Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara empiris daun pepaya telah terbukti dapat digunakan untuk


mengobati jerawat yaitu dengan cara pengolesan langsung dari larutan hasil
tumbukan daun pepaya kemudian dioleskan pada bagian kulit yang berjerawat.
Dalam ekstrak daun pepaya terdapat senyawa alkaloid karpain yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri dan membuat pepaya terasa sangat pahit.
Jerawat timbul karena perubahan hormon di dalam tubuh.Hormon yang
sangat berperan dalam tumbuhnya jerawat adalah hormon androgen. Hormon
androgen merupakan hormon yang berperan aktif dalam merangsang tubuh untuk
berbagai perubahan dan penyesuaian, termasuk pubertas (Gregorius, 2014).
Secara klinis jerawat atau akne bermacam-macam, dari yang kecil-kecil
tanpa disertai peradangan (komedo), kemudian papul, nodus, hingga apa yang
disebut jerawat kistik (besar dan keras).Tingkat keparahan akne terutama
berhubungan dengan jumlah produksi kelenjar minyak pada kulit. Mereka dengan
problem jerawat yang parah umumnya memiliki kelenjar minyak yang besar-
besar, sangat aktif, muara saluran kelenjar tampak menonjol (pori-pori besar), dan
kulit sangat berminyak. Keadaan kulit yang demikianlah yang sering dikeluhkan
karena mudah kotor dan kusam.
Minyak, kotoran atau debu, dan keringat yang menempel di wajah dapat
menutup dan menyumbat pori-pori sehingga mempermudah terbentuknya akne,
dan tentunya memperparah akne yang telah ada. Maka dapatlah dipahami,
menjaga kebersihan wajah menjadi salah satu jalan untuk membersihkan minyak
yang berlebih di wajah. Membersihkan wajah secara teratur dan benar dengan
pembersih yang tepat sangatlah penting, apalagi yang memiliki problem kulit
berminyak dan berjerawat.
Penyebab jerawat sangat kompleks sehingga diperlukan obat yang mampu
memengaruhi semua penyebab jerawat. Sediaan antijerawat yang banyak beredar
di pasaran mengandung antibiotik sintetik seperti eritromisin dan klindamisin
yang bekerja spesifik seperti menghambat enzim atau mengikat reseptor
(Carmona dan Pereira, 2013). Selain itu, tidak sedikit sediaan antijerawat yang
mengandung antibiotik sintetik dapat memberikan efek samping seperti iritasi
serta penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi bahkan
kerusakan organ dan imunohipersensitivitas (Ismarani dkk., 2014). Di sisi lain,
ekstrak tanaman mengandung banyak senyawa aktif sehingga memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi semua penyebab jerawat (Carmona dan Pereira,
2013).
Kondisi tersebut mendorong untuk dilakukannya pengembangan penelitian
antibakteri alami dari tumbuhan yang berfungsi sebagai antijerawat diantaranya
yaitu daun pepaya (Carica papaya L.). Daun pepaya(Carica papaya L.) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri penyebab jerawat seperti P. acnes, S.
epidermidis dan S.aureus. Menurut Ardina (2007) dalam penelitiannya tentang
ekstrak etanol:air (1:3) daun pepaya, gel ekstrak daun pepaya efektif terhadap
Staphylococcus epidermidis sebanyak 8,65×10 Propionibacterium acne sebanyak
2,7×10 CFU/ml, tetapi tidak efektif terhadap CFU/ml. Di dalam ekstrak daun
pepaya (Carica papaya L.) terkandung papain (keratolitik, antimikroba) dan
karpain (antibakteri), yang diduga dapat berperan sebagai senyawa aktif sediaan
antijerawat.
Untuk memudahkan aplikasi dari ekstrak daun pepaya(Carica papaya L.)
pada pengobatan jerawat, dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan farmasi.
Sediaan diformulasikan dalam bentuk masker gel peel-off. Masker gel peel-off
merupakan masker gel yang praktis dalam penggunaannya karena setelah kering
masker dapat langsung dilepas dan menghilangkan sisa-sisa kotoran yang
menempel pada permukaan kulit wajah (Syarifah dkk., 2015). Berdasarkan hal
yang telah dipaparkan di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
aktivitas antibakteri masker gel peel-offekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
terhadap bakteri P. acnes, S. aureus dan S. epidermidis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) dalam bentuk
masker gel peel-off ?
2. Bagaimana uji efektivitas dari ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)
terhadap bakteri P. acnes, S. aureus dan S. epidermidis.?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui formulasi sari daun papaya(Carica papaya L.) dan minyak
jintan hitam.
2. Untuk mengetahui uji aktivitas dari masker gel peel-offekstrak daun pepaya
(Carica papaya L.) terhadap bakteri P. acnes & S.aureus
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan masker gel peel-offekstrak daun
pepaya (Carica papaya L.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri P.
acnes dan S.aureus
1.5 Hipotesis
Di dalam ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terkandung papain
(keratolitik, antimikroba) dan karpain (antibakteri), yang diduga dapat berperan
sebagai senyawa aktif sediaan antijerawat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI TUMBUHAN PEPAYA (Carica


papaya L.)

II.1.1 KLASIFIKASI TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)

Menurut Tjitrosoepomo (2004), sistematika tumbuhan pepaya (Carica


papaya, L.) berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya, L.
Tanaman pepaya merupakan salah satu sumber protein nabati. Pepaya
(Carica papaya, L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Buah
pepaya tergolong buah yang popular dan digemari hampir seluruh penduduk di
bumi ini Pepaya (Carica papaya, L.) merupakan tanaman yang cukup banyak
dibudidayakan di Indonesia (Kalie, 2009).
II.1.2 MORFOOGI PEPAYA (Carica papaya L. )

Pepaya merupakan tanaman berbatang tunggal dan tumbuh tegak. Batang


tidak berkayu, silindris, berongga dan berwarna putih kehijauan. Tanaman ini
termasuk perdu. Tinggi tanaman berkisar antara 5-10 meter, dengan perakaran
yang kuat. Tanaman pepaya tidak mempunyai percabangan. Daun tersusun spiral
menutupi ujung pohon. Daunnya termasuk tunggal, bulat, ujung meruncing,
pangkal bertoreh, tepi bergerigi, berdiameter 25-75 cm. Pertulangan daun menjari
dan panjang tangkai 25-100 cm. Daun pepaya berwarna hijau. Helaian daun
pepaya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat
menjadi dua bagian persis ditengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut
simetris. Bunga pepaya berwarna putih dan berbentuk seperti lilin (Muktiani,
2011).
Tanaman pepaya dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian 1000
mdpl. Biji pepaya bentuknya agak bulat, besarnya dapat mencapai 5 mm dan
terdiri dari embrio, jaringan bahan makanan dan kulit biji. Banyaknya biji
tergantung dari besar kecilnya buah. Permukaan biji agak keriput dan dibungkus
oleh kulit ari yang bersifat seperti agar atau transparan, kotiledon putih, rasa biji
pedas atau tajam dengan aroma yang khas (Kalie, 2009).
II.2 KANDUNGAN TANAMAN PEPAYA (Carica papaya L.)
Daun pepaya (Carica papaya L.) mengandungalkaloid karpainin, karpain,
pseudokarpain, vitaminC dan E, kolin, dan karposid. Daun pepaya mengandung
suatu glukosinolat yang disebut benzilisotiosianat. Daun pepaya juga mengandung
mineralseperti kalium, kalsium, magnesium, tembaga, zatbesi, zink, dan mangan.
Selain itu, daun pepayamengandung senyawa alkaloid karpain,karikaksantin,
violaksantin, papain, saponin,flavonoid, dan tannin (Milind dan Gurdita, 2011).
Kandungan papain, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, dan senyawa
fenol dalam tanaman pepaya menyebabkan pepaya memiliki aktivitas antibakteri
Ekstrak tanaman pepaya baik bagian daun, akar, maupun batangnya memiliki
aktivitas antibakteri yang lebih baik pada ekstrak organic dibandingkan dengan
ekstrak air dan lebih efektif terhadap bakteri gram negative dibandingkan gram
positif.
Namun pada penelitian Anibijuwon tahun 2009, ditemukan bahwa ekstrak
akar pepayalebih efektif aktivitas antibakterinya terhadap bakteri gram positif
daripada negative. Aktivitas antibakteri tanaman pepaya meningkat pada suhu
yang tinggi dan pH yang asam. Ekstrak daun pepaya terbukti menunjukkan
penghambatan 100% terhadap S. aureus dan mengurangi jumlah E. coli dari 65
menjadi 24 cfu/ml.
Ekstrak methanol tanaman pepaya menunjukkan efek bakterisidal paling
tinggi dengan konsentrasi paling rendah pada Salmonella typhi yaitu dengan MIC
4,5 mg/ml Nilai MIC yang rendah ini menunjukkan bahwa ekstrak tanaman
pepaya memiliki efikasi yang baik terhadap bakteri tersebut penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Oladimeji dkk. (2007), ekstrak
etanol daun pepaya memiliki aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri
Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella typhi, dan
Klebsiella pneumoniae dengan metode difusi padat cakram berdiameter 6 mm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kadar 1,5% dan 3% ekstrak
etanol daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis
dengan zona hambat masing-masing 12,0 mm dan 13,0 mm, pada Staphylococcus
aureus memiliki zona hambat yaitu 13,0 mm dan 15,0 mm, pada Escherichia coli
memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 11,0 mm, pada Salmonella typhi
memiliki zona hambat yaitu 11,0 mm dan 11,5 mm, dan pada Klebsiella
pneumoniae memiliki zona hambat yaitu 10,0 mm dan 10,5 mm.

II.3 BAKTERI Propionibacterium acnes & Staphylococcus aureus


II.3.1 Propionibacterium acnes
Jerawat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh
bakteri Propionibacterium acnes. Gaspari dan Stephen (2008) menyatakan bahwa
Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit, bakteri gram
positif, pleomorfik dan bersifat anaerob. Bakteri ini berperan dalam pembentukan
acne, dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid
kulit sehingga menyebabkan peradangan. Akibat peradangan tersebut
menyebabkan Propionibacterium acnes berproliferasi dan memperparah lesi
inflamasi dengan merangsang produksi sitokin proinflamasi. Bakteri ini tidak
patogen pada kondisi normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka
bakteri tersebut berubah menjadi invasif.
Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea yang menghasilkan air,
asam amino, urea, garam dan asam lemak merupakan sumber nutrisi bagi bakteri.
Bakteri ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim
lipolitik pengubah fraksi zat berminyak (sebum) menjadi massa padat, yang
menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea
Propionibacterium acnes termasuk bakteri berbahaya yang dapat menyebabkan
peradangan pada kulit, khususnya pada kulit wajah sehingga perlu dicegah
(Djuanda, dkk. 2013).
II.3.2 Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab terjadinya infeksi
yang bersifat piogenik. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul
dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses,
serta dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul, atau
nanah. Bakteri Staphylococcus aureus kemampuannya berkembangbiak dan
menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat ekstraseluler yang
dapat diproduksi S. aureus dapat menimbulkan berbagai penyakit (Jawetz, 2008).
Zat aktif antibakteri dalam daun pepaya telah diuji terhadap beberapa bakteri,
secara in vitro diantaranya terhadap bakteri Proteus mirabilis yang menghasilkan
zona hambat 7,00 mm pada konsentrasi 1000 g/disk (Bobby, 2012).
II.4 MASKER WAJAH PEEL OFF
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan,
terutama kulit wajah yang sering terpapar oleh sinar ultraviolet (UV) akibatnya
dapat menimbulkan masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori
kulit yang membesar, sehingg merupaka hal yang penting untuk merawat kulit itu
sendiri (Grace et al., 2015). Efek antioksidan dan antijerawat untuk perawatan
kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam bentuk topikal dibandingkan
dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit wajah
(Draelos & Thaman, 2006). Kosmetik wajah dapat diperoleh dalam berbagai
bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker wajah gel peel off (Vieira et
al., 2009). Masker wajah merupakan kosmetik perawatan kecantikan yang sangat
popular untuk meningkatkan kualitas kulit (Yeom et al., 2011).
Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang
mempunyai keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas
atau diangkat seperti membran elastis (Rahmawanty dkk., 2015). Masker wajah
peel off dapat meningkatkan hidrasi pada kulit kemunkinan karena adanya oklusi
(Velasco et al., 2014).
Penggunaan masker wajah peel off bermanfaat untuk memperbaiki serta
merawat kulit wajah dari masalah keriput, penuaan, jerawat dan dapat juga
digunakan untuk mengecilkan pori (Grace et al., 2015). Selain itu, masker peel
off juga dapat digunakan untuk membersihkan serta melembabkan kulit.
Kosmetik wajah dalam bentuk masker peel off bermanfaat dalam merelaksasi
otot-otot wajah, sebagai pembersih, penyegar, pelembab dan pelembut bagi kulit
wajah (Vieira et al., 2009).
Pembuatan kosmetik dari bahan alami lebih baik dari pada bahan sintesis.
Bahan sintesis dapat menimbulkan efek samping bahkan dapat merusak bentuk
alami dari kulit (Grace et al., 2015). Masker wajah peel off diformulasikan
dengan basis polivinil alkohol (PVA), setelah pengolesan dan pengeringan akan
membentuk lapisan oklusif pada wajah(Vieira et al., 2009).
Zat aktif ditambahka ke dalam formulasi untuk meningkatkan efek oklusi
dan tensor. Formulasi tersebut mengandung bahan pelunak, pelemba pengawet,
surfaktan, pewangi dan zat akti (Zague et al., 2008). PVA berperan dalam
memberikan efek peel off karena memiliki sifat adhesive sehingga dapat
memebentuk lapisan film yang mudah dikelupas setelah kering (Brick et al.,
2014). Konsentrasi PVA merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kinerja pembentukan film dalam masker wajah peel off (Beringhs et al., 2013).
Konsentrasi humektan dalam formulasi masker wajah gel peel off dapat
berpengaruh terhadap viskositasdan waktu pengeringan sediaan (Rahmawanty
dkk., 2015).
Metil paraben dan propil paraben diperlukan dalam formulasi sediaan gel
untuk mencegah kontaminasi mikroba karena tingginya kandungan air pada
sediaan. Kombinasi konsentrasi 0,02% propil paraben dengan 0,18% metil
paraben akan menghasilkan kombinasi pengawet dengan aktivitas antimikroba
yang kuat (Rowe & Owen, 2006).
Karakteristik ideal dari masker wajah peel off adalah tidak terdapat
partikel yang kasar, tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan dapat
mebersihkan kulit. Mampu memberikan efek lembab pada kulit, membentuk
lapisan film tipis yang seragam, memberikan efek mengencangkan kulit, dapat
kering pada waktu 5-30 menit. Masker peel off harus mudah digunakan dan tidak
menimbulkan rasa sakit (Grace et al., 2015).
Sediaan masker wajah gel peel off seharusnya memiliki pH yang sesuai
dengan pH kulit wajah yaitu 5,4-5,9. Untuk sediaan topikal yang akan digunakan
pada kulit jika memiliki pH lebih kecil dari 4,5 dapat menimbulkan iritasi pada
kulit sedangkan jika pH lebih besar dari 6,5 dapat menyebabkan kulit bersisik
(Rahmawanty dkk., 2015). Sedangkan untuk viskositas sediaan gel sebaiknya
berada pada range 7100-83144 cps (Chandira et al., 2010).
Profil stabilitas suatu sediaan dapat dilihat selama penyimpanan. Profil
stabilitas berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial yang tidak
diinginkan diminimalkan serta membuat database untuk formulasi produk lain
(Wijayanti dkk., 2015). Profil stabilitas dapat dilakukan dengan menyimpan
sediaan pada suhu 30 oC selama 28 hari (Abdassah dkk., 2009).
Selama penyimpanan, dapat terjadi peningkatan viskositas karena gel
memiliki sifat bila dibiarkan tanpa gangguan seperti pengadukan maka
viskositasnya akan meningkat, sifat tersebut adalah tiksotropi (Wijayanti dkk.,
2015). Daya sebar akan berbanding terbalik dengan viskositas, selama
penyimpanan dapat terjadi penurunan daya sebar akibat tertahannya cairan pelarut
yang diabsorbsi oleh gelling agent.
Untuk memperoleh formulasi masker peel off dengan kualitas tinggi
diperlukan pengetahuan mengenai waktu mengering, kemudahan penggunaan
sediaan, dan kinerja pembentukan film. Waktu pengeringan menjadi sangat
penting untuk diketahui karena formulasi dengan waktu pengeringan yang cepat
akan memungkinkan proses pengelupasan yang cepat pula. Kemudahan
penggunaan (applicability) sediaan juga menjadi parameter yang penting untuk
dievaluasi karena bila penerimaan produk oleh pengguna dosmetik rendah maka
akan menurunkan nilai komersial dari produk tersebut. Faktor kinerja
pembentukan film menjadi bagian yang dipertanggung jawabkan dari setiap
formulasi karenaprinsip dari masker peel off itu sendiri berdasarkan pada
kemampuan untuk mebentuk film plastik polimer yang mudah untuk dikelupas
(Beringhs et al, 2013).
BAB III

METODE KERJA

III.1 ALAT DAN BAHAN


III.1.1 ALAT
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa oven , blender , ayakan
61 mesh, timbangan analitik Mettler Toredo Al204, moisture analyzer, eksikator,
shaker incubator, rotary evaporator IKA HB 10 basic, microwave , autoklaf,
incubator Memmert, toples, lilin, mikroskop, beban, pH meter TransInstrument,
pisau cukur, kandang, kaca, jangka sorong,Laminar Air Flow (LAFESCO, vortex
37600 Mixer Termolyne, tabung reaksi, cawan petri, dan alat-alat pendukung
lainnya.
III.1.2 BAHAN
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun pepaya
sebanyak 1,5 kg, Pelarut yang digunakan adalah etanol 95%. Isolat bakteri uji
berupa Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus .Medium yang digunakan
adalah Nutrient Agar dan Nutrient Broth Oxoid.Kontrol positif yang digunakan
merupakan klindamisin dan gel klindamisin. Bahan penyusun masker gel peel-
offyang digunakan adalah polivinil alkohol (PVA), hidroksipropil metilselulosa
(HPMC), madu, propilen glikol, metil paraben, propil paraben, dan aquades.
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci albino dewasa
dengan berat 1 – 1,5 kg sebanyak 2 ekor.

III.2 PROSEDUR PENGERJAAN


III.2.1 EKSTRAKSI METODE MASERASI
Daun pepaya dikeringkan menggunakan oven dengansuhu 420 C hingga
kadar air kurang dari 10%,kemudian dihaluskan dengan blender dan diayak
dengan ayakan 61 mesh. Serbuk daun pepaya sebanyak 125 g diekstraksi
menggunakan pelarut etanol 95 %sebanyak1250 mL (perbandingan 1: 10) selama
4 hari dengan pengadukan 1x24 jam menggunakan shaker incubator dan
dilakukan remaserasi dengan perbandingan 1 : 6 (w/v) setiap 24 jam sekali.
Setelah itu, ekstrak diuapkan menggunakan rotary evaporatordengan suhu 70 0C
dan kecepatan 60 rpm. Penguapan filtrat disempurnakan kembali menggunakan
oven dengan suhu 70 0C hingga diperoleh ekstrak kental (Mulyanti dkk., 2015).
III.2.2 UJI FITOKIMIA
Setelah didapatkan ekstrak kental, selanjutnya dilakukan penapisan
fitokimia yang meliputi uji kualitatif alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,Meyer
dan Wagner, uji flavonoid dengan serbuk Mg, HCl 5N dan amil alkohol,uji tannin
dengan FeCl3 ,uji triterpenoid atau steroid dengan asetat anhidrat dan Hpekat dan
uji saponin (Harborne, 1987 dengan modifikasi)
III.2.3 ISOLASI BAKTERI
Isolat bakteri yang akan digunakan diuji kemurniaannya yang meliputi
pengamatan morfologi sel, morfologi koloni, dan uji biokimia yang meliputi uji
fermentasi karbohidrat, uji reduksi nitrat, dan uji katalase (Harley dan Prescott,
2002).
III.2.4 UJI AKTIVITAS BAKTERI
Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pepaya dengan metode difusi agar
dengan teknik sumuran. Ekstrak daun pepaya yang telah dilarutkan dalam etanol
95% (1:10), kontrol negatif berupa etanol 95%, dan kontrol positif berupa
klindamisin yang telah dilarutkan dalam aquades (1:100) diambil sebanyak 20 μL,
kemudian dimasukkan ke dalam sumuran yang berbeda. Medium diinkubasi
0
dengan inkubator anaerob pada suhu 25 C selama 18 jam untuk
Propionibacterium acnes dan inkubator aerob pada suhu 37 0C selama 18 jam
untuk Staphylococcus aureus. Zona hambat yang terbentuk diukur dan luas zona
hambat dihitung (Handayani dkk., 2012 dengan modifikasi).
III.2.5 FORMULASI
Ekstrak daun pepaya 10 %
PVA 12%
HPMC 1%
Madu 6%
Propilenglikol 10%
Metil paraben 0,2%
Propil paraben 0,05%
Aquades ad 100
III.2.6 UJI STABILITAS
Selanjutnya sediaan masker gel peel-off ekstrak daun pepaya dilakukan
evaluasi meliputi uji stabilitas dipercepat, uji aktivitas antibakteri dan uji
iritasi.yang meliputi organoleptis, daya sebar dan pH sediaan.Uji stabilitas
dipercepat dilakukan dengan sediaan masker gel peel-off disimpan pada suhu 40
0
C selama 28 hari. Pengamatan uji stabiltas dipercepat meliputi organoleptis, daya
sebar, dan pH sediaan. Pengamatan organoleptis meliputi warna, bau dan
konsistensi (Syarifah dkk., 2015).
III.2.7 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Uji aktivitas antibakteri masker gel peel-offekstrak daun pepaya dengan
metode difusi agar dengan teknik sumuran.Masker gel peel-off ekstrak daun
pepaya dan kontrol negatif berupa basis masker gel peel-off yang telah dilarutkan
dalam aquades (1:10), serta kontrol positif berupa klindamisin yang telah
dilarutkan dalam aquades (1:100) diambil sebanyak 20 μL, kemudian dimasukkan
ke dalam sumuran yang berbeda. Medium diinkubasi dengan inkubator anaerob
pada suhu 25 0C selama 18 jam untuk Propionibacterium acnes dan inkubator
aerob pada suhu 37 0C selama 18 jam untuk Staphylococcus aureus Zona hambat
yang terbentuk diukur dan luas zona hambat dihitung (Handayani dkk., 2012
dengan modifikasi).
III.2.8 UJI IRITASI
Uji iritasi dilakukan secara in vivo pada kelinci albino dewasa dengan
berat 1 – 1,5 kg sebanyak 3 ekor dengan metode Draize(Trisnayanti dkk., 2015
dengan modifikasi). Punggung kelinci dicukur terlebih dahulu denganlebar kira
kira 1x1 inci2 pada punggung sebanyak 3 bagian untuk masing-masing kelinci.
Pencukuran inidilakukan 24 jam sebelum diberi perlakuan.
Bahan uji berupa masker gel peel-offekstrak daun pepaya, kontrol positif
(gel klindamisin), dan kontrol negatif (basis masker gel peel-off) dioleskan
secukupnya pada area uji.Setelah bahan uji dioleskan, area uji lalu ditutup
denganperban yang tidak reaktif.Pada waktu 24, 48 dan 72 jamsetelah pemberian
bahan uji, area uji diperiksadan diamati perubahannya sebagai reaksi kulitterhadap
bahan uji dan dinilai dengan caramemberi skor 0 sampai 4 tergantung tingkat
keparahan reaksi kulit yang dilihat.
Tabel.1 Skor derajat edema
Reaksi Skor
Kulit Tanpa edema 0
Sangat sedikit edema (hampir tidak 1
terlihat)
Edema tepi berbatas jelas 2
Edema sedang (tepi naik ± 1 mm) 3
Edema berat (tepi naik lebih dari 1 4
mm dan meluas keluar daerah
pejanan)
Sumber: Hayes, 2007

Anda mungkin juga menyukai