujuan
dari penelitian ini untuk membuat formulasi tablet kunyah ekstrak kelopak bunga
rosella dengan memfokuskan pada pengaruh variasi konsetrasi PVP (Polivinil
Pirolidon) sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik dan respon rasa. Sehingga dapat
ditentukan konsentrasi PVP yang tepat dalam menghasilkan formula yang terbaik.
Penelitian tentang rosela terus berkembang, baik yang dilakukan oleh ahli
biokimia, dokter, maupun ahli pangan. Penelitian tersebut diarahkan pada penelitian
komponen-komponen kimia yang terkandung pada bagian-bagian tanaman rosela,
pemanfaatannya untuk berbagai produk pangan serta komponen kimia rosela terhadap
berbagai penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa komponen-komponen kimia
alami yang terdapat pada tanaman rosela memiliki khasiat untuk mencegah berbagai
penyakit dan kaya akan kandungan antioksidan. Diantara banyak khasiatnya, rosela
diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi, dan antidiabet (Mardiah et al,
2009).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
1995).
Tablet hisap atau yang lebih dikenal lozenges adalah bentuk lain dari tablet untuk
pemakaian dalam rongga mulut, dimaksudkan untuk memberi efek lokal pada mulut
atau kerongkongan. Tablet hisap biasanya mengandung anestetik lokal, antiseptik,
antibakteri, demulsen, astringen dan antitusif. Lozenges biasanya dibuat dengan
menggabungkan obat dalam suatu bahan dasar gula yang keras dan beraroma
menarik, dapat dibuat dengan mengempa, tetapi biasanya dibuat dengan cara
peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Lozenges dirancang agar
tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara
perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Lachman & Lieberman,
1986).
Sebagai pembawa dalam tablet hisap dapat digunakan manitol, sorbitol, sukrosa.
Pada penelitian ini digunakan manitol. Manitol merupakan gula yang paling mahal
digunakan sebagai pengisi tablet, tetapi karena panas larutannya negatif, kelarutannya
lambat dan rasanya enak di mulut, manitol banyak digunakan dalam tablet kunyah.
Relatif tidak higroskopis dan dapat digunakan dalam formulasi vitamin, dalam hal
dimana kelembaban menjadi masalah (Lachman & Lieberman, 1986).
Pada pembuatan tablet hisap kompresi, selain bahan pengisi juga diperlukan
penambahan bahan pengikat yang berfungsi untuk mengikat partikel- partikel serbuk
menjadi massa granul yang dapat dimampatkan menjadi tablet yang kompak. Bahan
pengikat yang dapat digunakan antara lain adalah akasia, natrium alginate, gelatin,
sukrosa, amilum, HPMC, metilselulosa, Na CMC, etil selulosa, povidon.
PVP/povidon merupakan bahan yang larut air dan berbagai macam pelarut organik
dan anorganik, sehingga dapat meningkatkan solubilisasi bahan dengan kelarutan
terbatas. PVP juga mampu membentuk ikatan yang kuat antar granul, sehingga tablet
yang dihasilkan memiliki kekerasan dan kerapuhan yang cukup. Kadar PVP sebagai
bahan pengikat yang umum digunakan antara 0.5-5% (Rowe, et al, 2009).
Sediaan tablet harus memiliki sifat fisik tablet yang baik, tablet tidak boleh
memiliki tingkat kerapuhan yang tinggi karena akan mempengaruhi kandungan zat
aktif dalam tablet dan kemudian akan berpengaruh pada efek terapi obat, selain itu
tablet juga tidak boleh memiliki tingkat kekerasan yang sangat tinggi karena akan
mempengaruhi waktu larut di dalam tubuh.
Agar sifat fisik tablet tetap baik dalam proses pengemasan dan distribusi, serta
memiliki waktu larut yang baik, maka dari itu perlu digunakan variasi pengikat
amilum dalam bentuk mucilago amili agar dapat menghasilkan suatu tablet yang
memiliki sifat fisik yang baik, tidak rapuh, dan tetap stabil dalam proses pengemasan
dan distribusi, serta memiliki tingkat kekerasan yang baik. Karena amilum dalam
bentuk mucilago amili dapat menghasilkan suatu sediaan tablet yang tidak rapuh,
keras tetapi mudah larut di dalam tubuh, Konsentrasi kadar amilum yang digunakan
adalah 5% -10% karena dengan konsentrasi ini dapat menghasilkan granul dan tablet
yang mudah hancur di dalam tubuh.
Fungsi lain dari mucilago amili adalah menjaga agar zat aktif tetap utuh sampai
masuk ke dalam tubuh dan dapat menimbulkan efek farmakologi, selain itu juga
dapat menyeragamkan kandungan di dalam sediaan tabler Mekanisme hancurnya
tablet dengan bahan pengikat mucilago amili ini adalah dengan aksi kapiler, dimana
mekanismenya adalah sebagai berikut apabila tablet masuk ke dalam kemudian
kontak dengan cairan tubuh, maka cairan tubuh akan berpenetrasi melalui pori- pori
kapiler di dalam tablet, akibatnya ikatan antar partikel menjadi lemah dan akhirnya
tablet pecah di dalam tubuh dan kemudian menimbulkan efek
D. Cara kerja
Ditimbang semua bahan untuk membuat 500 tablet
Diayak massa basah menggunakan ayakan no.12 mesh hingga terbentuk granul
basah
Dikeringkan granul basah di dalam oven pada suhu 50℃ selama 24 jam
Diayak granul kering yang diperoleh dengan ayakan 14/30 mesh
Diuji sifat fisik granul meliputi kandungan lembab, sudut diam, dan kecepatan alir
granul
Ditimbang granul kering untuk menghitung jumlah Mg stearate yang telah ditimbang
kedalam granul tersebut, campur sampai homogen (kurang lebih selama 5 menit )
Dicetak granul menjadi tablet dan uji sifat fisik tablet tersebut
b. Keseragaman bobot
Ditimbang 20 tablet, kemudian ditimbang satu persatu. Hitung bobot rata rata dan cari
harga coevisien of Variation (CV)
CV = SD x 100 %
X
Keterangan : SD = Simpangan baku
x = bobot rerata tablet
c. Kekerasan
Aturlah sekala hardness tester pada posisi nol
Dibaca skala yang dicapai pada saat tablet pecah dan hancur
d. Kerapuhan
20 tablet dibebasdebukan dengan penghisap debu
Dimasukkan kedalam alat uji alat dijalankan selama 4 menit atau 100 kali putaran.
Dihitung kerapuhan tablet dan bandingkan dengan nilai yang ada pada literatur
Kerapuhan = ( berat awal – berat setelah pengujian ) x 100 %
Berat awal
Dinaik-turunkan tabung secar teratur 30 kali setiap menit dalm medium air dengan
suhu 36-38 derajat.
Dicatat lama waktu hancur tablet, (tablet dikatakan hncur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal diatas kaca)
PERCOBAAN VI
TABLET TIAMIN HCL
A. Tujuan
1. Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa mampu membuat tablet dengan
zat aktif tiamin HCl dan dapat melakukan kontrol kualitasnya / in process control
(IPC)
B. Dasar teori
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
makhluk untuk bagian dalam atau bagian luar, guna pencegahan, meringankan, juga
menyembuhkan penyakit. Menurut undang-undang yang membahas tentang obat atau
bahan campuran yang digunakan untuk menentukan diagnosis, pencegahan, penanganan.
pencegahan, penyembuhan, penyembuhan luku atau kelainan badaniah atau rohaniah
pada manusia atau hewan, termasuk memperindah tubuh atau membentuk tubuh manusia.
Sediaan obat dibuat dan disimpan dengan memperhatikan sifat bahan obat yang
digunakan. sesuai optimal dan sifat tidak merusaknya, terjamin. Konsentrasi dan jumlah
bahan penolong yang digunakan dalam pembuatannya harus disatukan
dengan bahan aktifnya (Voigt, 1994),
Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil
untuk mempertahankan kesehatan dan sering kali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim
metabolisme (Ganiswarna,dkk., 1995). Menurut Ganiswarna dkk (1995), vitamin dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: a. Vitamin larut air
Pada umumnya toksisitas vitamin ini rendah dan ekskresinya melalui kemih.
Vitamin larut air meliputi vitamin B kompleks dan vitamin C.
a. Vitamin larut lemak
Zat-zat ini larut dalam lemak dan diserap bersamaan dengan lemak, kemudian melalui
sistem limfe masuk ke dalam darah dengan lipoprotein tertentu. Vitamin larut lemak
meliputi vitamin A, D, E, dan K.
Vitamin B1 (Tiamin)
a. Pemerian: hablur atau serbuk, putih, bau khas lemah (Depkes RI, 1995) b. Kelarutan
mudah larut dalam air. larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
eter dan dalam benzene (Depkes RI, 1995).
b. Dosis: 50 mg (Kastrup, 2004). d. Stabilitas mudah rusak oleh pemanasan dan mudah
dioksidasi (Roche, 2002).
c. Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995). f. Fungsi:
metabolisme karbohidrat, pertumbuhan, pencernaan dan aktivasiion channel pada sistem
saraf (Foster dan Smith, 1994).
Defisiensi menghambat pertumbuhan, kehilangan nafsu makan, weight loss,
kerusakan sistem saraf dan kerusakan pada sistem otot (Foster dan Smith, 1994).
Metode kempa langsung adalah metode pencetakan bahan obat berbentuk serbuk atau
campuran antar obat dan bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Kempa
langsung sesuai untuk bahan obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas.
Meskipun demikian, hanya sedikit bahan obat yang mampu dikempa secara langsung
menjadi tablet tanpa pengolahan awal tanpa penambahan bahan penolong (Voigt, 1995).
Istilah kempa langsung telah lama digunakan untuk memperkenalkan pengempaan
senyawa. kristalin tunggal (biasanya garam anorganik dengan struktur kristal kubik
seperti natrium klorida, natrium bromida, atau kalium bromida) menjadi suatu padatan
tanpa penambahan zat-zat lain. Hanya sedikit bahan kimia yang mempunyai sifat alir,
kobesi, dan lubrikasi di bawah tekanan untuk membuat padatan seperti ini (Siregar dan
Wikarsa, 2010).
Sekarang istilah kempa langsung digunakan. untuk menyatakan proses ketika tablet
dikempa langsung dari campuran serbuk zat aktif dan. eksipien yang sesuai (termasuk
pengisi, disintegran, dan lubrikan), yang akan mengalir dengan seragam ke dalam lubang
kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh Tidak ada prosedur praperlakuan
granulasi basah atau kering yang diperlukan pada campuran serbuk (Siregar dan Wikarsa,
2010). Keuntungan metode kempa langsung yaitu :
1. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
2. Lebih singkat prosesnya. Karena proses yang dilakukan lebih sedikit, maka waktu
yang diperlukan untuk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin yang
dipergunakan juga lebih sedikit.
3. Dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan tidak tahan lembab.
Waktu hancur dan disolusinya lebih baik
karena tidak melewati proses granal, tetapi langsung menjadi partikel. Tablet kempa
langsung berisi partikel halus sehingga tidak melalui proses dari granul ke partikel
halus terlebih dahulu. Modifikasi lanjut dari proses kempa langsung adalah
penggunaan penggerusan pencampuran zat aktif keras dengan satu atau lebih pengisi
dan penambahan pengisi dan pengikat lain sebelum campuran akhir dikempa
langsung (Siregar dan Wikarsa, 2010).
Syarat serbuk untuk dapat dicetak langsung adalah mudah mengalir dan mempunyai
sifat kompresibilitas yang baik (Lund, 1994), Keuntungan kempa langsung adalah hemat
energi, alat dan bahan baku. Kerugian kempa langsung adalah terjadinya segregasi
komponen-komponen dari campuran yang memungkinkan timbulnya formasi debu dan
bahan pembantunya lebih mahal dari granulasi basah atau precompression Menurut
Hoover (1976), terdapat dua golongan penyusun utama tablet yaitu medikamen (zat aktif)
dan bahan tambahan (eksipient).
1. Zat Aktif
Dalam menyusun formula tablet, zat aktif merupakan komponen tablet
yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu:
a. Proses absorpsi Jika obat sangat baik diabsorpsi di lambung atau di usus, maka obat
diformulasikan untuk tablet yang penggunaannya ditelan, atau tabletnya harus dapat
hancur di lambung. Bila disolusi obat merupakan penentu absorpsi obatnya. maka
ukuran partikel obat merupakan masalah yang harus diperhatikan.
b. Stabilitas baik di dalam maupun di luar tubuh Sebagai contoh, bila obat tidak tahan
panas dan kelembaban, maka
formulasinya termasuk proses pembuatan harus terhindar dari kondisi panas dan
lembab, dan pengemasannya harus melindungi tablet dari pengaruh panas dan
lembab. e. Sifat fisika dan kimia
Sifat fisika dan kimia terkait dengan stabilitas baik sebelum digunakan (selama
penyimpanan) dan setelah digunakan (stabilitas dalam cairan tubuh). Juga terkait dengan
metode pembuatan tabletnya, apakah kempa langsung, granulasi basah atau granulasi
kering. Kaitannya dengan pemilihan metode pembuatan, sifat yang perlu diperhatikan
adalah sifat alir, kompresibilitas, stabilitasnya terhadap kondisi panas, kelembaban dan
tekanan yang tinggi. d. Dosis
Untuk zat aktif berdosis kecil akan bermasalah dengan homogenitas, tetapi sifat obat
tidak begitu mempengaruhi sifat campurannya apabila zat aktif tersebut dicampur dengan
komponen tablet lainnya. Sebaliknya zat aktif yang berdosis besar, sifat campuran massa
tablet sangat ditentukan oleh sifat zat aktifnya. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan
untuk keperluan penentuan metode pembuatan tabletnya.
kualitas tablet (Banker and Anderson, 1986). Oleh karena itu diperlukan suatu bahan
tambahan dalam menyusun formulasi tablet. Bahan tambahan antara lain:
3. Bahan Pengisi
Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat massa tablet. Pengisi
dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa
langsung atau untuk memacu aliran (Lachman,dkk., 2008). Bahan pengisi harus sesuai
dengan bahan aktif, stabil secara fisika, inert dan tidak bereaksi dengan bahan aktifnya
(Hoover, 1976). Pengisi yang sering digunakan adalah laktosa, sukrosa, dekstrosa, avicel
(Voigt, 1995).
4. . Bahan Pengikat
Mucilago amilum jagung merupakan bahan pengikat yang paling banyak dipakai
karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat. Penggunaan mucilago amilum
jagung sebagai bahan pengikat tablet memiliki keunggulan dibandingkan bahan lainnya
karena mudah didapat, harganya yang relatif murah. inert. Selain itu alasan penggunaan
mucilago amilum jagung sebagai bahan pengikat tablet vitamin E ini yaitu mucilago
amilum jagung merupakan bahan pengikat yang bersifat hidrofil sehingga baik digunakan
untuk zat aktif yang bersifat hidrofob, karena bahan pengikat ini menyalut partikel zat
aktif yang dapat mempermudah pembasahan zat aktif (Wattimena, 1986). Konsentrasi
mucilago amilum jagung yang sering digunakan sebagai bahan pengikat tablet yaitu 5-
25% (Rowe, et al., 2003).
5. Bahan Penghancur
Bahan penghancur berfungsi untuk menghancurkan tablet bila tablet
kontak dengan cairan. Dengan hancurnya tablet menjadi granul, akan
memperluas permukaan sehingga dapat mempercepat lepasnya zat aktif dari
tabletnya. Selanjutnya bahan penghancur akan menghancurkan granul menjadi
partikel- partikel untuk lebih mudah diabsorpsi (Lachman dkk, 1994).
C. Formula
Tablet Tiamin HCl
R/ Tiamin HCl 100 mg
Avicel PH 102 83,35 mg
Laktosa 141,65 mg
Mg stearate 6,65 mg
Aerosol 1,65 mg
E. Cara Kerja
g. Keseragaman bobot
Ditimbang 20 tablet, kemudian ditimbang satu persatu. Hitung bobot rata rata dan cari
harga coevisien of Variation (CV)
CV = SD x 100 %
X
Keterangan : SD = Simpangan baku
x = bobot rerata tablet
h. Kekerasan
Aturlah sekala hardness tester pada posisi nol
Dibaca skala yang dicapai pada saat tablet pecah dan hancur
i. Kerapuhan
20 tablet dibebasdebukan dengan penghisap debu
Dimasukkan kedalam alat uji alat dijalankan selama 4 menit atau 100 kali putaran.
Dihitung kerapuhan tablet dan bandingkan dengan nilai yang ada pada literatur
Kerapuhan = ( berat awal – berat setelah pengujian ) x 100 %
Berat awal
j. Uji waktu hancur
Dimasukkan 6 tablet ke dalam tabung berbentuk keranjang
Dinaik-turunkan tabung secar teratur 30 kali setiap menit dalm medium air dengan
suhu 36-38 derajat.
Dicatat lama waktu hancur tablet, (tablet dikatakan hncur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal diatas kaca)