Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FORMULASI DAN

TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

“FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2 BATCH A

1. MEGA NURJANAH F201901063


2. OVI PUTRI INDIANI F201901064
3. WULAN APRIATIN ELPIRA F201901065
4. INTAN NURUL 'AINI K F201901066
5. NURHAYATY. S F201901067
6. RAHMA JUNIARTI. M F201901068
7. NOVITA MARDIN F201901069
8. SARDIYANTO F201901070
9. PUSPA HARDIANTI F201901072
10. EVI RAHMATIA F201901073
11. RESKI WAHYUNI ASIS F201901074

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2023
BAB 1

PENDAHAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai hasil alam yang


sanggat melimpah ruah, salah satunya ialah pada sektor hasil perkebunan. Hasil
perkebunan yang paling seringdijumpai dikehidupan masyarakat adalah
tanaman singkong. Tanpa disadarai tanaman singkong banyak sekali memliki
manfaat salah satunya terletak pada daun singkong. Di kalangan masyarakat
daun singkong diolah menjadi sayuran dan bahan makanan. Daun singkong
mengadung senyawa kimia yang berfungsi menjaga kesehatan tubuh,
kandungan kimia tersebut yaitu flavonoid, triterpenoid, alkaloid, saponin,
tanin, serta kandungan vitamin C yang cukup tinggi (sekitar 27,4%).
Kandungan kimia dalam daun singkong dapat digunakan untuk pengobatan
seperti mengobati luka pada kulit (Meilawaty, 2013).
Seiring dengan semakin berkembanganya sains dan teknologi,
perkembangan didunia farmasi pun tak tertinggalan. Semakin hari semakin
banyak jenis dan ragam penyakit yang muncul. Perkembangan pengobatan pun
terus dikembangkan. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik itu liquid,
solid dan semisolid telah dikembangkan oleh ahli farmasi dan industri.
Ahli farmasi mengembangkan obat untuk pemebuhan kebutuhan
masyarakat, yang bertujuan untuk memberikan efek terapi obat, dosisi yang
sesuai untuk dikonsumsi oleh masyrakat. Selai itu, sediaan semi solid
digunakan untuk pemakaian luar seperti kri, salep, gel, pasta dan suppositoria
yang digunakan melalui rektum. Kelebihan dari sediaan semi solid ini yaitu
prkatis, mudah dibawa, mudah dipakai, mudah pada pengabsorbsiannya. Juga
untuk memberikan perlindungan pengobatan terhadap kulit.
Berbagai macam bentuk sediaan semi solid memiliki kekurangan,
salah satu diantaranya yaitu mudah ditumbuhi mikroba. Untuk meminimalisir
keurangan tersebut, para ahli farmasi harus bisa memformulasikan dan
memproduksi sediaan secara tepat. Dengan demikian, farmasis harus
mengetahui langkah-langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang
tidak diinginkan. Dengan cara melakukan, menentukan formulasi dengan benar
dan memperhatikan konsentrasi serta karakteristik bahan yang digunakan dan
dikombinasikan dengan baik dan benar.
Krim ini dibuat dengan kombinasi dari metil salisilat dan asam
salisilat. Metil salisilat adalah obat untuk membantu mengatasi rasa sakit dan
nyeri ringan pada otot atau persendian. Sedangkan asam salisilat digunakan
untuk mengobati gangguan kulit seperti poseriosis, jerawat, ketombe,
dermatitis, seroik pada kulit dan kulit kepala, kepalan dan kutil pelantar.
Sediaan krim sebelum digunakan harus dilakukan pengujian untuk
menentukan stabilitas dan kualitas krim sehingga menjamin hasil akhir yang
berkhasiat dan menghasilkan efek terapi pada setiap penggunaa.

B. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan pada praktikum ini adalah


1. Untuk membuat sediaan krim dengan bahan baku ekstrak ?
2. Untuk memperoleh sediaan yang baik dengan melakukan evaluasi
sediaan?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KLASIFIKASI TANAMAN

Menurut Steennis et al., (2003) singkong secara taksonomi diklasifikasikan


sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta C

B. LANDASAN TEORI

Masyarakat menyakini bahwa tanaman obat lebih aman, mudah


didapat di sekitar rumah serta tidak memiliki efek samping yang berlebihan.
Umumnya bagian tanaman yang sering diambil sebagai pengobatan yaitu
daun, batang, akar, kulit batang, rimpang, dan buah. Namun yang paling
banyak digunakan adalah daun karena lebih mudah didapatkan dan jumlahnya
berlimpah dialam tidak tergantung pada musim (Warida et al., 2016).

Singkong (manihot utilissima) merupakan anggota famili


Euphorbiaceae dijumpai banyak di daerah Asia, termasuk Indonesia. Bagian
singkong yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian umbi
sementara pemanfaatan bagian daun masih terbatas sebagai sayuran terutama
bagian pucuk, sedangkan daun bagian bawah sebagai pakan ternak. Daun
singkong telah banyak digunakan masyarakat untuk mengobati diare dan sakit
kepala (Sastroamidjojo 2001).

Daun singkong (Manihot utilisima) dikenal sebagai tanaman yang


memiliki senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan triterpenoid (Rikomah,
2016). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ekstrak daun singkong
memiliki aktivitas antibakteri baik terhadap bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif. Salah satu nya terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli (Sahreni et al., 2020). Bagian
singkong yang umum dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian umbi
sementara pemanfaatan bagian daun masih terbatas sebagai sayuran terutama
bagian pucuk sedangkan daun bagian bawah sebagai pakan ternak (Hasim,
Falah and Kusuma Dewi, 2016).

Daun singkong (manihot utilissima) diketahui memiliki kandungan


senyawa aktif flavonoid dan fenolik (Faezah et al. 2013). Flavonoid dan
fenolik merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan
oleh tanaman dan memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagai antioksidan.
Senyawa antioksidan menghambat aktivitas radikal bebas dalam tubuh dengan
cara memberikan elektron pada molekul radikal bebas sehingga molekul
tersebut menjadi stabil.

Daun singkong (Manihot utilissima) banyak digunakan untuk


pengobatan alternatif. Daun singkong secara farmakologi mempunyai aktivitas
sebagai antiinflamasi, antibakteri, antioksidan, dan mempunyai aktivitas
menyembuhkan luka. Kandungan daunsingkong yang berperan dalam
penyembuhan luka diantaranya kandungan vitamin C, flavonoid, triterpenoid,
tanin serta saponin (Oktaviani et al., 2019).

Krim merupakan salah satu sediaan kosmetik yang sering digunakan.


Menurut Ansel (1989), krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi
setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air.”

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau


lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Biasanya sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air dan lebih
ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (FI edisi V, 2014). Krim
adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut dan terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Saryanti et al., 2019).

Adapun keuntungan dari sediaan krim yaitu, mudah diaplikasikan


karena bentuknya yang semi padat, mampu melekat pada permukaan tempat
pemakaian dalam waktu cukup lama, lebih nyaman digunakan pada wajah,
tidak lengket, serta lebih mudah mudah dibersihkan dengan air bila dibanding
dengan sediaan gel, salep, atau pasta (Agoes, 2015). Salah satu kekurangan
sediaan krim yaitu mudah rusak. Kerusakan sediaan krim biasanya
dikarenakan kerusakan emulsi pada sediaan krim, penyimpanan pada suhu
yang tidak sesuai serta komposisi krim yang tidak sesuai sehingga zat
pengemulsinya tidak dapat tercampur dengan baik (Syamsuni, 2006).
C. URAIAN BAHAN

a. Asam stearate (DIRJEN POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)


Nama resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama lain : Asam stearate
Pemerian : Zat padat keras mengkilat, putih atau kuning pucat,
mirip lemak lilin.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian
etanol (95%) P, dalam 2 bagian kloroform P dan
dalam 3 bagian eter P. Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan.
Incomp : Asam stearat incomp dengan banyak hidroksimetal
dan mungkin juga incomp dengan agen oksidasi.

b. Air suling (DIRJEN POM, 1979)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan

c. BHT (HOPE, 2006 hal 81)


Nama lain : Agidol, Dalpac, Impruval, Sustane, Topanol,
Vianol
Fungsi : antioksidan
Pemerian : serbuk atau kristal padat berwarna putih atau
kuning muda dengan bau khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen
glikol, larutan alkali hidroksida dan larutan asam
mineral encer. Mudah larut dalam aseton, benzen,
etanol (95%), eter, metanol, toluen, campuran
minyak, dan parafin cair. Lebih larut dalam minyak
sayuran dan lemak dibanding BHA
Stabilitas : pemaparan terhadap cahaya, lembab dan panas
mengakibatkan diskolorasi dan penurunan aktivitas.
BHT harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, ruang yang yang sejuk dan
kering.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan oksidator kuat seperti
peroksida, dan permanganat. Garam besi
menyebabkan diskolorasi dengan aktivitas yang
hilang. Pemanasan dengan katalis sejumlah asam
dapat menyebabkan dekomposisi yang cepat sambil
melepaskan gas isobutena yang mudah terbakar.

d. Gliserin
Sinonim : Croderol, gliserol, glycon G-100, dsb.
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,09 g/mol
Fungsi : Antimikroba pengawet; cosolvent; yg melunakkan;
humektan; plasticizer; pelarut; agen pemanis; agen
tonisitas.
Konsentrasi : Sebagai antimikroba < 20 %, humektan < 30 %,
pembuat gel (pembawa aquades) 5 – 15 %,.
Stabilitas : Gliserin higroskopis. Gliserin murni tidak rentan
terhadap oksidasi oleh suasana di bawah kondisi
penyimpanan biasa, tetapi dapat terurai pada
pemanas dengan evolusi beracun acrolein.
Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan
propilen glikol kimiawi stabil.
Inkompabilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan
pengoksidasi kuat seperti kromium trioksida,
potasium klorat atau kalium permanganat. Gliserin
membentuk asam borat kompleks, asam
gliceroborik, yang merupakan asam kuat daripada
asam borat (Rowe, 2009:283).

e.Metil paraben (DIRJEN POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)


Nama resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama lain : Metil paraben, Nipagin M
Pemerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau,
tidak mempunyai rasa, agak membakar diikuti rasa
tebal.
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air
mendidih dalam 3,5 bagian etanol (95%) P dan
dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan
tetap jernih.
Rumus molekul : C8 H8 O3
Berat molekul : 152,15
Rumus struktur : COOCH3OH
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
Incompatibilitas : Pengawet seperti metil paraben atau paraben
lainnya dapat berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik seperti polisorbat 80. Incomp dengan zat
seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk,
tragakan, sodium alginat, sorbitol, dan atropin.

f. Propil paraben (DIRJEN POM, 1979 ; Arthur H.K, 2000)


Nama resmi : PROPYLIS PARABENUM
Nama lain : Propil paraben, Nipasol
Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5
bagian etanol (95%) P, dalam 3 bagian aseton P,
dalam 140 bagian gliserol P dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam alkali hidroksida.
Rumus molekul : C10 H12 O3
Berat molekul : 180,21
Rumus struktur : COOC3H7OH
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zat tambahan
Incomp : Magnesium aluminium silikat, magnesium
trisilikat, kuning oksida besi, biru laut dilaporkan
dapat menyerap propil paraben, dengan demikian
dapat mengurangi fungsi dari pengawet tersebut

Anda mungkin juga menyukai