Anda di halaman 1dari 18

RENCANA PENELITIAN

JUDUL : UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN AFRIKA


(Vernonia amygdalina Del.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Propionibacterium acne

NAMA MAHASISWA : NUR AZLINDA

NIM : PO.713251161073

PEMBIMBING : 1. Dwi Rachmawaty, S.Farm, M.Kes

2.St Ratnah, S.Si., M.Kes

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang letaknya menutupi seluruh
permukaan tubuh dan dapat mencerminkan kesehatan dan kecantikan
seseorang. Kulit berhubungan secara langsung dengan lingkungan luar,
sehingga sering kali mudah terkena berbagai masalah dan gangguan kesehatan.
Salah satu permukaan kulit yang mudah terkena masalah atau kelainan yaitu
bagian kulit wajah.
Kelainan pada kulit wajah yang sangat mengganggu penampilan yaitu
jerawat (acne). Jerawat Jerawat (acne) merupakan suatu penyakit peradangan
kronik dari unit pilosebaseus yang ditandai dengan adanya komedo, papula,
pustula, nodul, kista, dan skar (Saragih, dkk., 2016). Jerawat sering terjadi pada
kulit wajah, leher, dada dan punggung. Meskipun jerawat tidak berdampak
fatal, tetapi cukup merisaukan karena dapat menurunkan kepercayaan diri,
terutama mereka yang peduli akan penampilan (Tjekyan, 2008). Sumber
penyebab timbul dan terjadinya jerawat disebabkan pula oleh beberapa hal,
yaitu kelenjar minyak yang diproduksi berlebih, aktivitas bakteri dalam pori-
pori kulit, dan penggunaan kosmetik (Manasirip et al. 2015). Bakteri penyebab
terdiri dari Propionibacterium acne, Staphylococcus aureus, dan
Staphylococcus epidermidis.
Sebagian besar penderita jerawat ingin menghilangkan jerawat secara
cepat dengan berbagai macam cara pengobatan, mulai dari dokter kecantikan
dan mengkonsumsi obat sintetik anti jerawat. Obat sintetik anti jerawat pada
umumnya yaitu antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada
jerawat. Antibiotik digunakan sebagai salah satu cara efektif dalam pengobatan
jerawat, seperti klindamisin, tetrasiklin, dan eritromisin (Saraswati, 2015).
Tetapi, penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi
(Sholih, dkk., 2015). Oleh karena itu, diperlukan adanya terapi alternatif dari
tumbuhan yang berpotensi tinggi sebagai antibakteri.
Di alam terdapat banyak tanaman yang memiliki khasiat sebagai
antibakteri, salah satunya adalah daun afrika. Daun afrika dalam kehidupan
sehari-hari dimakan sebagai sayuran. Tetapi daun ini mempunyai manfaat
sebagai anti diabetes, antimalaria, menstabilkan tekanan darah, membantu
menyembuhkan insomnia, membantu mencegah penyakit stroke, mencegah
kanker, penyakit jantung, dan menghilangkan jerawat (Ijeh et al., 2011).
Daun afrika (Vernonia amygdalina Delile) berasal dari suku Asteraceae
banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria (Ibrahim et
al., 2010) dan Malaysia (Atangwho et al., 2013). Daun afrika (Vernonia
amygdalina Del.) memiliki kandungan senyawa flavonoid, glikosida, alkaloid,
tannin, terpenoid, saponin yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri
(Oshim et al., 2016).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Ekstrak Daun Afrika
(Vernonia amygdalina Delile) mempunyai Aktivitas terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acne ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan Aktivitas Ekstrak Daun Afrika terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acne.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai Aktivitas Ekstrak Daun Afrika terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acne .
2. Penelitian ini menjadi salah satu bahan referensi untuk penelitian selanjutnya
tentang Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.)
1. Klasifikasi umum

Gambar. Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.)


Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun Afrika adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Dividi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Sympetalae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Vernonia
Spesies : Vernonia amygdalina Del. (Citro Soepomo Gembong. 2013 ).
2. Nama Daerah
Daun Afrika memiliki nama lain seperti bitter leaf (Nigeria) Ijeh 2010),
Nan Fei Shu (Cina), dan daun Kupu-Kupu (Malaysia). Daun Afrika juga
memiliki nama daerah di Indonesia seperti Daun Pahit (Jawa) dan Daun
Insulin (Sumatera Barat).
3. Morfologi Tanaman
Morfologi dari tanaman daun afrika adalah mempunyai batang yang
tegak, berkayu, berwarna coklat, tinggi 1-3 m, bulat, daun majemuk, anak
daun berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm, berbentuk seperti ujung
tombak, ujung runcing, pangkal membulat, tepi bergerigi, pertulangan
menyirip, berwarna hijau tua, akar tunggang, berwarna coklat kotor
(Ibrahim, dkk 2004; Ijeh, 2010).
4. Kandungan Kimia
Hasil penelitian (Ijeh, 2010) menunjukkan bahwa tanaman daun Afrika
banyak mengandung nutrisi dan senyawa kimia, antara lain adalah sebagai
berikut: protein 19,2%, serat 19,2%, karbohidrat 68,4%, lemak 4,7%, asam
askorbat 166,5 mg/100 g, karotenoid 30 mg/100 g, kalsium 0,97 g/ 100
g,besi 7,5 mg/100 g, fosfor, kalium, sulfur, natrium, mangan, tembaga, zink,
magnesium dan selenium. Senyawa kimia yang terkandung dalam daun
Afrika antara lain saponin (vernoniosida dan steroid saponin), seskuiterpen
lakton (vernolida, vernodalol, vernolepin, vernodalin, dan vernomygdin),
flavonoid, koumarin, asam fenolat, lignan, xanton, terpen, peptida, dan
luteolin. Daun afrika mengandung saponin, flavonoid, tannin dan
steroid/tripernoid yang berperan sebagai antimikroba (Hulu, 2014).
Untuk menghasilkan ekstrak daun afrika, digunakan pelarut etanol 96%
dalam proses maserasi karena kemampuan etanol dalam mengekstrak
senyawa bioaktif seperti tannin, saponin, flavonoid, antrakuinon, fenol dan
steroid yang tinggi di dalam daun afrika (Udochukwu et al., 2015), sehingga
ekstrak mampu memberikan daya antibakterinya

B. Uraian Bakteri
1. Klasifikasi Propionibacterium acne (Pramasanti, 2012)
Klasifikasi Propionibacterium acne adalah sebagai berikut.
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Famili : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies : Propionibacterium acne
2. Propionibacterium acne
Mekanisme terjadinya jerawat adalah Propionibacterium acne merusak
stratum corneum dan stratum germinat dengan cara menyekresikan bahan
kimia yang menghancurkan dinding pori. Kondisi ini dapat menyebabkan
inflamasi. Asam lemak dan minyak kulit tersumbat dan mengeras. Jika
jerawat disentuh maka inflamasi akan meluas sehingga padatan asam lemak
dan minyak kulit yang mengeras akan membesar (Pramasanti, T, A 2011).
C. Uraian Jerawat
Jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar
sebesa. Jerawat dikenal dengan adanya tonjolan lemak pada permukaan kulit,
komedo hitam dan putih. Muncul terutama pada leher, wajah, dada, punggung
dan lengan dari penderita. Dalam pembentukannya, jerawa biasa bermacam-
macam, mulai dari sangat ringan hingga parah (Nurmalina, R dan Valley, B.
2011).
Nurmalina, R dan Valley, B. 2011, menambahkan bahwa gejala-gejala
umum jerawat adalah sebagai berikut:
a. Komedo hitam (komedo terbuka) dan komedo putih (dibawah permukaan
kulit).
b. Papul merupakan benjolan diatas permukaan kulit.
c. Nodula merupakan benjolan padat dibawah kulit.
d. Pustule merupakan benjolan kuning pada permukaan kulit, bernana h
e. Bintil/pimple merupakan noda merah tanpa nanah, gejala jerawat yang tidak
meradang.
f. Kista merupakan sebuah benjolan dan bernanah dibawah kulit berdiameter
kira-kira 5 mm, sangat menyakitkan.
g. Kulit kering berwarna merah muda dan gatal.
Jerawat adalah penyakit kulit yang menyerang lebih dari 85% kalangan
remaja di seluruh dunia. Jerawat atau acne dapat dibagi dalam kategori, yaitu
komedo, inflamsi, dan nodular cystic acne. Jerawat timbul kaena beberapa
faktor, yaitu produksi sebum ang berlebihan, hiperkeratinasi abnormal pada
folikel, hiperkeratinosit, kolonisasi Propionibacterium acne, dan inflamasi.
Jerawat terjadi apabila saluran kepermukaan kulit untuk mengeluarkan
sebum yang diproduksi oleh kelenjar minyak rambut pada lapisandermis
tersumbat. Dalam keadaan normal, sel-sel folikel rambut dapat keluar. Akan
tetapi, jika terjadi jerawat, sel-sel folikel rambut bersama dengan sebum akan
menggumpaldan meyumbat saluran folikel rambut pada lapisan epidermis kulit
sehingga membentuk komedo yang menonjol di permukaan kulit. Komedo ini
akan berkembang menjadi inflamasi, apabila terinfeksi oleh bakteri, terutama
Propionibacterium acne. Bakteri ini menggunakan gliserol dalam sebum
sebagai sumber nutrisi. Propionibacterium acne membentuk asam lemak
bebas dari sebum, yang menyebabkan sel-sel neutrofil menunjukkan respons
untuk mengeluarkan enzim yang dapat merusak dinding folikel rambut.
D. Pemeliharaan Mikroorganisme

Pemeliharaan dan teknik biakan murni mikroorganisme adalah sebagai


berikut:
1. Media Pertumbuhan Mikroorganisme
Media adalah bahan dasar makanan yang paling baik untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan mikroorganisme, dimana media tersebut
mengandung nutritif yang disebut nutrient. Secara umum diharapkan
medium mengandung bahan-bahan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
antara lain, mengandung sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen,
air, faktor tumbuh, sumber mineral dan aseptor elektron atau mengandung
unsur-unsur seperti unsur yang menyusun tubuh mikroorganisme.
Berdasarkan konsistensinya media diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
a. Media padat, yaitu media yang ditambahkan dengan agar, digunakan
untuk pertumbuhan mikroorganisme pada permukaannya yang berupa
koloni-koloni.
b. Media semi padat, yaitu media yang mempunyai konsistensi diantara
media cair dan padat.
c. Media cair, yaitu media yang konsistensinya cair dan dapat digunakan
untuk berbagai tujuan termasuk pertumbuhan dan pembiakan mikroba
fermentasi dan uji-uji lainnya
Berdasarkan kegunaannya media diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
a. Media umum yaitu media yang dapat menunjang pertumbuhan semua
mikroorganisme, seperti pada Nutrien Agar (NA), Plate Count Agar
(PCA) dan lain-lain.
b. Media yang diperkaya yaitu media yang ditambahkan zat-zat tertentu,
media ini digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme tertentu.
Contohnya Selenit Cystin Broth (SCB).
c. Media spesifik yaitu media yang dapat menunjang pertumbuhan
mikroorganisme yang khas saja. Contohnya media Vogel Johnson Agar
(VJA) dan Bismuth Sulfit Agar (BSA).
2. Biakan Murni Bakteri
Bakteri sebagai sumber biakan murni, ada dua metode yang sering
digunakan, yaitu :
a. Metode goresan (streak plate method)
Dalam metode ini disiapkan medium steril, selanjutnya didinginkan
sampai suhu 450C. Selanjutnya diisikan kedalam cawan-cawan petri steril
dan dihomogenkan dan dibiarkan sampai memadat. Secara alternatif
biakan bakteri uji dibuat pengenceran dan setiap hasil pengenceran
dipipet sebanyak 1 ml kedalam cawan petri steril dan selanjutnya
ditambahkan atau dituangi medim yang sesuai yang sementara cair pada
suhu 450C. Kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat,
selanjutnya diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu.
b. Metode tuang (pour plate method)
Cara ini adalah menginokulasikan bakteri uji yang dilakukan
pengenceran sesuai dengan derajat kontaminasi bahan dalam tabung uji
yang mengandung nutrien agar cair dengan suhu 45 0C. Selanjutnya
diisikan kedalam cawan-cawan petri steril dan dihomogenkan dan
dibiarkan sampai memadat. Secara alternatif biakan bakteri uji dibuat
pengenceran dan setiap hasil pengenceran dipipet sebanyak 1 ml kedalam
cawan petri steril dan selanjutnya ditambahkan atau dituangi medium
yang sesuai yang sementara cair pada suhu 45 0C. Kemudian
dihomogenkan dan dibiarkan memadat, selanjutnya diinkubasi pada suhu
dan waktu tertentu.
E. Metode Pengujian
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram
kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan
medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada
permukaannya. Setelah diinokulasi, diameter zona hambat sekitar cakram
digunakan untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji.
Penggunaan cakram tunggal pada setiap antibiotik dengan standarisasi
yang baik, dapat menentukan apakah bakteri peka atau resisten dengan cara
membandingkan zona hambatan standar bagi obat yang sama.
Daerah hambatan sekitar cakram yang berisi sejumlah antimikroba
tertentu tidak mencerminkan kepekaan pada obat dengan konsentrasi yang
sama per milimeter media, darah atau urine .

F. Ekstraksi Maserasi
Ekstraksi tumbuhan merupakan proses penarikan zat aktif dalam
tumbuhan dengan menggunakan pelarut tertentu. Senyawa atau kandungan
bahan dalam tumbuhan memiliki kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut
yang berbeda. Pelarut yang biasa digunakan antara lain kloroform, eter, aseton,
alcohol, metanol, etanol, dan etilasetat. Pelarut yang dapat digunakan untuk
ekstraksi harus memenuhi dua syarat, yaitu pelarut terssbut harus merupakan
pelarut yang terb aik untuk bahan yang diekstraksi dan pelarut tersebut harus
terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Ekstraksi dilakukan secara bertahap
dimulai dengan pelarut non-polar (kloroform atau n-heksana), semipolar
(etilasetat atau dietil eter), dan pelarut polar (metanol atau etanol) (Indriani
2006).
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dalam
pelarut tertentu dengan atau tanpa pengadukan. Maserasi dibedakan menjadi
maserasi sederhana, kinetika maserasi, dan maserasi dengan menggunakan
tekanan. Maserasi sederhana dilakukan dengan cara merendam sampel dengan
pelarut dalam waktu tertentu dengan atau tanpa pengadukan. Kinetika maserasi
memiliki metode denga maserasi sederhana, namun pengadukannya konstan.
Maserasi dengan menggunakan tekanan menggunakan proses tekanan tertentu
bukan tekanan ruang sehingga proses lebih efektif (Indriani 2006). Kelebihan
metode maserasi dibanding metode ekstraksi lainnya antara lain, metodenya
sederhana, tidak memelukan alat-alat yang rumit, relative murah, dan bisa
menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak tahan panas yang
terkandung dalam sampel (Wulandari 2005)
G. Uraian Clindamycin ( Yuniawati,d,2012)
Clindamycin termasuk golongan obat antibiotik yang biasa digunakan
untuk infeksi bakteri anaerob (bakteri yang bisa hidup tanpa oksigen).
Clindamycin digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri.
Clindamycin bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan bakteri.
Clindamycin hanya untuk mengatasi infeksi bakteri dan bukan untuk infeksi
virus (virus influenza, dll). Beberapa kondisi yang dapat di tangani oleh
clindamycin di antaranya adalah infeksi pada sistem pencernaan,sendi dan
tulang osteomylitis, darah, kulit, paru-paru, organ reproduksi wanita, seperti
infeksi pada organ organ dalam lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis eksperimental
laboratorium dengan melakukan serangkain penelitian untuk menentukan
aktivitas ekstrak Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile) terhadap
pertumbuhan Propionibacterium acne.
B. Waktu Dan TempatPenelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2019 di Laboratorium
Fitokimia dan Mikrobiologi Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Makassar.
C. Bahan Uji dan Sampel
1. Bahan Uji
Bahan uji pada penelitian ini adalah pada penelitian ini Daun
Afrika yang diperoleh dari Jeneponto, Sulawesi Selatan.
2. Sampel Uji
Sampel uji pada penelitian ini adalah biakan murni
propionibacterium acne yang berasal dari Lab Mikrobiologi Farmasi
Politeknik Kesehatan Makassar
D. Alat Dan Bahan Yang Digunakan
1. Alat – alat yang digunakan
Autoklaf, Aluminium foil, Batang pengaduk, Beaker gelas,
Bunsen, Cawan petri, Erlenmeyer, Gelas ukur, Gelas piala, Inkubator,
Kertas Saring, Laminary Air Flow, Papper disk, rotary evaporator,
Timbangan analitik, Toples, Ose bulat, Ose lurus, Pipet, Spoit dan
Tabung reaksi.
2. Bahan – bahan yang digunakan
Air Suling, Clindamycin, Etanol 96%, Daun Afrika (Vernonia
amygdalina Delile), Na CMC, Nutrien Agar (NA), Propionibacterium
acne
E. Prosedur Kerja
1) Persiapan Alat
Semua alat yang digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Khusus
alat yang terbuat dari kaca seperti, cawan petri dan tabung reaksi
dibungkus dengan kertas dan disterilkan didalam oven pada suhu 1800C
dengan tekanan 2 atm selama 2 jam. Untuk alat-alat dari gelas dicuci
terlebih dahulu dengan detergent kemudian dibilas dan dibilas kembali
dengan air suling lalu dikeringkan. Dan untuk ose disterilkan dengan
cara pemijaran pada api langsung.
2) Pengambilan dan Pengolahan Bahan Uji
Bahan uji berupa Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del) yang
diperoleh dari Jeneponto, Sulawesi Selatan. Daun Afrika dikumpulkan,
disortasi basah lalu dicuci kemudian dipotong-potong kecil, lalu
diangin-anginkan .
3) Pembuatan medium NA
Pembuatan 100 ml NA ditimbang 2 gram media NA, kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dilarutkan dengan aquadest hingga
150 ml dicek pH nya sampai 7,0 ± 0,2. Setelah itu dipanaskan sampai
mendidih dan larut sempurna. Setelah larut sempurna disumbat kapas
lalu disterilkan dalam autoklas pada suhu 1210C selama 15 menit.
4) Pembuatan Ekstraksi
Bahan uji yang telah dikeringkan dimasukkan dalam toples
sebanyak 500 g. Ditambahkan Etanol 96 % hingga bahan uji terendam
dan etanol 96 % 2-3 cm diatas bahan uji, dan didiamkan selama 2 hari
sambil sesekali diaduk, setelah 2 hari disaring. Diulangi hal tersebut 2-3
kali hingga filtrat yang diperoleh benar-benar jernih. Filtrat yang
diperoleh dicampur dan dipekatkan menggunakan rotavapor dan
waterbath yang bertujuan untuk menghilangkan pelarut hingga
menghasilkan ekstrak kental etanol Daun Afrika.
5) Penyiapan Bakteri
1. Peremajaan kultur Propionibacterium acne uji
Diambil satu ose Propionibacterium acne lalu digoreskan pada
medium NA secara miring, kemudian diinkubasi pada 37 oC selama
1 x 24 jam
2. Pembuatan suspensi Propionibacterium acne uji
Diambi 1 ose hasil biakan murni yang diperoleh disuspensikan
dengan aquadest
6) Penyiapan Bahan Uji
1. Untuk konsentrasi 1 % ditimbang 100 mg Ekstrak Daun Afrika
diencerkan sampai 10 ml dengan larutan NA CMC 1%
2. Untuk konsentrasi 2 % ditimbang 200 mg Ekstrak Daun Afrika
diencerkan sampai 10 ml dengan larutan NA CMC 1%.
3. Untuk konsentrasi 4 % ditimbang 400 mg Ekstrak Daun Afrika
diencerkan sampai 10 ml dengan larutan NA CMC 1%.
7) Uji Aktivitas Antibakteri
Media NA dituangkan secara aseptis kedalam cawan petri
sebanyak 20 ml. Dibiarkan beberapa saat hingga media NA memadat,
dioleskan suspensi Propionibacterium acne keatas media NA dengan
menggunakan ose. Paper disk direndam dalam eksrak daun Afrika
dengan masing-masing konsentrasi 1%, 2%, 4%, control positif dan
control negatif selama kurang lebih 15 menit. Diambil menggunakan
pinset diletakkan dipermukaan media NA, diinkubasi pada suhu 37 oC
selama 1 x 24 jam.

F. Pengamatan dan Pengukuran Diameter Hambatan


Pengamatan dan pengukuran diameter hambatan dilakukan setelah
inkubasi selama 1x24 jam, kemudian diukur zona hambatnya terhadap
bakteri uji yang terbentuk dengan menggunakan jangka sorong.
G. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pengukuran diameter zona hambatan,
dianalisis secara statistik.

H. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan


Pembahasan dan pengambilan kesimpulan dibuat berdasarkan data
yang diperoleh dari hasil pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
Asawalam, E.F. and A. Hassanali. 2006. Constituents of the essential oil of
Vernonia amygdalina as maize weevil protectants. Tropical and
Subtropical Agroecosystems. l6:95-102.

Atangwho, I.J., G.E. Egbung, M. Ahmad, M.F. Yam, and M.Z. Asmawi. 2013.
Antioxidant versus anti-diabetic properties of leaves from V.
amygdalina. growing in Malaysia. Food Chemistry. 141: 3428-34.

Ibrahim, G., E.M. Abdurahman, H. Ibrahim, and N.O. Ibrahim. 2010.


Comparative cytomorphological studies on the studies of V.
amygdalina Del. and V. kotschyama. Nigerian Journal of Botany.
23(1): 133-142.

Gembong Tjitrotsoepomo, 2013. Taksonomi Tumbuhan Schizophyta,


Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada
University press

Hulu H.P. 2014.Formulasi Krim Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Afrika
(Vernonia sp) Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Beberapa Bakteri
Penyebab Jerawat, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Medan

Ijeh, I.L., and C.E.C.C. Ejike. 2011. Current perspectives on themedicinal


potentials of V. amygdalina. Journal of Medicinal Plant Research.
5(7): 1051-1061

Ijeh I.L., Ejike, C.E.C.C. 2010. Current Perspectives on The Medicinal Potentials
of Vernonia amygdalina Del. Journal of Medicinal PlantResearch
5(7): 1051-1061

Manasirip CK, Kepel BJ, Rompas SS. 2015. Hubungan stres dengan kejadian
acne vulgaris pada mahasiswa semester V (lima) program studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal keperawatan.3(1): 1-6.

Nurmalina, R dan Valley, B. 2011. Jurus AmpuhMenaklukkan Jerawat. PT Elex


Media Komputindo, Jakarta

Oshim, I. O., Desmond, C. O., Anyi, R., Nwobu, U., Ezugwu, U. M., & Urama, E.
U, 2016, Kinetics of Minimum Inhibitory Concentration ,
Minimum Bactericidal Concentration and Minimum Fungicidal
Concentration of Vernonia amygdalina (Bitter leaf) on
Microorganisms Isolated from Wound Infections, 5(1), 8–14.

Pramasanti, T, A. (2011), Perawatan Jerawat, Kesehatan.07xnet 19 agustus 2012.

Saragih, D. F., Hendri Opod, dan Cicilia Pali. 2016. Hubungan Tingkat
Kepercayaan Diri dan Jerawat (Acne vulgaris) pada Siswa-Siswi
Kelas XII di SMA Negeri 1 Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm).
4(1).

Saraswati FN. 2015. Uji akivitas antibakteri ekstrak etanol 96% limbah kulit
pisang kepok kuning (Musa balbisiana) terhadap bakteri penyebab
jerawat (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan
P. acne). Jakarta (ID). Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sholih, M. G., Ahmad M., dan Siti S. 2015. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
di Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia. 4(1) : 63-70.

Tjekyan, R. M. S. 2008. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media


Medika Indonesia. 43(1) : 37-43.
.
.
Udochukwu, U., Omeje, F. I., Uloma, I. S., Oseiwe, F. D., State, K., & State, K,
2015, Phytochemical Analysis Of Vernonia amygdalina And
Ocimum gratissimum Extracts And Their Antibacterical Activity
On Some Drug Resistant Bacteria, American Journal O Research
Communication, 3(5), 225–235.
Skema Kerja

Daun Afrika (Vernonia Biakan murni


amygdalina Delile) Propionibacterium acne

Dikumpulkan, sortasi basah, Diinkubasi pada suhu 37oC


dipotong-potong kecil, selama 1 x 24 jam
dikeringkan

Peremajaan
Ekstraksi Daun Afrika Propionobacterium acne
(Vernonia amygdalina
(Medium NA)
Delile)

Disuspensikan dengan 10
ml Aquadest

Konsentrasi Ekstraksi Daun


Suspensi
Afrika Medium NA
Propionobacterium acne
1% 2% 4%

Clindamycin + 1%

- NA CMC

2% 4%

Pengamatan dan pengukuran zona hambat

Pengumpulan dan pengolahan

Penarikan kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai