ELISABETH
15.01.181
PENDAHULUAN
dada dan punggung yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit
terlalu aktif sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak
yang berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan
hitam diatasnya yang disebut komedo. Jika pada komedo itu terdapat
yang ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar
1
dapat bereaksi dengan sebum sehingga meningkatkan proses inflamasi
(Laianto, 2014).
Sampai saat ini belum ada cara penyembuhan yang tuntas terhadap
sp. var. Biak). Tumbuhan sampare merupakan salah satu tumbuhan dari
tumbuh liar di daerah beriklim hutan hujan tropis, mulai dari dataran
sel bakteri, merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki kembali dan
Pada penelitian ini ekstrak etanol daun sampare dibuat dalam bentuk
sediaan gel anti jerawat karena bentuk sediaan gel lebih baik digunakan
pada pengobatan jerawat, karena sediaan gel dengan pelarut yang polar
obat dengan baik ke dalam kulit, hal ini dapat menyebabkan jerawat
menjadi cepat kering (Sasanti dkk, 2006 dan Pelen dkk, 2016).
acnes ?
acnes.
sediaan gel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Gambar 1. Tumbuhan sampare (Glochidion sp.
Var. Biak)
Genus : Glochidion
Species : Glochidion sp
5 bagian, ukuran diameter 1-1,5 cm, berwarna hijau sewaktu masih muda
5
dan kalau sudah tua berwarna kehitaman. Biji kecil berwarna hitam,
dihutan hujan tropis dengan habitat tanah yang agak kering, ditanah
didaerah tropis, banyak tumbuh didaerah Biak Papua mulai dari dataran
saponin dan kuinon tetapi tidak dijumpai adanya triterpenoid dan steroid
antara gugus basa dari alkaloid dengan senyawa asam amino yang
menyusun dinding sel sehingga tidak terbentuk lapisan dinding sel bakteri
darah dan dapat digunakan sebagai racun ikan. Selain itu, flavonoid juga
bakteri gram positif dan gram negatif (Cowan, 1999). Mekanisme flavonoid
mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka. Senyawa
akhirnya dapat menyebabkan membran sel rapuh dan lisis (Yani, 2004).
bersifat polar dan menurut Sapara (2016) mekanisme kerja tanin yaitu
menyebabkan lisis pada bakteri karena memiliki target pada dinding sel
polipeptida sehingga dinding sel tidak terbentuk sempurna dan tanin
II.2 Simplisia
atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu
1. Sortasi Basah
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti
tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta kotoran
2. Pencucian
bersih misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, sebaiknya
3. Perajangan
denga pisau, dengan alat perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
mudah menguap.
4. Pengeringan
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
pengering.
5. Sortasi Kering
II.3 Ekstrak
pelarut yang sesuai, kemudian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
industri (Agoes, 2007). Metode ini dilakukan dengan cara merendam
ditambahkan 7,5 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan selama 3-5
hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 3-5 hari cairan penyari disaring ke dalam wadah
sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Genus : Propionibacterium
bakteri ini berbentuk batang dan dapat hidup diudara serta menghasilkan
saat ini masih terus dikembangkan. Salah satu solusi mengatasi jerawat
fakultatif, tumbuh dipori yang kecil dan berkembang biak relatif lambat (18-
bakteri ini pada media agar berwarna kuning muda sampai merah muda
dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid
kulit dan asam lemak ini dapat mengakibatkan inflamasi pada jaringan
jerawat. Bakteri ini tipikal bakteri anaerob gram positif yang toleran
terhadap udara, genome dari bakteri ini telah dirangkai dan sebuah
pada pewarnaan gram positif serta bakteri ini dapat tumbuh diudara dan
dada dan punggung yang muncul pada saat kelenjar minyak pada kulit
terlalu aktiv sehingga pori-pori kulit akan tersumbat oleh timbunan lemak
yang berlebihan. Jika timbunan itu bercampur dengan keringat, debu dan
hitam diatasnya yang disebut komedo. Jika pada komedo itu terdapat
yang ukurannya bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar
(Laianto, 2014).
Ada 3 tipe jenis jerawat yang sering dijumpai yaitu (Dewi, 2009) :
1. Komedo
Jerawat ini disebabkan sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang
Jenis jerawat klasik ini mudah dikenal yaitu terdapat tonjolan kecil
berwarna pink atau kemerahan, hal ini terjadi karena pori-pori yang
make-up dan jari tangan. Stress, hormone dan udara yang lembab dapat
minyak sehingga pertumbuhan sel-sel kulit tidak normal dan tidak dapat
dengan dua metode, yaitu metode difusi dan metode dilusi. Pada metode
difusi termasuk didalamnya metode disk diffusion (tes Kirby dan Baur), E-
metode dilusi termasuk didalamnya metode dilusi cair dan dilusi padat
(Pratiwi, 2008).
1. Metode disk diffusion (tes Kirby dan Baur) menggunakan piringan yang
media agar.
3. Metode ditch-plate technique, pada metode ini sampel uji berupa agen
memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara
dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan
1. Metode difusi cair / broth dilution test (serial diution), metode ini
2. Metode dilusi padat (Solid dilution test), metode ini serupa dengan
hambat berupa zona bening disekeliling kertas cakram dan bagian yang
dihitung jangka sorong adalah diameter dari zona hambat yang terbentuk
II.8 Kulit
Kulit adalah bagian tubuh yang terletak paling luar, dan merupakan
merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin dari
elastis dan sensitif, serta bervariasi tergantung pada keadaan iklim, umur,
dan elastisitas kulit juga bervariasi. Kulit yang elastis dan longgar terdapat
pada kelopak mata dan bibir, sedangkan yang tebal dan tegang terdapat
pada telapak kaki. Kulit yang kasar terdapat pada skrotum (kantong buah
zakar) dan labia mayor (bibir kemaluan besar), sedangkan kulit yang halus
2015).
Secara garis besar kulit terbagi atas tiga lapisan utama yaitu :
a. Epidermis
luar dan terdiri dari beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak
eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas ditelapak tangan dan kaki.
4. Stratum spinosum (stratum malphigi atau sel duri) terdiri atas beberapa
epidermis yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengalami mitosis dan
berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel-sel
dan besar, dihubungkan satu dengan lain oleh jembatang antar sel dan
b. Dermis
Dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari
pada epidermis. Lapisan ini terbentuk oleh lapisan elastis dan fibrosa
padat dengan elemen selular, kelenjar dan folikel rambut. Secara garis
(Amirlak, 2015).
c. Subkutan
yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Pembuluh darah subkutan berasal
kontak yang dekat seperti tulang, otot, fascia, syaraf, dan lemak.
kutaneus lainnya untuk membentuk jaringan kutaneus pada kulit. Hal ini
II.9 Gel
dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil
atau molekul organik yang besar dan saling diserapi cairan (Ansel, 2008).
karena sediaan gel dengan pelarut yang polar lebih mudah dibersihkan
2016).
cairan biologis namun tidak larut karena adanya ikatan silang. Sesuai
adalah untuk pembalut luka. Hal ini didasarkan pada sifat fisik dari
1992). Hidrogel cocok untuk penerapan pada kulit dengan fungsi kelenjar
tembus pandang yang elastis dengan daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori kulit dan mudah dicuci dengan air (Voight, 1994).
tidak boleh terlalu encer dan konsentrasi yang terlalu tinggi dari bahan
1. Swelling
gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan
3. Suhu
terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan kental. Pada
4. Efek elektrolit
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitro
6. Rheologi
(Lieberman, 1996)
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk zat aktiv dapat berpenetrasi.
2. Kadar air dalam gel tinggi. Jumlah air yang banyak dalam gel akan
1. Carbopol 940
akrilat yang disambung silang dengan allyl sukrosa atau allyl eter dari
serbuk putih, memiliki tekstur seperti bulu, halus, bersifat asam, bubuk
higroskopis dengan sedikit bau yang khas. Dapat mengembang dalam air,
gliserin dan setelah dinetralkan. Carbopol bersifat tidak larut tetapi dapat
(Rowe, 2009).
yang dihasilkan menjadi semakin kental dan terjadi pembentukan gel yang
mengakibatkan pelepasan obat dari gel menjadi lebih sulit (Yen et al,
2015).
sediaan) yang dapat memodifikasi sifat alir dan viskositas serta dapat
sebagai gelling agent yang baik adalah antara kisaran 0,5% - 2% dan
mulai stabil pada pH 6 – 11. Penggunaan wadah gelas, plastik dan resin-
2. Propilenglikol
tidak berbau dengan rasa manis dan sedikit tajam yang menyerupai
maupun non parenteral. Propilenglikol adalah pelarut umum yang baik dari
(Rowe, 2009).
mengabsorbsi lembab dari lingkungan atau mencegah air dalam gel dan
mempertahankan kelembapan kulit sehingga kulit tidak kering.
3. Trietanolamin (TEA)
garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Trietanolamin
dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya
4. DMDM Hydantoin
spektrum luas, efektif untuk fungi, kapang serta bakteri gram positif dan
yang luas dan kondisi temperatur (Ann Liebert, 1989; Nurdianti, 2018).
5. Air suling (Aquadest)
Air suling (Aquadest) adalah air murni yang diperoleh dengan cara
pertukaran ion, osmosis terbalik atau dengan cara yang sesuai. Air murni
Air suling berupa cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan
(dekomposisi dalam keberadaan air atau uap air) pada suhu tinggi,
bereaksi dengan logam alkali dan oksidannya seperti kalsium oksida dan
METODE PENELITIAN
laboratorium.
1. Alat
coklat, cotton but steril, cawan petri, cawan porselin, jangka sorong,
32
2. Bahan
1. Penyiapan simplisia
serbuk simplisia.
2. Ekstraksi
maserasi kembali dengan cara yang sama dan filtrat yang telah
didapatkan digabung kemudian diuapkan dengan alat rotary evaporator
Propionibacterium acnes
1. Sterilisasi alat
dengan suhu 121°C selama 15 menit, kemudian untuk alat-alat non skala
bunsen.
hingga homogen dan diatur pH medium yang berkisar antara 6,8 - 7,2
3. Peremajaan bakteri
tabung reaksi yang telah disterilisasi kemudian tabung reaksi yang telah
4. Suspensi bakteri
0,1 gram dan 7% sebanyak 0,14 gram. Kemudian ekstrak yang telah
steril.
masing konsentrasi uji (3%, 5%, 7%, kontrol negativ yaitu DMSO) dan
dalam keadaan posisi terbalik pada suhu 37°C selama 24 jam. Diamater
Biak)
Formula (F)
Bahan F1 F2 F3 Kegunaan
hingga suhu 70°C membentuk cairan kental bening dan didiamkan 1x24
dengan alat climatic chamber pada suhu 5°C dan 35°C selama 24 jam
2. Uji organoleptik
warna dan bau yang dilakukan secara visual sebelum dan sesudah
3. Uji homogenitas
pada objek glass atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus
4. Uji pH
5. Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan sebelum dan sesudah kondisi
tekan dengan beban 250 gram selama 5 menit. Kemudian beban diangkat
dan ditarik dengan beban lainnya, setelah itu dicatat waktu hingga kedua
diletakkan diatas kaca objek ditutup dengan kaca objek lainnya kemudian
Yeniati, 2019).
sorong.
acnes
BAB IV
PEMBAHASAN
yang luas mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar. Metode
sebanyak 500 gram dengan metode maserasi adalah 13,52 gram dengan
rendemen yang dihasilkan maka semakin banyak nilai ekstrak yang akan
didapatkan.
sprektum sempit yang dimaksudkan agar antibiotik ini dapat fokus pada
41
dipilih sebagai bakteri uji karena sering ditemukan pada kulit manusia
daya hambat pada konsentrasi 3%, 5% dan 7% memiliki hasil yang tidak
positif dan gram negatif (Juliantina, 2008; Cowan, 1999; Octaviani dan
2016).
Robinson, 1995).
fisik dari sediaan gel tersebut. Ekstrak daun sampare dibuat dalam
sediaan gel dengan variasi carbopol 940 untuk mengetahui formula gel
antibakteri ekstrak daun sampare yang stabil dan memiliki daya hambat
39.400 cPs (Rowe, 2006). Semakin besar viskositas gel maka akan
viskositas gel, daya lekat, menurunkan daya sebar gel dan semakin besar
viskositas gel maka pelepasan obat akan semakin lambat. Ekstrak daun
daya lekat.
pada tabel 2.
Sebelum Sesudah
Formula Keterangan penyimpanan penyimpanan
dipercepat dipercepat
F1 Bau Khas Khas
Bentuk Semi padat Semi padat
Warna Cokelat Cokelat
F2 Bau Khas Khas
Bentuk Semi padat Semi padat
Warna Cokelat Cokelat
F3 Bau Khas Khas
Bentuk Semi padat Semi padat
Warna Cokelat Cokelat
Keterangan tabel: F1 (konsentrasi gelling agent carbopol 1,5%)
F2 (konsentrasi gelling agent carbopol 2%)
F3 (konsentrasi gelling agent carbopol 3%)
Formula Homogenitas
Sebelum penyimpanaan Sesudah penyimpanaan
dipercepat dipercepat
F1 Homogen Homogen
F2 Homogen Homogen
F3 Homogen Homogen
Keterangan tabel: F1 (konsentrasi gelling agent carbopol 1,5%)
F2 (konsentrasi gelling agent carbopol 2%)
F3 (konsentrasi gelling agent carbopol 3%)
tetap homogen, tidak terdapat partikel padat yang terdapat didalam gel
serta tidak terdapat pembentukan gel yang masih menggumpal atau tidak
tabel 4.
oleh lingkungan seperti gas-gas udara yang bersifat asam yang masuk
pengaruh CO2 karena CO2 bereaksi denga fasa air sehingga menjadi asam
diterima oleh kulit yaitu memiliki kisaran pH 4,5-6,5 karena jika gel berada
sedangkan jika gel memiliki pH basa maka akan membuat kulit menjadi
kedap dapat menyebabkan gel menyerap uap air dari luar sehingga
menambah volume air dalam gel serta semakin lama proses penyimpanan
sehingga kekentalannya lebih besar dari sediaan gel F1 dan sediaan gel
disimpulkan bahwa nilai viskositas yang diperoleh tidak ada yang masuk
dalam kisaran yang ditentukan karena menurut SNI (1996) nilai viskositas
sediaan gel yang baik ada pada rentang 3.000-50.000 cPs (Pratiwi, 2016).
Selanjutnya dilakukan uji daya sebar sediaan gel yang dapat dilihat
pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil pengujian daya sebar
yang mempengaruhi daya sebar gel adalah jumlah dan kekuatan matriks
gel dimana semakin banyak dan kuat matriks gel maka daya sebar akan
viskositas gel karena nilai viskositas berbanding terbalik dengan nilai daya
sebar (Riski, 2016). Dalam sistem gel yang bertanggung jawab terhadap
Oleh karena itu faktor dominan yang menentukan respon daya sebar
tersebut tidak ada yang memenuhi kisaran yang di tentukan, daya sebar
gel yang baik berada paada rentang 5-7 cm hal ini juga dapat dipengaruhi
Selanjutnya dilakukan uji daya lekat sediaan gel yang dapat dilihat
pada tabel 7.
dipengaruhi oleh basis dan komponen lain dalam sediaan serta suhu,
(Riski, 2016). Hasil yang diperoleh pada pengujian ini tidak stabil karena
tidak memasuki rentang daya lekat yang telah ditetapkan yaitu 2,00-3,00
negatif yang digunakan berupa basis tanpa ekstrak dan kontrol positif
berupa sediaan gel anti jerawat yang beredar dipasaran yaitu Medi-klin
dalam bentuk sediaan gel. Pada grafik diatas menunjukkan bahwa formula
gel yang stabil dan memiliki zona hambat tertinggi setelah kontrol positif
yaitu gel F1 dengan konsentrasi carbopol 1,5% dengan nilai 15,0 mm,
disekitar sumuran. Hal ini menunjukkan bahwa daya hambat ekstrak daun
sumuran dengan volume yang digunakan lebih banyak dan lebih kental
sediaan lebih besar dibandingkan dengan zona hambat pada uji aktivitas
adalah difusi dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi difusi
adalah kekentalan.
carbopol sebagai gelling agent yang digunakan maka semakin tinggi zona
sebagai gelling agent yang digunakan maka semakin rendah zona hambat
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
paling besar dari ketiga formula yaitu F1 dengan daya hambat 15,0
mm.
V.2 Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. ITB Press : Bandung.
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella thypymurium Terhadap Ekstrak
Daun Psidium guajava L. Jurnal Bioscientiae
Amirlak, B. (2015, July 18). Skin Anatomy: Overview, Epidermis, Dermis.
Diambil kembali dari Medscape:
http://emedicine.medscape.com/article/1294744- overview
Anggita, A., Fakhrurrazi., Harris, A., 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Putri Malu (Mimosa pudica) Terhadap Bakteri
Pseudomonas aeruginosa. Jimver E-ISSN, 2540-9492
Anggraini, D., Rahmawati, N dan Hafsah, S. 2013. Formulasi Gel
Antijeraawat Dari Ekstrak Etil Asetat Gambir. Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Riau, Pekanbaru. Jurnal Penelitian Farmasi Indinesia.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Depkes RI : Jakarta
Anonim. 2001. British Pharmacopeia. Published on The Recommendation
of The Medicine Commision. The Stasioner Office. London.
Ansel, H. C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI Press: Jakarta
Ansel, H. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa
Ibrahim, F. Jakarta: UI Press.
Astuti dan Hartono. 2017. Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel
Antiseptic Tangan Minyakatsiri Bunga Lavender (Lavandula
angudtifolia miller). Jurnal Farmaka Fakultas Farmasi. Universitas Al
Ghifari: Bandung.
Barile, E., G. Bonanomi, V. Antignani, B. Zolfaghari, S.E. Sajjadi, F. Scala,
and V. Lanzotti, 2006, Saponins from Allium minutiflorum with
Antifungal Activity, Phytochemistry.
Betageri G., Prabhu S. 2002. Semisolid Preparation, dalam Swarbick, J.
And Boylan, J.C., (Eds.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology,
2nd Ed. New York: Marcel Dekker
Budyantara, R. 2010. Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Bakar
Antara Pemberian Madu Dan Klindamicin Secara Topical Pada Tikus
Putih (Rattus novergicus). Skripsi, Lampung: Universitas Lampung.
Chrystomo L.Y., I.M. Budi, A.K. Karim dan A. Pongtiku. 2014. Studi
etnofaarmasi penggunaan tumbuhan obat Glochidion sp. untuk
mengobati penyakit malaria oleh masyarakat lokal Biak. Prosiding
54
Seminar Nasional Biologi Indonesia, Jurusan Biologi, FMIPA,
Universitas Cenderawasih : Jayapura.
Chrystomo L.Y., I.M. Budi, A.K. Karim dan A. Pongtiku. 2015. Observasi
klinik penggunaan tumbuhan obat Glochdion sp dalam bentuk teh
celup untuk menyembuhkan penyakit malaria oleh masyarakat Papua.
Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI) Ke-
23, Universitas Cenderawasih : Jayapura.
Chrystomo, L.Y., A.K. Karim, N.N. Artantri, S. Dwa, Y. Wona dan A.
Pongtiku. 2016. Tumbuhan obat tradisional Papua berdasarkan
kearifan lokal masyarakat. Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Sentra
Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T).
Penerbit Nulisbuku Jendela Dunia.
Cowan, M.M., 1999, Plant Product as Antimicrobial Agents, J.
Microbiology Reviews.
Departemen Kesehatan. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes RI:
Jakarta.
Dewi, S.A. 2009. Cara Ampuh Mengobati Jerawat. Buana pustaka.
Jakarta
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Depkes RI:
Jakarta
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia ed IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Djajadisastra, Mun’im, A., dan Dessy, N.P. 2009. Formulasi Gel Topikal
Dari Ekstrak Nerii Folium Dalam Sediaan Anti Jerawat. Jurnal Farmasi
Indonesia Vol. IV NO. IV. Universitas Indonesia Fakultas MIPA.
Djuanda, Adhi. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Gunawan D dan Mulyani S.2004. Ilmu Obat Alam Farmakognosi Jilid I
Penebar Swadaya : Jakarta.
Graham, R., Brown, 2005. Lecture Notes Dermatologi, diterjemahkan oleh
Anies, Z, M., Edisi ke-8. Erlangga: Jakarta
Heinrich, Michael., Barnes, et all. 2004. Fundamental of pharmacognosy
and phytotherapi. Hungary : Elsevier
Juliantina, F.,Citra, D.A.,Nirwani, B, dkk. 2009. Manfaat Sirih Merah (Piper
crocatum) Sebagai Agen Antibakteri Terhadap Bakteri Gram Positif
Dan Gram Negative. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia.
Kementrian riset. 2018. Hasil identifikasi tanaman sampare (Glochidion sp
var. Biak). Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Teknologi dan Pendidikan Tinggi : Universitas
Negri Makassar.
Khan, Z.Z., Assi, M & Moore, T.A. 2009. Recurrent Epidual Abscess
Caused by Propionibacterium acnes. Kansas Journal of Medicine.
Laianto, S. 2014. Uji Efektivitas Sediaan Gel Antijerawat Ekstrak Etanol
Buah Pare (Momordika charantia) Terhadap Staphylococcus epidermis
dan Propionibacterium acnes Dengan Metode Difusi. Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak:
Pontianak.
Lieberman H, Rieger MM, Banker GS. 1996. Pharmaceutical Dosage
Form: Disperse System Volume 1.Marcel Dekker Inc, New York.
Loveckova, Y and I. Havlikova, 2002, A Microbiological Appoach to Acne
Vulgaris, Papers, 146 (2): 29-32.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi
Senyawa Aktif. Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alaudin: Makassar.
Mursito, B., 2002, Ramuan Tradisional untuk Penyakit Malaria, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Naibaho, D.H., Yamkan, V,Y., Weni, Wiyono,. (2013). Pengaruh Basis
Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi
(Ocinum sanchum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang dibuat Infeksi
Staphylococcus aureus. Jurnal ilmiah Farmasi. UNSRAT: Manado.
Oktalia ganis, Chrystomo Y.Linus, Karim K. Aditya. 2017. Uji aktivitas
sitotoksik dan analisis fitokimia ekstrak etanol daun sampare
(Glochidion sp.). FMIPA Universitas Cenderawasih Jayapura : Papua.
Oktaviani, M dan Syafrina. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Dan Kulit Batang Sawo (Manilkara zapota (L.) Van Royen).
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
Pelen Sunuh, Wulkur Adeanne, Tyas Citraning Gayatri. 2016. Formulasi
Sediaan Gel Antijerawat Minyak Atsiri Kulit Batang Kayu Manis
(Cinnamommum burmannii) dan Uji Aktifitas Terhadao Bakteri
Staphylococcus aureus.
Pradana, Dedi, et al. 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Batang
Rhizophora Mucronata Terhadap Pertumbuhan Bakteri Aeromonas
hydrophila, Streptococcus agalactiae Dan Jamur Saprolegnia sp.
Secara In Vitro. Dapartemen Biologi, Fakultas MIPA, Universitas
Sumatera Utara. Medan. Indonesia.
Prastianto B.A., 2016, Optimasi Gelling Agent Carbopol 940 dan
Humektan Sorbitol Dalam Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Yogyakarta.
Pratiwi S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Penerbit Erlangga. Jakarta
Riski Radhia, dkk. 2017. Formulasi Krim Pemutih Dari Fitosom Ekstrak
Daun Murbei (Morus alba L.). Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar:
Makassar.
Riski, R., Umar, AH dan Rismadani. 2016. Formulasi Emulgel
Antiinflamasi Dari Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Strain
wistar (In Vivo). Publikasi Ilmiah. Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Robinson, T., 19951, 19912. Kandungan Organik Tanaman Tinggi, ITB
Press: Bandung.
Rowe, C Raymond. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient Sixth
Edition.Pharmaceutical Press.
Rusli, Nirwana Dan Yeniati Niluh. 2019. Formulasi Sediaan Gel Lender
Ikan Lele (Clarias geriepinus L) Sebagai Penyembuh Luka Dengan
Variasi Basis Carbopol 934. Politeknik Bina Husada Kendari: Kendari
Sultra
Sapara, T., U., Waworuntu, O., Juliantrin. 2016. Efektivitas Antibaakteri
Ekstrak Daun Pacar Air (Impatients balsamina L.) Terhadap
Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi Fakultas Kedok UNSRAT Vol 5 No 4
Sasanti, T.J., Wibowo, M.S., Fidrianny, I., & Caroline, S. (2006). Formulasi
Gel Ekstrak Air Teh Hijau dan Penentuan Aktivitas Antibakterinya
terhadap Propionibacteria acnes (Skripsi). Sekolah Farmasi-ITB,
Bandung.
Subroto, M.A dan H. Saputro, 2006, Gempur Penyakit dengan Sarang
Semut, Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugita, T., Miyamoto, M., Tsuboi R., Takatori, K., Ikeda, R. & Nishikawa,
A. 2010. In Vitro Activities of Azole Antifungal Agents Againts
Propionibacteriun acnes Isolad from Patients with Acne Vulgaris. Biol
Pharm Bull.
Sulharmita. 2013. Ekstraksi Asam Lemak dari Daging Buah Alpukat
(Persea americana Mill.). Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi : Padang.
Suryawiria U. 1978. Mikroba Lingkungan. Edisi ke-2. Institut Teknologi
Bandung: Bandung.
Tortora, G.J., B.R. Funke and C.L. Case, 2007, Microbiology, 9 th Edition,
Pearson Education, San Francisco.
Tranggono RI, dan Latifah F., 2007, Buku Pegangan Kosmetik,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wahyudin munifah, kurniati ajeng, Aridewi gusti ayu putu. 2018.
Pengaruh Konsentrasi Carbopol 940 Terhadap Stabilitas Fisik
Sediaan Masker Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda ciftifolia .L)
Sebagai Anti Jerawat. Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar : Universitas Indonesia Timur.
Wasitaatmadja, S. M. 2008. Penuntun Ilmu Kosmetik Medic. UI press:
Jakarta
Yani, A., 2004, Fraksinasi Komponen Aktif Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Tanaman Berenuk (Crescentia cujete L), [Thesis], Tidak
dipublikasikan, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor.
Yessi Febrianti, Dkk,. 2015. Pembuatan Sediaan Pelembut Tumit Bentuk
Batang (Stick) Kombinasi Ekstrak Buah Alpukat (Persea americana
Mill.) dengan Serbuk Getah Buah Pepaya (Carica papaya Linn.).
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia. Vol IV Hal. 2
Yulia, R., 2006, Kandungan Tanin dan Potensi Anti Streptococcus mutans
Daun Teh var. Assamica pada berbagai Tahap Pengolahan, Tidak
dipublikasikan, Program Studi Biokimia Fakultas MIPA Institut
Pertanian Bogor, [Skripsi].
Vickery, M.L and B. Vickery, 1981, Secondary Plant Metabilsm, The
Macmillan Press LTD, London and Baisngstoke.
Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574,
diterjemahkan oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas
Gadjah Mada Press.
Voight, R, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V,
Diterjemahkan oleh S.Noer, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.
Zain, D.M., 2012. Formulasi Krim Antibakteri dengan Kombinasi Ekstrak
Propolis Lebah Lokal (Trigona spp) dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia
Swingle). Skripsi, Sarjana Farmasi, Universitas Islam Bandung.