Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL

UJI DAYA ANTIBAKTERI SARIPATI DAUN GAMAL


(Gliricidia sepium) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI Pro
pionibacterium acnes SEBAGAI MEDIA PENGEMBANGAN
BERUPA VIDEO PEMBELAJARAN DI UPT SMAN 3 MUSI
RAWAS

Oleh:
CICA PUPUT SYAPUTRI
4219010

Proposal Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapat


kan gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jerawat adalah penyakit kulit akibat peradangan kronis dengan patogenesis k

ompleks, melibatkan kelenjar sebase, hiperkeratinisasi folikular, kolonisasi bakteri

berlebihan, reaksi imun tubuh, dan peradangan (Madelina dan Sulistyaningsih, 20

18). Salah satu kolonisasi bakterinya adalah keberadaan bakteri Propionibacteriu

m acnes pada kulit dan terjadinya penyumbatan folikel sampai batas tertentu meru

pakan keadaan normal bagi semua orang. Perkembangan lesi secara klinis ditentu

kan oleh tingkat respons imun (hipersensitivitas) yang diperngaruhi secara genetik

(Quairoil and Foster, 2009).

Pemicu timbulnya jerawat antara lain genetik, aktivitas hormon pada siklus m

enstruasi, stres, aktivitas kelenjar sebase yang hiperaktif, kebersihan, makanan dan

penggunaan kosmetik. Jerawat disebabkan oleh penyumbatan pori kulit sehingga s

ekresi minyak menjadi terhambat kemudian membesar dan mengering menjadi jer

awat (Muliyawan dan Suriana, 2013). Saat ini untuk membersihkan wajah, masya

rakat menggunakan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam sabun pencuci mu

ka.

Jerawat juga dapat menyerang 85% populasi dunia yang berusia 11-30 tahun

(Okoro, dkk., 2016). Prevalensi penderita jerawat di Indonesia berkisar 80-85% pa

da remaja pada puncak insiden usia 15-18 tahun, 12% pada wanita usia > 25 tahun
dan 3% pada usia 35-44 tahun (Resti dan Hendra, 2015). Konsep kembali ke alam

merupakan suatu konsep yang menghendaki masyarakat untuk menggunakan baha

n alami sebagai alternatif didunia kesehatan dan kosmetik karena dianggap lebih a

man, mudah, murah dan sedikit memiliki efek samping. Salah satunya dengan me

nggunakan tanaman untuk membersihkan muka dari paparan kosmetik.

Salah satu jenis tanaman yang ada di Musi Rawas dan juga terdapat di Lubukl

inggau adalah daun Gamal (Gliricidia sepium) tanaman ini banyak digunakan mas

yarakat sebagai pagar hidup atau peneduh. Berdasarkan uji fitokimia ekstrak daun

gamal mengandung steroid, tanin, alkaloid dan flavonoid. Kandungan dari tanama

n Gamal memiliki senyawa kimia yang berbeda-beda maka dari itu kemungkinan t

erjadi interaksi dari senyawa yang ada di daun Gamal pada tubuh (Suparman, dkk.

2013). Hasil Uji pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2022 di La

boratorium Biologi Universitas PGRI Silampari mendapatkan hasil bahwa pada k

onsentrasi 40% sari pati daun gamal memberikan daya antibakteri terhadap Propio

nibacterium acnes.

Hasil penelitian ini nantinya akan di kembangkan menjadi media pembelajara

n berupa video pembelajaran untuk pelajar SMA, hal ini berdasarkan pengalaman

peneliti serta dari hasil observasi ke sekolah sasaran nantinya. Pembelajaran yang

biasa dilakukan pada materi yang berkaitan dengan mikroba selama ini hanya me

nekankan kajian teori sehingga yang diperoleh pelajar hanya berupa konsep. Tida

k sedikit pelajar mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran yang berkai

tan dengan mikroba sehingga sangat penting untuk menghubungkan materi denga
n kehidupan sehari-hari seperti: kegiatan studi kasus terkini dan pengamatan yang

dilakukan dilapangan ataupun dilaboratorium, jadi mahasiswa mampu diarahkan u

ntuk menemukan konsep, prinsip, aplikasi dan fakta salah satunya dengan video p

embelajaran (Habibi, dkk, 2016).

Menurut Rahiman (2017) permasalahan yang dihadapi pelajar dalam pembela

jaran meliputi sulitnya pelajar untuk memahami konsep dan materi, pelajar cender

ung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran, kesulitan untuk membuat pertany

aan, media pembelajaran yang tidak menarik, minat yang rendah.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Uji Daya

Antibakteri Saripati Daun Gamal (Gliricidia Sepium) Terhadap Zona Hambat Bak

teri Propionibacterium acnes Sebagai Media Pengembangan Berupa Vidio Pembe

lajaran di UPT SMAN 3 Musi Rawas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan dalam penel

itian ini, yaitu:

1. Bagaimana daya antibakteri sari pati daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap

zona hambat bakteri jerawat Propionibacterium acnes?

2. Bagaimana hasil pengembangan media pembelajaran berupa video pembelaja

ran.

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui daya antibakteri daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap bakteri

jerawat Propionibacterium acnes.

2. Menghasilkan media pengembangan pembelajaran berupa video pembelajara

n mengenai pengaruh sari pati daun gamal (Gliricidia sepium) terhadap terha

dap bakteri Propionibacterium acnes.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi:

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan untuk membantu perkembangan il

mu dan pengetahuan dalam bidang kesehatan terlebih yang berkaitan dengan tumb

uhan yang berkhasiat obat.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama dibangku perkuliahan pada

mata kuliah mikrobiologi dan pengembangan media ajar.

b. Bagi siswa
Dengan adanya media pembelajaran siswa lebih aktif, inovatif dan terampil d

alam pemanfaatan teknologi.

c. Manfaat untuk guru

Sebagai bahan ajar untuk membantu guru menyampaikan materi dengan wakt

u yang lebih singkat dan menjadikan proses belajar mengajar menjadi interaktif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat mencapai tujuan yang ingin diharapkan secara maks

imal dan optimal tidak menyimpang dari pembahasan, maka peneliti membuat bat

asan masalah atau ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Bagian daun gamal (Gliricidia Sepium) yang digunakan pada penelitian ini ad

alah seluruh bagian helai daun yang sudah tua (3-5 helai terhitung dari daun y

ang baru tumbuh), warnanya lebih hijau, dan tidak tercemar dari penyakit dan

hama.

2. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu obat kloramfenikol se

bagai kontrol positif, dan konsetrasi sari pati daun gamal (Gliricidia Sepium)

sebanyak 20%, 40%, 60%, dan 80% dengan 4 kali pengulangan.

3. Zona hambat bakteri yang diamati dalam penelitian ini yaitu zona hambat Pro

pionobacterium acnes.
4. Hasil penelitian yang dapat diimplementasikan dalam dunia pendidikan deng

an bentuk vidio, untuk mempermudah proses Kegiatan Belajar Mengajar (KB

M).
BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori

1. Pengertian Antibakteri

Antibakteri merupakan senyawa yang digunakan dalam menghamb

at aktivitas bakteri. Antibakteri terdapat dalam suatu organisme sebagai

metabolit sekunder. Mekanisme senyawa antibakteri umunya dilakuka

n dengan cara mengubah permeabilitas membran, merusak dinding sel,

menghambat kerja enzim, mengganggu sintesis protein. Senyawa yang

berperan sebagai antibakteri antara lain adalah, fenol, alkaloid, dan fla

vanoid. Senyawa fitokimia ini memiliki potensi sebagai antibakteri ala

mi pada bakteri yang bersifat patogen, contohnya Propionobacterium

Acne (Septiani, dkk, 2017).

Keefektifan suatu zat antibakteri dalam menghambat dan membun

uh pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari sifat bakteri yang aka

n diuji, konsetrasi yang digunakan dan lamanya waktu kontak (Lingga,

dkk, 2016). Aktivitas antibakteri dinyatakan positif apabila terbentukn

ya zona hambat berupa zona bening disekeliling paper disk (Kaseng, d

kk, 2016).
Antibakteri adalah zat yang memliki sifat membunuh bakteri (toksi

k). Terutama bakteri merugikan manusia yang biasanya menyebabkan i

nfeksi. Zat atau agen yang digunakan sebelumnya ditentukan sebelumn

ya harus bersifat toksisitas selektif, yaitu suatu zat berbahaya bagi bakt

eri atau parasit tetapi tidak membahayakan inang (host). Toksisitas sele

ktif bersifat realitf, yaitu suatu zat (obat) pada konsentrasi tertentu dap

at ditoleransi oleh host yang dapat merusak bakteri. Berdasarkan sifat t

oksisitas selektif maka sifat antibakteri terbagi menjadi 2, yaitu Bakteri

ostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dadn Bakterisid (membunu

h bakteri). Konsentrasi minimal yang dibutuhkan untuk menghambat p

ertumbuhan bakteri dikenal sebagai sebagai Kadar Hambat Minimal

(KHM). Sedangkan konsentrasi minimal yang diperlukan untuk memb

unuh mikroba disebut dengan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Faktor-fa

ktor yang mempengaruhi aktivitas antibakteri diantaranya adalah pH li

ngkungan, komponen perbenihan bakteri, stabilitas zat aktif, besarnya i

nokolum, lamanya inkubasi dan aktifitas metabolik bakteri (Suwandi,

2012).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa antibakteri

merupakan senyawa kimia kompleks yang memiliki efek menekan ata

u menghambat pertumbuhan dan perkembangan kerja dari sel bakteri.

2. Tumbuhan Gamal (Gliricidia Sepium)


Gamal (Gliricidia Sepium) adalah tanaman leguminosa yang dapat

tumbuh dengan cepat di daerah kering. Daun gamal berbentuk elips (o

val), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul (bulat), susunan daun t

erletak berhadapan seperti daun lamtoro atau turi. Bunga daun gamal

muncul pada musim kemarau dan berbentuk kupu-kupu terkumpul pad

a ujung batang (Natalia dkk,., 2009).

Daun gamal (Gliricidia Sepium) dimanfaatkan sebagai obat berbag

ai penyakit kulit, rematik, kepala, batuk, dan luka-luka tertentu. Menur

ut penelitian Lumowa, Maria, dan Rambitan (2009), skrining fitokimia

yang telah dilakukan, ekstrak etanol daun gamal mengandung bahan ak

tif tanin/polifenol, sponin, flavanoid dan steroid. Tumbuhan Gamal (Gl

iricidia Sepium) dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Tumbuhan Gamal (Gliricidia Sepium)(Sum


ber: Dokumentasi Pribadi, 2022)

Berikut adalah taksonomi tumbuhan Gamal (Gliricidia Sepium) m


enurut Kon (2018):
Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Subfamili : Faboideae

Genus : Gliricidia

Spesies : Gliricidia sepiumi

a. Morfologi Tanaman Gamal

Batang gamal berukuran kecil hingga sedang, tingginya dap

at mencapai 10-12 m, sering bercabang dari dasar dengan diameter

basal mencapai 50-70 cm. kulit batang halus dengan warna bervaria

si, dari putih abu-abu kemerahan tua-coklat. Batang bercabang-cab

ang pada umumnya ada bercak putih kecil (Winata,et.al 2012). Dau

n gamal menyirip ganjil, biasanya perpasangan sepanjang sekitar 3

0 cm melebar 5-20 cm, helai daun berbentuk ovale atau elips, panja

ng daun 2-7 cm, dan lebar daun 1-3 cm. helai daun, pelepah dan tul

ang belakang kadang-kadang bergaris-garis merah. Bunga berwarn

a merah ke unguan, sedikit warna putih, biasanya dengan titik kuni

ng pucat menyebar di dasar kelopak. Dasar kelopak bunga bulat da

n hampir tegak, dengan ukuran sekitar 20 mm, panjang kelopak bu

nga 15-20 mm, dan lebarnya 4-7 mm. polong muda berwarna hijau

kemerahan-unguan, berwarna kuning-coklat setelah masak, dan ber


warna kuning coklat muda sampai coklat bila sudah tua. polong ber

bantuk pipih hampir bulat, panjang polong 10-18 cm, jumlah biji 4-

10 (Winata, et.al 2012).

b. Kandungan Aktif Metabolik Sekunder

Tanaman gamal memliki senyawa aktif sekunder yaitu sapo

nin, flavanoid, alkaloid dan tanin (Akharaiyi, Boboye and Adet

uyi, 2012).

a) Tanin

Tanin merupakan zat organik yang terdapat dalam ekstrak t

umbuhan yang memliki kelarutan sangat tinggi dalam air. Kelar

utan tanin yang sangat tinggi dalam pelarut organik seperti Met

anol, Etanol, Aseton, dan pelarut organik lainnya. Tanin adalah

senyawa polifenol yang terdiri dari kelompok oligomer dan pol

imer yang sangat beragam. Tanin dapat mengendapkan protein

dan membentuk kompleks dengan polisakarida. Tanin memiliki

berat molekul yang cukup tinggi dan mengandung hidroksil unt

uk membentuk kompleks yang kuat dengan protein dan makro

molekul lainnya dibawah kondisi lingkungan tertentu. Tanin da

pat ditemukan pada semua bagian tanaman seperti daun, bunga,

akar, benih tanaman, dan batang. Tanin berfungsi sebagai pelin

dung daun dari predasi dengan mengurangi palatabilitas, sebag

ai penghalang kimiawi untuk penetrasi dan kolonisasi oleh pato


gen tanaman, bakterisida dan menghambat aktivitas mikroba

(Hoffmann, 2003).

Tanin bekerja dengan berikatan pada adhesion faktor pada

bakteri, membentuk kompleks dengan polisakarida dan ion log

am, sehingga menghambat pertumbuhan bakteri dan bersifat to

ksit bagi membrane bakteri (Suryani, 2014).

b) Flavanoid

Istilah flavanoid menggambarkan semua pigmen polifenol

yang terdapat dalam tanaman yang memiliki kerangka C6-C3-

C6 yang serupa dengan jenis flavonoid lainnya, yaitu memiliki

gugus cincin benzena yang dihubungkan oleh 3 rantai karbon.

Hampir semua jenis flavanoid yang telah diidentifikasi memilik

i dasar susunan struktur yang sama. Flavanoid berfungsi untuk

memberi pigmen warna pada bunga, buah dan daun tanaman,

melindungi tanaman dari agen pemangsa dan radiasi sinar ultra

violet. Flavanoid telah menjadi fokus riset baik secara in-vitro

maupun in-vivo karena memliki potensi pengobatan seperti anti

oksidan, hiploglikemik, antiinflamasi, imunodulator, antineopla

stik dan antimikroba (Hoffmann, 2003).

Menurut Marjorie Murphy Cowan dalam Kumar and Pande

y (2013) flavanoid bersifat antibakteri karena memiliki beberap

a target seluler. Salah satu tindakan molekuler mereka adalah m


embentuk kompleks protein melalui ikatan nonspesifik seperti i

katan hydrogen, efek hidrofobik dan juga pembentukan ikatan

kovalen. Sifat antimikroba ini terkait kemampuan flavanoid unt

uk menonaktifkan bagian-bagian mikroba seperti enzim, protei

n transport slubung dan sebagainya. Flavanoid lipofilik juga da

pat mengganggu fungsi membran mikroba karena mengikat fos

folipid pada dinding bakteri (Cowan, 1999).

c) Saponin

Saponin merupakan kelompok glikosida tanaman yang bers

ifat water soluble. Saponin sangat banyak ditemukan pada bagi

an tanaman berbunga dan beberapa jenis tanaman yang biasa di

konsumsi seperti kacang kedelai, buncis, kacang tanah, ubi kay

u dan lain sebagainya. Kandungan saponin dalam tanaman terg

antung dari usia, keadaan fisiologis, kultivar, dan lokasi geogra

fis. Senyawa ini memiliki kemampuan untuk menurunkan tega

ngan permukaan sel yang mengakibatkan terjadinya kerusakan

dinding sel bakteri, selain itu saponin juga bersifat seperti sabu

n. Pembentukan busa ini dapat menyebabkan hemolisis eritrosit

secara in-vitro. Saponin merupakan senyawa kimia yang memp

unyai aktivitas hemolisis, mempunyai sifat antimikroba, antiba

kteri, antiinflamasi dan lain-lain. Saponin berfungsi sebagai per

lindungan tanaman terhadap serangan jamur, karena sering terja


di peningkatan kadar saponin dibagian tanaman dibawah seran

gan mikroba (Hoffmann, 2003).

d) Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik. Kandungan alkaloid dala

m tanaman berfungsi sebagai racun untuk melindungi tanaman

terhadap serangga dan herbivora. Alkaloid adalah kelompok me

tabolik tanaman sekunder terbesar yang memliki setidaknya sat

u atom nitrogen dalam cincin heterosiklik. Senyawa nitrogen in

i berperan dalam pertahanan tanaman terhadap organisme patro

gen enterik. Tanaman dengan kandungan akaloid telah dieksplo

itasi secara luas sebagai obat-obatan, stimulan psiko-stimulan,

narkotika dan racun karena aktivitas bioligis mereka yang terke

nal (Godstime C dkk,., 2014). Alkaloid memliki sifat antibakter

i, dimana zat ini akan menggangu kompnen peptidoglikan pada

sel bakteri sehingga lapisan dinding bakteri tidak akan terbentu

k sempurna, hal inilah yang menyebabkan sel bakteri akan mud

ah mengalami lisis (Retnowati, Bialangi dan Posangi, 2011).

c. Manfaat Daun Gamal (Gliricidia Sepium)

Daun gamal beermanfaat sebagai tanaman pagar, selain unt

uk tanaman pagar daun gamal juga berfungsi sebagai tanaman peli

ndung, sumber pupuk hijau, kayu bakar, bahan bangunan sederhan

a dan furniture, menyediakan bahan arang, pencegah erosi, untuk k


epentingan penghijauan lahan kritis, pakan ternak, selain itu tanam

an gamal juga dilaporkan digunakan dalam kepentingan lainnya se

perti daunnya digunakan sebagai pakan ikan (Ajayi,2005).

3. Propionibacterium acnes

Propionobacterium Acnes adalah bakteri gram positif, bakteri pleomor

fik berbentuk batang yang berada di berbagai organ manusia seperti konjungti

va, rongga mulut, saluran telinga eksterna, dan folikel pilosebase dari kulit ma

nusia (Perry & Lambert, 2011). Propionobacterium Acnes merupakan bakteri

penghuni dominan yang berada di folikel sebasea dan bias menyebabkan berb

agai infeksi pada organ tubuh manusia serta berhubungan dengan terjadinya ac

ne vulgaris (AV) (Dreno dkk,., 2018). Adapun bentuk Propionobacterium Acn

es dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Propionobacterium Acnes (Abate, 2013).

Taksonomi Propionobacterium Acnes menurut Dreno dkk,., 2018

Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
Kelas : Actinobacteridae
Ordo : Actinomycetales
Famili : Propionibacteriaceae
Genus : Propionibacterium
Spesies : Propionobacterium Acnes.
a. Morfologi Bakteri

Propionobacterium Acnes adalah bakteri gram positif yang memliki be

ntuk sel batang, panjang bervariasi antara 1-1,5 µm, nonmotil, tidak membent

uk spora dan dapat tumbuh diudara dan memerlukan oksigen mulai dari aerob

atau anaerob fakultatif sampai ke anaerob. Bakteri ini mampu melakukan ferm

entasi glukosa sehingga menghasilkan asam propionate dan asetat dalam jumla

h yang banyak (Narulita, 2017).

b. Struktur Bakteri

1. Kapsul

Kapsul bebentuk lapisan tipis dan terletak diluar dinding sel. Su

sunan dari kapsul berasal dari suatu polisakarida, polopeptida atau bias juga

keduanya. Struktur ini tidak semua bakteri memilikinya. Kapsul bersifat anti

genik dan memerlukan pewarnaan untuk mengetahuinya. Fungsi dari kapsul

pada bakteri untuk melindungi dari proses fogositosis. Derajat keganasan da

ri bakteri yang memiliki kapsul biasanya lebih virulen (Jaweets, dkk,., 2013).

2. Dinding Sel

Dinding sel dimiliki hampir keseluruhan bakteri. Susunan kimi

awi dari bakteri dilihat dari susunan peptidoglikan. Dinding sel memiliki fun

gsi untuk mempertahankan bentuk bakteri. Fungsi lain untuk penentuan pato

genesis dan antigenisitas. Bakteri gram positif pada dinding sel tersusun atas
polisakarida yang disebut asam teikoat yang terlibat dalam proses transporta

si dari dalam dan luar sel. Sedangkan, pada bakteri gram negative, peptidogl

ikan hanya sedikit (Jawetz, dkk,., 2013).

3. Membran Sitoplasma

Membran sitoplasma sebagian besar terdiri dari fosfolipid. Keg

unaan dari struktur ini adalah untuk mengatur bahan-bahan tertentu yang kel

uar dan masuknya dari dalam maupun dari luar sel. Bahan yang dapat mele

wati membran sitoplasma seperti air, asam amino, beberapa gula sederhana,

sedangkan protein tidak dapat lewat karena ukurannya yang relative besar (J

awetz, dkk,., 2013).

4. Mesosom

Mesosom berbentuk lipatan dari membran sitoplasma yang berf

ungsi dalam pembelahan sel dan metabolisme. Mesosom pada bakteri gram

positif berukuran lebih besar dari gram negatif. Proses pembelahan sel berla

ngsung dengan membentuk septa melintang pada membran sitoplasma di da

erah mesosom dan membagi dua sehingga komponen anaka sama seperti in

duknya (Jawetz, dkk,., 2013).

5. Inti sel
Inti sel bakteri memiliki kromosom yang mengatur semua kegia

tan pada bakteri dan menentukan sifat resistensi pada suatu bakteri. Sel bakt

eri juga memliki materi genetik ekstak kromosom berupa small cyclic yang

disebut plasmid. Plasmid dapat melakukan penggandaan diri dan berpindah

dari satu bakteri ke bakteri yang lain (Jawetz, dkk,., 2013).

6. Flagella

Flagella ialah alat gerak yang tersusun dari protein flagelin dan

tidak dimiliki semua bakteri. Bakteri yang memiliki flagella dengan menggu

nakan pengamatan hanging drop, pemeriksaan mikroskop lapangan gelap at

au pun media pembenihan semi solid dapat terlihat pergerakannya yang akti

f (Jawetz dkk,., 2013).

7. Pili

Pili merupakan struktur tambahan yang menempel dipermukaan

dinding sel bakteri. Struktur ini tersusun dari suatu protein yang disebut pili

n. Pilin membuat suatu bakteri dapat menempel pada sel hospes. Selain itu t

erdapat sex pilin yang berarti dapat memindahkan materi genetik dari bakter

i satu kebakteri lain (Jawetz, dkk,., 2013).

4. Pengembangan video pembelajaran


Metode Research & Development ( R&D) merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang

diakhir produk dilakukan pengujian keefektifannya. Menurut Sugiyono

(2009) penelitian pengembangan atau Research & Development (R&

D) adalah aktifitas riset dasar untuk mendapatkan informasi kebutuhan

pengguna (needs assessment), kemudian dilanjutkan kegiatan pengemb

angan (development) untuk menghasilkan produk dan mengkaji keefek

tifan produk tersebut. Penelitian pengembangan terdiri dari dua kata ya

itu research (penelitian) dan development (pengembangan). Kegiatan p

ertama adalah melakukan penelitian dan studi literatur untuk menghasi

lkan rancangan produk tertentu, dan kegiatan kedua adalah pengemban

gan yaitu menguji efektifitas, validasi rancangan yang telah dibuat, seh

ingga menjadi produk yang teruji dan dapat dimanfaatkan masyarakat l

uas. Penelitian pengembangan Research & Development (R&D)

merupakan metode penelitian yang bertujuan mencari, menemukan,

memperbaiki, mengembangkan, sampai menghasilkan suatu produk

yang berstandar indikator atau standar yang telah ditentukan (Yuberti,

2014). Tahap-tahap Research & Development menurut Borg & Gall

oleh Hayati (2012) mengembangkan 10 tahapan dalam

mengembangkan model, yaitu:

1. Research & information collecting, seperti studi literature yang

berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran


kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk

merumuskan kerangka kerja penelitian.

2. Planning, merupakan penyusunan rencana penelitian yang

berkaitan dengan permasalahan, penentuan tujuan yang akan

dicapai pada setiap tahapan tahapan, desain atau langkah-langkah

penelitian dan jika mungkin atau di perlakukan melaksanakan studi

kelayakan secara terbatas.

3. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan

bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Contoh

pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan

instrument evaluasi dalam pembelajaran.

4. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal

dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3

sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek, pada langkah ini

pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara

wawancara, observasi atau angket.

5. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk

awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal.

6. Main field testing, ujicoba utama yang melibatkan khalayakan lebih

luas. Hasil yang diperoleh dari ujicoba (desain model) yang

dibandingkan dengan kelompok control.

7. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan atau

penyempurnaan terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk


yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional

yang siap divalidasi.

8. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model

operasional yang telah dihasilkan.

9. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap

model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir

(final).

10. Dissemination and implementation, penyebarluasan produk atau

model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas,

terutama dalam pendidikan.

Video pembelajaran adalah media pembelajaran yang menyajikan audio

visual berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur,

teori aplikasi pengetahuan yang digunakan untuk membantu pemahaman terhadap

materi pembelajaran (Riyana, 2012).

Salah satu media yang dapat menunjang proses pembelajaran adalah media

video karena ada beberapa materi yang tidak dapat diamati secara langsung

terutama pada mata pelajaran biologi misalnya materi yang berkaitan dengan

praktikum, ada bebrapa materi yang membutuhkan alat bantu atau media dalam

proses pembelajaran misalnya pada materi bakteri. Hal ini relevan dengan

ungkapan (Azis, Taiyeb, & Muis, 2018).

Oleh sebab itu diharapkan dengan menggunakan video pembelajaran ini

siswa akan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran, sehingga proses

pembelajran menjadi lebih efektif. Hal ini juga bertujuan agar siswa mampu untuk
mengerti dan memahami serta mengaplikasikan apa yang dipahami kedalam

kegiatan belajar.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Metode Research &

Development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan suatu produk yang diakhir produk dilakukan pengujian

keefektifannya. Penelitian pengembangan Research & Development (R&D)

merupakan metode penelitian yang bertujuan mencari, menemukan, memperbaiki,

mengembangkan, sampai menghasilkan suatu produk yang berstandar indikator

atau standar yang telah ditentukan. Video pembelajaran adalah media

pembelajaran yang menyajikan audio visual berisi pesan-pesan pembelajaran baik

yang berisi konsep, prinsip, dan prosedur.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan adalah penelitian yang terdahulu yang menjadi

paduan dalam sebuah penelitian. Hasil penelitian yang relevan dalam

penulisan proposal. Menurut Artaningsih, dkk., (2018) dalam penelitian

“Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Gamal (Gliricidia sepium)

pada Berbagai Kondentrasi terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus

mutans secara In-Vitro” terdapat aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

gamal pada berbagai konsentrasi yang ditandai dengan terjadinya zona

hambat berupa zona bening terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus


mutans. Diameter rata-rata zona hambat pertumbuhan bakteri

Streptococcus mutans untuk konsentrasi 40, 50, 60, 70, dan 80% berturut-

turut adalah sebesar 11,3 mm, 12,3 mm,13,4 mm, 15,3 mm dan 19,2 mm.

Edikamal (2020) dalam penelitian “Uji Efektivitas Antibakteri

Ekstrak Etanol Daun Gamal (Gliricidia sepium) dalam Menghambat

Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus” hasil penelitian

menunjukkan adanya zona hambat setelah 1x24 jam dan tidak terdapat

perbedaan yang bermakna setiap konsentrasi. Zona hambat terluas terdapat

pada konsentrasi 35% dengan nilai rata-rata 19,76 mm. dari penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun gamal (Gliricidia sepium)

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus

aureus.

Afifi, dkk., (2018) dalam penelitian “Uji Daya Bakteri Ekstrak

Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) Terhadap Zona Hambat

Bakteri Jerawat Propionibacterium acnes Secara In-Vitro” perbedaan

konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

berpengaruh sangat nyata terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri

Propionibacterium acnes secara In-Vitro pada taraf nyata (α) 1% kadar

hambat minimum dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes

Propionibacterium acnes adalah 100 mgml-1.


Afifi dan Euis (2017) dalam penelitian “Uji Antibakteri Ekstrak

Daun Jambu Biji (Psidium guajava L) Terhadap Zona Hambat Bakteri

Jerawat Propionibacterium acnes Secara In-Vitro” teknik pengujian

menggunakan metode sumur dengan Sembilan perlakuan konsterasi

ekstrak daun jambu biji berdasarkan hasil penelitian pendahuluan adalah

10 mgml-1, 25 mgml-1, 50 mgml-1, 75 mgml-1, 100 mgml-1, 125 mgml-1, 150

mgml-1, 175 mgml-1, dan 200 mgml-1.

Irawan, dkk., (2017) dalam penelitian “Pengembangan Media

Video Pembelajaran Biologi Pembuatan Tempe dan Yoghurt” berdasarkan

pada hasil pengembangan video pembelajaran biologi pembuatan tempe

dan yoghurt, dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran ini valid dan

efektif untk digunakan dalam pembelajaran. Agar mengembangkan produk

yang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran,

maka ada beberapa saran yang terkait dengan video pembelajaran, bagi

Guru mata pelajaran, video pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai

media pembelajaran yang dapat membantu guru dalam proses belajar

mengajar serta dapat digunakan sebagai pembelajaran dikelas.

Silaban, dkk., (2018) dalam penelitian “Pengembangan Media

Video Pembelajaran Berbasis Pendekatan Scientific pada Pelajaran Biologi

SMA” hasil penelitian menunjukkan: (1) uji ahli materi berada pada

kualifikasi sangat baik (94,11%), (2) uji ahli desain pembelajaran berada

pada kualifikasi sangat baik (85,26%), (3) uji ahli media pembelajran
berada pada kualifikasi sangat baik (86%), (4) uji coba perorangan berada

pada kualifikasi sangat baik (86,66%), (5) uji coba kelompok kecil berada

pada kualifikasi sangat baik (86,66%), dan (6) uji coba pada lapangan

terbatas berada pada kualifikasi sangat baik (86,78%). Hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan menggunakan video dengan

hasil belajar peserta didik yang dibelajarkan tanpa menggunakan video.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Metode Penelitian Murni

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen laboratorium dengan j

enis penelitian kuantitatif dan rancangan yang digunakan dalam penelitian ad

alah rancangan Post Test Only Control Group Design. Bakteri yang diuji yaitu
Propionibacterium Acnes. Perlakuan dengan memberikan sari pati daun Gliri

cidia sepium dengan variasi konsetrasi yaitu: 20%, 40%, 60%, dan 80%. Seeti

ap variasi perlakuan dilakukan sebanyak 5 kali pengulangan dengan menggun

akan control positif Kloramfenikol Rizal Maarif, dkk. (2015).

D0 : Kloramfenikol (sebagai kontrol positif)


D1 : Sari pati Gliricidia sepium 20%
D2 : Sari pati Gliricidia sepium 40%
D3 : Sari pati Gliricidia sepium 60%
D4 : Sari pati Gliricidia sepium 80%

Pengulangan dilakukan sebanyak 5 kali, penentuan pengulangan ini be

rdasarkan rumus perhitungan pengulangan menurut Suhaerah (2012).

(t-1) (r-1) ≥ 15

dengan t = perlakuan, dan r = pengulangan

(5-1) (r-1) ≥ 15

4 (r-1) ≥ 15 è 4r ≥ 15 + 4 è r = 19/4 = 4,75 à 5

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah daya antibakteri

terhadap bakteri Propionibacterium Acnes secara mikrobiologi yang diuku

r menggunakan jangka sorong modifikasi dari Rahmati, F., dkk (2017).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian murni dan pengembangan dilaksanakan pada Januari 20

23. Untuk penelitian murni di laboratorium Biologi Universitas PGRI Sila


mpari pada bulan Januari 2023. Sedangkan penelitian pengembangan dilak

ukan DI UPT SMA N 3 Musi Rawas Februari 2023.

3. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: nampan, perf

orator, jangka sorong, oven, pematik api, ember alumunium, kawat ose, ca

wan petri, bunsen, kaki tiga, mortal, alu, hot plate, gelas ukur, pipet tetes, g

elas kimia, Erlenmeyer, magnetic stirrer, spatula, batang pengaduk, timban

gan analitik, dan botol semprot.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: daun gamal

(Gliricidia sepium), bakteri Propionibacterium acnes, klorafenikol, aquade

st, alkohol, tisu, NA (nutrient agar), alkohol 70%, spritus, alumunium foil,

kain kasa, cotton bud, masker, kertas label, dan sarung tangan.

4. Prosedur Kerja Penelitian

Prosedur kerja penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, y

aitu sebagai berikut:

a. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara yait

u perebusan dan sterilisasi panas kering dengan pemanasan oven dan

Bunsen yang dimodifikasi dari Hidayat, dkk. (2013).


1. Mensterilkan alat dan bahan dengan metode perebusan

Membersihkan terlebih dahulu alat-alat yang akan digunakan d

engan air mengalir, kemudian direbus kedalam ember alumuni

um dengan suhu 3000C dengan menutup bagian atas ember me

nggunakan alumunium foil.

2. Mensterilkan bahan menggunakan metode panas kering (oven)

dan Bunsen terlebih dahulu semprotkan alkohol 70% kedalam

oven kemudian panaskan oven dengan suhu 800C. menyemprot

kan alkohol 70% pada tisu untuk mensterilkan kemudian masu

kkan kedalam oven selama 30 menit dengan suhu 800C. menga

mbil alat dan bahan dari dalam oven dengan menyemprotkan k

embali alkohol 70%. Bahan seperti alumunium foil, cotton bud,

disterilkan menggunakan alkohol 70% dan dibunsen dengan ca

ra memanaskan bahan tersebut dengan melewatkan bahan diata

s api. Selain itu digunakan pengerjaan secara aseptis untuk men

ghindari terjadinya konstaminasi.

b. Pembuatan NA (Nutrient Agar)

Dalam penelitian ini pembuatan Na dimodifikasi dari Winat

o, dkk. (2019).

1. Menyiapkan Na sebanyak 2 gram media Na dengan menggu

naka alumunium foil yang telah disterilkan dengan alkohol

70% dan pemanasan dengan melewatkan api Bunsen.


2. Memanaskan hot plate dengan menaikan suhu hingga 1200C.

kemudian mendidihkan aquadest sebanyak 100 mL, setelah

mendidih masukan Na kedalam aquadest lalu diaduk denga

n magnetic stirrer sampai benar-benar rata dan terlarut sem

purna (tidak terlalu kental).

3. dinginkan sebentar, kemudian dimasukan kedalam cawan pe

tri dengan volume 20 mL dan dimasukan ke oven dengan su

hu 500C selama 7 menit. dinginkan media sampai memadat.

4. Cawan petri harus dalam keadaan steril dengan cara menye

mprotkan dengan alkohol dan melapisi dengan tisu hingga r

apat, media diinkubasi didalam oven 1x 24 jam (Winato, dk

k., 2019).

c. Pembuatan Sari Pati Daun Gamal (Gliricidia sepium)

1. Menyiapkan daun gamal (Gliricidia sepium) yang telah

dewasa dan tidak tercemar oleh hama. Kemudian cuci h

ingga bersih dibawah air yang mengalir dan keringkan d

engan cara diangin-anginkan.

2. Memotong daun gamal (Gliricidia sepium) menjadi pot

ongan berukuran kecil-kecil kemudian haluskan dengan

cara digerus menggunakan mortal dan mengukur sari pa


ti daun gamal (Gliricidia sepium) dengan ukuran 20 ml,

40 ml, 60 ml, dan 80 ml.

3. Mencampurkan 20 ml sari pati daun gamal (Gliricidia s

epium) dengan aquades 10 ml hingga homogen kemudi

an saring menggunakan kain kasa untuk konsetrasi 20%.

4. Mencampurkan 40 ml sari pati daun gamal (Gliricidia s

epium) dengan aquades 10 ml hingga homogen kemudi

an saring menggunakan kain kasa untuk konsentrasi 40

%.

5. Mencampurkan 60 ml sari pati daun gamal (Gliricidia s

epium) dengan aquades 10 ml hingga homogen kemudi

an saring menggunakan kain kasa untuk konsetrasi 60%.

6. Mencampurkan 80 ml sari pati daun gamal (Gliricidia s

epium) dengan aquades 10 ml hingga homogen kemudi

an saring menggunakan kain kasa untuk konsebtrasi 80

%.

7. Kontrol positif menggunakan satu tablet Kloramfenikol

yang dilarutkan dengan 10 ml aquades (Permatasari, dk

k., 2013).

d. Pengujian Akivitas Antibakteri

Berikut langkah-langkah pengujian aktivitas antibakteri dal

am penelitian ini yang dimodifikasi dari Noviyanti (2014).


1. Melakukan penggoresan bakteri Propionibacterium acnes p

ada cawan petri berisi Na yang sudah disterilkan dan tidak t

ercemar oleh bakteri ataupun jamur.

2. Membagi cawan petri menjadi 4 kuadran kemudian meman

askan bibir cawan petri dengan Bunsen selama 30 detik dan

ketika memanaskan cawan petri dilakukan dengan cara me

mutarkan cawan petri.

3. Mengambil biakan Propionibacterium acnes dengan cotton

bud yang sudah disterilkan lalu tekan dinding tabung hingga

cotton bud tidak terlalu basah kemudian mengoleskan cotto

n bud pada permukaan Na hingga rata dengan bentuk zig-za

g tanpa terputus.

4. Memasukkan kertas cakram yang sudah dibentuk mengguna

kan perforator dengan diameter 5,5 mm sebanyak 5 buah u

ntuk masing-masing cawan petri dengan 4 konsentrasi sari p

ati daun Gliricidia sepium yang berbeda-beda.

5. Meletakkan 1 kertas cakram kontrol positif pada bagian ten

gah didalam cawan petri yang sudah melakukan penggoresa

n.

6. Menginkubasi 1x24 jam didalam oven dingin yang sudah di

semprotkan dengan alkohol 70%.

7. Menghitung zona bening yang terbentuk dengan mengguna

kan jangka sorong (Noviyanti, 2014).


5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan peng

ukuran zona hambat yang terbentuk dalam satu mm dengan me

nggunakan jangka sorong. Zona bening yang terbentuk disekit

ar kertas adalah petunjuk pekanya bakteri terhadap bahan uji y

ang sudah dinyatakan dengan luas zona hambat. Hasil data yan

g didapat dari keseluruhan zona hambat yang terbentuk dicatat

pada lembar pengamatan.

b. Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung kelapang

an dengan observasi. Menurut Fathoni (2006) observasi adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu penga

matan dengan disertai pencatatan terhadap keadaan atau perila

ku objek sasaran.

c. Proses pengumpulan data terakhir yang digunakan dalam penel

itian adalah angket. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dan responden d

alam arti laporan tentang pribadinya dan hal-hal yang diketahu

innya (Arikunto, 2010).

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu teknik pengolahan dan perhitunga

n data dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Teknik analisis yang dig

unakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik kuantitatif yang datany
a diperoleh melalui hasil pengukuran zona hambat yang ada disekitar kert

as cakram. Data yang akan diperoleh akan ditabulasi dan dianalisis secara

deskriptif (Lingga, dkk., 2016).

Rumus pengukuran yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.1

Diameter zona hambat = Diameter jernih – Diameter kertas

Diameter Cakram

Diameter Jernih

Nutrient Agar

Gambar 3.1 Rumus dan Pengukuran Zona Hambat


(Sumber: Toy, dkk, 2015)
Keterangan:

- Diameter zona hambat: Zona hambat yang terbentuk didalam


cawan petri yang sudah dilakukannya penggoresan bakteri.
- Diameter jernih: Zona bening yang terdapat disekitar kertas
cakram yang berarti adanya zona hambat dalam pertumbuhan
bakteri.
- Diameter kertas: Kertas cakram yang berukuran 5,5 mm.

Data hasil perhitungan dan pengembalian keputusan dengan standar umum

daya hambat sebagai berikut:

Table 3.1 Kriteria Respon Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri


No Zona Hambat Daya Hambat
1 >20 mm Sangat kuat
2 10-20mm Kuat
3 5-10mm Sedang
4 <5mm Lemah
Tidak ada zona hambat
(Sumber: Lauma, dkk., 2015)

B. Penelitian Pengembangan

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode Research and Development (R&D). Metode Research &

Development ( R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan suatu produk yang dengan menguji keefektifan

produk tersebut (Sugiyono, 2009). Model pengembangan dapat

diartikan sebagian dasar yang digunakan untuk mengembangkan

produk yang dihasilkan. Model pengembangan dapat diartikan juga

sebagai upaya untuk memperluas cakupan suatu produk menuju ke

produk yang lebih sempurna. Penelitian ini dirancang dengan

menggunakan model pengembangan 4-D (Four-D Models) yang terdiri

dari 4 tahapan pengembangan yaitu: Define (pendefisian), Design

(perancangan), Develop (pengembangan) dan Disseminate (penyebaran)

(Sugiyono, 2016). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini hanya menggunakan tahapan Define, Design, dan Develop

dikarenakan pada tahapan Disseminate hanya dilakukan para ahli yang

sesuai dengan bidangnya.

a. Define (Pendefisian)

Pada tahapan define dilakukannya kegiatan analisis yang

dibutuhkan untuk pengembangan produk yang sesuai dengan

kebutuhan penggunanya, model dan pengembangan R&D. Dalam


proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pendifisian dilakukan

dengan mengalanisis kurikulum, karakteristik pada siswa,

menganalisis materi dan merumuskan tujuan.

Kurikulum yang digunakan di UPT SMAN 3 Musi Rawas

yaitu Kurikulum 2013 Revisi (K-13 Revisi). Peserta didik tingkat

SMA memasuki masa usia remaja yang kemampuan intelektualnya

sudah apat menguji hipotesis dan memiliki kemampuan nalar yang

tinggi. Pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa lebih

antusias dan semangat ada saat menggunakan media video

pembelajaran. Dengan menggunakan media video pembelajaran

dengan kurikulum 2013 revisi (K-13 revisi) guru sebagai fasilitator

dan siswa dituntut untuk aktif pada proses pembelajaran maka dari

itu media video pembelajaran merupakan solusi yang tepat untuk

membantu siswa agar lebih aktif dan interaktif saat proses Kegiatan

Belajar Mengajar (KBM) berlangsung.

b. Design (Perancangan)

Pada tahapan design peneliti membuat produk awal atau

rancangan terlebih dahulu. Rancangan produk yang akan dilakukan

yaitu, pembuatan materi produk, penyusunan scipt video,

mempersiapkan talent, mempersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan.

c. Develop (Pengembangan)
Pada tahapan develop rancangan yang sudah dipersiapkan

dan dilakukan dikembangkan menjadi media pembelajaran berbasis

video dengan proses pengambilan gambar/shooting terlebih dahulu.

Pada tahapan ini dilakukannya validasi oleh ahli media, validasi

ahli materi dan validasi pengguna.

2. Prosedur Penelitian Pengembangan

Define Define Development

Observasi Rancangan materi dan Pengembangan video dan


tampilan media tampilan media

Analisis siswa
Analisis kurikulum Rancangan materi dan Validasi Ahli Materi dan
Analisis materi tampilan media Ahli Media

Revisi

Uji coba terbatas media


pembelajaran
Validasi pengguna
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

3. Desain Uji Coba Produk

a. Desain dan Subjek Uji Coba

Desain dan subjek uji coba produk dilakukan dengan diuji coba

ahli materi, ahli media dan siswa dengan menggunakan instrumen

pengumpulan data berupa angket dan teknik analisis yang digunakan

yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif.

b. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006) instrumen penelitian merupakan alat

bantu yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data.

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket

(kuesioner). Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada pengguna suatu media untuk menjawab (Sugiyono,

2013). Dalam penelitian ini angket diberikan kepada siswa untuk

mengetahui kelayakan suatu media sebelum dilakukannya

penyebaran media kecakupan yang lebih luas agar hasil yang didapat

lebih sempurna setelah dilakukannya evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai