Disusun Oleh :
2019
1
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................... 4
C. TUJUAN ................................................................................................................... 4
BAB II ISI
B. FORMULASI .......................................................................................................... 9
D. MONOGRAFI...................................................................................................... 10
E. PENIMBANGAN.................................................................................................. 12
F. METODE............................................................................................................... 13
G. EVALUASI ........................................................................................................... 14
A.KESIMPULAN ...................................................................................................... 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh dari paparan polusi lingkungan, akibatnya
sering timbul masalah kulit seperti keriput, penuaan, jerawat dan pori kulit yang membesar
oleh karena itu sangat penting untuk merawat kulit (Grace et al., 2015).
Efek antioksidan untuk perawatan kulit wajah akan lebih baik diformulasikan dalam
bentuk topikal dibandingkan dengan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama
dengan kulit wajah (Draelos & Thaman, 2006). Salah satu bentuk formulasi topikal yaitu
masker wajah. Masker biasanya berisi berbagai macam zat yang berguna bagi kesehatan
kulit. Masker wajah peel off merupakan salah satu jenis masker wajah yang mempunyai
keunggulan dalam penggunaanya yaitu dapat dengan mudah dilepas atau diangkat seperti
Kulit pisang kepok merupakan salah satu limbah rumah tangga yang menjadi sumber
pencemar jika tidak diberdayakan dengan benar. Dari beberapa penelitian diketahui kulit
pisang kepok terkandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Someya et.al. Membuktikan bahwa pada kulit pisang memiliki
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya, kerusakan sel akan
dihambat (Food and Drug Administration. 1999). Photo againg merupakan suatu proses
3
penuaan dini yang menyebabkan kulit menjadi lebih kasar, keras, dan terbentuk kerutan
yang dalam, sehingga akan berdampak buruk pada penampilan senyawa yang dikenal luas
dapat menangkal radikal bebas adalah antioksidan (Depkes RI, 1995). Berdasarkan hal
tersebut, kami membuat produk kecantikan berupa masker peel off dengan bahan baku kulit
pisang kapok. Penggunaan bahan ini sebagai bahan baku alami dapat meningkatkan nilai
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana formulasi dari sediaan gel peel off mask ekstrak kulit pisang kepok?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui bagaimana formulasi dari sediaan gel peel off mask ekstrak kulit pisang
kepok?
BAB II
4
ISI
A. DASAR TEORI
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
mengubah penampilan, memperbaiki bau badan dan melindungi atau memelihara tubuh
pada kondisi baik (BPOM RI, 2011). Sediaan kosmetika untuk pengaplikasian pada wajah
tersedia dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah masker dalam bentuk gel yang
mempunyai beberapa keuntungan diantaranya mudah dalam penggunaan, serta mudah untuk
dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangka atau dilepaskan seperti membran
sel-sel kulit dan mengangkat sel-sel tanduk yang telah mati (Dwikarya, 2002). Mekanisme
kerja masker wajah adalah menyebabkan suhu kulit wajah meningkat sehingga peredaran
darah menjadi lebih lancar dan penghantaran zat-zat gizi ke lapisan permukaan kulit
dipercepat sehingga kulit muka terlihat menjadi lebih segar. Akibat dari terjadi peningkatan
suhu dan peredaran darah yang menjadi lebih lancar maka fungsi kelenjar kulit meningkat,
kotoran dan sisa-sisa metabolism dikeluarkan ke permukaan kulit kemudian diserap oleh
lapisan masker yang mengering. Cairan yang berasal dari keringat dan sebagian cairan
masker diserap oleh lapisan tanduk, meskipun lapisan masker mengering tetapi lapisan
tanduk tetap kenyal, bahkan sifat ini menjadi lebih baik ketika lapisan masker dilepaskan
yaitu terlihat keriput pada kulit menjadi berkurang dan kulit wajah tidak saja menjadi lebih
halus tetapi juga menjadi lebih kencang. Setelah masker dilepaskan, bagian cairan yang
telah diserap oleh lapisan tanduk akan menguap akibatnya akan terjadi penurunan suhu kulit
5
wajah sehingga memiliki efek menyegarkan kulit (Ginting, 2015). Perkembangan sediaan
kosmetik berbahan alam saat ini lebih pesat dikarenakan masyarakat lebih menyukai
kosmetik berbahan alam dibandingkan dengan kosmetik berbahan kimia. Hal ini
dikarenakan penggunaan kosmetik berbahan kimia telah dilaporkan memiliki banyak efek
samping (FDA, 1999). Sebagai contoh penggunaan bahan kimia dalam sediaan kosmetik
yang memberikan efek samping adalah asam retinoat sebagai pemutih yang dapat
menyebabkan peradangan pada kulit, berpotensi sebagai zat karsinogen dan zat teratogen
(Briggs, Freeman and Yaffe, 2005; American Society of Health-System Pharmacy, 2010).
Masker wajah peel off memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu merilekskan
(Vieira et al., 2009). Penggunaan masker wajah tipe ini akan memberikan rasa lembut dan
Pisang adalah jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia. Hampir semua
bagian dari pisang dapat dimanfaatkan, mulai dari konsumsi buah segar sampai dijadikan
masakan. Kualitas buah pisang juga berpengaruh terhadap harga, buah pisang yang
berkualitas baik, mulus tanpa cacat, tingkat ketuaan dan kematangan optimal, penampilan
menarik, besar dan padat, memiliki harga yang lebih tinggi dibanding pisang yang
berkualitas rendah. Meskipun demikian buah pisang yang berkualitas rendah dapat
seperti tepung pisang, sale pisang, dan juga bisa diolah menjadi bahan dasar kosmetik
Pisang kepok (Musa acuminata L.) merupakan tumbuhan yang dapat hidup di daerah
tropis dan subtropics (Sudarman dan Harsono, 1989). Kulit buah pisang masak yang
6
berwarna kuning kaya akan senyawa flavonoid, maupun senyawa fenolik yang lainnya,
disamping banyak mengandung karbohidrat, mineral seperti kalsium dan natrium, serta
selulosa. Kulit pisang secara in vitro memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi
dibanding bagian tanaman pisang lainnya. Aktivitas antioksidan pada kulit pisang mencapai
94,25% pada konsentrasi 125 μg/ml atau 0,12% sedangkan pada bagian buah pisang hanya
sekitar 70% pada konsentrasi 50 mg/ml atau 5% (Fatemeh et al., 2012; Canales-Aguirre et
al., 2008). Aktivitas antioksidan tinggi ini dihubungkan dengan tanin yang terkandung
dalam kulit pisang. Berdasarkan penelitian Akpabio, Udiong dan Akpakpan (2012),
Nagarajaiah dan Prakash (2011) serta Tartrakoon et al. (1999), aktivitas antioksidan
tertinggi terdapat pada kulit pisang kepok dimana jumlah taninnya mencapai 11,26 mg/g
kulit pisang, dibandingkan dengan kulit pisang ambon dan groho. Berdasarkan hal tersebut,
maka kulit pisang yang dipakai pada penelitian ini adalah dari kulit pisang kepok (Musa
acuminate L.) dimana kulit buahnya berwarna kuning dan umur panen kulit pisang sekitar
100 hari setelah bunga mekar (Nuramanah, Sholihin dan Siswaningsih, 2013; Murtiningsih
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif, akibatnya kerusakan sel akan
dihambat (Winarsi, 2007). Tanaman yang mengandung senyawa fenolik dan polifenol
seperti tanin memiliki aktivitas antioksidan (Jain, Goyal, and Ramawat, 2011; Ling and
Palanisamy, 1999; Sumathy et al., 2011). Tanin merupakan senyawa polifenol dari
kelompok flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan kuat, anti peradangan dan anti
senyawa radikal bebas dengan cara melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki oleh
7
radikal bebas. Dalam reaksi yang terjadi apabila gugus hidroksil bertemu dengan senyawa
radikal maka gugus –OH akan terpecah dengan lepasnya ion H+ kemudian selanjutnya atom
hidrogen akan ditangkap oleh senyawa radikal bebas yang akan membuat senyawa itu
menjadi stabil (Winarno, 2002). Tanin utamanya diketahui sebagai adstringensia yang
banyak digunakan sebagai pengencang kulit dalam kosmetik (Yuliarti, 2009). Tanin
memiliki efek sinergis dengan fungsi masker dalam hal fungsinya sebagai pengencang kulit.
Tanin dapat mengencangkan kulit dengan cara memadatkan protein kulit (Anonim,2014)
8
B. FORMULASI
BAHAN FORMULA
Serbuk Kulit Pisang 3%
Polivinil Alkohol 16%
HPMC 2%
Gliserin 5%
Nipagin 0,2%
Etanol 70% 5 ml
Aquades ad 100 ml
2. Bahan
serbuk kulit pisang
9
Polivinil alcohol
HPMC
Gliserin
Kalium sorbat
Etanol 70%
Aquades
D. MONOGRAFI BAHAN
a. Polivinil alkohol
Pemerian serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, dan tidak
berasa
Kelarutan Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol
(95%) dan eter; namun larut dalam campuran etanol dan
iklorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan campuran
air dan alkohol. Larut dalam larutan aseton encer, campuran
diklorometana dan propan-2-ol, dan pelarut organik lain.
Inkompatible dengan beberapa agen pengoksidasi.
Kegunaan Agen coating, lapisan film, agen stabilizer, suspending agent, tablet
binder, agen peningkat viskositas.
c. Gliserin
Pemerian Cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau, berasa manis,
10
bertekstur kental, Bersifat higroskopis;
Kelarutan Larut dalam air, alkohol, etil asetat, dan eter; Tidak larut dalam
benzen, kloroform, karbon tetraklorida, karbon disulfida, petroleum
eter, dan minyak
Fungsi bahan pembuat produk farmasi, kosmetik, makanan, minuman;
sebagai bahan tambahan pangan (pengemulsi, pengental, penstabil)
Pemerian Serbuk hablur putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa,
kemudian agak membakar diikuti rasa tebal.
Kelarutan Larut dalam 500 bagian air, 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah
larut dalam eter P.
fungsi Sebagai pengawet
f. Aquades
Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
penyimpanan dalam wadah tertutup
E. PENIMBANGAN
11
Bahan Persentase Bobot (gram)
(%)
Serbuk Kulit Pisang 3% 3
Polivinil Alkohol 16% 16
HPMC 2% 2
Gliserin 5% 5
Nipagin 0,2% 0,2
Etanol 70 % 5 ml 5 ml
Aquadest ad 100 ml 68,8 ml
Total 100 gram
12
F. METODE
Pembuatan Serbuk Kulit Pisang Kepok
Ambil kulit pisang kepok, kemudian dibersihkan agar terhindar dari mikroba
13
Pembuatan Masker Gel Peel Off
Kemudian tambahkan massa II, tambahkan gliserin gerus sampai homogen lalu
masukan massa III gerus homogen, kemudian tambahkan massa I gerus homogen
lalu tambahkan etanol diamkan sebentar baru gerus homogen.
Ditempat terpisah gerus serbuk kulit pisang kepok larutkan dengan tween 80
100% diamkan terlebih dahulu.
G. EVALUASI
Uji Organoleptik
Pengamatan organoleptik dilakukan terhadap bentuk, bau, dan warna dari tablet (BPOM
RI, 2014). Uji organoleptis dilakukan dengan cara melihat perubahan bentuk, warna, dan
Uji Ph
14
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pHdari kulit pisang kepok. Sediaan topikal biasanya
memiliki pH yang sama dengan pH kulit yaitu antara 4,5-7. pH sediaan yang terlalu asam
Uji Kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
Uji daya mengering masker gel dilakukan dengan mengamati waktu diperlukan sediaan
untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker gel pada kaca objek
Sediaan masker dioleskan pada telinga bagian belakang sukarelawan, kemudian dibiarkan
selama 24 jam, dan dilihat perubahan yang terjadi, berupa iritasi pada kulit, gatal, dan
perkasaran.
Uji Viskositas
Pengukuran viskositas sediaan gel dengan volume 100 dalam beker gelas 250 dilakukan
kemudian dicelupkan ke dalam gel dengan kecepatan putaran sebesar 5 rpm kemudian di
viskositas lulur dapat terbaca pada layar monitor pada alat viskometer.
15
H. DESAIN KEMASAN
1. Kemasan Primer
Yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan yang dikemas (Julianti
dan Nurminah, 2006). Sebagai pengemas primer sediaan gel peel off mask kami
menggunakan botol tube plastik, alasan digunakannya botol tube plastik karena dengan
kemasan tube ini, kontaminasi dengan udara atau polusi disekitar dapat diminimalisasi
sehingga kestabilan produk tetap terjaga. Berikut adalah gambar kemasan primer Banana
peel off mask
16
2. Kemasan Sekunder
Yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kemasan primer (Julianti dan
Nurminah, 2006). Sebagai pengemas sekunder kemasan primer gel peel off mask
kulit pisang kami menggunakan kertas karton. Berikut merupakan gambar kemasan
sekunder Banana peel of mask
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masker wajah peel off memiliki beberapa manfaat, diantaranya mampu merilekskan otot-
18
DAFTAR PUSTAKA
American Society of Health-System Pharmacy. 2010. AHFS drug information. USA : ASHP
Incorporation
Badan Pom RI, 2011, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.08.11.07331 Tahun 2011 Tentang Metode Analisis
Kosmetika. Jakarta : BPOM
BPOM RI. 2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Jakarta: BPOM
RI.
Canales-Aguirre, A. et al. 2008. Wound healing and antioxidant activities of extracts from
Musa paradisiaca L. Peel. Planta Med
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dwikarya, M . 2003. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: Kawan Pustaka
[FDA] Food and Drug Administration. 1999. Compliance Policy Guide Chapter5, Sub Chapter
-555. Section 555.425 – Foods Adulteration Involing Hard or Sharp Foreign Objects.
Julianti, E. dan M. Nurminah. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Medan:Universitas
Sumatera Utara – Press.
Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Edisi Kesatu. Amsterdam: Elsevier Science B.V.
Murtiningsih dan H. Pekerti. (1988). Pengaruh umur petik terhadap mutu buah pisang Tanduk.
Bull. Penel. Horti 3(1):
Nagarajaiah B, Prakash J. 2011 Chemical compotition and antioxidant of peels from three
varieties of banana. Asian Journal of Food and Agro-Industry
Nuramanah, E., H. Sholihin, dan W. Siswaningsih. 2013. Kajian Aktivitas Antioksidan Kulit
19
Pisang Raja Bulu (musa paradisiaca L. var sapientum) Dan Produk Olahannya. J.
Sains dan Teknologi Kimia Vol 4, No 1.
Rowe, Raymond C, dkk. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed. Pharmaceutical
Press, USA
Tresna, Pipin., 2010. Modul 1 Dasar Rias : Perawatan Kulit Wajah (Facial). Universitas
Pendidikan Indonesia : Bandung.
Wilkinson, J. B. dan Moore, R. J., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed.
Winarsi, Hery. (2007). Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Kanisius (Anggota IKAPI),
Yogyakarta.
20