Anda di halaman 1dari 6

Nama MHS : Silvi Nur Azalia Amanda Dosen : apt.

Hardi Astuti Witasari,


M.Sc
NIM/Kelas : 1900023046/ 6A Asisten
Gol/Kel : 2/5 Nilai Laporan
Hari/Tgl prak : 4 Juni 2022

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL

PERCOBAAN IV

FORMULASI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

LABORATORIUM PENGEMBANGAN OBAT TRADISIONAL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2022
PERCOBAAN IV

FORMULASI SEDIAAN OBAT TRADISIOAL

A. Tujuan
Mahasiswa dapat merancang dan membuat formula sediaan obat tradisional
yang meliputi formulasi, pembuatan sediaan (padat, semi padat, cair) dan mendesain
kemasan primer dan sekunder.
B. Teori
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan.
Ada 3 jenis obat tradisional yang beredar dipasaran yaitu jamu, OHT dan
fitofarmaka. Pada jamu tidak boleh ada klaim khasiat menggunakan istilah
farmakologi/medis seperti jamu untuk hipertensi, jamu untuk diabetes, jamu untuk
hiperlipidemia, jamu untuk TBC, jamu untuk asma, jamu untuk infeksi jamur candida,
jamu untuk impotensi dll. Obat Herbal Terstandarisasi (OHT) adalah sediaan obat
bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik (pada hewan percobaan) dan bahan bakunya telah distandarisasi.
Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada
manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Pra-Formulasi

Guna memperoleh sediaan yang diinginkan, diperlukan uji pra-formulasi


antara lain informasi sifat fisikokimia bahan baku ekstrak seperti kekentalan,
kelarutan, higroskopisitas, stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban, pH, oksidasi). Hal ini
diperlukan untuk membuat rancangan formulasi, kajian dosis yang akan digunakan
dan cara pemakaian sediaannya.

Formulasi

1. Bentuk sediaan padat


Sediaan padat meliputi sediaan granul, serbuk instan, pil, kapsul dan tablet.
Sebelum diformulasikan menjadi sediaan padat, kandungan air ekstrak kering
yang digunakan tidak boleh lebih dari 5%.
2. Bentuk sediaan cair
Ekstrak dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan cair seperti larutan, suspensi
atau emulsi dan gargarisma.
3. Bentuk sediaan semi padat
Ekstrak dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan salep, krim, gel.

Kemasan

Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745, wadah adalah kemasan yang bersentuhan
langsung dengan isi. Menurut SK Menkes No.193/Kab/B/VII/71 peraturan tentang
pembungkus dan penandaan wadah, wadah adalah salah satu komponen yang penting
untuk sediaan farmasi, karena ketidaksesuaian wadah akan mempengaruhi obat secara
keseluruhan termasuk kestabilan dan efek terapi obat.

Fungsi kemasan adalah memberi perlindungan terhadap produk yang dikemas


selama pengapalan, distribusi, penyimpanan dan pemasaran sehingga dapat diangkut
ke tempat-tempat yang jauh dan disimpan untuk jangka waktu yang lama. Sehingga
dapat terhindar dari kerusakan fisik, kimia dan mikrobiologi.

Kemasan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu kemasan primer, sekunder dan


tersier. Kemasan primer adalah kemasan yang langsung bersinggungan dengan
produk. Kemasan sekunder diperlukan untuk melindungi kemasan primer selama
dalam penyimpanan di gudang, saat transportasi, dan saat didistribusikan ke
pelanggan partai besar maupun pelanggan eceran. Kemasan sekunder juga untuk
mengantisipasi moda transportasi serta kondisi jalan pada sistem distribusinya.

C. Alat dan Bahan


1. Bahan
Ekstrak kental, bahan tambahan sesuai dengan formulasi (amilum manihot,
laktosa, manitol, maltodextrin, avicel, aerosil, sukrosa, CMC, gom arab, tween,
span dll), cangkang kapsul, pengemas primer, sekunder
2. Alat
Mortir stamper, oven, mesin pencetak tablet, blender, alat untuk membuat pil dll.
D. Cara Kerja
1. Buatlah formulasi sediaan obat tradisional untuk kelompok 1 & 4 sediaan padat,
kelompok 2 & 5 sediaan cair, kelompok 3 & 6 sediaan semi padat. Formula dicari
dari jurnal (konsultasikan dengan dosen). Buatlah formula untuk 1 resep dan
buatlah formula untuk 1 bacth produksi. Perhatikan perhitungan dosisnya!
2. Siapkan semua bahan untuk formulasi yang meliputi ekstrak sebagai bahan aktif
dan bahan tambahannya sesuai dengan bentuk sediaan yang akan dibuat.
3. Buatlah sediaan tersebut sesuai dengan cara pembuatan obat tradisional yang baik
(baca buku Pedoman teknologi formulasi sediaan berbasis ekstrak, DepKes RI,
2013).
4. Ujilah mutu obat tradisional yang saudara hasilkan berdasarkan PerKBPOM
Nomor 32 Tahun 2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Produk Jadi
(lihat lampiran 2) sesuai bentuk sediaan produk jadi, konsultasikan dengan dosen.
5. Siapkan kemasan primer dan sekunder serta label dan leafletnya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

CARA KERJA DAN FORMULA PEMBUATAN KRIM MENURUT JURNAL:

Eksrak daun teh 0,162 gr


Setil alcohol 4 gr
Parafin cair 6 gr
Cera alba 5 gr
Gliserin 5 gr
Tween 80 6 gr
Span 80 1,9 gr
Metil paraben 0,2 gr
Dapar pospat pH 7,4 100 ml
Cara Kerja :
1. Dileburkan fase minyak (etilheksil metoksisinamat, paraffin cair, setil alkohol, cera alba,
span 80, gliserin) diatas penangas air ± 75°C
2. dan Dileburkan fase air (ekstrak daun teh hijau , metil paraben, tween 80) yang
dilarutkan dalam dapar posfat pH 7,4 diatas penangas air ± 75°C,
3. Kemudian dicampurkan fase minyak dan fase air yang telah melebur tersebut kedalam
mortir yang hangat,
4. Lalu diaduk secara konstan hingga diperoleh sediaan yang homogen dan membentuk
sediaan krim yang baik.

E. Hasil dan Pembahasan


Kosmetika adalah sediaan yang digunakan pada bagian luar tubuh manusia dan juga
termasuk gigi serta membran mukosa dengan tujuan untuk membersihkan, mengharumkan
dan memodifikasi bagian tersebut sesuai yang di inginkan.
Berbagai sediaan kosmetika perawatan kulit mengandung antioksidan, antioksidan
alami saat ini semakin banyak di minati karena memiliki keunggulan relatif lebih aman
walaupun digunakan dalam jangka waktu lama.
Krim adalah bentuk sediaan stengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim memiliki dua tipe yaitu krim
minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak (A/M), ditujukan untuk penggunaan kosmetik
dan estetika (Juwita et al, 2013). Kelebihan krim adalah:
1. Mudah menyebar merata
2. Mudah digunakan
3. Praktis
4. Mudah dibersihkan atau dicuci
5. Tidak lengket terutama krim tipe M/A
6. Memberikan rasa dingin terutama krim tipe A/M
Krim yang mengandung antioksidan dapat digunakan sebagai sediaan topikal untuk
menangkap radikal bebas. Antioksidan diperlukan untuk melindungi kulit dari pengaruh
negatif akibat radikal bebas. Radikal bebas yang merusak tubuh ini dapat dinetralisir oleh
senyawa antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat oksigen reaktif dan radikal
bebas dalam tubuh. Senyawa antioksidan ini akan menyerahkan satu atau lebih elektron
kepada radikal bebas sehingga menjadi bentuk molekul yang normal kembali dan
menghentikan berbagai kerusakan yang ditimbulkan. Antioksidan dapat bersumber dari zat-
zat sintetis atau zat-zat alami hasil isolasi. Nutrisi antioksidan dapat diperoleh dari makanan
sehari-hari seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan tanaman lainnya yang
mengandung senyawa antioksidan bervitamin (seperti vitamin C, vitamin A, dan vitamin E),
asam-asam fenolat (seperti asam ferulat, asam klorogerat, asam elagat dan asam kafeat) dan
senyawa flavonoid.
Formulasi krim tabir surya yang mengandung ekstrak daun teh hijau dimulai dengan
melakukan orientasi basis, hal ini dilakukan agar didapat basis yang baik. Orientasi basis
yang dilakukan menggunakan variasi kandungan gliserin dalam basis krim.
Penggunaan secara langsung teh hijau sebagai antioksidan dinilai kurang praktis,
sehingga perlu dilakukan suatu pengembangan bentuk sediaan yang lebih sesuai. Salah
satunya melakukan pengembangan dengan membuat ekstrak teh hijau dalam bentuk sediaan
Krim.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan semua alat dan bahan
yang diperlukan dan memastikan semua bahan tersedia kemudian menimbang semua bahan
sesuai formula yang telah ditentukan. Selanjutnya Setil alkohol yang berfungsi sebagai
emulgator, zat pengental dan penstabil krim (Ansel, 1989). Bahan pengental akan
meningkatkan viskositas sediaan, sehingga laju pemisahan fase terdispersi dan fase
pendispersi semakin kecil. Parafin cair berperan sebagai emolien yang menjaga stabilitas
campuran antara fase minyak dan fase air dalam sediaan krim, sedangkan gliserin digunakan
sebagai humektan yang menjaga kelembapan kulit ketika sediaan diaplikasikan ke kulit. Cera
alba berfungsi untuk meningkatkan konsistensi krim dan menstabilkan sediaan (Kibbe, 2006).
Semakin tinggi penambahan konsentrasi cera alba maka viskositas sediaan semakin besar.
Tween 80 dan span 80 berfungsi sebagai surfaktan memiliki sifat pengental pada krim yang
dapat mempengaruhi daya sebar suatu emulsi. Tween 80 bersifat hidrofilik dan span bersifat
lipofilik, dimana komponen pengikat air dan span pengikat minyak. Kemudian metal paraben
sebagai pengawet dan dapar pospat pH 7,4 berfungsi untuk mempertahankan keadaan pH saat
jumlah kecil asam atau basa dimasukan kedalam larutan.

F. Kesimpulan
Ektrak teh hijau dibuat dalam bentuk sediaan krim agar lebih praktis untuk digunakan sebagai
antioksidan
G. Daftar Pustaka
Tim praktikum pengembangan obat tradisional. 2021. Universitas Ahmad Dahlan,
Yogyakarta
Farmakope Herbal Indonesia Jilid II. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2000). Farmakope Indonesia. Edisi
IV. Jakarta : Depkes RI

Anda mungkin juga menyukai