Secara empiris daun pepaya telah terbukti dapat digunakan untuk
mengobati jerawat yaitu dengan cara pengolesan langsung dari larutan hasil tumbukan daun pepaya kemudian dioleskan pada bagian kulit yang berjerawat. Dalam ekstrak daun pepaya terdapat senyawa alkaloid karpain yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan membuat pepaya terasa sangat pahit. Jerawat timbul karena perubahan hormon di dalam tubuh.Hormon yang sangat berperan dalam tumbuhnya jerawat adalah hormon androgen. Hormon androgen merupakan hormon yang berperan aktif dalam merangsang tubuh untuk berbagai perubahan dan penyesuaian, termasuk pubertas (Gregorius, 2014). Secara klinis jerawat atau akne bermacam-macam, dari yang kecil-kecil tanpa disertai peradangan (komedo), kemudian papul, nodus, hingga apa yang disebut jerawat kistik (besar dan keras).Tingkat keparahan akne terutama berhubungan dengan jumlah produksi kelenjar minyak pada kulit. Mereka dengan problem jerawat yang parah umumnya memiliki kelenjar minyak yang besar- besar, sangat aktif, muara saluran kelenjar tampak menonjol (pori-pori besar), dan kulit sangat berminyak. Keadaan kulit yang demikianlah yang sering dikeluhkan karena mudah kotor dan kusam. Minyak, kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di wajah dapat menutup dan menyumbat pori-pori sehingga mempermudah terbentuknya akne, dan tentunya memperparah akne yang telah ada. Maka dapatlah dipahami, menjaga kebersihan wajah menjadi salah satu jalan untuk membersihkan minyak yang berlebih di wajah. Membersihkan wajah secara teratur dan benar dengan pembersih yang tepat sangatlah penting, apalagi yang memiliki problem kulit berminyak dan berjerawat. Penyebab jerawat sangat kompleks sehingga diperlukan obat yang mampu memengaruhi semua penyebab jerawat. Sediaan antijerawat yang banyak beredar di pasaran mengandung antibiotik sintetik seperti eritromisin dan klindamisin yang bekerja spesifik seperti menghambat enzim atau mengikat reseptor (Carmona dan Pereira, 2013). Selain itu, tidak sedikit sediaan antijerawat yang mengandung antibiotik sintetik dapat memberikan efek samping seperti iritasi serta penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi bahkan kerusakan organ dan imunohipersensitivitas (Ismarani dkk., 2014). Di sisi lain, ekstrak tanaman mengandung banyak senyawa aktif sehingga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi semua penyebab jerawat (Carmona dan Pereira, 2013). Kondisi tersebut mendorong untuk dilakukannya pengembangan penelitian antibakteri alami dari tumbuhan yang berfungsi sebagai antijerawat diantaranya yaitu daun pepaya (Carica papaya L.). Daun pepaya(Carica papaya L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat seperti P. acnes, S. epidermidis dan S.aureus. Menurut Ardina (2007) dalam penelitiannya tentang ekstrak etanol:air (1:3) daun pepaya, gel ekstrak daun pepaya efektif terhadap Staphylococcus epidermidis sebanyak 8,65×10 Propionibacterium acne sebanyak 2,7×10 CFU/ml, tetapi tidak efektif terhadap CFU/ml. Di dalam ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terkandung papain (keratolitik, antimikroba) dan karpain (antibakteri), yang diduga dapat berperan sebagai senyawa aktif sediaan antijerawat. Untuk memudahkan aplikasi dari ekstrak daun pepaya(Carica papaya L.) pada pengobatan jerawat, dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan farmasi. Sediaan diformulasikan dalam bentuk masker gel peel-off. Masker gel peel-off merupakan masker gel yang praktis dalam penggunaannya karena setelah kering masker dapat langsung dilepas dan menghilangkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada permukaan kulit wajah (Syarifah dkk., 2015). Berdasarkan hal yang telah dipaparkan di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui aktivitas antibakteri masker gel peel-offekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri P. acnes, S. aureus dan S. epidermidis. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana formulasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dalam bentuk masker gel peel-off ? 2. Bagaimana uji efektivitas dari ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri P. acnes, S. aureus dan S. epidermidis.? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui formulasi sari daun papaya(Carica papaya L.) dan minyak jintan hitam. 2. Untuk mengetahui uji aktivitas dari masker gel peel-offekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap bakteri P. acnes & S.aureus 1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan masker gel peel-offekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes dan S.aureus 1.5 Hipotesis Di dalam ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terkandung papain (keratolitik, antimikroba) dan karpain (antibakteri), yang diduga dapat berperan sebagai senyawa aktif sediaan antijerawat. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI TUMBUHAN PEPAYA (Carica
papaya L.)
II.1.1 KLASIFIKASI TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)
Menurut Tjitrosoepomo (2004), sistematika tumbuhan pepaya (Carica
papaya, L.) berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotyledoneae Ordo : Cistales Famili : Caricaceae Genus : Carica Spesies : Carica papaya, L. Tanaman pepaya merupakan salah satu sumber protein nabati. Pepaya (Carica papaya, L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Buah pepaya tergolong buah yang popular dan digemari hampir seluruh penduduk di bumi ini Pepaya (Carica papaya, L.) merupakan tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia (Kalie, 2009). II.1.2 MORFOOGI PEPAYA (Carica papaya L. )
Pepaya merupakan tanaman berbatang tunggal dan tumbuh tegak. Batang
tidak berkayu, silindris, berongga dan berwarna putih kehijauan. Tanaman ini termasuk perdu. Tinggi tanaman berkisar antara 5-10 meter, dengan perakaran yang kuat. Tanaman pepaya tidak mempunyai percabangan. Daun tersusun spiral menutupi ujung pohon. Daunnya termasuk tunggal, bulat, ujung meruncing, pangkal bertoreh, tepi bergerigi, berdiameter 25-75 cm. Pertulangan daun menjari dan panjang tangkai 25-100 cm. Daun pepaya berwarna hijau. Helaian daun pepaya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis ditengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris. Bunga pepaya berwarna putih dan berbentuk seperti lilin (Muktiani, 2011). Tanaman pepaya dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1000 mdpl. Biji pepaya bentuknya agak bulat, besarnya dapat mencapai 5 mm dan terdiri dari embrio, jaringan bahan makanan dan kulit biji. Banyaknya biji tergantung dari besar kecilnya buah. Permukaan biji agak keriput dan dibungkus oleh kulit ari yang bersifat seperti agar atau transparan, kotiledon putih, rasa biji pedas atau tajam dengan aroma yang khas (Kalie, 2009). II.2 KANDUNGAN TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.) Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandungalkaloid karpainin, karpain, pseudokarpain, vitaminC dan E, kolin, dan karposid. Daun pepaya mengandung suatu glukosinolat yang disebut benzilisotiosianat. Daun pepaya juga mengandung mineralseperti kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zatbesi, zink, dan mangan. Selain itu, daun pepayamengandung senyawa alkaloid karpain,karikaksantin, violaksantin, papain, saponin,flavonoid, dan tannin (Milind dan Gurdita, 2011). Kandungan papain, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, dan senyawa fenol dalam tanaman pepaya menyebabkan pepaya memiliki aktivitas antibakteri Ekstrak tanaman pepaya baik bagian daun, akar, maupun batangnya memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik pada ekstrak organic dibandingkan dengan ekstrak air dan lebih efektif terhadap bakteri gram negative dibandingkan gram positif. Namun pada penelitian Anibijuwon tahun 2009, ditemukan bahwa ekstrak akar pepayalebih efektif aktivitas antibakterinya terhadap bakteri gram positif daripada negative. Aktivitas antibakteri tanaman pepaya meningkat pada suhu yang tinggi dan pH yang asam. Ekstrak daun pepaya terbukti menunjukkan penghambatan 100% terhadap S. aureus dan mengurangi jumlah E. coli dari 65 menjadi 24 cfu/ml. Ekstrak methanol tanaman pepaya menunjukkan efek bakterisidal paling tinggi dengan konsentrasi paling rendah pada Salmonella typhi yaitu dengan MIC 4,5 mg/ml Nilai MIC yang rendah ini menunjukkan bahwa ekstrak tanaman pepaya memiliki efikasi yang baik terhadap bakteri tersebut penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Oladimeji dkk. (2007), ekstrak etanol daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan Klebsiella pneumoniae dengan metode difusi padat cakram berdiameter 6 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kadar 1,5% dan 3% ekstrak etanol daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dengan zona hambat masing-masing 12,0 mm dan 13,0 mm, pada Staphylococcus aureus memiliki zona hambat yaitu 13,0 mm dan 15,0 mm, pada Escherichia coli memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 11,0 mm, pada Salmonella typhi memiliki zona hambat yaitu 11,0 mm dan 11,5 mm, dan pada Klebsiella pneumoniae memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 10,5 mm.
II.3.1 Propionibacterium acnes Jerawat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes. Gaspari dan Stephen (2008) menyatakan bahwa Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit, bakteri gram positif, pleomorfik dan bersifat anaerob. Bakteri ini berperan dalam pembentukan acne, dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid kulit sehingga menyebabkan peradangan. Akibat peradangan tersebut menyebabkan Propionibacterium acnes berproliferasi dan memperparah lesi inflamasi dengan merangsang produksi sitokin proinflamasi. Bakteri ini tidak patogen pada kondisi normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi invasif. Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang menghasilkan air, asam amino, urea, garam dan asam lemak merupakan sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi zat berminyak (sebum) menjadi massa padat, yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea Propionibacterium acnes termasuk bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan peradangan pada kulit, khususnya pada kulit wajah sehingga perlu dicegah (Djuanda, dkk. 2013). II.3.2 Staphylococcus aureus Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi yang bersifat piogenik. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses, serta dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul, atau nanah. Bakteri Staphylococcus aureus kemampuannya berkembangbiak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat ekstraseluler yang dapat diproduksi S. aureus dapat menimbulkan berbagai penyakit (Jawetz, 2008). Zat aktif antibakteri dalam daun pepaya telah diuji terhadap beberapa bakteri, secara in vitro diantaranya terhadap bakteri Proteus mirabilis yang menghasilkan zona hambat 7,00 mm pada konsentrasi 1000 g/disk (Bobby, 2012). II.4 MASKER WAJAH PEEL OFF Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan, terutama kulit wajah yang sering terpapar oleh sinar ultraviolet (UV) akibatnya dapat menimbulkan masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori kulit yang membesar, sehingg merupaka hal yang penting untuk merawat kulit itu sendiri (Grace et al., 2015). Efek antioksidan dan antijerawat untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah (Draelos & Thaman, 2006). Kosmetik wajah dapat diperoleh dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah gel peel off (Vieira et al., 2009). Masker wajah merupakan kosmetik perawatan kecantikan yang sangat popular untuk meningkatkan kualitas kulit (Yeom et al., 2011). Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti membran elastis (Rahmawanty dkk., 2015). Masker wajah peel off dapat meningkatkan hidrasi pada kulit kemunkinan karena adanya oklusi (Velasco et al., 2014). Penggunaan masker wajah peel off bermanfaat untuk memperbaiki serta merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga digunakan untuk mengecilkan pori (Grace et al., 2015). Selain itu, masker peel off juga dapat digunakan untuk membersihkan serta melembabkan kulit. Kosmetik wajah dalam bentuk masker peel off bermanfaat dalam merelaksasi otot-otot wajah, sebagai pembersih, penyegar, pelembab dan pelembut bagi kulit wajah (Vieira et al., 2009). Pembuatan kosmetik dari bahan alami lebih baik dari pada bahan sintesis. Bahan sintesis dapat menimbulkan efek samping bahkan dapat merusak bentuk alami dari kulit (Grace et al., 2015). Masker wajah peel off diformulasikan dengan basis polivinil alkohol (PVA), setelah pengolesan dan pengeringan akan membentuk lapisan oklusif pada wajah(Vieira et al., 2009). Zat aktif ditambahka ke dalam formulasi untuk meningkatkan efek oklusi dan tensor. Formulasi tersebut mengandung bahan pelunak, pelemba pengawet, surfaktan, pewangi dan zat akti (Zague et al., 2008). PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena memiliki sifat adhesive sehingga dapat memebentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah kering (Brick et al., 2014). Konsentrasi PVA merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kinerja pembentukan film dalam masker wajah peel off (Beringhs et al., 2013). Konsentrasi humektan dalam formulasi masker wajah gel peel off dapat berpengaruh terhadap viskositasdan waktu pengeringan sediaan (Rahmawanty dkk., 2015). Metil paraben dan propil paraben diperlukan dalam formulasi sediaan gel untuk mencegah kontaminasi mikroba karena tingginya kandungan air pada sediaan. Kombinasi konsentrasi 0,02% propil paraben dengan 0,18% metil paraben akan menghasilkan kombinasi pengawet dengan aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe & Owen, 2006). Karakteristik ideal dari masker wajah peel off adalah tidak terdapat partikel yang kasar, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan dapat mebersihkan kulit. Mampu memberikan efek lembab pada kulit, membentuk lapisan film tipis yang seragam, memberikan efek mengencangkan kulit, dapat kering pada waktu 5-30 menit. Masker peel off harus mudah digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit (Grace et al., 2015). Sediaan masker wajah gel peel off seharusnya memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit wajah yaitu 5,4-5,9. Untuk sediaan topikal yang akan digunakan pada kulit jika memiliki pH lebih kecil dari 4,5 dapat menimbulkan iritasi pada kulit sedangkan jika pH lebih besar dari 6,5 dapat menyebabkan kulit bersisik (Rahmawanty dkk., 2015). Sedangkan untuk viskositas sediaan gel sebaiknya berada pada range 7100-83144 cps (Chandira et al., 2010). Profil stabilitas suatu sediaan dapat dilihat selama penyimpanan. Profil stabilitas berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial yang tidak diinginkan diminimalkan serta membuat database untuk formulasi produk lain (Wijayanti dkk., 2015). Profil stabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan sediaan pada suhu 30 oC selama 28 hari (Abdassah dkk., 2009). Selama penyimpanan, dapat terjadi peningkatan viskositas karena gel memiliki sifat bila dibiarkan tanpa gangguan seperti pengadukan maka viskositasnya akan meningkat, sifat tersebut adalah tiksotropi (Wijayanti dkk., 2015). Daya sebar akan berbanding terbalik dengan viskositas, selama penyimpanan dapat terjadi penurunan daya sebar akibat tertahannya cairan pelarut yang diabsorbsi oleh gelling agent. Untuk memperoleh formulasi masker peel off dengan kualitas tinggi diperlukan pengetahuan mengenai waktu mengering, kemudahan penggunaan sediaan, dan kinerja pembentukan film. Waktu pengeringan menjadi sangat penting untuk diketahui karena formulasi dengan waktu pengeringan yang cepat akan memungkinkan proses pengelupasan yang cepat pula. Kemudahan penggunaan (applicability) sediaan juga menjadi parameter yang penting untuk dievaluasi karena bila penerimaan produk oleh pengguna dosmetik rendah maka akan menurunkan nilai komersial dari produk tersebut. Faktor kinerja pembentukan film menjadi bagian yang dipertanggung jawabkan dari setiap formulasi karenaprinsip dari masker peel off itu sendiri berdasarkan pada kemampuan untuk mebentuk film plastik polimer yang mudah untuk dikelupas (Beringhs et al, 2013). BAB III
METODE KERJA
III.1 ALAT DAN BAHAN
III.1.1 ALAT Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa oven , blender , ayakan 61 mesh, timbangan analitik Mettler Toredo Al204, moisture analyzer, eksikator, shaker incubator, rotary evaporator IKA HB 10 basic, microwave , autoklaf, incubator Memmert, toples, lilin, mikroskop, beban, pH meter TransInstrument, pisau cukur, kandang, kaca, jangka sorong,Laminar Air Flow (LAFESCO, vortex 37600 Mixer Termolyne, tabung reaksi, cawan petri, dan alat-alat pendukung lainnya. III.1.2 BAHAN Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun pepaya sebanyak 1,5 kg, Pelarut yang digunakan adalah etanol 95%. Isolat bakteri uji berupa Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus .Medium yang digunakan adalah Nutrient Agar dan Nutrient Broth Oxoid.Kontrol positif yang digunakan merupakan klindamisin dan gel klindamisin. Bahan penyusun masker gel peel- offyang digunakan adalah polivinil alkohol (PVA), hidroksipropil metilselulosa (HPMC), madu, propilen glikol, metil paraben, propil paraben, dan aquades. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci albino dewasa dengan berat 1 – 1,5 kg sebanyak 2 ekor.
III.2 PROSEDUR PENGERJAAN
III.2.1 EKSTRAKSI METODE MASERASI Daun pepaya dikeringkan menggunakan oven dengansuhu 420 C hingga kadar air kurang dari 10%,kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak dengan ayakan 61 mesh. Serbuk daun pepaya sebanyak 125 g diekstraksi menggunakan pelarut etanol 95 %sebanyak1250 mL (perbandingan 1: 10) selama 4 hari dengan pengadukan 1x24 jam menggunakan shaker incubator dan dilakukan remaserasi dengan perbandingan 1 : 6 (w/v) setiap 24 jam sekali. Setelah itu, ekstrak diuapkan menggunakan rotary evaporatordengan suhu 70 0C dan kecepatan 60 rpm. Penguapan filtrat disempurnakan kembali menggunakan oven dengan suhu 70 0C hingga diperoleh ekstrak kental (Mulyanti dkk., 2015). III.2.2 UJI FITOKIMIA Setelah didapatkan ekstrak kental, selanjutnya dilakukan penapisan fitokimia yang meliputi uji kualitatif alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,Meyer dan Wagner, uji flavonoid dengan serbuk Mg, HCl 5N dan amil alkohol,uji tannin dengan FeCl3 ,uji triterpenoid atau steroid dengan asetat anhidrat dan Hpekat dan uji saponin (Harborne, 1987 dengan modifikasi) III.2.3 ISOLASI BAKTERI Isolat bakteri yang akan digunakan diuji kemurniaannya yang meliputi pengamatan morfologi sel, morfologi koloni, dan uji biokimia yang meliputi uji fermentasi karbohidrat, uji reduksi nitrat, dan uji katalase (Harley dan Prescott, 2002). III.2.4 UJI AKTIVITAS BAKTERI Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya dengan metode difusi agar dengan teknik sumuran. Ekstrak daun pepaya yang telah dilarutkan dalam etanol 95% (1:10), kontrol negatif berupa etanol 95%, dan kontrol positif berupa klindamisin yang telah dilarutkan dalam aquades (1:100) diambil sebanyak 20 μL, kemudian dimasukkan ke dalam sumuran yang berbeda. Medium diinkubasi 0 dengan inkubator anaerob pada suhu 25 C selama 18 jam untuk Propionibacterium acnes dan inkubator aerob pada suhu 37 0C selama 18 jam untuk Staphylococcus aureus. Zona hambat yang terbentuk diukur dan luas zona hambat dihitung (Handayani dkk., 2012 dengan modifikasi). III.2.5 FORMULASI Ekstrak daun pepaya 10 % PVA 12% HPMC 1% Madu 6% Propilenglikol 10% Metil paraben 0,2% Propil paraben 0,05% Aquades ad 100 III.2.6 UJI STABILITAS Selanjutnya sediaan masker gel peel-off ekstrak daun pepaya dilakukan evaluasi meliputi uji stabilitas dipercepat, uji aktivitas antibakteri dan uji iritasi.yang meliputi organoleptis, daya sebar dan pH sediaan.Uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan sediaan masker gel peel-off disimpan pada suhu 40 0 C selama 28 hari. Pengamatan uji stabiltas dipercepat meliputi organoleptis, daya sebar, dan pH sediaan. Pengamatan organoleptis meliputi warna, bau dan konsistensi (Syarifah dkk., 2015). III.2.7 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI Uji aktivitas antibakteri masker gel peel-offekstrak daun pepaya dengan metode difusi agar dengan teknik sumuran.Masker gel peel-off ekstrak daun pepaya dan kontrol negatif berupa basis masker gel peel-off yang telah dilarutkan dalam aquades (1:10), serta kontrol positif berupa klindamisin yang telah dilarutkan dalam aquades (1:100) diambil sebanyak 20 μL, kemudian dimasukkan ke dalam sumuran yang berbeda. Medium diinkubasi dengan inkubator anaerob pada suhu 25 0C selama 18 jam untuk Propionibacterium acnes dan inkubator aerob pada suhu 37 0C selama 18 jam untuk Staphylococcus aureus Zona hambat yang terbentuk diukur dan luas zona hambat dihitung (Handayani dkk., 2012 dengan modifikasi). III.2.8 UJI IRITASI Uji iritasi dilakukan secara in vivo pada kelinci albino dewasa dengan berat 1 – 1,5 kg sebanyak 3 ekor dengan metode Draize(Trisnayanti dkk., 2015 dengan modifikasi). Punggung kelinci dicukur terlebih dahulu denganlebar kira kira 1x1 inci2 pada punggung sebanyak 3 bagian untuk masing-masing kelinci. Pencukuran inidilakukan 24 jam sebelum diberi perlakuan. Bahan uji berupa masker gel peel-offekstrak daun pepaya, kontrol positif (gel klindamisin), dan kontrol negatif (basis masker gel peel-off) dioleskan secukupnya pada area uji.Setelah bahan uji dioleskan, area uji lalu ditutup denganperban yang tidak reaktif.Pada waktu 24, 48 dan 72 jamsetelah pemberian bahan uji, area uji diperiksadan diamati perubahannya sebagai reaksi kulitterhadap bahan uji dan dinilai dengan caramemberi skor 0 sampai 4 tergantung tingkat keparahan reaksi kulit yang dilihat. Tabel.1 Skor derajat edema Reaksi Skor Kulit Tanpa edema 0 Sangat sedikit edema (hampir tidak 1 terlihat) Edema tepi berbatas jelas 2 Edema sedang (tepi naik ± 1 mm) 3 Edema berat (tepi naik lebih dari 1 4 mm dan meluas keluar daerah pejanan) Sumber: Hayes, 2007