Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Acne atau jerawat merupakan suatu masalah yang mengganggu. Sekitar

80% remaja dan anak muda yang berusia 12 hingga 35 tahun mengalami masalah

jerawat terutama di bagian wajah. Jerawat merupakan penyakit peradangan yang

dipicu oleh bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis dan

Staphylococcus aureus(Wasitaatmadja, 1997).

Banyak tumbuhan asli Indonesia yang berkhasiat sebagai obat dan

khasiatnya secara klinis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Salah

satunya adalah buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn). Tanaman ini

merupakan salah satu tanaman tropis yang berbuah sepanjang tahun, sehingga

mudah didapat. Buah belimbing wuluh selain sebagai masakan juga digunakan

sebagai pengobatan maupun kosmetik. Buah belimbing wuluh sudah diketahui

dengan baik digunakan sebagai antibakteri untuk penyakit alergi pada kulit dan .

pengobatan acne seperti mengurangi kemerahan dan inflamasi (Wasitaatmadja,

1997).

Buah belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoida (apigenin,

luteolin) dan triterpenoid (Dalimarta, 1999). Pemanfaatan buah belimbing wuluh

untuk pengobatan topikal belum begitu berkembang. Daya antibakteri dan

kandungan flavonoidnya yang berkhasiat sebagai antiradang menjadi dasar untuk

mengembangkannya sebagai obat jerawat. Penelitian terdahulu menyebutkan

1
2

bahwa konsentrasi ekstrak etanol buah belimbing wuluh 2% aktif sebagai

antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnedan Staphylococcus

epidermidis secara in-vitro pada sediaan gel (Fitri, 2008).

Buah belimbing wuluh belum pernah diformulasikan dalam sediaan sabun

transparan, sehingga peneliti tertarik untuk membuatnya dalam sediaan sabun

transparan. Pemilihan sediaan dalam bentuk sabun transparan karena memiliki

beberapa keuntungan antara lain penampilan transparan yang menarik jika

dibandingkan dengan sabun lainnya, melembabkan, mampu menghasilkan busa

yang melimpah dan lembut di kulit serta daya bersih yang efektif. Sebelum

melihat khasiat antibakteri penyebab jerawat pada buah belimbing wuluh, peneliti

melakukan tahapan formulasi terlebih dahulu. Kriteria-kriteria membuat formulasi

yang baik antara lain: kadar air syarat maksimal 15%, jumlah asam lemak

minimal 70%, jumlah alkali bebas maksimal 0,1% (SNI, 1994).

Agen transparan dalam sediaan sabun transparan salah satunya adalah

sukrosa, yang merupakan gula golongan disakarida. Gula ini berperan dalan

pembentukan kristal halus pada sabun transparan. Selain itu, juga berfungsi

menambah kekerasan dan transparansi sabun (Mitsui, 1997). Penelitian

Purnamawati (2006), menyatakan konsentrasi sukrosa 13% merupakan

konsentrasi terbaik pada sediaan sabun transparan dari variasi konsentrasi sukrosa

9%, 11% dan 13%. Konsentrasi sukrosa yang digunakan tidak boleh lebih dari

20% karena dapat menghasilkan sabun yang keras dengan busa yang sedikit.

Golongan gula lainnya yang dapat digunakan selain sukrosa adalah

sorbitol, yang kemungkinan juga dapat mempengaruhi karakteristik sabun


3

transparan. Sorbitol merupakan turunan dari glukosa yang memiliki sifat dapat

mengikatair, memperbaiki tekstur dan sebagai pengawet. Selain itu, sorbitol juga

merupakan turunan gula alkohol yang mengandung tidak kurang dari 91,0% dan

tidak lebih dari 100,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat anhidrat dan mengandung

sejumlah kecil alkohol polihidrik lain (Depkes RI, 1995). Sorbitol juga dapat

berfungsi sebagai humektan (Rowe, 2009). Humektan pada umumnya dalam

sabun transparan adalah gliserin. Penelitian Fachmi (2008), bahwa campuran

konsentrasi gliserin dan sukrosa menghasilkan sabun yang transparan. Gliserin

merupakan humektan dan salah satu komponen transparent agent.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk memvariasikan

konsentrasi sorbitol, apakah mempengaruhi karakteristik fisik sabun transparan

ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk

mengetahui perbedaan variasi konsentrasi sorbitol terhadap karakteristik fisik

sabun transparan ekstrak etanol buah belimbing wuluh.

A. Perumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh variasi konsentrasi sorbitol terhadap karakteristik

fisiksabun transparan ekstrak etanol buah belimbing wuluh(Averrhoa bilimbi L.).

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi

sorbitol terhadap karakteristik fisik sabun transparan ekstrak etanol buah

belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).


4

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan manfaat pada

mahasiswa untuk lebih termotivasi mengembangkan formulasi sabun transparan

ekstrak etanol buah belimbing wuluh. Memberikan informasi lain tentang bagian

buah yang belum biasa dimanfaatkan.Selain itu, untuk memudahkan dalam

penggunaan ekstrak etanol buah belimbing wuluh sebagai antijerawat, ekstrak

tersebut diformulasikan dalam sediaan sabun transparan dengan sifat fisik yang

sesuai, aman, dan dapat diterima masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka

1. Belimbing Wuluh

Tanaman belimbing wuluh merupakan jenis tanaman yang mudah

diperoleh di semua daerah, baik di dataran tinggi maupun rendah. Pohon

belimbing wuluh mudah tumbuh dan bisa mencapai umur puluhan tahun dan

tinggi tanamannya 5-10 meter (Steenis, 2002).

a. Klasifiasi

Menurut Tjitrosoepomo (2000), sistematika tumbuhan buah belimbing

wuluh diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Oxalidales
Suku : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi Linn.
5

b. Nama Daerah

Nama daerah : Asom belimbing, balimbieng, balimbingan, balimbing

(Sumatera(; belimbing wuluh, calincing wulet, bhalingbhing bulu

)Jawa(;blimbing buloh )Bali(;limbi, balimbeng, lumpias, lembetue, bainang,

calene, takurela )Sulawesi); uteke (Papua). Nama asing : cucumber tree atau

bilimbi(Inggris). Nama latin : Averrhoa bilimbiL. (Gunawan dan Mulyani,

2006).

c. Morfologi

Belimbing wuluh merupakan tanaman berbentuk pohon kecil,

ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dan kadang tumbuh liar.

Ketinggian tanaman dapat mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu

besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Daun majemuk

menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai

pendek, bentuknya bulat telur, ujung runcing, pangkal membundar, tepi

rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah

warnanya lebih muda. Buahnya berbentuk bulat lonjong bersegi hingga

seperti torpedo, panjangnya 4-10 cm. Warna buah ketika muda hijau

dengan sisa kelopak bunga menempel pada ujungnya. Apabila buah sudah

masak, maka buah berwarna kuning atau kuning pucat.Daging buahnya

mengandung banyak air dan rasanya asam.Kulit buahnya berkilap dan

tipis.Biji berbentuk bulat telur, gepeng (Wijayakusuma dan Dalimartha,

2006). Buah belimbing wuluh dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :
6

Gambar 1. Buah Belimbing Wuluh

d. Khasiat

Khasiat dari buah belimbing wuluh ini adalah sebagai obat batuk, gusi

berdarah, sariawan, jerawat, panu dan bisul (Gunawan dan Mulyani,

2006). Selain itu, buah belimbing wuluh juga berkhasiat untuk mengatasi

penyakit diabetes, reumatik, gondongan, sakit gigi, diare sampai tekanan

darah tinggi (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006).

e. Kandungan Kimia

Kandungan kimia buah belimbing wuluh adalah flavonoid,

steroid/triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,

vitamin A, B1, dan C (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006).

2. Jerawat

Jerawat merupakan penyakit peradangan yang terjadi akibat penyumbatan

pada pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pastul dan bopeng

(scar) pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada dan punggung(Wasitaatmadja,

1997).Jerawat lebih sering timbul pada remaja yang mempunyai jenis kulit
7

berminyak. Hal ini mengakibatkan saluran kandung rambut (folikel) menjadi

tersumbat. Jerawat terjadi di kalangan remaja, karena pada usia ini terjadi

peningkatan produksi hormon endrogen. Hormon ini dapat meningkatkan kadar

minyak yang dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan dan penimbunan yang

disebut komedo (Dwikarya, 2003).

Jerawat terjadi karena penumpukan kotoran dan sel kulit mati yang

disebabkan kurangnya perawatan dan pemeliharaan. Kulit mengalami

pembengkakan (abses) pada permukaannya yang disebut papule, kelenjar yang

memproduksi minyak tersumbat dan terkontaminasi oleh bakteri. Apabila

peradangan semakin parah, sel darah putih mulai naik ke permukaan kulit

membentuk nanah (pus) yang disebut pastules. Jerawat radang terjadi akibat

folikel yang ada di dalam dermis mengembang karena berisi lemak padat,

kemudian pecah dan menyebabkan serbuan sel darah putih ke area folikel sebasea,

sehingga terjadi reaksi radang. Peradangan akan semakin parah jika kuman dari

luar ikut masuk ke dalam jerawat akibat perlakuan yang salah seperti dipijat

dengan kuku atau benda lain yang tidaksteril. Jerawat radang mempunyai ciri

berwarna merah, cepat membesar, berisi nanah dan terasa nyeri. peradangan dan

pembengkakan dipicu oleh bakteri Propionibacterium acne, Staphylococcus

epidermidis dan Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja, 1997).

Faktor penyebab timbulnya jerawat antara lain :

a. Hormonal

Pembentukan hormon testosteron (androgen) yang berlebih dapat

memacu sekresi kelenjar sebaseus yang hiperaktif, sehingga pada usia


8

remajaakan banyak timbul jerawat pada wajah, dada, punggung. pada wanita,

produksi lipida dari kelenjar sebaseus selain hormon androgen juga dapat

dipacu oleh hormon luteinizing yang meningkat saat menjelang menstruasi

(Mitsui, 1997).

b. Makanan

Makanan yang mengandung kadar gula dan kadar karbohidrat yang

tinggi memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menimbulkan jerawat.

Secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa mengkonsumsi terlalu banyak gula

dapat meningkatkan kadar insulin dalam darah. Hal tersebut memicu produksi

hormon androgen yang membuat kulit jadi berminyak dan kadar minyak yang

tinggi dalam kulit merupakan pemicu paling besar terhadap timbulnya jerawat

(Mitsui, 1997).

c. Kosmetik

Penggunaan kosmetika yang melekat pada kulit danmenutupi pori-pori

jika tidak segera dibersihkan dapat menyumbat saluran kelenjar palit dan

menimbulkan jerawat yang disebut komedo.

d. Infeksi bakteri

Bakteri Propionibacterium acnes biasanya ditemukan pada lesi-lesi acne.

Berbagai strain Propionibacterium acnes dapat menghidrolis trigliserida

menjadi asam lemak bebas dan gliserol, asam lemak bebas tersebut

memungkinkan terjadinya lesi komedo (Mitsui, 1997).

Pengobatan jerawat pada prinsipnya sebagai berikut: mengurangi produksi

kelenjar sebasea, meningkatkan proses regenerasi kulit melalui pengelupasan kulit


9

agar tidak terjadi sumbatan, mencegah pembentukan komedo dengan menekan

peradangan di dalam kulit jangat (dermis), menghambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acne yang menghuni saluran kelenjar sebasea.

3. Sabun Transparan

Sabun adalah garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus Rbersifat

hidrofobik karena bersifat non polar dan COONa bersifat hidrofilik karena polar.

Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 06-3532-1994 (SNI, 1994) dijelaskan

bahwa sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi kimia antara basa

natrium atau kalium dengan asam lemak hewani.

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi dua macam yaitu sabun

padat (batangan) dan sabun cair.Sabun padat dapat dibedakan lagi atas sabun

opaque, sabun translucent, dan sabun transparan. Jenis-jenis sabun tersebut

dibedakan berdasarkantransparansinya yang sangat dipengaruhi oleh komposisi

formula dan proses produksi (Hambali dkk., 2005).

Sabun Opaque Sabun Translucent Sabun Transparan

Gambar 2. Jenis-jenis sabun padat (Depkes RI., 2007)

Sabun transparan merupakan salah satu jenis sabun yang

memilikipenampilan lebih menarik karena penampakannya yang transparan.

Sabun transparan menjadi bening karena dalam proses pembuatannya


10

dilarutkandalam alkohol. Alkohol ini juga ditambahkan untuk mencegah

pengkristalan. Selain itu, sabun transparan juga mengandung gliserin dan sukrosa

yang berfungsi sebagai humektan dan emolient serta sebagai komponen

pembentuk tranparan (Wasitaatmadja, 1997).

Proses pembuatan sabun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses

saponifikasi dan proses netralisasi. Pada proses saponifikasi akan diperolehproduk

samping berupa gliserol, sedangkan sabun yang diperoleh denganproses

netralisasi tidak menghasilkan gliserol. Proses saponifikasi terjadikarena reaksi

trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadikarena reaksi antara

asam lemak bebas dengan alkali. Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80C-

100C.

Proses pembersihan kotoran dengan menggunakan sabun tidak

dapatdilepaskan dari keterlibatan air didalamnya. Air merupakan cairan

yangumumnya digunakan untuk membersihkan sesuatu yang memiliki

teganganpermukaan. Setiap molekul dalam struktur model air, dikelilingi dan

ditarikoleh molekul air yang lainnya. Tegangan permukaan tersebut terbentuk

padasaat molekul air yang terdapat pada permukaan air ditarik ke tubuh

air.Tegangan ini mengakibatkan air membentuk butiran-butiran pada

permukaan(kaca, kain) yang lambat laun akan membasahi bagian permukaan

danmenghambat proses pembersihan. Tegangan permukaan dalam

prosespembersihan harus dikurangi sehingga air dapat menyebar dan

membasahiseluruh permukaan. Bahan yang dapat menurunkan tegangan

permukaan padaair secara efektif disebut surface active agent atau surfaktan.
11

Surfaktan memiliki fungsi penting lain dalam membersihkan,

sepertimenghilangkan dan membentuk emulsi, serta mengangkat kotoran

dalambentuk suspensi sehingga kotoran tersebut dapat dibuang. Surfaktan dapat

jugamengandung alkali yang berfungsi untuk membuang kotoran yang

bersifatasam. Soap and Detergent Association atau SDA (2001),

mengungkapkanbahwa surfaktan diklasifikasikan berdasarkan muatan ionik

didalam air yaituanionik, kationik, dan amfoter. Sabun merupakan surfaktan

anionik.Sediaan kosmetik merupakan bahan atau campuran bahan

yangdigosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan

padabadan atau bagian tubuh manusia dengan maksud untuk membersihkan,

memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasukobat.

Penggolongan kosmetik berdasarkan kegunaannya adalah sebagaihigiene tubuh

(sabun dan sampo), tata rias (pemerah pipi, lipstik), wangi-wangiandan proteksi

(sun screen). Tujuan sediaan kosmetika mandi antaralain untuk membersihkan

tubuh, membantu melunakkan air sadah, memberikeharuman dan rasa segar serta

menghaluskan dan melembutkan kulit.

Syarat-syarat sabun transparan antara lain : karakteristik pembusaan yang

baik, tidak menyebabkan iritasi pada mata, membran mukosa dan kulit,

mempunyai daya bersih optimal dan tidak memberikan efek merusak kulit,

memiliki bau parfum yang bersih, segar dan menarik.

Komponen utama sediaan sabun transparan adalah :

a. Minyak dan Asam lemak


12

Minyak dan asam lemak merupakan bahan dasar dalam pembuatan

sabun. Asam lemak yang bereaksi dengan basa akan menghasilkan gliserin

dan sabun, yang dikenal dengan proses saponifikasi. Asam lemak yang

digunakan dalam pembuatan sabun adalah asam laurat, asam linoleat, asam

oleat, asam palmitat, asam stearat dan lain-lain, sedangkan jenis minyaknya

adalah coconut oil, palm kernel oil, dan palm stearin (Barel dkk., 2009).

b. Alkali / basa

Peran dari basa adalah sebagai agen pereaksi dengan fase minyak

sehingga akan terjadi proses saponifikasi. Reaksi antara fase minyak dan basa

akan menghasilkan gliserol dan sabun, yang berupa garam natrium dan

kalium. Contoh basa yaitu, NaOH atau sering disebut kaustik soda (Barel

dkk., 2009).

c. Garam

Misalnya garam dapur (NaCl) digunakan untuk memisahkan gliserol

darilarutan sabun. Nacl dalam sabun transparan berfungsi sebagai elektrolit

(Cognis, 2003) dan turut berperan dalam pembentukan busa.

d. Humektan (moisturizer)

Humektan adalah skin conditioning agent yang dapat meningkatkan

kelembaban kulit dan mencegah kosmetik menjadi kering pada penggunaan

yang lama dan terkena udara. Humektan dapat berupa gliserin, sorbitol,

propilen glikol, dipropilen glikol, butilen glikol, etilen glikol.


13

e. Emulsifier / Surfaktan yaitu suatu bahan kimia yang dapat membuat minyak

dan air bercampur menjadi satu larutan atau campuran. Contoh dari emulsifier

adalah sabun, lesitin, dan emulsifying cynthetic.

f. Antioksidan, untuk mencegah timbulnya oksidasi akibat pelepasan unsur

lemak dan minyak ke udara (rancidity). Biasanya ditandai dengan keluarnya

bau tengik pada sabun atau sabun menjadi iritan ke kulit. Bahan ini dapat

berupa tokoferol, BHT (dibutil hydroxytoluen), BHA (butil hidroxyanisol),

ester asam gallat, NDGA (nordihydroxyquaiaretic acid), dan vitamin E.

g. Air

Merupakan pendukung pelarutan, stabilisasi dan daya proses.

h. Agen Sequestering, untuk menonaktifkan ion logam yang tercampur dalam

bahan sabun atau kosmetik baik langsung maupun tidak langsung. Ion logam

tersebut dapat merubah bau, warna dan meningkatkan oksidasi bahan mentah

yang berasal dari minyak sehingga menyebabkan hilangnya transparansi.

Bahan yang biasa digunakan adalah asam phosporat, asam sitrat, asam

askorbat, asam suksinat, asam glukonat.

i. Pewangi

Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun transparan untuk

memberikan efek wangi pada produk sabun yang dihasilkan. Pewangi yang

ditambahkan tidak boleh memiliki efek berlawanan terhadap sifat

transparansi sabun yang dihasilkan (Hambali dkk., 2005).


14

4. Monografi Bahan

a. Asam stearat (Acidum stearicum)

Asam stearat merupakan salah satu jenis asam lemak yang memiliki

rantai hidrokarbon yang panjang, mengandung gugus hidroksil disalahsatu

ujungnya. Asam stearat adalah asam tidak jenuh, tidak ada ikatanrangkap

antara atom karbonnya. Asam lemak jenis ini dapat ditemukanpada

minyak/lemak nabati dan hewani. Asam stearat sering digunakansebagai

bahan dasar pembuatan cream dan sabun. Pada proses pembuatansabun

transparan, jenis asam stearat yang digunakan adalah yangberbentuk

kristal putih dan mencair pada suhu 56C. Fungsi asam stearatpada proses

pembuatan sabun adalah untuk mengeraskan danmenstabilkan busa

(Hambali dkk., 2005).

b. Minyak Kelapa

Minyak yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah

minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak jarak. Minyak kelapa

merupakan minyak yang memiliki kandungan asam lemak jenuh yang

tinggi. Berdasarkan kandungan asam lemaknya, minyak kelapa

digolongkan kedalam minyak asam laurat karena kandungan asam

lauratnya paling besar. Asam laurat dapat diperoleh dari minyak kelapa

mencapai 40%-50% dari total kandungan lemak yang terdapat didalamnya

(Swern, 1979). Asam laurat ini sangat diperlukan dalam pembuatan sabun

karena kemampuannya dalam pembentukan busa. Sabun yang baik

seharusnya mengandung asam laurat tidak kurang dari 15%.


15

c. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium Hidroksida sering kali disebut dengan kaustik soda atau soda

api yang merupakan senyawa alkali yang mampu menetralisir

asam.Natrium Hidroksida berupa kristal putih, dengan sifat cepat

menyerap kelembaban, bentuk batang, butiran, masa hablur kering, keras,

rapuh dan menujukkan susunan hablur putih, mudah meleleh basah, cepat

menyerap kelembaban, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap

karbondioksida, sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P

(Hambali dkk., 2005).

d. Larutan sorbitol 70%

Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari

100,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat anhidrat, dapat mengandung

sejumlah kecil alkohol polihidrik lain, berupa serbuk, granul, higroskopis,

warna putih, rasa manis. Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam

etanol, dalam metanol dan dalam asam stearat (Depkes RI, 1995). Sorbitol

terbentuk secara alami dalam buah dan sayuran dan diproduksi secara

komersial melalui modifikasi glukosa. Sorbitol umum tersedia dalam

bentuk larutan sorbitol 70% dalam air, yang berwujud jernih, tidak

berwarna, dan kental. Sifat higrokopisnya lebih rendah dibandingkan

gliserin (Barel dkk., 2009).

e. Etanol

Etanol berbentuk cair, jernih, dan tidak berwarna. Senyawa organik

dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol digunakan sebagai pelarut pada


16

proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut

dalam air dan lemak.

f. Sukrosa

Sukrosa merupakan senyawa nonionik dan mempunyai

sifatpengemulsi (emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi

(detergency), dan pelarutan (solubizing) yang sangat baik (Gupta dkk.,

1985).Sukrosa atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan

rumus kimia C12H22O11 (-D-fructofuranosyl--D-glucopyranoside) yang

mempunyai berat molekul 342,3. Sukrosa merupakan salah satu

disakaridayang ditemukan dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan

senyawa lain) di dalam tanaman. Secara komersial, sukrosa umumnya

diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum) yang nerupakan tanaman

daerah tropis dan beet(Beta vulgaris)yang merupakan tanaman sub-tropis.

g. Dietanolamida (DEA)

Dietanolamida adalah surfaktan nonionik yang dihasilkan dariminyak

atau lemak. Dietanolamida yang berasal dari minyak atau lemak tersebut

dapat dihasilkan dari asam lemak atau metil ester. Dietanolamida

merupakan penstabil busa yang paling efektif. Dietanolamidajuga dapat

meningkatkan tekstur kasar busa dan dapat mencegah terjadinya proses

penghilangan minyak yang berlebihan pada kulit dan rambut.

Dietanolamida berbasis minyak kelapa merupakan DEA terpopuler

walaupun efek pengentalannya berkurang dengan adanya gliserol.

Harganya relatif murah dan mudah ditangani dibandingkan dengan amida-


17

amida murni berbasis metil ester (William dan Schmitt, 2002).

Dietanolamida dalam suatu formula sedan kosmetika berfungsi sebagai

surfaktan dan sebagai zat penstabil busa.

h. Natrium Chlorida (NaCl)

Swern (1979), menerangkan bahwa NaCl merupakan bahan berbentuk

kristal kubik, tidak berwarna, bersifat higroskopik rendah dan dapat diberi

pewarna serta parfum. Natrium klorida memiliki peran dalam pembusaan

sabun.Penambahan NaCl juga bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi

elektrolit sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi,

sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses

pemanasan.

i. Asam sitrat

.Asam sitrat adalah asam hidroksi trikarboksilat yang diperoleh dari

ekstraksi buah-buahan atau hasil proses fermentasi. Asam sitrat memiliki

bentuk berupa kristal putih. Asam sitrat diperoleh melalui proses hidrolisis

pati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Asam sitrat berfungsi sebagai

agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu

oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak

akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet.

j. Air suling (Aqua destilata)

Air suling dibuat dengan menyuling air yang diminum, yang

merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai

rasa (Dekes RI, 1979).


18

5. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati maupun hewani dengan menggunakan pelarut yang

sesuai.Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain (Depkes

RI.,1989).

Standarisasi proses ekstraksibertujuan untuk memurnikan zat aktif dari zat

lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Proses standarisasi juga sangat

berpengaruh pada kualitas obat herbal.

Alkohol (methanol, ethanol), aseton, dietil eter dan etil asetat adalah zat

yang sering digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi, sebagai contoh

ekstraksi asam fenolik yang sangat polar (benzoik, asam sinamik) disarankan

mencampur pelarut dengan air. Untuk zat yang kurang polar seperti minyak, asam

lemak dan klorofil yang sering digunakan adalah diklorometan, kloroform, hexan

atau benzen. Penggunaan alcohol 70% dalam proses ekstraksi akan meningkatkan

jumlah kandungan zat yang terdapat didalam suatu ekstrak tanaman. Faktor lain

yang mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya adalah keasaman (pH), suhu dan

perbandingan sampel dengan pelarut.

Macam metode penyarian yang dapat digunakan, yaitu:

a. Cara dingin

1) Maserasi
19

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam

cairan penyari pada suhu 15-20C. Cairan penyari akan menembus dinding

sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif

akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara zat aktif di

dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak

keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan

dan peralatan yang sederhana. Kerugiannya adalah cara pengerjaannya lama

dan penyarian yang kurang sempurna (Depkes RI,1986).

2) Perkolasi

Perkolasi merupakan cara penyarian dengan menggunakan alat yang

disebut perkolator yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari

melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Cara kerja dari perkolasi yaitu dengan menempatkan serbuk simplisia

dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori.

Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan

penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai

keadaan jernih (Depkes RI,1986).

b. Cara panas

1) Refluks

Ekstraksi menggunakan cairan penyari pada titik didihnya selama waktu

tertentu. Jumlah cairan penyari yang digunakan terbatas dan relatif konstan
20

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

residu pertama 3-5 kali hingga proses ekstraksi sempurna.

2) Sokhletasi

Sokhletasi adalah ekstraksi yang dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinue. Jumlah cairan penyari relatif konstan dengan

adanya pendingin balik.

3) Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinue) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya pada

temperatur 40-50C.

4) Infus

Ektraksi dengan cairan penyari berupa air, pada temperatur 96-98C

selama 15-20 menit di atas penangas air (Depkes RI., 2000).

F. Landasan Teori

Buah belimbing wuluh mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu

flavonoid,steroid/triterpenoid (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006). Etanol

dapat menyari senyawa flavonoid, steroid/triterpenoid (Depkes RI, 1986).

Penelitian tentang flavonoid dan tanin menyebutkan bahwa senyawa ini

mempunyai efek antibakteri (Gunawan dan Mulyani, 2006).Penelitian terdahulu

menyebutkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol buah belimbing wuluh 2% aktif

sebagai antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnedan Staphylococcus

epidermidis secara in-vitro pada sediaan gel (Fitri, 2008).


21

Agen transparan dalam sediaan sabun transparan salah satunya adalah

sukrosa, yang merupakan gula golongan disakarida (Mitsui, 1997). Penelitian

Purnamawati (2006), menyatakan konsentrasi sukrosa 13% merupakan

konsentrasi terbaik pada sediaan sabun transparan dari variasi konsentrasi sukrosa

9%, 11% dan 13%. Konsentrasi sukrosa yang digunakan tidak boleh lebih dari

20% karena dapat menghasilkan sabun yang keras dengan busa yang sedikit.

Sorbitol biasanya digunakan sebagai bahan eksipien dalam bidang farmasi.

Sorbitol merupakan turunan dari glukosa yang memiliki sifat dapat mengikatair,

protein, memperbaiki tekstur dan sebagai pengawet. Selain itu, sorbitol juga

merupakan turunan gula alkohol yang mengandung tidak kurang dari 91,0% dan

tidak lebih dari 100,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat anhidrat dan mengandung

sejumlah kecil alkohol polihidrik lain (Depkes RI, 1995). Oleh karena itu, sorbitol

kemungkinan dapat menjadi transparent agent dalam sediaan sabun transparan.

Sebelumnya belum ada penelitian yang mengatakan sorbitol sebagai transparent

agent.

G. Hipotesis

Ada pengaruh variasi konsentrasi sorbitol terhadap karakteristik fisik

sabun transparan ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.).

Anda mungkin juga menyukai