i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merawat kulit wajah merupakan suatu aktivitas yang umum dilakukan
oleh setiap manusia, dikarenakan selain simbol dari identitas juga merupakan
dambaan setiap orang untuk mempunyai kulit wajah yang sehat. Kulit menjadi
salah satu organ terbesar yang menutupi hampir seluruh permukaan tubuh. Salah
satu masalah kulit yang umum terjadi adalah munculnya jerawat pada wajah dan
penuaan dini karena perilaku yang kurang sehat. Jerawat disebabkan karena
kelenjar minyak kulit yang terlalu aktif, akibatnya pori-pori akan tersumbat
dengan timbunan minyak yang berlebihan. Apabila timbunan tersebut bercampur
dengan keringat, debu dan kotoran lain, menyebabkan timbulnya timbunan
minyak yang disertai dengan bintik hitam yang kemudian disebut komedo
(Wardani, dkk., 2020). Jika komedo tersebut terinfeksi dengan bakteri, maka
menyebabkan peradangan dengan ukuran yang bervariasi yang dikenal dengan
istilah jerawat (Saraswati, 2015). Peradangan tersebut disebabkan oleh beberapa
bakteri seperti Propionibacterium acnes (Putri, Dkk., 2019), Staphylococcus
epidermis, dan Staphylococcus aureus (Ardhany, Dkk., 2019)
Propionibacterium acnes (Cutibacterium acnes) merupakan bakteri gram
positif yang membantu dalam proses pembentukan jerawat. Cutibacterium acnes
mengeluarkan enzim hidrolitik yang mampu membuat kerusakan pada saluran
pilosebasea dan menghasilkan lipase, hialuronidase, protease, lesitinase, dan
neurimidase yang berperan penting dalam peradangan (Hafsari, dkk., 2015).
Jerawat tidak mengancam untuk kehidupan, tetapi dapat menyebabkan masalah
serius terhadap kondisi psikologis dan kehidupan sosial penderita di masa depan.
Berdasarkan penelitian terhadap 317 responden yang mengalami masalah jerawat,
sebanyak 48,6% diantaranya merasa dirinya stres, 19,4% takut untuk berfoto, 22%
takut untuk bertemu seseorang pertama kalinya, dan 8,5% takut untuk bertemu
kolega (Nurjanah, dkk., 2018). Penelitian lain menyebutkan bahwa 75-80% orang
dewasa pernah mengalami masalah jerawat pada kulit wajah mereka, terutama
pada usia remaja. Lesi jerawat sering berubah menjadi kronis dan dapat
meninggalkan bekas parut di wajah yang mengakibatkan gangguan estetika dan
psikologis. Masalah psikologis dipandang cukup serius, dikarenakan hal tersebut
menyangkut penampilan seseorang sehingga dapat mengakibatkan kegelisahan
hingga depresi (Herslambang, dkk., 2015).
Salah satu cara untuk mengobati jerawat adalah dengan menghambat
jumlah bakteri Propionibacterium acnes melalui pemberian agen antibakteri alami
seperti senyawa fenolik. Senyawa fenolik dari suatu tanaman diketahui dapat
menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif dan senyawa ini
banyak ditemui di beberapa bagian tumbuhan, termasuk dalam biji mangga
(Aritonang, dkk., 2013).
Biji mangga selama ini hanya dianggap sebagai limbah, ketika sudah
musim panen mangga, banyak biji-biji mangga yang tidak dimanfaatkan.
2
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa biji mangga menjadi sumber yang
kaya akan senyawa fenolik dan antioksidan yang berbeda (Lim, dkk., 2019).
Senyawa fenolik yang terkandung dalam biji mangga meliputi katekin, kuersetin,
kaempferol, fisetin, kuersitrin, rutin, vanillin, asam galat, asam sinamat, asam
kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, asam elagik, mangiferin, dan kumarin
(Perdana, 2018). Biji mangga memiliki manfaat sebagai pengontrol diabetes
hingga dapat mencegah kanker. Selain itu, kandungan vitamin C dan E sangat
bermanfaat bagi kesehatan kulit, kandungan tersebut merupakan antioksidan yang
berfungsi melindungi sel kulit dari kerusakan. Biji kernel merupakan limbah
agroindustri dengan lebih dari satu juta ton diolah sebagai limbah setiap tahunnya
(Awolu, dkk., 2018), sehingga pemanfaatan biji mangga bisa menjadi salah satu
cara dalam mengurangi limbah tersebut.
Saat ini identifikasi senyawa fenolik pada biji mangga dan potensinya
terhadap antijerawat melalui pendekatan virtual prediction masih belum banyak
dilakukan. Hal ini menjadi penting sebagai langkah awal dalam meminimalisir
kegagalan yang terjadi ketika tahap uji klinis. Melihat kandungan dalam biji
mangga yang mengandung banyak senyawa yang bermanfaat juga limbah yang
belum teroptimalisasi dengan baik, maka peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh Senyawa Fenolik Pada Biji Mangga
(Mangifera indica. L) Terhadap Catecholamine Penyebab Jerawat Secara
Virtual Prediction.
1.2 Tujuan Khusus Penelitian
Adapun tujuan dari adanya program ini adalah menganalisis interaksi
senyawa fenolik pada biji mangga terhadap reseptor catecholamine pada bakteri
Cutibacterium acnes sebagai agen penjaga kesehatan kulit berdasarkan Virtual
prediction.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam program ini yaitu
1. Menambah referensi dalam pengobatan jerawat dengan menggunakan
senyawa fenolik
2. Menjadi basis penelitian sejenis dalam pemanfaatan senyawa fenolik pada
biji mangga untuk kesehatan kulit
1.4 Keutamaan Penelitian
Keutamaan dalam penelitian ini adalah mengkaji model desain senyawa
fenolik dalam biji mangga sebagai respon antibakteri pada Cutibacterium acnes
melalui metode prediksi virtual.
1.5 Temuan Yang Ditargetkan
Temuan yang ditargetkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Hasil analisa dapat digunakan sebagai bahan studi sebagai langkah awal
uji coba senyawa fenolik dalam biji mangga untuk pengobatan herbal pada
penyakit wajah, khususnya penyakit jerawat
3
Discovery Studio,
Instalasi Aplikasi
Pymol, Chimera, PyRx
Pengunduhan Ligan,
Preparasi Ligan Penggantian format
DAFTAR PUSTAKA
Ardhany, S.D., Puspitasari, Y., Meydawati, Y., dan Novaryatiin, S. 2019.
Formulasi Sediaan Krim Anti Acne dan Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Bawang
Dayak (Euleutrine bulbosa (Mill.) Urb) Terhadap Propionibacterium acnes.
Jurnal Sains dan Kesehatan. 2(2):121-126.
Aritonang, S. N., Nofita, T., 2013. Pengaruh Ekstrak Biji Mangga ( Mangifera
indica ) Sebagai Antioksidan Terhadap Cita Rasa Dan Daya Simpan Bakso (
10