FAHRI ALI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
ABSTRAK
FAHRI ALI (173145201046). Formulasi dan Uji Aktivitas Gel Anti Jerawat Ekstrak
Daun Kapuk (Ceiba Pentandra (L.) Geartn) Terhadap Bakteri Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus epidermidis. Dibimbing oleh Ahmad Irsyad Aliah dan
Ummu Kalsum.
Salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai adalah acne vulgaris atau yang biasa
dikenal dengan sebutan jerawat. Jerawat merupakan peradangan yang disertai dengan
penyumbatan saluran kelenjar minyak yang diproduksi secara berlebihan. Adapun
salah satu penyebab jerawat yaitu infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah sediian gel Daun Kapuk (Ceiba Pentandra (L.) Geartn)
memiliki stabilitas yang baik dan aktivitas anti jerawat terhadap bakteri
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Metode penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan pengujian aktivitas dengan metode
sumuran dengan melihat zona bening disekitar sumuran serta evaluasi secara fisika
dan kimia terhadap konsentrasi 6%, 8%, 10%, kontrol negatif dan kontrol positif.
Hasil penelitian sediaan gel antijerawat ekstrak daun Daun kapuk (Ceiba pentandra
(L.) yaitu pada konsentrasi 6%, 8% dan 10% memenuhi syarat secara fisika dan
kimia serta uji aktivitas antibakteri dengan konsentrasi 6% zona hambat 17,3 mm
(Kuat), 8% zona hambat 19,4 mm (Kuat) dan 10% zona hambat 21,1 mm (kuat).
Kata kunci : Antijerawat, Daun Kapuk, Gel, Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus epidermidis.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jerawat adalah salah satu penyakit kulit yang paling banyak diderita oleh
manusia, tidak ada satupun orang di dunia ini melewati masa hidupnya tanpa sebuah
Acne Vulgaris dikulitnya. Salah satu bakteri penyebab terjadinya jerawat adalah
2019).
Prevalensi jerawat di Indonesia pada tahun 2006, 2007 dan tahun 2009 secara
berturut-turut yaitu 60%, 80% dan 90%. Dimana penyakit acne vulgaris ini diderita
sekitar 80-100% pada usia dewasa muda yaitu usia 14 sampai 17 tahun pada wanita
antijerawat adalah gel antijerawat. Gel adalah sediaan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan sehingga bentuk sediaan gel lebih baik digunakan
pada pengobatan jerawat karena sediaan gel merupakan pelarut yang polar lebih
mudah dibersihkan dari permukaan kulit setelah pemakaian dan tidak mengandung
minyak yang dapat meningkatkan keparahan jerawat (Borman et al., 2015; Gitleman,
2014).
Pemanfaatan bahan alam dapat mengurangi penggunaan bahan sintetik dalam
pengobatan, salah satu tanaman yang sudah dikenal dalam masyarakat dan digunakan
sebagai obat tradisional adalah tanaman kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn).
Berdasarkan penelitian sebelumya ( Siva Fauziah & Nova Puspita Sari (2020)
komponen kimia seperti vitamin A, C dan E, elemen makro dan mikro, asam-asam
oksalat (Fauziah et al., 2020). Tanaman ini merupakan salah satu tanaman yang
daun kapuk randu yaitu alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, saponin dan terpenoid
demam, sariawan, sakit gigi, sakit perut dan asma (Busman et al., 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Busman et al., 2015) yang berjudul
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kapuk Randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn)
kapuk randu (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn) semakin tinggi tingkat konsentrasi
ekstrak daun kapuk randu maka semakin tinggi diameter zona hambatnya dengan
nilai rata-rata yang diperoleh pada konsentrasi 20 % (16 mm), konsentrasi 30 % (19
mm), dan pada konsentrasi 80 % (26 mm) secara berurutan. Pada penelitian (Ninulia
et al., 2017) menunjukkan hasil ekstrak daun kapuk randu (Ceiba Pentandra (L.)
4,1606 cm2. Dan dari penelitian (Prasanty, 2014) menunjukkan hasil konsentrasi
optimum ekstrak daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) dalam menghambat
mengasilkan diameter daya meter daya hambat sebesar 0.63 mm dan pada konsentrasi
80 mg/ml mengasilkan diameter daya hambat terbesar yaitu 5.4 mm. Dengan
demikian ekstrak daun kapuk randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) memiliki aktivitas
dengan kosentrasi 10% 20% dan 30%b/v menghasilkan zona hambat masing masing
Berdasarkan latar belakang di atas perlu adanya suatu aktivitas guna menjaga
kebersihan kulit wajah maka dilakukan penelitian tentang “Formulasi dan Uji
Aktifitas Sedian Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra (L.)
. B. Rumusan Masalah
1. Apakah sediaan Gel Anti Jerawat dari Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba
B. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui stabilitas sediaan Gel Anti Jerawat dari Ekstrak Etanol Daun
2. Untuk mengetahui Aktivitas Formulasi Sediaan Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol
C. Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber data ilmiah atau rujukan bagi penelitian lanjutan, penelitian
lainnya dan mahasiswa tentang Formulasi dan Uji Aktifitas Sedian Gel Anti
Jerawat Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) terhadap
2. Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang Formulasi dan Uji Aktifitas
Sedian Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra (L.)
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Kulit
Dalam kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Dermis
jaringan ikat yang agak padat berasal dari mesoderm, dibawah dermis terdapat selapis
jaringan ikat longgar yaitu hipodermis yang ada beberapa tempat terutama terdiri dari
jaringan lemak sedangkan jaringan epitel yang bersal dari ectoderm merupakan
1. Pada kulit terdapat berbagai jenis epitel, seperti epitel yang berlapis gepeng
dengan lapisan tanduk. Dimana pembuluh darah dilapisi endotel pada bagian
2. Jairngan ikat pada kulit yaitu serat-serat kolagen elastin dan sel lemak pada
lapisan dermis.
3. Jaringan otot pada kulit terdapat pada lapisan dermis, seperti jaringan otot polos
yang berfungsi sebagai penegak rambut (m. Arrector pili), serta jaringan otot yang
1. Epidermis
Epidermis merupakan jaringan kulit paling terluar kulit yang terdiri dari
epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk tetapi tidak mempunyai pembuluh
darah maupun limf oleh karena itu nutrient dan oksigen diperoleh dari kapiler
terluar dari lingungan luar tubuh karena suasana asam pada kulit dapat
Ada empat lapisan epidermis yang tersusun dari bawah higga keatas
a. Lapisan germinatum
Lapisan germinatum tersusun dari sel basal aktif dan terus-menurus
membelah diri. Sel bagian ini memiliki inti berwarna gelap dan penting dalam
kulit yang baru agar menggantikan bagian sel-sel yang telah tua dan rusak
maka dari sel itu sel basa juga disebut sel induk.
Lapisan ini berada diatas basal yang tersusun dari sel keratinocyte.
Ketika aliran darah terhambat maka sel kulit lapisan ini mejadi pipih dan
mati sebelum waktunya karena lapisan sel kulit mati tidak bisa membelah diri
yang tersusun dari sel-sel yang sudah berisi protein dan mengeras karena
lapisan ini makin jauh terhadap pembuluh darah dan sedikit darah yang
mengalir.
Lapisan stratum corneum lapisan ini terbanyak berada pada telapak kaki
2. Dermis
Dermis tersusun dari stratum papilaris dan stratum retikulus dengan
batas antara kedua lapisan tidak tegas dan serat antaranya saling menjalin
(Kalangi, 2014).
3. Hipodermis
longgar dengan serat kolagen teroentasi sejajar pada permukaan kulit dan
dibawahnya. Tempat lain lebih banyak serat masuk ke dermis serta kulit relatif
sulit untuk bergerak. Dibandingkan dengan dermis sel lemak lebih banyak
karena jumlahnya tergantung pada jenis kelamin serta status gizi, lemak pada
hampir tidak ada yang ditemukan dijaringan subcutan, kelopak mata, atau penis.
Tetapi diperus, paha dan bokong memiliki ketebalan 3cm bahkan lebih, lapisan
Kulit terdiri dari empat jenis yaitu kulit kering, kulit normal, kulit
kombinasi dan kulit berminyak yang mempunyai kandunga minyak dan air pada
1. Kulit kering yaitu kulit yang mengandung air yang sedikit atau rendah
2. Kulit normal yaitu mempunyai kandungan air yang tinggi serta minyak yang
4. Kulit kombinasi yaitu dikenal dengan kata T yaitu dahi, hidung dan dagu
yang memiliki minyak atau normal sedangkan pada bagian kulit lain bisa
Jerawat atau biasa dikenal sebagai acne vulgaris yang biasanya di sebabkan
penyebaran pada bakteri dan inflamasi klonik pada folikel sebsea sebagai bentuk
klinik seperti komedo postula, kista, nodus dan papul yang berada pada daerah
predeleksi seperti wajah, leher, dada, punggung atas, bahu, serta lengan atas (Sa`adah
et al., 2020).
dan diikuti peradangan di daerah saluran kelenjar minyak, minya kulit terjadi
vulgaris. Kelenjar sebasea paling paling biasa ditemukan serta mempunyai kaitan
dengan folikel rambut. Acne terdapat 2 jenis yaitu adanya peradangan dan tidak
sebum secara berlebihan sehingga terjadi tertimbun pada folikel dan akhirnya
efek pada efektivitas pada kelenjar lemak karena produksi pada sebum akan sama
selama siklus menstruasi, akan tetapi progesteron biasa dapat menyebabkan Acne
premestrua.
2. Makanan
kacang serta susu karena lemak yang ada dalam makanan bisa menyebabkan
kadar komposisi sebum dan untuk makanan yang tinggi akan karbohidrat seperti
dalam bentuk manis-manis dan coklat sedangakan dalam bentuk makanan pedis
3. Kosmetik
petrolatum, Bedak dasar atau foundution cream dengan penahan sinar matahari
(sunscreen) dan pelembab. Dalam bentuk bedak yang biasa muncul dan terjadinya
acne yaitu bedak padat. Adapun bahan kimia murni yang dapat penyebab
terjadinya acne yaitu butil stearat, lauril alkohol, asam oleik, dan juga pewarna
4. Infeksi
Propionibacterium acnes, Cornybacterium acnes, pityrosporum ovale
inflamasi dan terbentuknya enzim lipotik bisa mengubah fraksi lipid sebum.
Inflamasi dan infeksi pada folikel pilosebasea karena meningkatnya jumlah dan
dalam iritasi epitel folikel dan dapat memudahkan terjadi acne, selain itu
terjadinya trauma fisik seperti gesekan atau tekanan yang bisa merangsang
munculnya acne vulgaris sehingga keadaan inilah yang dikenal dengan acne
C. Tanaman Kapuk
lain, di antaranya pada bagian daunnya dapat digunakan untuk makanan ternak
dan minyak bijinya untuk industri. Penggunaan untuk obat tradisional dari kapuk
randu di antaranya sebagai obat luar dan obat dalam seperti untuk mengatasi
demam, diare, diabetes, hipertensi, sakit kepala, obat luka, dan sebagainya
(Pratiwi, 2014).
(Itis.gov).
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae
Infrakingdom : Streptophyta
Superdivision : Embryophyta
Devision : Tracheophyta
Class : Magnoliopsida
Superorder : Rosanae
Order : Malvales
Family : Malvaceace
Genus : Ceiba
c. Morfologi
mencapai 8- 30 m dan memiliki batang pohon utama yang cukup besar hingga
mencapai diameter 3 m. Pada batangnya juga terdapat duri-duri tempel besar yang
berbentuk kerucut. Tumbuhan ini tahan terhadap kekurangan air sehingga dapat
di atas permukaan laut. Selain itu kapuk randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn)
dapat tumbuh di atas berbagai macam tanah, dari tanah berpasir sampai tanah liat
berdrainase baik, tanah aluvial, sedikit asam sampai netral. Kapuk randu (Ceiba
pentandra (L.) Gaertn) dapat juga hidup pada daerah kering dan temperatur di
bawah nol dalam jangka pendek serta peka terhadap kebakaran (Pratiwi, 2014).
d. Asal Tanaman
merupakan salah satu tumbuhan tingkat tinggi yang telah diidentifikasi dan
pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit dan gangguan
inflamasi (Pratiwi, 2014). Daun Kapuk digunakan untuk pengobatan radang usus,
demam, dan batuk berdahak. Selain itu, akar atau kulit akar berkhasiat untuk
2013).
secara luas pada setiap tanaman, makanan dan memiliki berbagai efek
diabetes, anti kanker, anti penuaan, dan antioksidan (Arifin & Ibrahim,
2015).
D. Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif
dari simplisia menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen yang terdapat
dalam suatu bahan yang berupa padatan atau cairan dengan bantuan pelarut.
Pemisahan terjadi karena kemampuan dari pelarut untuk melarutkan salah satu
sekunder atau senyawa aktif yang terdapat didalam bahan alam tersebut. Prinsip kerja
ekstraksi yaitu pelarut akan masuk ke dalam sel dan melarutkan senyawa aktif yang
ada dalam sel sampel, sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara senyawa terlarut
didalam dan diluar sel. Proses tersebut merupakan proses difusi, yang terjadi
tersebut bergerak dari area berkonsentrasi tinggi (sel) ke area berkonsentrasi rendah
(pelarut). Masuknya pelarut ke dalam sel akan semakin mudah apabila dilakukan
kedalam sel. Proses difusi akan terjadi secara terus menerus sampai terjadinya
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa aktif yang ada di dalam dan diluar sel.
Pelarut yang digunakan pada ekstraksi harus bersifat selektif, yang hanya dapat
1) Cara dingin
a) Maserasi
b) Perkolasi
2) Cara panas
a) Refluks
sempurna.
b) Soxhlet
Soxlet adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu
balik.
c) Digesti
d) Infus
air ( bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih 96-980 C (15-20
menit).
e) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30 menit dan
b. Destilasi Uap
minyak atsiri dari bahan segar atau simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa
tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase air dari ketel secara
sempurna dan diakhri kondesansi fase uap atau senyawa kandungan menguap ikut
1) Ekstraksi berkesinambungan
Proses dilakukan berulang kali dengan pelarut yang berbeda atau
2) Superkritikal karbondioksida
3) Ekstrasi ultrasonik
ultrasonik.
listrik.
Beberapa jenis ekstrak yang umumnya diketahui antara lain: (Nasyanka et al.,
2020).
1. Ekstrak cair
2. Ekstrak kental
Merupakan ekstrak yang didapatkan apabila sebagian besar cairan penyari
sudah diuapkan,
3. Ekstrak kering
pelarut/cairan penyari.
4. Tingtur (Tinctura)
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi suatu
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan
sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua
fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang
dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma
dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
Gel adalah sistem semipadat yang dibuat oleh partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar, terpenetrasi pada suatu cairan. Formulasi gel
membutuhkan senyawa Gelling agent sebagai bahan pembentuk suatu gel. Gelling
agent atau bahan pembentuk gel yaitu komponen polimer mempunyai berat molekul
yang tinggi dan juga merupakan gabungan dari beberapa molekul dan lilitan dari
polimer yang akan memberikan sifat kental pada suatu gel (Danimayostu, 2017).
baik.. Keuntungan lain dari gel yaitu mudah merata apabila dioleskan pada kulit,
memberikan sensasi dingin, dan tidak menimbulkan bekas di kulit (Afianti &
Murrukmihadi, 2015).
Sediaan gel juga memiliki kekurangan yaitu harus zat aktif yang sifatnya sesui
dengan surfaktan atau konsentrasi ( hidroksi propil metal selulosa (HPMC) dan
karbomer ) akan tetapi jika semakin tinggi konsentrasi akan menurunkan daya sebar
dari sediaan. Tingginya konsentrasi dapat meningkatkan viskositas gel, sehingga gel
semakin tertahan untuk mengalir dan menyebar pada kulit. Dengan demikian dapat
mengurangi kualitas sediaan gel (Dewi & Saptarini, 2016). Kekurangan lainya sifat
1. Jenis gel
a) Hidrogel
dengan menyerap air atau cairan biologis namun tidak larut karena adanya
ikatan silang. Polimer larut air yang digunakan dalam formulasi hidrogel ini
b) Lipogel
minyak, berbeda dengan hidrogel, dimana memiliki fase cair air. Potensi
2. Basis Gel
Terdiri dari bentonit, veegum, silika, pektin, tragakan, metil selulosa, dan
carbomer.
Salah satu aspek penting dalam formulasi gel yaitu gelling agent. Gelling
agent memiliki berbagai jenis, pada biasanya berupa turunan dari selulosa
misalnya metil selulosa, carboxy metil selulosa (CMC), hidroxy propil methyl
celulosa (HPMC), dan ada juga yang berasal dari polimer sintetik seperti carbopol
F. Uraian Bahan
a. Carbopol 940
Bahan sediaan gel yang biasa digunakan pada produk hand sanitizer yaitu
menghasilkan warna sedian putih, bentuk sedian gel gel semisolid, pH 4,6-6,3
dan viskositas sekitar 2000-4000 cps. Karbomer atau karbopol terdiri dari
monografi polimer yaitu karbopol 910, 934, 934 P, 940, 941, dan 1342 digunakan
sebagai bahan pembentuk gel pada konsentrasi 0.5 % - 2 % dalam air. Karbomer
2018).
b. TEA (Trietanolamin)
perlu adanya penambahan bahan lain yaitu triethanolamine (TEA). TEA bersifat
dan larut dalam air, metanol, karbon tetraklorida, dan aseton (Asngad et al.,
2018).
c. Natrium benzoat
Natrium benzoat ialah salah satu senyawa benzoat sintetis yang sering
natrium benzoat berkisar 0,1 % - 0,5 %. Penambahan bahan kimia (asam benzoat
simpan dan kesegaran bahan pangan dan tidak berpengaruh terhadap kesehatan
d. Gliserin
Gel anti jerawat optimal maka perlu adanya penambahan bahan lain yaitu giserin.
Gliserin yaitu dapat menyebabkan sediaan bersifat jernih dan transparan. (Asngad
et al., 2018).
e. Alkohol
Alkohol, umumnya dalam bentuk ethyl alcohol atau etanol, ialah molekul
yang larut dalam air dan diserap dengan cepat pada saluran pencernaan. Etanol
merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa dari yang kurang polar hingga
polar, salah satu senyawa yang dapat dilarutkan oleh etanol ialah senyawa fenolik.
sel sehingga senyawa bioaktif lebih mudah keluar dari sel tanaman (Suhendra et
f. Aquadest
Aquadest atau yang sering disebut aqua destilasi merupakan air murni
et al., 2018)
G. Uraian Bakteri
1. Propionibactereium acnes
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
b. Morfologi
Gambar 3. Propionibacterium acnes (Zahrah et al., 2019).
jerawat, bakteri ini termasuk bakteri gram positif serta merupakan flora
asam lemak bebas dari lipid kulit, sehingga dapat menyebabkan inflamasi dan
akan merusak dan menghancurkan dinding pori pada lapisan kulit yaitu
2. Staphylococcus epidermidis
Kingdom : Bacteria
Subkingdom : Posibacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacili
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
b. Morfologi
sebagai flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia. Infeksi yang
disebabkan oleh bakteri ini biasanya timbul dengan tanda-tanda khas yaitu
atas penyakit yang menyebar keseluruh tubuh dengan permukaan kulit sebagai
habitat alaminya. Bakteri yang mengakibatkan infeksi kulit, luka, bisul, dan
infeksi peradangan disertai rasa sakit terjadi pada proses pembentukan abses
sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk mengeluarkan cairan tersebut dan
yang berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian yang tidak beraturan
seperti anggur dan bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini merupakan penyebab
epidermidis terhadap mikroorganisme flora normal yang lain pada daerah kulit
keberadaannya sebanyak 85% – 100 %, pada daerah mulut (air liur dan
permukaan gigi) sebanyak 75% – 100 %, pada daerah hidung dan mesofaring
sebanyak 90%, pada bagian orofaring sebanyak 30% – 70 %, serta pada daerah
H. Antibakteri
Struktur sel dirusak dengan menghambat pada saat pembentukan atau setelah
Seperti sulfonamid yang bekerja dengan bersaing dengan PABA, sehingga dapat
menghalangi sintesis asam folat yang merupakan asam amino essensial yang
DNA dan RNA yang mempunyai peran yang sangat penting sebagai bahan baku
Suatu sel hidup tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam
nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah keadaan ini
dengan mendenaturasi protein dan asam nukleat sehingga merusak sel secara
Antibiotik merupakan zat kimia yang diproduksi oleh bakteri dan fungi
yang luas.
bakteri.
4. Berdasarkan aktivitas
b. Spektrum luas, yaitu mampu bekerja terhadap bakteri gram positif dan
indikator dalam pengujian. Adapun metode yang dapat dilakukan dalam pengujian
anbakteri yaitu :
1. Metode dilusi
Pada metode ini dibagi menjadi dua macam , yaitu dilusi cair dan padat.
Metode dilusi cair dapat digunakan untuk mengukur KHM (kadar hambat
yaitu dengan cara membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium
cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Metode dilusi padat dilakukan yaitu
dengan cara menginokulasi mikroba uji pada media agar yang mengandung agen
antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa mikroba uji
(Fitriana et al., 2020). Pada metode ini media agar diratakan dengan memutar
petri membentuk angka 8. Yang kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24
jam. Hasil uji KHM dapat ditentukan dengan melihat ada atau tidaknya
2. Metode difusi
terhadap agen antimikroba (Fitriana et al., 2020). Adapun beberapa metode difusi
sesuai dengan kelompok perlakuan ) pada medium agar yang telah padat dan
dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona hambatan oleh dosis
antibiotik baku pembanding pada media lempeng agar (Fitriana et al., 2020).
e. Metode difusi cakram dilakukan dengan menggunakan kertas cakram (paper
disc). Dapat dilakukan dengan cara yaitu ke dalam media agar yang telah
Kelebihan metode difusi ini adalah mudah dilakukan karena tidak memiliki
alat khusus dan mencakup fleksibilitas yang lebih besar dalam memilih obat
5 mm Lemah
6-10 mm Sedang
11-20 mm Kuat
≥ 21 mm Sangat kuat
digunakan adalah Clindamycin gel. Pilihan klindamisin didasarkan pada yang paling
sediaan dengan zat aktif bahan kimia di pasaran sebagai anti jerawat dalam hal ini
K. Kerangka Konsep
Judul Masalah
Formulasi dan Uji Aktivitas Sedian Gel Kurangnya aplikasi
Anti Jerawat Ekstrak Etanol Daun tanaman obat, khususnya
Kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) tanaman Kapuk (Ceiba
Terhadap Bakteri Propionibacterium pentandra (L.) Gaertn )
acnes dan Staphylococcus yang mudah dimanfaatkan
epidermidis. oleh masyarakat umum
salah satunya sebagai
antibakteri dengan cara
membuat dalam bentuk
sediaan gel Gel Anti
Jerawat.
Tujuan
Variabel
1. Untuk mengetahui stabilitas formulasi
sediaan gel Anti Jerawat dari Ekstrak
Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra
Independent
(L.) Gaertn ). Dependent
Formulasi
2. Untuk mengetahui Aktivitas Formulasi Uji Aktivitas
Terhadap Bakteri
sediaan gel Anti
Sedian Gel Anti Jerawat dari Ekstrak
Jerawat dari
Etanol Daun Kapuk ( Ceiba Petandra
Ekstrak Etanol
Geartn ) terhadap bakteri
Daun Kapuk
Propionibacterium acnes dan
Staphylococcus epidermidis.
1. Variabel dependent
2. Variabel independent
Variabel independent atau variabel bebas adalah variabel yang berperan
independent dalam penelitian ini yaitu Formulasi sedian gel anti jerawat dari
3. Variabel kontrol/pengganggu
Variable kontrol yaitu suatu variabel yang diduga sebagai variabel lain
etanol daun kapuk tidak menimbulkan efek antibakteri hanya mengacu pada
M. Defenisi Operasional
1. Ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn ) adalah sediaan pekat
yang diperoleh dari daun kapuk yang telah di ekstraksi dengan menggunakan
2. Aktivitas antibakteri merupakan kemampuan zat yaitu ekstrak daun kapuk dalam
epidermidis dengan melihat adanya zona bening disekitar kertas cakram yang pada
N. Kriteria Objektif
manfaat, dengan demikian untuk mendapatkan simplisia yang mutu maka diperlukan
adanya penetapan parameter standardisasi simplisia sehingga dapat memberikan efek
teraupetik yang baik atau diinginkan. Standardisasi yaitu serangkaian prosedur dan
cara pengukuran yang hasilnya yaitu unsur-unsur terkait paradigm kefarmasian, yaitu
proses pembuatan obat tradisional, simplisia yang digunakan sebagai bahan baku
harus memenuhi persyaratan mutu, yaitu parameter spesifik maupun non spesifik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi mutu suatu simplisia yaitu tempat tumbuh asal,
berarti faktor luar dari tanaman tersebut, yaitu lingkungan atau tanah dimana
tumbuhan berinteraksi berupa energi (cuaca, temperature, cahaya) dan materi (air,
senyawa organik dan anorganik) dan akan dilakukan pengambilan tanaman di dua
tempat yang berbeda, berdasarkan perbedaan tanah tempat tumbuh tanaman tersebut.
Standardisasi dilakukan untuk mendapatkan bahan baku yang seragam sehingga dapat
daun yaitu harus daun hampir tua atau masih muda dan berwarna hijau (Rosidah et
al., 2018).
O. Hipotesis Penelitian
1. H0 :
a. Sediaan Gel Anti Jerawat Dari Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba pentandra
2. H1 :
a. Sediaan Gel Gel Anti Jerawat Dari Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba
b. Formulasi Sediaan Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Daun Kapuk (Ceiba
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini yaitu melakukan formulasi dan uji aktivitas antibakteri sediaan Gel
Hand Sanitiizer Esktrak Etanol Daun Kapuk ( Ceiba Petandra Gaertn ) terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis
dengan menggunakan metode difusi agar (sumuran) untuk menentukan diameter zona
hambat.
Farmasi dan Mikrobiologi Farmasi, Univeristas Megarezky Makassar pada bulan Juni
Corong, Cawan petri, Cawan porselin, Erlenmeyer 250 ml, Gelas kimia, Gelas ukur,
Gelas arloji, Gunting, Incubator, Jangka sorong, Kapas, Kertas saring, Kertas
perkamen, Lampu spiritus, Laminar Air Flow, Lumpang dan alu, Lap kasar dan
halus, Ose bulat, pH meter, Oven, Penangas air, Penggaris, Pinset, Pipet tetes, Sendok
tanduk, Spoit 5 ml dan 10 ml, Sudip, Spidol, Toples kaca, Termometer, Timbangan
Aquades, Etanol 96%, Ekstrak daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn), Karbopol.
Gaertn) dimana sampel penelitian adalah daun kapuk. Sampel diperoleh di daerah
Universitas Hasanuddin.
E. Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel
Sampel di ambil pada pukul 08.00- 10.00 pagi hari, kemudian dilakukan
Ekstrak daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) diperoleh dengan cara
500 gram sampel daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) yang telah
dengan pelarut etanol 96% sampai 1cm diatas permukaan sampel dan ditutup
rapat serta terhindar dari cahaya matahari langsung. Proses perendaman dilakukan
selama 3 hari sambil diaduk 1x24 jam. Setelah 3 hari, campuran simplisia dan
3. Rancangan formula
(-) Clindamycin®
Gliserin 10 10 10 10 - Pelembut
Keterangan :
aqudest yang telah dipanaskan dengan suhu 700 C dalam gelas ukur sebnyak 20
ml kemudian di gerus hingga terbentuk masa gel dan tambahkan TEA sebanyak
0,5 ml, natrium benzoate ditimbang 0,1 gram lalu dilarutkan sebnyak 10 ml
aquadest yang telah dipanaskan. Gliserin sebanyak 10 ml dicampurkan kedalam
basis gel lalu di homogenkan dan dicukupkan volumenya 100 ml dari aquadest
sisa. Ekstrak daun kapuk (Ceiba Pentandra Geartn) dimasukan dalam mortar
dicampur lalu digerus samapi homogen dan terbentuk gel (Farid et al., 2020;
a. Uji organoleptik
b. Uji pH
saat sehingga didapat pH yang tetap, untuk nilai pH normal berkisar 4-6,5
c. Homogenitas
gram diletakkan diatas kaca bulat ,kaca lainnya diletakkan diatasnya dan
dibiarkan selama 1 menit. Diameter sebar gel diukur. Daya sebar 5-7 cm
e. Uji Viskositas
f. Cycling Test
Sediaan gel disimpan pada suhu ± 4ºC selama 24 jam dan suhu ± 40ºC selama
g. Uji hedonik
Pada uji hedonik pada produk sedian gel anti jerawat ekstrak etanol
daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn). Uji ini menggunkan panelis
sebanyak 20 orang dengan parameter bau, warna dan bentuk (Yulianti et al.,
2015).
6. Uji Aktivitas Antibakteri Gel Anti Jerawat Ekstrak Daun Kapuk
a. Sterilisasi Alat-alat
yaitui alat-alat gelas yang tahan pemanasan disterilkan dalam oven pada suhu
160 0 C selama 2 jam, Alat-alat yang tidak tahan pemanasan tinggi disterilkan
dalam autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit (Farid et al., 2020).
labu erlemeyer dan dipanaskan sampai bahan laurt sempurna hingga bening.
c. Pembuatan/suspensi bakteri
streak plate (gores), dan diinkubasi selama 24 jam. Suspensi bakteri dibuat
d. Pengujian aktivitas/antibakteri
formula II, formula III, formula IV, dan kontrol positif (gel cildamycin ), ke
dalam sumuran tersebut diisi formula gel anti jerawat yang dibuat dengan
cetakan cork borner ( pecadang besi ). Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 18-
Pada data uji stabilitas analisis data yang digunakan adalah metode paired
sample T-test untuk melihat perbedaan yang bermakna nilai antara p> 0,05 data
sebelum dan sesudah Cycling test. Pada data aktivitas antibakteri dilakukan uji
normalitas data p>0,05. Pada data setelah itu dilanjutkan uji parametik One-way
ANOVA pada data diameter zona hambat antar kelompok. Apabila data terdapat
perbedaan yang siknifikan p< 0,05 maka dilanjutkan dengan uji post hoc test untuk
BAB 1V
A. Hasil Penelitian
Hasil evaluasi sediaan gel anti jerawat dari ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba
1. Uji Organolepti
FIV Semi padat Semi padat Bening Bening Bau khas Bau khas
Keterangan :
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
FIV : Kontrol negative
2. Uji pH
Uji pH meter
7
0
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji Daya Sebar sediaan gel anti jerawat.
Daya Sebar (cm)
Formula Syarat
Sebelum cycling test Setelah cycling test
FI 5,1 5,4
FII 5,2 5,5
5 - 7 cm
FIII 5,2 5,5
FIV 5,3 5,9
Keterangan :
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
FIV : Kontrol negatif
Daya Sebar
6
5.8
5.6
Centimeter (Cm)
5.2
4.8
4.6
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
5. Uji Viskositas
9000
8000
7000
Cesnti poise (cPs)
4000
3000
2000
1000
0
Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4
a. Propionibacterium acnes
Tabel 8. Hasil pengamatan diameter zona hambat sediaan gel anti jerawat
Replikasi Diameter
Formul
rata-rata Kategori
a I II III (mm)
FI 16,4 16,6 16,7 16,5 Kuat
FII 17,7 18,0 17,9 17,8 Kuat
FIII 20,1 20,3 20,5 20,3 Kuat
FIV 0 0 0 0 Tidak ada
K+ 23,9 24,0 24,1 24,0 Sangat
Kuat
Keterangan :
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
FIV : Kontrol negatif
K+ : Gel klindamisin
Propionibacterium acnes
30
25
Replikasi I
20
Milimeter (mm)
Replikasi II
Replikasi III
15 Diameter Rata-rata
10
0
F1 F2 F3 F4 K+
Grafik 3. Hasil Pengamatan Diameter zona hambat sediaan gel anti jerawat
Keterangan :
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
FIV : Kontrol negatif
K+ : Gel klindamisin
b. Staphylococcus epidermidis
Tabel 9. Hasil pengamatan diameter zona hambat sediaan gel anti jerawat
Replikasi Diameter
Formul
rata-rata Kategori
a I II III (mm)
FI 17,3 17,5 17,3 17,3 Kuat
FII 19,5 19,3 19,6 19,4 Kuat
FIII 21,0 21,1 21,2 21,1 Kuat
FIV 0 0 0 0 Tidak ada
Sangat
K+ 25,8 25,8 26,0 25,8
Kuat
Keterangan :
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
FIV : Kontrol negatif
K+ : Gel klindamisin
Staphylococcus epidermidis
30
25
Replikasi I
20
Milimeter (mm)
Replikasi II
Replikasi III
15 Diameter Rata-rata
10
0
F1 F2 F3 F4 K+
Grafik 4. Hasil Pengamatan Diameter zona hambat sediaan gel anti jerawat
Keterangan :
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
FIV : Kontrol negatif
K+ : Gel klindamisin
7. Uji hedonik
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
F1 : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
F2 : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
F3 : Gel anti jerawat konsentrasi 10%
Diagram 1. Uji hedonik parameter bentuk
Keterangan :
F0 : Kontrol negatif
FI : Gel anti jerawat konsentrasi 6 %
FII : Gel anti jerawat konsentrasi 8 %
FIII : Gel anti jerawat konsentrasi 10 %
B. Pembahasan
Pada penelitian ini menggunakan tanaman daun kapuk (Ceiba Pentandra (L.)
Gowa, Sulawesi Selatan. Daun kapuk (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn ) kemudian
dibersihkan lalu dirajang untuk mempermudah proses ekstraksi, daun kapuk (Ceiba
Pentandra (L.) Gaertn ) kemudian dijemur hingga kering tanpa terkena sinar matahari
langsung. Ekstraksi dilakukan dengan cara dingin/maserasi. Proses ekstraksi dengan
teknik maserasi dilakukan degan beberapa kali pengadukan pada suhu ruang.
Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan
bahan alam menjadi rusak atau terurai. Pemilihan pelarut berdasarkan kelarutan dan
Bachmid, 2016).
pelarut dengan sifat kepolaran yang tinggi akan menarik komponen polar, sedangakan
pelarut dengan tingkat kepolaran rendah akan menarik komponen polar nonpolar,
prinsip “like dissolves like” ini lah yang digunakan dalam teknik ekstraksi. Prinsip
“like dissolves like” adalah ungkapan yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana
mekanisme beberapa pelarut bekerja. Ini mengacu pada polaritas pelarut dan zat
Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol dimana etanol
merupakan salah satu jenis pelarut yang tingkat kepolaranya yang tinggi dan umum
digunakan untuk ekstraksi metode dingin. Hal ini pun sesuai dengan penelitian (Mhd
Riza, 2016), pelarut dengan tingkat kepolaran yang tinggi merupakan pelarut yang
cocok baik untuk semua jenis zat aktif (universal) karena disamping menarik senyawa
yang bersifat polar, pelarut polar juga tetap dapat menarik senyawa-senyawa dengan
dengan menggunakan ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba Pentandra (L.) Gaertn).
Uji stabilitas fisik dilakukan untuk melihat kualitas, keamanan dan manfaat
memenuhi spesifik yang diharapkan serta stabil selama penyimpanan. Namun pada
kelompok diantaranya, FI yaitu gel anti jerawat dengan penambahan ekstrak etanol
daun kapuk 6%, FII yaitu gel anti jerawat dengan penambahan ekstrak etanol daun
kapuk 8%, FIII yaitu gel anti jerawat serta dengan penambahan ekstrak etanol daun
Bahan yang digunakan dalam formulasi sediaan gel anti jerawat yaitu,
karbopol, TEA, natrium benzoate, gliserin, dan aquadest. Penggunaan karbopol 940
dalam sediaan ini sebagai bahan pengental yang baik, menghasilkan gel yang bening
serta sifatnya yang stabil dan karbopol 940 juga mampu melawan serangan bakteri
dan jamur sehingga tidak dapat tumbuh. TEA secara umum dapat berperan sebagai
emulsifier,surfaktan dan juga sebagai emulgator. TEA kerap digunakan dalam suatau
produk kosmetik ataupun produk sdiaan topikal. Penambahan TEA dalam formulasi
sediaan gel anti jerawat berfungsi sebagai stabilitas gel. Natrium benzoat digunakan
menjadikan prodak tetap stabil dari mikroorganisme, yang dimana natrium benzoat
sebagai pelembut pada sediaan obat kulit serta menjaga kelembaban kulit. Sedangkan
aquadest dalam sediaan anti jerawat digunakan sebagai pelarut atau pembawa
(Asngad et al., 2018; Baktiman 2014; Luwitono & Darmawan, 2019; Wahyudi et al.,
2018).
Sediaan gel anti jerawat yang telah dibuat kemudian dilakukan evaluasi
berupa beberapa pengujian diantaranya Uji organoleptik, Uji pH, Uji daya sebar,
Homogenitas, Uji viskositas dan pengujian aktivitas antimikroba serta Uji stabilitas
Uji Cycling test dilakukan dengan cara sediaan gel jerawat disimpan pada
suhu (4°C) selama 24 jam dan dilanjutkan dengan menyimpan sediaan pada suhu
(40°C) selama 24 jam (1 siklus). Pengujian dilakukan sebanyak 6 siklus dan diamati
terjadinya perubahan fisik dari sediaan sebelum dan setelah pengujian yang meliputi
organoleptik, pH, homogenitas, daya sebar dan viskositas. Tujuan dilakukan uji
Cycling test untuk mengetahui kestabilan sediaan setelah disimpan pada suhu (40C)
al., 2019).
pengamatan sebelum dan setelah dilakukan Cycling test uji organoleptik sediaan gel
anti jerawat didapatkan hasil seperti pada Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji
Organoleptik sediaan gel anti jerawat, sebelum dilakukan Cycling test dan setelah
signifikanbentuk sediaan. Hal ini sesuai dengan teori menurut Margaretha et al.,
dengan cara pengamatan terhadap bentuk, warna dan bau dari sediaan yang telah
dibuat. Sediaan dinyatakan stabil jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap hasil parameter yang diamati sebelum dan setelah dilakukan Cycling test.
Uji pH sediaan gel anti jerawat pada FI, FII, dan FIV tidak mengalami perubahan
nilai pH yang rentan jauh, akan tetapi pada FIII sebelum dilakukan Cycling test dan
setelah dilakukan Cycling test mengalami perubahan hal ini di pengaruhi adanya
perpindahan dari suhu rendah dan suhu tinggi . Namun perbedaan nilai pH setiap
formulasi tidak melebihi nilai minimun dari pH kulit manusia dan ini menunjukan
bahwa nilai pH formulasi seiaan gel anti jerawat ekstrak etanol daun kapuk aman
untuk digunakan pada kulit manusia. pH yang terlalu asam dapat mengakibatkan
iritasi sedangkan pH yang terlalu basa dapat menyebabkan kulit bersisik. Dari data
uji normalitas pH memiliki nilai p > 0,05, yang artinya data tersebut terdistribusi
secara normal. Berdasarkan uji Paired sample t-test pH memiliki nilai p > 0,05,
bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dari masing-masing formula sebelum dan
setelah dilakukan pengujian Cycling test, yang artinya hasil pada uji pH dapat
gel, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata. Berdasarkan table 5.
Hasil pengamatan Uji homogenitas sediaan gel anti jerawat semua formula (FI-FIV)
dari sebelum Cycling test dan setelah Cycling test menunjukkan susunan yang
homogen yang ditandai dengan tidak terdapat butiran kasar pada gel. Hal ini sesuai
dengan persyaratan homogenitas gel yaitu harus menunjukkan dengan tidak adanya
gel melekat pada kulit dalam waktu tertentu sehingga dapat berfungsi secara
maksimal pada penghantaran obatnya. Pada pengujian daya sebar dapat dilihat pada
tabel 6. Berdasarkan hasil sebelum dan setelah Cycling test dapat menunjukkan
formula sediaan gel memenuhi syarat daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm. Dari data
menunjukkan hasil uji normalitas daya sebar memiliki nilai p > 0,05, yang artinya
data tersebut terdistribusi secara normal. Berdasarkan uji Paired sample t-test daya
sebar memiliki nilai p < 0,05, bahwa memeliki perbedaan bermakna dari masing-
masing formula sebelum dan setelah dilakukan pengujian Cycling test, yang artinya
hasil pada uji daya sebar dapat dikategorikan tidak stabil hal ini dipengaruhi oleh
perpindahan dari suhu tinggi ke suhu yang rendah (Nurdianti & Aji, 2018).
Hasil uji viskositas gel anti jerawat pada Tabel 7. Menunjukan baik kontrol
negatif maupun fomulasi ekstrak daun kapuk tiap formula (F1-F4) diperoleh nilai
viskositas yang baik karena masuk kategori syarat nilai cPs (1000-50000), sehingga
sediaan gel ekstrak daun kapuk stabil selama Cycling test. Dari data hasil evaluasi
normalitas viskositas memiliki nilai p > 0,05, yang artinya data tersebut terdistribusi
secara normal. Berdasarkan uji Paired sample t-test viskositas memiliki nilai p >
0,05, bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dari masing-masing formula sebelum
dan setelah dilakukan pengujian Cycling test, yang artinya hasil pada uji viskositas
basis gel, karena komposisi ekstrak ekstrak daun kapuk menambah kekentalan
Berdasarkan Tabel 8. Hasil pengamatan diameter daya hambat sediaan gel anti
yaitu pada formula I dengan diameter 16,5 mm. Hal tersebut menunjukkan bahwa
formula tersebut memiliki potensi antibakteri kategori kuat. Formula II memiliki zona
hambat 17,8 mm dengan kategori kuat. Formula III memiliki zona hambat 20,3 mm
dengan kategori kuat. Untuk kontrol negatif (formula FIV) tidak memiliki zona
hambat. Sedangkan pada kontrol positif memiliki zona hambat tertinggi yaitu 24,0
dengan diameter 17,3 mm. Hal tersebut menunjukkan bahwa formula tersebut
memiliki potensi antibakteri kategori kuat. Formula II memiliki zona hambat 19,3
mm dengan kategori kuat. Formula III memiliki zona hambat 21,1 mm dengan
kategori kuat. Untuk kontrol negatif (formula FIV) tidak memiliki zona hambat.
Sedangkan pada kontrol positif memiliki zona hambat tertinggi yaitu 25,8 mm
termasuk kedalam kategori sangat kuat. Dari data hasil evaluasi aktivitas bakteri
kemudian dianalisis menggunakan One way ANOVA, dimana data yang diperoleh
yaitu nilai p < 0,05, yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan) pada
masing-masing formula. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan yaitu Post Hoc Tests
antara formula satu dengan formula lainnya. Pada tabel dapat dilihat bahwa FI jika
dibandingkan dengan FII, FIII, FIV dan K+, nilai p < 0,05. Yang artinya terdapat
perbedaan yang bermakna (signifikan) dari formula tersebut. Zona hambat antibakteri
Berdasarkan tabel 10. Hasil pengamatan uji hedonik diperoleh hasil pada
F2 yang paling banyak menyukai warna bentuk, dan aroma. Dapat dilihat pada
diagram 1, 2 dan 3. Pada uji ini diminta pendapat sukarelawan sebanyak 20 orang
responden. Uji hedonik disebut juga uji kesukaan. Dalam uji hedonik, seseorang
diminta tanggapan pribadinya mengenai aroma, warna dan bentuk pada setiap
formulasi terbaik sediaan gel anti jerawat adalah formula ke III dalam menghambat
sediaan sediaan gel anti jerawat ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba pentandra (L.)
Gaertn) adalah formula ke III dengan zona hambat pada bakteri propionibacterium
acnes sebesar 20.2 mm, sedangkan pada staphylococcus epidermidis dengan zona
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Formulasi sediaan Gel Ati Jerawat dari ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba
Pentandra (L.) Gaertn ) dapat dikatakan bahwa memliki stabilitas yang baik.
sediaan Gel Ati Jerawat dari ekstrak etanol daun kapuk (Ceiba Pentandra (L.)
Gaertn ) adalah formula ke III pada bakteri propionibacterium acnes sebesar 20.2
mm, sedangkan pada staphylococcus epidermidis dengan zona hambat 21,1 mm.
B. Saran
belum dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji iritasi, sehingga bisa dijadikan prodak
Afianti, H. P., & Murrukmihadi, M. (2015). Pengaruh Variasi Kadar Gelling Agent
Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Etanolik Kemangi ( Ocimum Basilicum L .
Forma Citratum Back .). Majalah Farmaseutik, 11(2), 307–315.
Apriliani, N., Ardiansyah, A., Siswanti, Undefined, & Sudarmi, S. (2016). Ekstraksi
Daun Kapuk Randu ( Ceiba Pentandra Gaertn) Dengan Pelarut Etanol. 1–7.
Arifin, B., & Ibrahim, S. (2018). Struktur, Bioaktivitas Dan Antioksidan Flavonoid.
Jurnal Zarah, 6(1), 21–29.
Asngad, A., R, A. B., & Nospitasari. (2018). Kualitas Gel Pembersih Tangan
( Handsanitizer ) Dari Ekstrak Batang Pisang Dengan Penambahan Alkohol ,
Triklosan Dan Gliserin Yang Berbeda Dosisnya. 4(2), 61–70.
Borman, I. O., Yusriadi, Y., & Sulastri, E. (2015). Gel Anti Jerawat Ekstrak Daun
Buta-Buta (Excoecaria Agallocha L.) dan Pengujian Antibakteri
Staphylococcus epidermidis. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika Journal Of
Pharmacy) (E-Journal), 1(2), 65–72.
Dahlan., M., Sopiyudin. (2014). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta:
Epidemiologi Indonseia.
Dewi, C. C., & Saptarini, N. M. (2016). Hidroksi Propil Metil Selulosa Dan
Karbomer Serta Sifat Fisikokimianya Sebagai Gelling Agent. Farmaka, 14(3),
1–10.
Diana, P., Nazulis, & Etika, S. B. (2013). Isolasi Dan Karakterisasi Flavonoid Dari
Daun Kapuk ( Ceiba Pentandra L .). 2(2), 96–100.
Estikomah, S. A., Sri, A., Amal, S., & Safaatsih, S. F. (2021). Uji Daya Hambat
Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus , Staphylococcus epidermidis ,
Propionibacterium acnes Gel Semprot Ekstrak Etanol Daun Kersen
( Muntingia Calabura L .) Karbopol 940. 5(1), 36–53.
Farid, N., A, N., Hamzah, S., Yusuf, M., & Rahmania. (2020). Aktivitas Antibakteri
Hand Sanitizer Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Sanctum. L)
Terhadap Escherichia coli dan Streptococcus aureus. Media Kesehatan
Politeknik Kesehatan Makassar, 21(1), 1–9.
Fauziah, S., Sari, N. P., & Farmasi, P. S. (2020). Uji Aktivitas Antioksidan Dan
Penetapan Kadar Flavonoid Total Dari Ekstrak Etanol 70 % Daun Kapuk
Randu ( Ceiba Pentandra ( L .) Geartn ) Dengan Metode. 01(01), 10–16.
Fitriana, Y. A. N., Fatimah, V. A. N., & Fitri, A. S. (2020). Aktivitas Anti Bakteri
Daun Sirih: Uji Ekstrak Khm (Kadar Hambat Minimum) Dan Kbm (Kadar
Bakterisidal Minimum). Sainteks, 16(2), 101–108.
Haryati, N. A., C. Saleh, & Erwin. (2015). Uji Toksisitas Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Merah Tanaman Pucuk Merah (Syzygium Myrtifolium Walp.)
Terhadap Bakteri. Jurnal Kimia Mulawarman, 13(1), 35–40.
Hasan, S., Harris, E., & Suprayudi, M. A. (2013). Evaluasi Kecernaan Pakan,
Kandungan. 8 No.1, 97–107.
Jati, N. K., Prasetya, A. T., & Mursiti, S. (2019). Isolasi, Identifikasi, Dan Uji
Aktivitas Antibakteri Senyawa Alkaloid Pada Daun Pepaya. Jurnal Mipa,
42(1), 1–6.
Lema, E. R., Yusuf, A., & Wahyuni, S. D. (2019). Gambaran Konsep Diri Remaja
Putri Dengan Acne Vulgaris Di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya. Psychiatry Nursing Journal (Jurnal Keperawatan Jiwa), 1(1), 14.
Miratunnisa, Mulqie, L., & Hajar, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Kulit Kentang (Solanum Tuberosum L.) Terhadap Propionibacterium.
Prosiding Penelitian Spesia Unisba, 513.
Mhd Riza, Marjoni (2016). Dasar-Dasar Fitokimia. Jakarta: Cv Trans Info Media.
Nurdianti, L., & Aji, N. (2018). Evaluasi Sediaan Emulgel Anti Jerawat Tea Tree
( Melaleuca Alternifolia ) Oil Dengan Menggunakan Hpmc Sebagai Gelling
Agent. 1, 23–31.
Nurjanah, S., Rokiban, A., & Irawan, E. (2018). Ekstrak Umbi Rumput Teki
(Cyperus Rotundus) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus
Epidermidis Dan Propionibacterium Acnes. Biosfer: Jurnal Tadris Biologi,
9(2), 165–175.
Pertiwi, D. V., Ikhsanudin, A., Ningsih, A. K., & Sugihartini, N. (2017). Formulasi
Dan Karakterisasi Sediaan Hidrogel Minyak Cengkeh ( Syzygium
Aromaticum ) Berbasis Kitosan Formulation And Characterization Chitosan
Based Hydrogel Of Clove Oil ( Syzygium Aromaticum ). 14 No.1, 17–28.
Prasanty, A. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun Randu (Ceiba
Pentandra, Gaertn.) Terhadap Staphylococcus Epidermidis dan Shigella
Dysentriae.
Rollando. (2019). Senyawa Antibakteri Dari Fungi Endofit. Malang: Seribu Bintang.
Rosidah, M. S., Lambui, O., & Suwastika, I. N. (2018). Ekstrak Daun Tumbuhan
Macaranga Tanarius ( L .) M . A Menghambat Laju Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus Epidermidis Leaf Extract Of Macaranga Tanarius ( L .) M . A
Inhibit The Growth Rate Of Staphylococcus Epidermidis. 7(1), 64–70.
Sa`Adah, H., Supomo, S., & Musaenah, M. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Air
Kulit Bawang Merah (Allium Cepa L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium
Acnes. Jurnal Riset Kefarmasian Indonesia, 2(2), 80–88.
Setiawan, A. F., Wijono, W., & Sunaryo, S. (2013). Sistem Cerdas Penghitung Sel
Kulit Mati Manusia Dengan Metode Improved Counting Morphology. Jurnal
Eeccis, 7(1), 28–34.
Sudarmi, K., Darmayasa, I. B. G., & Muksin, I. K. (2017). Uji Fitokimia Dan Daya
Hambat Ekstrak Daun Juwet (Syzygium Cumini) Terhadap Pertumbuhan
Escherichia Coli Dan Staphylococcus Aureus Atcc. Simbiosis Journal Of
Biological Sciences, 5(2), 47.
Sukartiningsih, Y. N. N. T., Edi, H. J., & Siampa, J. P. (2019). Formulasi Sediaan Gel
Ekstrak Etanol Daun Kaliandra (Calliandra Surinamensis Benth) Sebagai
Antibakteri. Pharmacon, 8(4), 801.
Sumanik, R. A., Papilaya, P. M., & Rumahlatu, D. (2017). Terhadap Mutu Minuman
Sari Buah Gandaria ( Bouea Macrophylla Griff ) Berkarbonasi. Biopendix,
4(1), 22–28.
Susanty, S., & Bachmid, F. (2016). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays L.).
Jurnal Konversi, 5(2), 87.
Syafriana, V., & Rusyita, R. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Sirih Merah ( Piper Crocatum ) Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium
Acnes Antibacterial Activity Of Ethanol Extract From Pipe R Crocatum
Leaves Against Propionibacterium Acnes. Sainstech Farma Vol, 10(2), 9–11.
Veronita, F., Wijayati, N., & Mursiti, S. (2017). Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri
Daun Binahong Serta Aplikasinya Sebagai Hand Sanitizer. Indonesian
Journal Of Chemical Science, 6(2), 138–144.
Wahyudi, N. T., Ilham, F. F., Kurniawan, I., & Sanjaya, A. S. (2018). Rancangan
Alat Distilasi Untuk Menghasilkan Kondensat Dengan Metode Distilasi Satu
Tingkat. Jurnal Chemurgy, 1(2), 30.
Wasiaturrahmah, Y., & Jannah, R. (2018). Formulasi dan Uji Sifat Fisik Gel Hand
Sanitizer Dari Ekstrak Daun Salam ( Syzygium Polyanthum ) Formulation
And Physical Properties Test Of Hand Sanitizer Gel From Bay Leaf Extract
( Syzygium Polyanthum ). 2(2), 87–94.
Yulianti, R., Nugraha, D. A., & Nurdianti, L. (2015). Formulasi Sediaan Sabun
Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Aristatus (Bl) Miq.).
Kartika Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(2), 1–11.
Yunikasari. (2016). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Daun Alpukat ( Persea
Americana Mill .) Terhadap Pertumbuhan Bakteri staphylococcus
epidermidis. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi Ii, 2, 106–112.
Zahrah, H., Mustika, A., & Debora, K. (2019). Aktivitas Antibakteri Dan Perubahan
Morfologi Dari Propionibacterium Acnes Setelah Pemberian Ekstrak
Curcuma Xanthorrhiza. Jurnal Biosains Pascasarjana, 20(3), 160.
Lampiran 1
1. Di sortasi basah
2. Di sortasi kering
3. Di serbukkan
4. Di ekstraksi dengan pelarut etanol
96% dengan metode maserasi
Di ekstraksi dengan
pelarut etanol 96%
dengan metode maserasi
Di Rotary
evaporator
Ekstrak kental
Formulasi sediaan gel anti
jerawat ekstrak daun kapuk
Uji hedonik
Sterilisasi alat
Pembuatan medium NA
F2 F3 F5
F1
F4
Ket:
F1 : Konsentrasi 6 %
F2 : Konsentrasi 8 %
Uji Aktivitas Antibakteri
F3 : Konsentrasi 10%
F4 : Kontrol Positif
(Clindamycin)
F5 : Kontrol Negatif
Inkubasi 1x24 jam
Lampiran
Pengamatan dan pengukuran diameter2 zona hambat
Tabel 10. Hasil Tes pH Normalitas data dan stabilitas analisis sediaan gel anti jerawat
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pH sebelum cycling test .164 4 . .987 4 .940
pH setelah cycling test .220 4 . .980 4 .900
T-Test
Tabel 11. Hasil Tes Uji daya sebar Normalitas data dan stabilitas analisis sediaan gel
anti jerawat
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Daya sebar sebelum .250 4 . .945 4 .683
cycling test
Daya sebar setelah cycling .382 4 . .801 4 .103
test
Ket. Jika Sig > 0,05 maka data terdistribusi normal.
Tabel 12. Hasil Tes Uji Viskositas Normalitas data dan stabilitas analisis sediaan gel
anti jerawat
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Viskositas sebelum cycling .343 4 . .771 4 .060
test
Viskositas setelah cycling .373 4 . .793 4 .090
test
Ket. Jika Sig > 0,05 maka data terdistribusi normal.
T-Test
Tabel 13. Hasil Tes Uji Aktivitas bakteri Propionibacterium acnes Normalitas data
dan pengujian one way ANOVA sediaan gel anti jerawat
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Zona Hambat .215 12 .130 .859 12 .048
Propionibacterium acnes
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Zona Hambat Based on Mean .357 3 8 .786
Propionibacterium acnes Based on Median .242 3 8 .864
Based on Median and .242 3 6.914 .864
with adjusted df
Based on trimmed mean .349 3 8 .791
ANOVA
Zona Hambat Propionibacterium acnes
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 96.083 3 32.028 1325.287 .000
Within Groups .193 8 .024
Total 96.277 11
Ket. Jika Sig < 0,05 maka diartikan terdapat perbedaan yang bermakna (signifikan)
pada tiap data.
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Zona Hambat Propionibacterium acnes
Bonferroni
Mean 95% Confidence Interval
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Formula I Formula II -1.3000* .1269 .000 -1.742 -.858
Formula III -3.7333* .1269 .000 -4.175 -3.292
Kontrol + -7.4333*
.1269 .000 -7.875 -6.992
Formula II Formula I 1.3000 *
.1269 .000 .858 1.742
Formula III -2.4333* .1269 .000 -2.875 -1.992
Kontrol + -6.1333* .1269 .000 -6.575 -5.692
Formula III Formula I 3.7333* .1269 .000 3.292 4.175
Formula II 2.4333 *
.1269 .000 1.992 2.875
Kontrol + -3.7000 *
.1269 .000 -4.142 -3.258
Kontrol + Formula I 7.4333* .1269 .000 6.992 7.875
Formula II 6.1333* .1269 .000 5.692 6.575
Formula III 3.7000 *
.1269 .000 3.258 4.142
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 3. Perhitungan Bahan
g
×v
100
Keterangan :
g = konsentrasi bahan
v = volume
6
×100=6 gram
100
8
×100=8gram
100
10
×100=5gram
100
2. Karbopol 940
0,5
×100=0,5gram
100
3. Trietanolamin (TEA)
0,5
×100=0,5gram
100
4. Natrium benzoate
0,1
×100=0,1gram
100
5. Gliserin
10
×100=10gram
100
6. Aquadest
= 100 – (0,5+0,5+0,1+10)
= 100 – 11,1
= 88,9 ml
Lampiran 4. Gambar
1. Proses Ekstraksi
Gambar 10. Siapkan Alat dan Bahan Gambar 11. Proses Pembuatan
)
Gambar 13. Pengujian pH sediaan gel Daun kapuk (Ceiba pentandra (L.) Gaertn)
Gambar 13. Pengujian Homogenitas sediaan gel daun Nilam (Pogostemon cablin
Benth.)
Gambar 14. Pengujian Daya sebar sediaan gel daun Nilam (Pogostemon cablin
Benth.)
Gambar 15. Pengujian Viskositas sediaan gel daun Nilam (Pogostemon cablin
Benth.)
Gambar 16. Pengujian Hedonik sediaan gel daun Nilam (Pogostemon cablin Benth.)