Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA-LIQUIDA

BANANA PEEL OFF MASK

Dosen Pengampu : Desy Nawangsari M. Farm., Apt

Disusun Oleh :

Dhika Adhil Syahputra (170105013)

Iga Melasasi (170105031)

Kurnia Panggih Rahayu (170105036)

Fadhila Nur Karimah (170105024)

Radesty Citra Agmalia (170105054)

Refli Kurnia Dewi (170105056)

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

2019

1
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 4

C. TUJUAN ................................................................................................................... 4

BAB II ISI

A. DASAR TEORI ...................................................................................................... 5

B. FORMULASI .......................................................................................................... 9

C. ALAT DAN BAHAN............................................................................................. 9

D. MONOGRAFI...................................................................................................... 10

E. PENIMBANGAN.................................................................................................. 12

F. METODE............................................................................................................... 13

G. EVALUASI ........................................................................................................... 14

H. DESAIN KEMASAN ........................................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN ...................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan, akibatnya

sering timbul masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori kulit yang membesar

oleh karena itu sangat penting untuk merawat kulit (Grace et al., 2015).

Efek antioksidan untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam

bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama

dengan kulit wajah (Draelos & Thaman, 2006). Salah satu bentuk formulasi topikal yaitu

masker wajah. Masker biasanya berisi berbagai macam zat yang berguna bagi kesehatan

kulit. Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai

keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti

membran elastis (Rahmawanty dkk., 2015).

Kulit pisang kepok merupakan salah satu limbah rumah tangga yang menjadi sumber

pencemar jika tidak diberdayakan dengan benar. Dari beberapa penelitian diketahui kulit

pisang kepok terkandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian

yang telah dilakukan oleh Someya et.al. Membuktikan bahwa pada kulit pisang memiliki

aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging buahnya(Canales-

Aguirre, A. et al. 2008).

Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan.

Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan

dihambat (Food and Drug Administration. 1999). Photo againg merupakan suatu proses
3
penuaan dini yang menyebabkan kulit menjadi lebih kasar, keras, dan terbentuk kerutan

yang dalam, sehingga akan berdampak buruk pada penampilan senyawa yang dikenal luas

dapat menangkal radikal bebas adalah antioksidan (Depkes RI, 1995). Berdasarkan hal

tersebut, kami membuat produk kecantikan berupa masker peel off dengan bahan baku kulit

pisang kapok. Penggunaan bahan ini sebagai bahan baku alami dapat meningkatkan nilai

guna dari tumbuhan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana formulasi dari sediaan gel peel off mask ekstrak kulit pisang kepok?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana formulasi dari sediaan gel peel off mask ekstrak kulit pisang
kepok?

BAB II

4
ISI

A. DASAR TEORI
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada

bagian luar tubuh manusia (kulit) terutama untuk membersihkan, mengharumkan,

mengubah penampilan, memperbaiki bau badan dan melindungi atau memelihara tubuh

pada kondisi baik (BPOM RI, 2011). Sediaan kosmetika untuk pengaplikasian pada wajah

tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah masker dalam bentuk gel yang

mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam penggunaan, serta mudah untuk

dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangka atau dilepaskan seperti membran

elastik (Wilkinson and Moore, 1982).

Masker bermanfaat memperlancar peredaran darah, merangsang kembali kegiatan

sel-sel kulit dan mengangkat sel-sel tanduk yang telah mati (Dwikarya, 2002). Mekanisme

kerja masker wajah adalah menyebabkan suhu kulit wajah meningkat sehingga peredaran

darah menjadi lebih lancar dan penghantaran zat-zat gizi ke lapisan permukaan kulit

dipercepat sehingga kulit muka terlihat menjadi lebih segar. Akibat dari terjadi peningkatan

suhu dan peredaran darah yang menjadi lebih lancar maka fungsi kelenjar kulit meningkat,

kotoran dan sisa-sisa metabolism dikeluarkan ke permukaan kulit kemudian diserap oleh

lapisan masker yang mengering. Cairan yang berasal dari keringat dan sebagian cairan

masker diserap oleh lapisan tanduk, meskipun lapisan masker mengering tetapi lapisan

tanduk tetap kenyal, bahkan sifat ini menjadi lebih baik ketika lapisan masker dilepaskan

yaitu terlihat keriput pada kulit menjadi berkurang dan kulit wajah tidak saja menjadi lebih

halus tetapi juga menjadi lebih kencang. Setelah masker dilepaskan, bagian cairan yang

telah diserap oleh lapisan tanduk akan menguap akibatnya akan terjadi penurunan suhu kulit
5
wajah sehingga memiliki efek menyegarkan kulit (Ginting, 2015). Perkembangan sediaan

kosmetik berbahan alam saat ini lebih pesat dikarenakan masyarakat lebih menyukai

kosmetik berbahan alam dibandingkan dengan kosmetik berbahan kimia. Hal ini

dikarenakan penggunaan kosmetik berbahan kimia telah dilaporkan memiliki banyak efek

samping (FDA, 1999). Sebagai contoh penggunaan bahan kimia dalam sediaan kosmetik

yang memberikan efek samping adalah asam retinoat sebagai pemutih yang dapat

menyebabkan peradangan pada kulit, berpotensi sebagai zat karsinogen dan zat teratogen

(Briggs, Freeman and Yaffe, 2005; American Society of Health-System Pharmacy, 2010).

Masker wajah peel off memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu merilekskan

otot-otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan kulit wajah

(Vieira et al., 2009). Penggunaan masker wajah tipe ini akan memberikan rasa lembut dan

kencang pada kulit wajah (Mitsui, 1997; Tresna, 2010).

Pisang adalah jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia. Hampir semua

bagian dari pisang dapat dimanfaatkan, mulai dari konsumsi buah segar sampai dijadikan

masakan. Kualitas buah pisang juga berpengaruh terhadap harga, buah pisang yang

berkualitas baik, mulus tanpa cacat, tingkat ketuaan dan kematangan optimal, penampilan

menarik, besar dan padat, memiliki harga yang lebih tinggi dibanding pisang yang

berkualitas rendah. Meskipun demikian buah pisang yang berkualitas rendah dapat

ditingkatkan nilai ekonominya dengan mengolahnya menjadi bermacam-macam olahan

seperti tepung pisang, sale pisang, dan juga bisa diolah menjadi bahan dasar kosmetik

(Khomsan, 2008; Sunarjono, 2006).

Pisang kepok (Musa acuminata L.) merupakan tumbuhan yang dapat hidup di daerah

tropis dan subtropics (Sudarman dan Harsono, 1989). Kulit buah pisang masak yang

6
berwarna kuning kaya akan senyawa flavonoid, maupun senyawa fenolik yang lainnya,

disamping banyak mengandung karbohidrat, mineral seperti kalsium dan natrium, serta

selulosa. Kulit pisang secara in vitro memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi

dibanding bagian tanaman pisang lainnya. Aktivitas antioksidan pada kulit pisang mencapai

94,25% pada konsentrasi 125 μg/ml atau 0,12% sedangkan pada bagian buah pisang hanya

sekitar 70% pada konsentrasi 50 mg/ml atau 5% (Fatemeh et al., 2012; Canales-Aguirre et

al., 2008). Aktivitas antioksidan tinggi ini dihubungkan dengan tanin yang terkandung

dalam kulit pisang. Berdasarkan penelitian Akpabio, Udiong dan Akpakpan (2012),

Nagarajaiah dan Prakash (2011) serta Tartrakoon et al. (1999), aktivitas antioksidan

tertinggi terdapat pada kulit pisang kepok dimana jumlah taninnya mencapai 11,26 mg/g

kulit pisang, dibandingkan dengan kulit pisang ambon dan groho. Berdasarkan hal tersebut,

maka kulit pisang yang dipakai pada penelitian ini adalah dari kulit pisang kepok (Musa

acuminate L.) dimana kulit buahnya berwarna kuning dan umur panen kulit pisang sekitar

100 hari setelah bunga mekar (Nuramanah, Sholihin dan Siswaningsih, 2013; Murtiningsih

dan Pekerti, 1998).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan

mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan

dihambat (Winarsi, 2007). Tanaman yang mengandung senyawa fenolik dan polifenol

seperti tanin memiliki aktivitas antioksidan (Jain, Goyal, and Ramawat, 2011; Ling and

Palanisamy, 1999; Sumathy et al., 2011). Tanin merupakan senyawa polifenol dari

kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, anti peradangan dan anti

kanker (anticarcinogenic). Mekanisme kerja tanin sebagai antioksidan adalah menstabilkan

senyawa radikal bebas dengan cara melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki oleh

7
radikal bebas. Dalam reaksi yang terjadi apabila gugus hidroksil bertemu dengan senyawa

radikal maka gugus –OH akan terpecah dengan lepasnya ion H+ kemudian selanjutnya atom

hidrogen akan ditangkap oleh senyawa radikal bebas yang akan membuat senyawa itu

menjadi stabil (Winarno, 2002). Tanin utamanya diketahui sebagai adstringensia yang

banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik (Yuliarti, 2009). Tanin

memiliki efek sinergis dengan fungsi masker dalam hal fungsinya sebagai pengencang kulit.

Tanin dapat mengencangkan kulit dengan cara memadatkan protein kulit (Anonim,2014)

8
B. FORMULASI

BAHAN FORMULA
Serbuk Kulit Pisang 3%
Polivinil Alkohol 16%
HPMC 2%
Gliserin 5%
Nipagin 0,2%
Etanol 70% 5 ml
Aquades ad 100 ml

Rencana bobot penimbangan: 100 mg

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
 Timbangan
 Spatula
 Pisau
 Piring
 gelas ukur
 beaker glass
 blender
 lumping
 mortir dan stamper
 sudip
 pot plastic
 oven
 ayakan ukuran 20 mesh
 penangas air

2. Bahan
 serbuk kulit pisang

9
 Polivinil alcohol
 HPMC
 Gliserin
 Kalium sorbat
 Etanol 70%
 Aquades

D. MONOGRAFI BAHAN
a. Polivinil alkohol

Pemerian Serbuk putih, hingga berwarna krem, atau serbuk granul


Fungsi Sebagai stabilizing agent, penambah viskositas.
Kelarutan Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam
aseton
Stabilitas Polivinil alkohol stabil pada wadah yang resisten terhadap korosi,
dapat ditambahkan pengawet, mengalami degradasi lambat pada 100
°C dan sangat cepat pada 200 °C. Terhidrolisis total pada 228 °C,
dan sebagian pada 180-190 °C.

b. HPMC (Hidroksi Propil Metil Selulosa)

Pemerian serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, dan tidak
berasa
Kelarutan Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol
(95%) dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan
iklorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan campuran
air dan alkohol. Larut dalam larutan aseton encer, campuran
diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut organik lain.
Inkompatible dengan beberapa agen pengoksidasi.
Kegunaan Agen coating, lapisan film, agen stabilizer, suspending agent, tablet
binder, agen peningkat viskositas.

c. Gliserin

Pemerian Cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau, berasa manis,
10
bertekstur kental, Bersifat higroskopis;
Kelarutan Larut dalam air, alkohol, etil asetat, dan eter; Tidak larut dalam
benzen, kloroform, karbon tetraklorida, karbon disulfida, petroleum
eter, dan minyak
Fungsi bahan pembuat produk farmasi, kosmetik, makanan, minuman;
sebagai bahan tambahan pangan (pengemulsi, pengental, penstabil)

d. Nipagin (Metil Paraben) (Rowe, 2009; FI IV, Hal : 551)

Pemerian Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah
larut dalam eter P.
fungsi Sebagai pengawet

e. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III hal. 65)

Pemerian Cairan tidak berwarna,jernih, mudah menguap dan mudah bergerak,


bau khas;rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala
biru yang tidak berasap..
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P
penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat
sejuk, jauh dari nyala api.
Keguunaan Zat tambahan

f. Aquades

Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
penyimpanan dalam wadah tertutup

E. PENIMBANGAN

11
Bahan Persentase Bobot (gram)
(%)
Serbuk Kulit Pisang 3% 3
Polivinil Alkohol 16% 16
HPMC 2% 2
Gliserin 5% 5
Nipagin 0,2% 0,2
Etanol 70 % 5 ml 5 ml
Aquadest ad 100 ml 68,8 ml
Total 100 gram

12
F. METODE
 Pembuatan Serbuk Kulit Pisang Kepok

Ambil kulit pisang kepok, kemudian dibersihkan agar terhindar dari mikroba

Di lakukan pengukusan selama 15 menit, supaya getah terpisah

Dilakukan perajagan, tebal 0,5 cm agar mudah dilakukan pembelenderan

Pengeringan dengan suhu 600C selama 10 jam, kemudian didinginkan

Kemudian Penepungan atau penggiling dengan menggunakan blender

Kemudian Pengayakan dengan mesh 20

Serbuk kulit pisang

13
 Pembuatan Masker Gel Peel Off

PVA dilarutkan dengan aquades hangat ( 80 0C ) hingga mengembang 15-30


sempurna lalu gerus homogen ( massa I ).

HPMC dikembangkan terlebih dahulu dengan air panas 20 x HPMC di dalam


lumpang selama 15 menit. Kemudian gerus homogen ( massa II )

Kalium sorbat dilarutkan dengan air ( mass III )

Kemudian tambahkan massa II, tambahkan gliserin gerus sampai homogen lalu
masukan massa III gerus homogen, kemudian tambahkan massa I gerus homogen
lalu tambahkan etanol diamkan sebentar baru gerus homogen.

Tambahkan sisa aquades gerus sampai massa gel yang homogen

Ditempat terpisah gerus serbuk kulit pisang kepok larutkan dengan tween 80
100% diamkan terlebih dahulu.

Tambahkan basis gel sedikit demi sedikit sampai homogen.

G. EVALUASI

 Uji Organoleptik

Pengamatan organoleptik dilakukan terhadap bentuk, bau, dan warna dari tablet (BPOM

RI, 2014). Uji organoleptis dilakukan dengan cara melihat perubahan bentuk, warna, dan

bau dari masker pada penyimpanan (minggu ke 0 s/d minggu ke 2).

 Uji Ph
14
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pHdari kulit pisang kepok. Sediaan topikal biasanya

memiliki pH yang sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7. pH sediaan yang terlalu asam

atau basa dapat menyebabkan iritasi kulit.

 Uji Kesukaan

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang

kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan tanggapan

senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.

 Uji Daya Mengering

Uji daya mengering masker gel dilakukan dengan mengamati waktu diperlukan sediaan

untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker gel pada kaca objek

hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

 Uji Iritasi Pada Kulit Sukarelawan

Sediaan masker dioleskan pada telinga bagian belakang sukarelawan, kemudian dibiarkan

selama 24 jam, dan dilihat perubahan yang terjadi, berupa iritasi pada kulit, gatal, dan

perkasaran.

 Uji Viskositas

Pengukuran viskositas sediaan gel dengan volume 100 dalam beker gelas 250 dilakukan

dengan viskometer Ostwald pada suhu kamar dengan menggunakan spindelno 6

kemudian dicelupkan ke dalam gel dengan kecepatan putaran sebesar 5 rpm kemudian di

viskositas lulur dapat terbaca pada layar monitor pada alat viskometer.

15
H. DESAIN KEMASAN
1. Kemasan Primer
Yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang dikemas (Julianti
dan Nurminah, 2006). Sebagai pengemas primer sediaan gel peel off mask kami
menggunakan botol tube plastik, alasan digunakannya botol tube plastik karena dengan
kemasan tube ini, kontaminasi dengan udara atau polusi disekitar dapat diminimalisasi
sehingga kestabilan produk tetap terjaga. Berikut adalah gambar kemasan primer Banana
peel off mask

Gambar 1. Kemasan primer Banana peel of mask

16
2. Kemasan Sekunder
Yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kemasan primer (Julianti dan
Nurminah, 2006). Sebagai pengemas sekunder kemasan primer gel peel off mask
kulit pisang kami menggunakan kertas karton. Berikut merupakan gambar kemasan
sekunder Banana peel of mask

Gambar 2. Kemasan sekunder Banana peel of mask

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masker wajah peel off memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu merilekskan otot-

otot wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan kulit wajah

18
DAFTAR PUSTAKA

Akpabio, D. Udiong, D. Akpakpan, A. 2012. The Physicochemical Characteristics Of Plantain


(Musa Paradisiaca) And Banana (Musa Sapientum) Pseudostem Wastes. Advances in
Natural and Applied Sciences.

American Society of Health-System Pharmacy. 2010. AHFS drug information. USA : ASHP
Incorporation

Badan Pom RI, 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis
Kosmetika. Jakarta : BPOM

BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Jakarta: BPOM
RI.
Canales-Aguirre, A. et al. 2008. Wound healing and antioxidant activities of extracts from
Musa paradisiaca L. Peel. Planta Med
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dwikarya, M . 2003. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Kawan Pustaka
[FDA] Food and Drug Administration. 1999. Compliance Policy Guide Chapter5, Sub Chapter
-555. Section 555.425 – Foods Adulteration Involing Hard or Sharp Foreign Objects.
Julianti, E. dan M. Nurminah. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan:Universitas
Sumatera Utara – Press.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Murtiningsih dan H. Pekerti. (1988). Pengaruh umur petik terhadap mutu buah pisang Tanduk.
Bull. Penel. Horti 3(1):
Nagarajaiah B, Prakash J. 2011 Chemical compotition and antioxidant of peels from three
varieties of banana. Asian Journal of Food and Agro-Industry
Nuramanah, E., H. Sholihin, dan W. Siswaningsih. 2013. Kajian Aktivitas Antioksidan Kulit
19
Pisang Raja Bulu (musa paradisiaca L. var sapientum) Dan Produk Olahannya. J.
Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1.
Rowe, Raymond C, dkk. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed. Pharmaceutical
Press, USA
Tresna, Pipin., 2010. Modul 1 Dasar Rias : Perawatan Kulit Wajah (Facial). Universitas
Pendidikan Indonesia : Bandung.
Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed.
Winarsi, Hery. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius (Anggota IKAPI),
Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai