Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

INOVASI GEL PEEL OFF BODY MASK UNTUK MENGURANGI


EKSIM DARI EKSTRAK DAUN BIDARA (Ziziphus mauritiana) AKIBAT
BAKTERI Staphylococcus aureus

Dosen Pengampu :
Dr. apt. Dinar Sari Cahyaningrum W, S.Farm., M.Si.
apt. Novita Dhewi Ikakusumawati, S.Farm., M.Clin.Pharm.

Disusun Oleh:

Dzakiyyatul Haniifah (M0619018)


Eka Nurulita Susanti (M0619019)
Fauziyyah Sakinatun Nisa (M0619025)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
ABSTRAK
Masker merupakan salah satu sediaan untuk mengatasi masalah pada area badan seperti kulit
yang kusam, berjerawat, atau terkena iritasi yang salah satunya disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus seperti eksim. Gel Peel-off body mask merupakan salah satu jenis
masker badan yang mempunyai keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah
dilepas atau diangkat seperti membran elastis, sehingga dapat menambah kenyamanan
penggunaan. Salah satu tanaman yang mempunyai aktivitas antibakteri Staphylococcus aureus
yaitu daun bidara (Ziziphus Mauritiana Lam). Dalam ekstrak etanol daun bidara terkandung
alkaloid, fenol, flavonoid, dan terpenoid yang berperan sebagai antibakteri. Penelitian ini
bertujuan untuk membuat sediaan masker badan gel peel-off ekstrak daun bidara sebagai
antibakteri untuk mengatasi eksim. Ekstraksi daun bidara dilakukan dengan metode maserasi
dengan pelarut etanol 70%. Uji Orientasi basis gel dilakukan dengan variasi konsentrasi ekstrak
daun bidara, kemudian dibandingkan sifat fisik dan kimia seperti uji organoleptis, uji
homogenitas, uji daya iritasi, uji daya sebar, uji pH, dan uji waktu mengering.

Kata kunci: Gel Peel-off body mask, Daun bidara, PVA

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................2
1.5. Temuan yang Ditargetkan .....................................................................2
1.6. Kontribusi Penelitian ............................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1. Eksim ....................................................................................................3
2.2. Staphylococcus aureus ..........................................................................3
2.3. Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana Lam) ..............................................3
2.4. Peel-off Body Mask ...............................................................................4
2.5. Maserasi ................................................................................................4
BAB 3. METODE PENELITIAN ...........................................................................5
3.1 Jenis Penelitian.......................................................................................5
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................5
3.3 Alat dan Bahan .......................................................................................5
3.4. Prosedur Kerja ......................................................................................5
3.5. Formula Sediaan Body Mask Gel Peel-Off ..........................................6
3.6. Kegunaan Bahan Formulasi Body Mask Gel Peel-Off .........................6
3.7. Perhitungan Bahan Ekstrak Daun Bidara. ............................................7
3.8. Prosedur Pembuatan..............................................................................7
3.9. Evaluasi Sediaan ...................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuktikan bahwa
pengobatan tradisional tidak bisa hanya dipandang sebelah mata atau dianggap remeh,
karena banyak sekali khasiat yang didapatkan. Permasalahan utama bagi para peminat
obat-obatan tradisional ialah, kurangnya pengetahuan dan informasi yang cukup
mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai ramuan obat-obatan
tradisional, untuk pengobatan penyakit apa saja, dan bagaimana cara penggunaan obat-
obat tradisional tersebut. Terutama bagi penyakit akibat infeksi mikroorganisme
tertentu.
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang
dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa (Mulyati, 2009). Infeksi
merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan
ke manusia. Berbagai obat anti-infeksi seperti antibiotik merupakan salah satu
kelompok yang banyak dipilih. Salah satu mikroorganisme yang berperan sebagai
penyebab eksim atau dermatitis atopi adalah Staphylococcus aureus, jamur, dan virus.
Staphylococcus aureus dapat ditemukan pada 90% lesi penderita eksim. Eksim
merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik yang menyebabkan gatal dan
berisiko menimbulkan infeksi pada kulit. Dermatitis atopik mengalami peningkatan
dalam beberapa dekade terakhir dan terjadi pada sekitar 20% populasi di negara-negara
maju. Peningkatan prevalensi DA terjadi cukup signifikan, yaitu 1-3% pada orang
dewasa dan 10-20% pada bayi dan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
oleh Departemen Kesehatan 2013, prevalensi nasional DA di Indonesia adalah 6,8%
dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dermatitis atopik lebih sering
terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan perbandingan kira-kira 1,3:1 (Sari dkk.,
2017).
Oleh karena semakin meningkatnya kasus eksim di Indonesia tiap tahunnya,
perlu adanya bahan alternatif untuk mengobati eksim tersebut yang lebih ramah
terhadap kulit, yaitu dengan daun bidara. Daun bidara telah terbukti mengandung
senyawa antibakteri yang dapat mengobati berbagai penyakit akibat mikroorganisme
aptogen. Daun bidara mengandung banyak senyawa fenolik dan alkaloid yang kaya
akan manfaat untuk kesehatan. Manfaat yang dikandungnya antara lain sebagai
antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antifungi. Senyawa fenolik yang mempunyai
aktivitas antibakteri melalui aksi molekulernya membentuk kompleks dengan protein
melalui ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik, sedangkan alkaloid mempunyai aktivitas
antibakteri berhubungan dengan tingginya senyawa aromatik kuartener dari alkaloid
yang berkontribusi untuk membentuk interkhelat dengan DNA bakteri (Cowan, 1999).
Salah satu produk yang diharapkan mampu membantu mengurangi eksim adalah gel
peel off body mask yang berguna untuk mengurangi bakteri sehingga didapatkan kulit
yang bersih dan sehat.

1
Proses pemakaian gel peel off body mask yang dilakukan secara teratur
diharapkan dapat membantu mengurangi masalah eksim pada kulit. Produk gel peel off
body mask yang beredar di masyarakat masih sedikit. Oleh karena itu, peneliti
berinisiatif untuk mengembangkan produk gel peel off body mask berbahan dasar daun
bidara yang dapat membantu mengurangi eksim akibat bakteri. Selain itu bodycare gel
pell off ini memiliki kelebihan mudah diaplikasikan dan mudah dibersihkan karena akan
mengering dalam waktu tertentu sehingga mudah dilepaskan tanpa perlu pembilasan
dan juga mampu menghidrasi kulit, sebagai penyegar, pelembab, dan pelembut bagi
kulit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah efektivitas daun bidara yang digunakan sebagai bahan
pembuatan gel peel off body mask untuk mengurangi eksim akibat
Staphylococcus aureus?
2. Bagaimanakah karakteristik produk gel peel off body mask yang berbahan dasar
daun bidara?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui potensi bahan alam, yaitu daun bidara dalam mengurangi eksim
yang dibuat menjadi produk gel peel off body mask.
2. Mengetahui karakteristik produk gel peel off body mask berbahan dasar daun
bidara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan produk inovatif gel peel off body
mask berbahan alami untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.
2. Dapat memberikan kontribusi dalam memanfaatkan sumber daya alam.

1.5 Temuan yang Ditargetkan


Produk gel peel off body mask dari daun bidara yang ramah lingkungan.
1.6 Kontribusi Penelitian
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemanfaatan bahan alam, yaitu daun bidara
yang melimpah menjadi suatu produk gel peel off body mask yang ramah lingkungan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Eksim
Eksim adalah penyakit pada kulit atau kelainan kulit yang terlihat iritasi. Gejala
eksim muncul pada saat masa anak anak umur diatas dua tahun. Pada beberapa
penelitian, penyakit ini akan menghilang saat dewasa, namun juga terdapat penderita
seumur hidupnya (Maharani, 2015). Penyakit kulit eksim dapat terjadi dalam waktu
yang sangat panjang. Bahkan banyak penderita eksim yang merasa putus asa karena
eksim sangat mengganggu aktivitas dan penampilan. Eksim ditunjukkan dengan
benjolan kecil dan kemudian akan berkembang menjadi ruam. Pada tahap yang lebih
parah, eksim bisa menyebabkan infeksi. Eksim biasanya menyerang beberapa bagian
tubuh seperti lutut, siku, tangan, kulit tangan, kaki, leher, wajah, kulit kepala, dan bisa
menyebar jika sudah menjadi eksim lanjut (Zuhriyah dan Jura, 2018). Eksim jenis
dermatitis atopik adalah alergi kulit yang menimbulkan efek kemerahan, gatal dan
peradangan. Penyakit ini sifatnya jangka panjang dan dapat muncul berulang kali.
Gejala eksim yaitu kulit terasa gatal, kering bersisik dan kemerahan (Hutasoit dkk.,
2021).
2.2. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah salah satu jenis bakteri yang menyebabkan
infeksi kulit dan jaringan lunak, tetapi juga dapat menyebabkan infeksi invasif seperti
bakteremia, sepsis, endocarditis, pneumonia, maupun osteomyelitis (Nair dkk., 2013).
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus ini biasanya timbul dengan
tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan abses, serta dapat
menyebabkan berbagai macam infeksi seperti pada jerawat, bisul, atau nanah. Bakteri
Staphylococcus aureus memiliki kemampuan berkembang biak dan menyebar luas
dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat ekstraseluler yang dapat diproduksi
Staphylococcus aureus dapat menimbulkan berbagai penyakit (Jawetz dan Ernest,
1996).
2.3. Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana Lam)
Salah satu bagian dari tanaman Bidara yang dapat dimanfaatkan sebagai
antibakteri adalah bagian daun nya. Daun Bidara yang memiliki nama latin Ziziphus
Mauritiana Lam berbentuk daun tunggal dan berselang-seling, tangkai daun berbulu
dan pada pinggiran daun terdapat gigi yang sangat halus. Tanaman daun Bidara
digunakan untuk pengobatan bisul, luka, penyakit kulit, menghilangkan penyakit
kuning, dan menghaluskan kulit. Selain itu, daun Bidara telah terbukti dapat
membasmi bakteri, jamur dan patogen lainnya. Ekstrak daun Bidara (Ziziphus
Mauritiana) mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Aspergillus niger dan Candida
albicans. Bakteri yang paling rentan adalah Staphylococcus aureus, diikuti bakteri
Escherichia coli dan terakhir yaitu bakteri Streptococcus pyogenes (Anwar dan Arwie,
2019).
Tanaman Bidara (Ziziphus spina-christi L.) memiliki kandungan fenolat dan
flavonoid yang kaya akan manfaat. Senyawa fenolat adalah senyawa yang mempunyai

3
sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi, senyawa yang berasal
dari tumbuhan yang memiliki ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu
atau lebih gugus hidroksil (Harborne, 1987). Dalam tubuh senyawa fenolat kaya akan
manfaat biologis antara lain antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antifungi, dan
mencegah timbulnya tumor (Prior dkk., 2003). Kandungan senyawa kimia yang
berperan sebagai pengobatan dalam tanaman bidara antara lain alkaloid, fenol,
flavonoid, dan terpenoid (Adzu dkk., 2001).
2.4. Peel-off Body Mask
Peel-off body mask merupakan salah satu bentuk body care untuk perawatan
dan penyembuhan kulit yang terluka atau terkena iritasi berbentuk gel yang dioleskan
pada kulit pada waktu tertentu. Masker badan ini dibuat dalam bentuk peel-off karena
sediaan peel-off berbentuk gel sehingga mudah diaplikasikan dan mudah dibersihkan
karena akan mengering dalam waktu tertentu sehingga mudah dilepaskan (Rahmawanty
dkk., 2015). Zat aktif yang ada pada peel-off body mask dan zat tambahan mampu
menembus sangat baik ke dalam kulit dan secara intensif memasok zat yang
dibutuhkannya dalam waktu yang singkat. Peel-off body mask merupakan formulasi
yang setelah aplikasi dan pengeringan, membentuk film oklusif diatas kulit. Setelah
terhapus dapat memberikan kebersihan dan pelembab, menghilangkan berbagai macam
bahan kontaminan, menghilangkan sel-sel kulit mati, residu dan bahan lain yang
tersimpan di stratum korneum (Kulkarni dkk., 2019).
Peel of body mask ini dapat membersihkan kulit dengan cara mengoleskan gel
langsung ke permukaan kulit yang ada kotoran, noda, kemerahan bintik-bintik, iritasi
atau jaringan parut. Setelah itu, gel dibiarkan mengering (waktu pengeringan sekitar
10-15 menit) dan gel yang telah kering dikelupas sampai bersih (Asthana dkk., 2020).
Kualitas fisik gel peel-off body mask dipengaruhi oleh komposisi bahan yang digunakan
terutama komposisi polivinil alkohol (PVA). Polivinil alkohol dapat menghasilkan gel
yang cepat mengering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis, serta
melekat baik pada kulit. PVA berperan dalam memberikan efek peel off karena
memiliki sifat adhesive sehingga dapat membentuk lapisan film yang mudah dikelupas
setelah kering (Brick dkk., 2014).
2.5. Maserasi
Maserasi merupakan ekstraksi pelarut dilakukan dengan cara dingin (maserasi).
Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya dengan cara
merendam simplisia dalam satu campuran pelarut selama waktu tertentu pada
temperatur kamar dan terlindungi dari cahaya untuk menarik komponen yang
diinginkan dengan kondisi dingin diskontinyu (Kristanti, 2008). Proses ekstraksi
dengan teknik maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada suhu ruang. Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil
kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai. Pemilihan pelarut berdasarkan
kelarutan dan polaritasnya memudahkan pemisahan bahan alam dalam sampel.
Pengerjaan metode maserasi yang lama dan keadaan diam selama maserasi
memungkinkan banyak senyawa yang akan terekstraksi (Istiqomah, 2013).

4
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode eksperimental(Experimental Research) yang
dilakukan di laboratorium. eksperimental adalah uji coba memanipulasi atau melakukan
intervensi terhadap salah satu variabel penelitian.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan.

3.3 Alat dan Bahan


1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan, oven, blender, ayakan
40 mesh, gels beaker, gelas ukur, batang pengaduk, saringan, alat penguap Rotary
evaporator.
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak daun bidara,
etanol 70%, polivinil alkohol, HPMC, Gliserin, TEA, Propil Paraben, Metil Paraben,
dan Aquadest.

3.4 Prosedur Kerja


1. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu, tanpa mempertimbangkan
perbedaan kadar senyawa metabolit antara daerah satu dengan daerah yang lain.
2. Pengelolaan Sampel
Sebanyak 3,725 kg daun bidara segar dilakukan sortasi basah dengan cara dicuci bersih
dengan air mengalir. Kemudian, dikeringkan tanpa terkena sinar matahari langsung,
yaitu dengan oven pada suhu 40 derajat celcius. Daun bidara yang telah kering
selanjutnya dihaluskan dengan blender hingga menjadi serbuk, ditimbang, dan diayak
dengan ayakan 40 mesh hingga diperoleh serbuk halus sebanyak 1000 g.
3. Pembuatan Ekstrak
Pada penelitian ini metode ekstraksi daun bidara yang digunakan yaitu metode maserasi
menggunakan etanol 70%. Sebanyak 1000 g serbuk simplisia daun bidara direndam
dalam pelarut etanol 70% selama 3 hari disertai pengadukan sebanyak 2 kali dalam
sehari. hal ini bertujuan agar kontak antara serbuk dengan pelarut merata sehingga dapat
terekstraksi maksimal. Kemudian, setelah 3 hari, hasil perendaman disaring. Maserat
yang diperoleh dikumpulkan dan disimpan terlebih dahulu, sedangkan ampas yang
dieperoleh di-remaserasi dengan 2500 mL etanol 70% selama 2 hari. Setelah 2 hari,
maserat yang diperoleh disaring dan digabungkan dengan hasil maserat sebelumnya.
Kemudian, pelarut dalam maserat diuapkan dengan cara memasukkan maserat ke dalam

5
alat penguap Rotary evaporator pada suhu < 50 derajat celcius. Ekstrak kental yang
diperoleh ditimbang dan dibuat variasi konsentrasi(Mulangsri dkk., 2021).

3.5 Formula Sediaan Body Mask Gel Peel-Off


Sediaan body mask gel peel-off akan dibuat sebanyak 50 g. Formula standar yang akan
dibuat adalah sebagai berikut:

R/ PVA 20%

HPMC 2%

Gliserin 12%

TEA 2%

Metil Paraben 0,2%

Propilparaben 0.05%

Aquadest 50 mL

3.6 Kegunaan Bahan Formulasi Body Mask Gel Peel-Off


1. PVA(Polivinil Alkohol)
Berfungsi sebagai filming agent yang dapat membentuk lapisan film yang elastis
sehingga body mask gel peel-off mudah dikelupas saat sudah kering.
2. HPMC(Hidroksipropil Metilselulosa)
Berfungsi sebagai gelling agent dan peningkat viskositas basis sediaan.
3. Gliserin
Berfungsi sebagai humektan yang dapat mengikat air(hidrasi kulit), sehingga sediaan
tetap lembab.
4. TEA(Trietanolamine)
Sebagai pengatur pH sediaan sehingga tidak mengiritasi kulit.
5. Metil Paraben
Sebagai pengawet sediaan body mask gel peel-off karena memiliki kemampuan sebagai
anti mikroba.
6. Propil Paraben
Sebagai pengawet kombinasi metil paraben sehingga spektrum kerja terhadap mikroba
lebih luas.

6
3.7 Perhitungan Bahan Ekstrak Daun Bidara

1. Ekstrak Daun Bidara 1%= 0,5 g

2%= 1 g

3%= 1,5 g

2. Polivinil Alkohol 20%= 10 g

3. HPMC 2%= 1 g

4. Gliserin 12%= 6 g

5. TEA 2%= 1 g

6. Metil Paraben 0,2%= 0,1 g

7. Propil Paraben 0,05%= 0,025 g

8. Aquadest ad 50 mL

3.8 Prosedur Pembuatan


1. Siapkan bahan bahan baku untuk membuat body mask gel peel-off(PVA, HPMC,
Gliserin, TEA, Metil Paraben, Propil Paraben, Aquadest) dan bahan senyawa aktif yaitu
ekstrak daun bidara.
2. Semua bahan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan
3. Masukkan PVA dalam cawan, lalu tambahkan aquadest secukupnya, kemudian
dipanaskan diatas penangas air pada suhu 80 derajat celcius hingga basis mengembang
sempurna, kemudian diaduk(campuran 1).
4. Masukkan HPMC ke dalam cawan lain, tambahkan aquadest dingin secukupnya hingga
HPMC mengembang sempurna.
5. Masukkan Gliserin, Metil Paraben, dan Propil paraben di cawan lain, kemudian ketiga
bahan dilarutkan dengan aquadest panas(campuran 2).
6. Di dalam lumpang bersih, masukkan campuran 1 dan 2, kemudian HPMC yang telah
dikembangkan, dan TEA secara berurutan, dan diaduk hingga homogen.
7. Ekstrak daun bidara dilarutkan dengan aquadest sedikit demi sedikit, kemudian
dimasukkan dalam campuran basis, dan diaduk hingga homogen.

3.9 Evaluasi Sediaan


1. Uji Organoleptis
Pengamatan sediaan dilakukan menggunakan indra penglihatan secara langsung dari
segi warna, aroma, tekstur, dan bentuk sediaan body mask gel peel-off(Armadany dkk.,
2015).
2. Uji Homogenitas

7
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sampel gel pada sekeping
kaca atau bahan transparant lain yang cocok. Sediaan dikatakan homogen apabila tidak
terlihat adanya butiran kasar(Armadany dkk., 2015).
3. Uji pH
Uji pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi
terlebih dahulu menggunakan larutan dapar pH 7. Caranya, 1 gram sediaan diencerkan
dengan aquadest hingga 10 mL. Kemudian elektroda pH meter dibiarkan bergerak
sampai menunjukkan posisi tetap(Ditjen POM, 1995).
4. Uji Daya Sebar
Sebanyak 1 gram sampel diletakkan di pusat antara 2 kaca, dimana kaca sebelah atas
dibebani dengan anak timbangan bobot 150 gram, pengukuran dilakukan hingga
diameter penyebaran gel konstan(Zhelsiana dkk., 2016).
5. Uji Iritasi
Pengujian iritasi ini dilakukan pada 12 orang sukarelawan sehat(tidak menderita
eksim). Caranya dengan mengoleskan sediaan pada kulit telinga belakang yang dibuat
lekatan pada luas tertentu, dibiarkan terbuka dan diamati reaksi yang terjadi. Reaksi
positif ditandai oleh adanya kemerahan, gatal-gatal, atau gatal-gatal pada kulit yang
diebri perlakuan(Armadany dkk., 2015).
6. Uji Waktu Kering
Satu gram sampel body mask gel peel-off dioleskan pada kulit lengan. Dihitung waktu
mengering gel dari setelah pengolesan hingga gel membentuk lapisan film. Gunakan
stopwatch(Rahmawanty dkk., 2015).

8
DAFTAR PUSTAKA

Adzu, B., Amos, S., Wambebe., dan Gamaniel K. 2001. Antinociceptive Activity Of Ziziphus
Spina-Christi L root Bark Extract. Fitoterapi.
Anwar, A. Y., dan Arwie, D. 2019. Uji Bioaktivitas Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus Mauritiana
Lam) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus Aureus. Jurnal Kesehatan Panrita
Husada, 4 (1) : 49-57.
Armadany, F. I., Hasnawati, H., dan Sirait M. 2015. Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-off
Antioksidan dari Ekstrak Sari Tomat (Solanum lycopersium L. var. cucurbita).
Pharmauho, 1(2).

Asthana, N., Pal, K., Pandey, K., Aljabali, A. A., Murtaza, M., Tambuwala., dan Souza, F. G.
D. 2020. Polyvinyl alcohol (PVA) mixed green–clay and aloe vera based polymeric
membrane optimization: Peel-off mask formulation for skin care cosmeceuticals in
green nanotechnology. Journal of Molecular Structure, 12 (29): 37-51.

Brick, C. S. 2014. New crosslinked cast films based on poly (vinyl alcohol): preparation and
physico-chemical properties. Express Polymer Letters, pp. 941-952.

Cowan MM. 1999. Plants Products an Antimikrobial Agent. Clinical Mikrobiology Reviews.
New York : Microbiology Press.

Devy, A., Zhelsiana., Pangestuti, Y., S., Nabila, F., Lestari, N, P., dan Wikantyaningsih, E. R.
2016. Formulasi dan Evaluasi Sifat Fisik Masker Gel Peel-off Lempung Bentonite. The
4 th Univesity Research Coloquium.

Harborne, J. B. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.


Terbitan Kedua. Bandung: Penerbit ITB.

Hutasoit, R. Y. P., Rahmaddeni., Erlin., dan Anam, M. K. 2021. Implementasi Metode


Forward Chaining untuk Identifikasi Penyakit Kulit dan Alternatif Penanganannya.
JURNAL INOVTEK POLBENG - SERI INFORMATIKA, 6 (1): 90-104.
Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi Terhadap Kadar
Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis Retrofracti Fructus). Skripsi. UIN Jakarta

Jawetz dan Ernest. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kristianti, A. N. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya : Airlangga University Press.

Kulkarni, S. V., Gupta, A. K., dan Bhawsar, S. 2019. Formulation And Evaluation Of Activated
Charcoal Peel Off Mask. International Journal of Pharmacy Research & Technology,
9 (2): 44-48.

Maharani, A. 2015. Penyakit Kulit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

9
Mulangsri, D. A. K., Safitri, E. I., Jayanthy, D. N., Anggraini, J., dan Mustikaningsih, D. A.
2021. Profil Antibakteri Dari Ekstrak Etanol 70% Daun Bidara Arab (Ziziphus Spina-
Christi) Terhadap Bakteri Propionibacterium Acnes, Staphylococcus Epdermidis dan
Staphylococcus Aureus. Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy, 5(1): 62-67.
Mulyati, E. S. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun Ceremai (Phyllanthus
acidus (L.) Skeels) Terhadap Staphylococcus aureus. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nair, R., Hanson, B.M., Kondratowicz, K., Dorjpurev, A., Davaadash, B., Enkhtuya, B.,
Tundev, O., Smith, T.C. 2013. Antimicrobial Resistance and Molecular Epidemiology
of Staphylococcus Aureus From Ulaanbaatar Mongolia. PeerJ, 2:19.

Prior, R. L. 2003. Fruit and vegetable in The Prevention of Cellular Oksidative Damage. Am
J Clin Nutr.

Rahmawanty, D., Yulianti, N., & Fitriana, M. (2015). Formulasi dan evaluasi masker wajah
peel-off mengandung kuersetin dengan variasi konsentrasi gelatin dan gliserin. Media
Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi, 12(1): 17-32.

Rahmawanty, D., Yulianti, N., dan Fitriana, M. 2015. Formulasi dan Evaluasi Masker Wajah
Peel-off Mengandung Kuersetin Dengan Variasi Konsentrasi Gelatin dan Gliserin.
Media Farmasi, 12 (1):17-32.

Sari, D., & Rita, N. (2017). Analysis Of Risk Factors Attenistic Dermatitis Attendance On The
Center In Puskesmas Pauh Padang. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan, 2(3), 323-332.

Zuhriyah, S., dan Jura, S. 2018. Implementasi Certainty Factor Untuk Diagnosa Penyakit Kulit.
Jurnal IT, 9 (1): 47-57.

10

Anda mungkin juga menyukai