Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan keanekaragaman hayati yang menjadikan indonesia

memiliki kekayaan alam terbesar urutan kedua di dunia. Indonesia memiliki

sekitar 9.600 spesies tumbuhan, dimana 9.600 diketahui berkasiat sebagai

tanaman obat dan 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional

oleh industry obat tradisional (Permenkes RI, 2013:19). Tumbuhan alam

berkhasiat obat telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak ratusan

tahun lalu, salah satu warisan kekayaan Indonesia adalah pengobatan tradisional

dengan menggunakan tanaman obat (Nurrani, 2013:1).

Bangsa Indonesia patut bersyukur karena diberi kekayaan alam berupa

aneka jenis tumbuhan serta warisan dari nenek moyang berupa kemampuan

untuk meramunya menjadi obat yang bermanfaat bagi kesehatan (Muhlisah,

2008:3) Hampir setiap suku di Indonesia memiliki kemampuan meramu tanaman

obat menjadi ramuan obat berkhasiat untuk mengobati berbagai penyakit

(Amtiran, 2019:1). Nenek moyang Bangsa Indonesia sejak dahulu telah

menekuni pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan yang terdapat

di alam. Warisan berharga ini secara turun temurun diajarkan oleh generasasi

yang trdahulu ke generasi selanjutnya (Muhlisah, 2008:5).

Demartofitosis (Kurap) merupakan penyakit yang disebabkan oleh

kolonisasi jamur dermatofita yang menyerang jaringan yang mengandung

keratin seperti stratum korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia (Wolff K.

et al., 2012:2277). Penyakit ini tidak fatal, namun karena bersifat kronik dan

1 1
2

residif, serta tidak sedikit yang resisten dengan obat anti jamur, maka penyakit

ini dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup

bagi penderitanya (Soebono, H., 2001:1).

Dermatofitosis tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda-

beda tiap negara. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden

dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami

infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis yang merupakan tipe yang paling

dominan dan diikuti dengan tinea kruris,tinea pedis, dan onikomikosis

(Lakshmipathy TD, Kannabiran K. 2013:1).

Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki

suhu dan kelembaban tinggi, dimana merupakan suasana yang baik bagi

pertumbuhan jamur, higiene juga berperan untuk timbulnya penyakit ini

(Kurniawati RD, 2006). Sehingga jamur dapat ditemukan hampir di semua

tempat. Insidensi penyakit yang disebabkan oleh jamur di Indonesia berkisar

2,93-27,6% untuk tahun 2009-2011 (Soebono, H., 2001:1). Di Indonesia

dermatofitosis menempati urutan kedua setelah pityriasis versikolor.

Dermatofitosis didapatkan sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris

dan tinea korporis (Agustine R., 2012:1). Dengan permasalahan tersebut,

penelitian deskriptif ini dibuat untuk mengetahui profil penderita rawat jalan

dermatofitosis superfisialis di rawat jalan kulit kelamin RSI Aisyiyah Malang

periode Januari-Desember 2017, dengan tujuan khusus mengetahui distribusi

dermatofitosis berdasarkan usia, jenis kelamin, effloresnsi, diagnosis dan terapi.


3

Pengobatan Dermatofitosis dapat dilakukan secara sistemik maupun topikal.

Penggunaan obat kimia seperti obat Salep 88, kalpanax salep, fungiderm,

canesten cream, daktarin, miconazole krim 2% 10 g, pi kang shuang cream.

Namun penggunaan obat kimia sintetik umumnya menimbulkan efek samping

dan ada beberapa infeksi akibat jamur yang mengalami resistensi obat. Oleh

karena itu, pengkajian khasiat tanaman herba terhadap penyakit jamur secara

alami perludilakukan. Keuntungan dari obat tradisional adalah mudah dalam

memperolehnya, bahan baku yang dapat ditanam sendiri, murah dan dapat di

ramu sendiri. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari

pada penggunaan obat modern, Karena obat tradisional memiliki efek samping

yang relatitif lebih sedikit dari pada obat modern (Sari , 2006:2)

Obat tradisonal berpotensi dermatofitosis yang digunakan yaitu, salah

satunya Ketepang cina (Cassia alata L)

Terdapat Kandungan senyawa Tumbuhan berpotensi dermatofitosis salah

satunya. Di kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong. Yaitu

pada tumbuhan Ketepang cina (Cassia alata L.) yang terdapat Kandungan

kimia dari Tannin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang

mempunyai beberapa khasiat seperti astrigen, anti diare, antibakteri, dan

antioksidan (Fathurrahman dan Ida, 2018:44). Saponin merupakan senyawa

aktif permukaan yang mudah terdeteksi melalui kemampuannya membentuk

busa (Karima, 2017:45). Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang

memiliki bermacam-macam efek antara lain efek antioksida, anti tumor, anti

radang, antibakteri dan antivirus (Parubak, 2013:45).


4

Hasil Observasi masih banyak di temui jenis-jenis Tumbuhan obat

tradisional di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong. Salah

satunya Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis. Di Kecamatan Sindang Beliti

Ilir Kabupaten Rejang Lebong ini terdapat tumbuhan Ketepeng cina, Jambu

biji, kunyit, dan jahe. Hasih dari wawancara camat, kades dan masyarakat

setempat ternyata belum ada penelititian sebelumnya.Sehingga peneliti tertarik

dengan penelitian ini.

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

1. Fokus

Fokus Peneliitian ini Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis Di

Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

2. Subfokus

Subfokus pada penelitian ini adalah Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi

Dermatofitosis Di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

Kemudian hasil penelitian tersebut akan dikembangkan dalam bentuk

flipbook yang berisikan gambar tumbuhan berpotensi dermatofitosis, dan

dideskripsi.

C. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dalam Penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apa Saja Jenis–Jenis Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis di Kecamatan

Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong ?

2. Bagaimana Faktor abiotik di Kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir

Kabupaten Rejang Lebong ?


5

3. Bagaimana Hasil Pengembangan filipbook Untuk Masyarakat dari hasil

evaluasi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis di Kawasan Kecamatan

Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang dituliskan diatas maka adapun

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk Mengetahui Jenis–Jenis Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis di

Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

2. Untuk Mengetahui Faktor abiotik di Kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir

Kabupaten Rejang Lebong

3. Untuk Mengetahui Hasil Pengembangan filipbook Untuk Masyarakat dari

hasil evaluasi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis di Kawasan Kecamatan

Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat:

1. Manfaat Teoris

Secara teoris penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi dan

menambah wawasan bahwa Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis Berperan

sebagi Obat–obatan tradisional dan hasilnya dapat bermanfaat sebagai obat

Dermatofitosis di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa
6

Sebagai sumber referensi belajar untuk mahasiswa mengenai Eksplorasi

Tumbuhan berpotensi Dermatofitosis di kawasan Kecamatan Sindang

Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong dalam bentuk Flipbook

b. Bagi Masyarakat

c. Dapat mengetahui dan memperoleh informasi tentang Tumbuhan

Berpotensi Dermatofitosis di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten

Rejang Lebong

d. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang

Eksplorasi Tumbuhan berpotensi Dermatofitosis di kawasan Kecamatan

Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong dalam bentuk Flipbook


BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian
1. Eksplorasi
Menurut Kamus Biologi (KBI, 2014:98) Eksplorasi adalah dengan

penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih

banyak, terutama sumber-sumber alam yang terdapat pada suatu daerah

tertentu untuk memperoleh pengalaman-pengalamanpengalaman baru dari

situasi baru. Sedangkan menurut kamus biologi (KB, 2009:165) eksplorasi

merupakan kegiatan dengen mengadakan pengamatan dan penelitian untuk

mendapatkan suatu yang baru. Eksplorasi merupakan penjelajahan suau area

yang begitu luas untuk memperoleh suatu pengalaman yang baru disuatu

tempat tertentu (Dharma, 2007:97).

Berdasarkan Penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa

Eksplorasi merupakan tindakan mencari atau melakukan penjelajahan

lapangan dengan tujuan mencari dan memperoleh pengetahuan yang lebih

banyak terutama pada alam dan lingkungan yang terdapat di suatu tempat

tertentu. Dalam hal Eksplorasi yang di maksud adalah Eksplorasi jenis

Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis di Kecamatan Sindang Beliti Ilir

Kabupaten Rejang Lebong.

B. Tinjauan Umum Tumbuhan berpotensi Dermatofitosis

Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

kolonisasi jamur dermatofita yang menyerang jaringan yang mengandung

keratin seperti stratum korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia

7
8

(Wolff K, 2012:2277). Penyakit ini tidak fatal, namun karena bersifat

kronik dan residif, secara tidak sedikit yang resisten dengan obat anti jamur,

maka penyakit ini dapat menyebabkan ganguan kenyamanan dan

menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya, (Soebono, 2001:1).

Dermatofitosis terbesar diseluruh dunia dengan prevalensi yang

berbeda-beda tiap Negara. Penelitian World Health Organization (WHO)

terdapat insiden dari infeksi Dermatofitosis menyatakan 20% orang dari

seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis

yang merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris,

tinea pedis, dan onikomikosis (Lakshmipathy dan Kannabiran, 2013:1).

Indonesia merupakan salah satu Negara beriklim tropis yang memiliki suhu

dan kelembaban tinggi, dimana merupakan suasana yang baik bagi

pertumbuhan jamur, hygiene juga berperan untuk timbulnya penyakit ini

(Kurniawati, 2006:1). Sehingga jamur dapat ditemukan hamper di semua

tempat. Insisen penyakit yang disebabkan oleh jamur di Indonesia berkisar

2,93-27,6% untuk tahun 2009-2011 (Soebono, 2001:1). Di Indonesia

dermatofitosis menempati urutan kedua setelah pityriasis verikolor.

Dermatofitosis didapatkan sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea

kruris dan tinea korporis (Agustine, 2012:1)


9

a. Jenis Jenis Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis

1) Ketepeng cina (Cassia alata L.)

Gambar 2.1 Cassia alata L. ( ketepeng cina )


( Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi, 2022 )

Tumbuhan ketepeng cina (Cassia alata L.) mempunyai sebutan yang

berbeda di setiap daerah. Tumbuhan ini memiliki kandungan zat

antimicrobial yang bersifat fungistatik dengan cara mengambat pertumbuhan

jamur (Hujjatusnaini, 2008:2).

Manfaat Tumbuhan Ketepeng Cina (Cassia alata L.)

Dimanfaatkan sebgai obat tradisional dalam mrngobati masalah kulit yang

terkena kurap, kudis, panu, dan juga jerawat. Pemanfaatannya dengan cara

dihaluskan atau ditumbuk kemudian dioleskan pada kurlit yang terkena,

kurap, kudis, panu, dan jerawat. Salah satu tanaman berkhasiat yang

dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu tanaman ketepeng cinna (Cassia alata

L.) yang dapat dimanfaatkan untuk obat tradisional. Secara tradisional

pemanfaatan daun ketepeng cina (Cassia alata L.) yaitu dengan ditumbuk

lalu digosok pada daerah kulit yang sakit dapat juga dimanfaatkan dengan

cara direbus kemudian airnya diminum (Hujjatusnaini, 2012:4).

Kandungan Senyawa Tumbuhan Ketepeng Cina (Cassia alata L.)


10

Bahan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ketepeng cina (Cassia alata

L.) diantarnya adalah:

Tannin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang

mempunyai beberapa khasiat seperti astrigen, anti diare, antibakteri, dan

antioksidan (Fathurrahman & Ida, 2018:2). Senyawa tannin mampumerusak

memberan sel hingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Selviani & Utomo,

2017:1). Senyawa tannin dapat bereaksi dengan protein ataupun enzim

sehingga membentuk senyawa kompleks yang menghambat pertumbuhan

mikroorganime, (Suarni, Panggeso, Rosmini, 2017:3).

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang mudah terdeteksi

melalui kemampuannya membentuk busa (Karima, 2017:1). Flavonoid

merupakan senyawa polifenol yang memiliki bermacam-macam efek antara

lain efek antioksida, anti tumor, anti radang, antibakteri dan antivirus

(Paburaka, 2013:1).

2). Jambu Biji (Pisidium Guajava)

Gambar : 2.2 Pisidium Guajava (Jambu Biji)


( Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi, 2022 )

Tumbuhan Jambu Biji (Pisidium Guajava) merupakan tumbuhan

tropis yang secara empiris digunakan oleh mempunyai cirri khusus yaitu

seluruh bagian tumbuhan berwarna merah kecoklatan (Haryadi & Hidayati,


11

2018:97). Jambu biji Australia tergolong dalam tanaman perdu yang memiliki

tinggi 3-7 meter dengan batang tumbuh tegak, memliki percabangan dan

ranting (Febryana, 2020:28). Daun jambu biji berbentuk bulat memnjang

dengan ukuran 12-13 cm dan lebar 6-7 cm (Parimin, 2007:28), berjenis daun

tunggal dengan ujung daun tumpul, pangkal membulat, tepi rata berhadapan,

dan tulang daun menyirip. Bunga merupakan bunga tunggal dengan bentuk

seperti corong yang terletak dibagian ketiak daun. Mahkota bunga memiliki

panjang ± 1,5 cm dengan bentuk bulat telur. Buah tipe buni dengan bentuk

bulat telur, berbiji kecil dank eras (Febryana, 2020:28).

Tanaman jambu biji Australia bias tumbuh pada daerah tropis daan

subtropics di daratan rendah hingga daratang tinggi pada ketinggian sampai

1000mdpl dengan kondisi penyinaran terus sepangjang hari dan curah hujan

antara 1000-2000 mm\tahun (Haryadi & Hidayati, 2018:28), (Rochmasari,

2011:28). Menurut Kamath (2008:9), tanaman jambu biji tumbuh subur di

daerah tropis karena mudah berkembang biak dan bias tumbuh di berbagai

jenis tanah.

Manfaat Tumbuhan Jambu Biji (Pisidium Guajava)

Tumbuhan jambu biji dimanfaatkan sebagai obat tradisional sering

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penggobatan beberapa penyakit

seperti diare angkut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak,

peningkatan kadar kolesterol, luka pada kulit, infeksi pada kulit, sariawan,

sakit gigi, dan demam berdarah (Yuan et all, 2019:11).

Kandungan Senyawa Tumbuhan Jambu Biji (Pisidium Guajava)


12

Ekstrak dari daun jambu biji (Pisidium Guajava) dilaporkan mempunyai sifat

antimikroba (Mushtaqet all, 2014:11). Hal ini disebabakan adanya senyawa

metabolit sekunder pada ekstrak daun jambu biji yang berperan sebagai

antimikroba seperti golongan fenolik, flavonpid, karetenoid, triterpene,

terpenoid, tannin, saponin, dan alkoid (Handarni et all, 2020:182), (Ilhsan et

all, 2020:45), (Qonita et all, 2019:51). Selain itu, terdapat juga kandungan

minyak atsiri yang kaya dengan sineol (Handayani dkk, 2017:188).

3). Kunyit (Curcuma domestica)

Gambar : 2.3 Curcuma domestica (Kunyit)


( Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi, 2022 )

Tumbuhan Kunyit (Curcuma domestica) adalah tanaman herba

perinial dan mempunyai rizoma (rimpang/umbi) yang masuk ke dalam famili

jahe. Tanman kunyit merupakan tanman tropis asli dari Asia dan sekarang

sudah menyebar kedaerah-daerah subtropics di seluruh duni (Li et all,

2011:28). Serbuk yang berwarna kuning gelap yang dihasilkan dari rimpang

kunyit dikenal dengan nama turmeric powder, di India, China dan Asia sudah

sejak lama banyak digunakan untuk bahan makan dan pengobatan (Singh et

all, 2010:48).
13

Manfaat Tumbuhan Kunyit (Curcuma domestica)

Tumbuhan kunyit dewasa banyak dibudidayakan karena secara tradisional

dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit. Di india serbuk kunyit

digunakan untuk mengobati penyakit empedu, selesma, batuk, diabetes,

penyakit hempatik, rematik, dan sinusitis (Singh et all, 2010:48). Pengobatan

tradisional china menggunakan serbuk kunyit untuk mengobati penyakit kulit,

infeksi parasit, inflamasi, rematik, dan biliary disorders (Li et all, 2011:28).

Kandungan Senyawa Tumbuhan Kunyit (Curcuma domestica)

Menurut peneliti Li et all, (2011:28) adalah komponen fenolik yaitu

diarylheptanoid dan diarylpentanoids, kurkumin (C21 H20 O5) termasuk

golongan diarylpentanoids (fenol), rimpang kunyit mengandung kurkumin

dan turunannya sebesar 3-15% (kurkumin bisdemetoksikurkumin 9,1%).

Kandungan kimia berikunya adalah fenilpropen dan komponen fenolik lain

seperti terpen yaitu monoterpen, sesquiterpen, diterpen, triterpen, alkaloid,

steroids, dan asam lemak (Anggarwal et all, 2006:16)

4). Jahe Merah (Zinger offinale rocs)

Gambar : 2.4 Zinger offinale rocs (Jahe merah)


( Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi, 2022 )
14

Tumbuhan Jahe Merah (Zinger offinale rocs) sering disebut jahe

sunti. Jahe merah berbentuk rimpang yang berstruktur kecil dan ruas rata

berwarna hijau kemerahan, dan seratnya agak kasar karena diselubungi oleh

pelepah daun. Tinggi tanaman rimpang 34,18-62,28 cm. Daun yang

tersususun berselang-seling dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) pada

permukaan atas berwarna hijau mudah dibandingan dengan bagian bawah.

Luas daun rimpang 32,55-51,18 cm, panjang rimpang 24,30-24,79 cm, lebar

rimpang 2,79-31,18 cm dan lebar tajuk rimpang 36,93-52,87 cm. (Santoso,

2002:8). Jahe merah meliki kandungan minyak atsiri 2,58% sehingga bias

dibuat ramuan obat-obatan. (Setiawan, 2015:8).

Manfaat Tumbuhan Jahe Merah (Zinger offinale rocs)

Komponen penyusun berbagai ramuan obat. Seperti ramuan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, mengatasi radang, batuk, luka elergi pada

kulit, dan gigitan serangga.

Kandungan Senyawa Tumbuhan Jahe Merah (Zinger offinale rocs)

Menurut Nursal (2006:64), rimpang jahe-jahean mengandung senyawa

antimikroba golongan fenol, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri yang

terdapat pada ekstrak jahe merupakan golongan senyawa bioaktif yang dapat

menghambat mikroba.

Menurut Wulandari (2011:3), kandungan kimia jahe diantaranya

adalah senyawa fenolik seperti shagaol dan gingerol, seskuiterpen,

zingiberen, zingiberol, kukumen, sesquiphellandran, zingeron,


15

dehidrogingerdion, gingerlikolipid, dan asam organik (asam larut, palmitat,

oleat, linoleat, dan stearate).

a) Bagian Tumbuhan Yang Dimanfaatkan

Menurut Dalimartha (2008:9:10) simplisia merupakan bahan alam yang

digunakan sebagai obat, tetapi belum mengalami pengolahan apapun atau

telah diolah secara sederhana akar, rimpang, umbi, batang, kulit, daun, bunga,

herbah, kayu dan buah

b) Pengolahan Tumbuhan obat

Menurut Mahendra (2006:26), penggolahan tumbuhan obat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

5). Mipis

Cara ini biasanya digunakan untuk bahan baku segar. Bahan yang telah

dipilih dan dibersihkan, kemudian dihaluskan dengan bantuan sedikit air

matang dengan alat pipisan (Mahendra, 2006:26).

6). Rebusan

Merbus tanaman obat merupakan salah satu cara yang sangat mudah

dilakukan dilakukan dimasyarakat. Merebus tumbuhan juga bertujuan untuk

memindahkan kandungan yang terdapat didalam tanaman tersebut ke dalam

larutan air, kemudian diminum untuk kebutuhan pengobatan (Indrawati,

2014:48).

7). Seduhan

Seduhan adalah cara yang sangat praktis dan mudah dilakukan ketika

menyajikan racikan obat herba. Cara ini serupa dengan menyeduh teh,
16

biasanya bahan obat herba yang sering digunakan berupa simplisia dari daun,

bunga, atau bahan lunak lainnya (Mahendra, 2006:27).

2. Faktor-faktor Abiotik Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tumbuhan

Berpotensi Dermatofitosis

a. pH Tanah

Jenis Tanah Pada Kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten

Rejeng Lebong yaitu. Lempungan liat dan Berwarna Kemerahan-merahan,

Bila basah akibat hujan tanah menjadi lengket dan liat.

1. pH yang baik untuk pertumbuhan ketepeng cina yaitu 5-6 merupakan pH yang

sesuai untuk pertumbuhan ketepeng cina.

2. Jambu Biji akan tumbuh maksimal pada tanah dengan keasaman atau pH 6

hingga 6,5.

3. Jahe memiliki PH 6,8 sampai 7,4. Jika tanahnya memiliki pH yang lebih

tinggi atau lebih rendah, maka tumbuh kembang jahe juga akan kurang

maksimal

4. Kunyit akan tumbuh maksimal pada pH sekitar 6.0 dan 7.8.

b. Suhu

Penyesuaian suhu yang harus diperhatikan untuk mendapatkan

Tumbuhan yang bagus. Tumbuhan akan tumbuh berkembang bagus jika

habitat atau tempat tumbuhnya mempunyai suhu yang sesuai. Suhu udara

berhubungan erat dengan cahaya matahari dan ketinggian tempat . Pada

umumnya, Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu udara:

1. Ketepeng cina memiliki suhu 30º C.


17

2. Jambu biji ini cocok ditanam di daerah tropis dan basah dengan suhu rata-rata

20 hingga 30º C.

3. Suhu yang optimum bagi tanaman kunyit antara 19-30º C.

4. Suhu udara optimum untuk budidaya tanaman jahe antara lain 20-35 º C.

c. Kelembapan

Tumbuhan Berpotesi Dermatofitosis padaumumnya membutuhkan

kelembapan cukup tinggi yang disertai dengan kelancaran sirkulasi udara.

Kelembapan ideal 80%.

3. Flipbook

Rahmawati dkk (2017:327) mengemukakan bahwa flipbook merupakan

lembaran-lembaran kertas menyerupai album atau kalender dengan ukuran 21 ×

28 cm yang disusun dalam urutan yang diikat pada bagian atasnya. Flipbook

merupakan salah satu media cetak yang sederhana dan cukup efektif. Sederhana

dilihat dari proses pembuatannya dan penggunaannya yang relatif mudah dengan

memanfaatkan bahan kertas yang mudah dijumpai di pasar. Flipbook bersifat

efektif karna dapat dijadikan ataupun secara langsung disajikan pada flipbook.

Kelebihan flipbook yaitu dapat menyajikan materi dalam bentuk kata-

kata, kalimat, dan gambar, dapat dilengkapi dengan warna-warni sehingga lebih

menarik perhatian, mudah dibawa kemana-mana, pembuatannya mudah, dan

harganya murah. Namun kekurangan Flipbook adalah hanya digunakan

perindividu atau kelompok kecil (Rahmawati dkk, 2017:327)

Dalam penelitian ini, model pengembangan flipbook yang digunakan

adalah model Borg dan Gall. Model Borg dan Gall adalah suatu proses yang
18

dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk suatu penelitian

(Setyosari, 2013:276).

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah suatu penelitian yang terdahulu

menjadi suatu pedoman dalam melakukan sebuah penelitian. Hasil penelitian

yang relapaan dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut ;

Penelitian Rendiawati, Oramahi, M. Idham (2019). Dengan judul

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Pengobatan Tradisional Oleh

masyarakat Desa Teluk Batang Kebupaten Kayong Utara. Terdapat 59 jenis

tumbuhan obat dari 35 famili, yang dimanfaatkan difungsikan sebagai

pengobatan tradisional untuk menyembuhkan macam-macam penyakit, herba

memiliki presentase yang paling banyak digunakan sebagai salah satu

penyembuhan penyakit yaitu sebanyak 40,6% jenis tumbuhan yang memiliki

khasiat obat.

Penelitian Dwi Nurwulan Pravitasari, Tabagus Arif Hidayatullah,

Aliefia Nuzula, Ridya Puspita (2019). Dengan judul Propil Dermatofitosis

Superfisialis Periode Jurnal-Desember 2017 Di Rumah Sakit Islam Aisiyah

Malang. Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi

jamur dermatofita yang menyerang jaringan yang mengandung karatin seperti

stratum korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia. Dermatofitosis

tersebar terbesar disuluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda-beda tiap

Negara Indonesia menemati urutan ke dua.


19

Penelitian Rahmawati, Wahyuni, & Yushari. (2017:1) Pengembangan

Media Pembelajaran Flipbook pada Materi Gerak Benda Di SMP dapat

disimpulkan berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan yaitu media

pembelajaran pengembangan media pembelajaran flipbook mendapatkan

Sebesar 86,47% Memiliki Kriteria valid dan sangat praktis.

Penelitian Jailani dan Rasyidah (2015) dengan judul “Inverarisasi

Tanaman yang digunakan sebagai Obat Penyakit kulit di gampong alue

Kecamatan Nisma Kabupaten Ace Utara. Berdasarka penelitian yang telah

dilakukan dari bulan 1 April (2015) dikawasan gampong alue Kecamatan

Nisma Kabupaten Ace Utara, ia berhasil menemukan 17 jenis tanaman yang

bias dijadikan sebagai obat penyakit kulit.

Penelitian Rubiah, Djufri, dan Muhibbuddin (2015) dengan judul

Kajian etnobotani Tumbuhan Obat Penyakit Kulit pada Masyarkat Kabupaten

Pidie pengumpulan data adalah jenis–jenis tumbuhan obat, cara pemanfaat

tumbuhan obat, dari hasil penelitian diperoleh 57 jenis tumbuhan yang

tergolong kedalam 37 suku yang dimanfaatkan sebagia obat oleh masyarkat

Kabupaten Pidie.

C. Alur Penelitian

Penelitian ini diawalai dengan tahap pertama melakukan observasi snobel

sampling lapangan dan wawancara camat, kades, dukun, dan masyarakat di

kawasan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong yang meliliki

pengetahuan tentang daerah kawasn Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang

Lebong tersebut belum ada penelitian mengenai eksplorasi tumbuhan


20

berfotensi dermatofitosis dengan cara member lembar wawancara berupa

pertanyaan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai jenis-

jenis Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis, kemudian melakukan observasi

lapangan diareah Kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang

Lebong . Kemudian hasil penelitian tersebut akan ditulis dan di

dokumentasikan sebagai data skunder.

Pembuatan Flipbook dilakukan dengan meninjau materi yang

berkaitan dengan produk yang akan dibuat, kemudian mengembangkan

susunan flipbook. Rancangan flipbook terdiri dari halaman depan yang

menngunakan kertas foto yang tebal (dengan baground eksplorasi tumbuhan

berpotensi dermatofitosis dan nama peneliti), kata pengentar, dftar isi, bab 1

tentang pendahuluan, bab 11 tentang isi tinjauan pustaka eksplorasi tumbuhan

berpotensi dermatofitosis, bab 111 tentang aneks eksplorasi tumbuhan

berpotensi dermatofitosis berdasarkan klasifikasi dan deskripsi eksplorasi

tumbuhan berpotensi dermatofitosis. Daftar pustaka dan riwayat hidup atau

biodata penulis. Kemudian membuat instrument penelitian dan menentukan

kualitifikasi validator ahli materi, ahli media dan ahli bahasa untuk menilai

kelayakan dari flipbook. Setelah dilakukan para Ahli ketiga tersebut, apabila

flipbook tersebut tidak valid maka diadakannya perbaikan dan akan diberikan

angket penilaian kedua kalinya kepada ketiga validator tersebut. Sedangkan

apabila flipbook tersebut valid maka dilnajutkan dengan uji coba pada

masyarakat di sekitar kawasan Kecematan Sindang Beliti Ilir Kabupaten

Rejang Lebong untuk melihat tinggak keterbacaan flipbook. Kemudian


21

didapatkan hasil validasi dan saran. Selanjutnya dilakukan revisi flipbook

sehingga produk yang criteria validitas.


Alur penelitian pengembangan flipbook dapat dilihat pada gambar 2.5
sebagai berikut ini.

Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis Di Kecamatan


Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

Eksplorasi mengenai Observasi dan wawancara dengan camat dan


Tumbubuhan berpotensi masyarakat Kecamatan Sindang Beliti Ilir
Dermatofitosis Di Kabupaten Rejang Lebong mengai eksplorasi
Kawasan Kecamatan tumbuhan berpotensi dermatofitosis
Sindang Beliti Ilir
Kabupaten Rejang Lebong

Hasil penelitian akan Perancanaan Pengembangans


dikembangkan dalam bentuk produk flipbook ususunan
flipbook flipbook

Tahap Uji Lapangan Pendahuluan

Validasi Ahli materi, Uji Keterbacaan Flipbook


media dan bahasa kepada masyarakat

Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak

Revisi Revisi

Flipbook eksplorasi tumbuhan berpotensi


dermatofitosis di Kawasan Kecamatan Sindang
Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong
Gambar 2.5. Alur Penelitian

22
23

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir

Kabupaten Rejang Lebong, waktu pelaksanaan ini yang akan di mulai pada bulan

Januari-Februari 2023.

B. Latar Penelitian

Subjek yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi di sekitar kawasan

Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong. Berdasarkan Hasil

Observasi, wawancara camat, kades, dukun, dan masyarkat setempat. Terdapat 10

Desa. Di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan

hasil ovservasi awal. Dari 10 Desa Terdapat 6 Desa yaitu Lubuk Belimbing I,

Lubuk Belimbing II, Lubuk Bingin Baru, Periang, Merantau, dan Sari Pulau yang

memiliki Potensi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis yang lebih banyak ditemui

Tumbuhannya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

observasi, penentuan lokasi, dan pembilaan data langsung dari lokasi, dan

pengambilan data langsung dari lokasi pengamatan. dokumentasi, dan pembuatan

flipbook. Penelitian ini menggunakan metode Ovservasi dan Eksplorasi jelajah

alam.

C. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metod


24

jelajah alam. Metode jelajah alam merupakan menjelajahi kawasan hutan, kebun,

perkarangan rumah warga dan mengumpulkan setiap sampel tumbuhan yang

ditemukan (Amalia, Lovadi, & Linda, 2015:171).

2. Prosedur Penelitian

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah :

a. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Alat tulis,

kamera, thermometer, soiltester, dan Hygrometer .

a. Adapun langkah – langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1) Tahap Persiapan

Kegiata persiapan bahan ditunjukan untuk mencari alat dan bahan yang

dibutuhkan dalam kegiatan penelitian.

2) Tahap Pelaksanaan

a. Lokasi Pengambilan Sampel dilakukan di sekitar Kacamatan Sindang

Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong.

b. Sampel penelitian ini diambil secara langsuang kelapangan dengan cara

observasi dan dokumentasi. Observasi yaitu melakukan pengematan

langsung pada objek penelitian yang ada di seluruh lokasi penelitian serta

pengambilan gambar dokumentasi dengan kamera. Dokumentasi yaitu

pengambilan bukti telah melakukan penelitian berupa gambar/foto.

c. Pengambilan sampel dilakukan sekitar pukul 8.00 WIB s/d selesai dengan

menggunakan alat dan bahan yang teleh disiapkan .


25

d. Identifikasi sampel yaitu dengan mencocokkan semua ciri dan sifat yang

sangat mencolok dari semua jenis tumbuhan berpotensi Dermatofitosis.

e. Deskripsi sampel yaitu dari analisis dan identifikasi terhadap cirri dari

samper tumbuhan berpotensi Dermatofitosis yang ditemukan.

b. Pengembangan Flipbook

Model pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah

model Borg dan Gall. Model Borg dan Gall adalah suatu proses yang dipakai

untuk mengembangkan dan memvalidasi produk penelitian (Setyosari, 2013:

276). Model Pengembangan Borg dan Gall memiliki 9 tahap yaitu (1)

penelitian dan pengumpulan informasi, (2) perencanaa, (3) pengembangan

produk awal, (4) uji coba lapangan pendahuluan, (5) revisi produk, (6) uji

coba lapangan utama, revisi produk operasional, (7) uji coba lapangan

operasional, (8) revisi produk akhir , dan (9) diseminasi dan pendistribusian.

Model pengembangan Borg dan Gall dipilih sebagai model pengembangan

penelitian ini karena lebih sistematis. Selain itu, Model pengembangan ini

sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari penelitian dan pengembangan

yang dilakukan, yaitu menghasilkan produk flipbook yang diperoleh melalui

penelitian, pengembangan, dan validasi. Model pengembangan yang

digunakan dalam penelitian ini dibatasi hingga tahap kelima yaitu revisi

produk (Wulan, 2018:3). Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu dan biaya

yang diperlukan penelitian dalam penelitian ini.

Berikut ini langkah-langkah penelitian dan pengembangan model

Bord dan Gall yang dibatasi hingga lima tahap (Wulan, 2018:2018), yaitu:
26

1) Tahap penelitian dan pengumpulan informasi

Pada tahap ini penelitian melakukan observasi lapangan dan wawancara

dengan Camat di Kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang

Lebong yang memiliki pengetahuan di kawasan tersebut belum pernah ada

penelitian mengenai Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis.

2) Perencanaan

Pada tahap ini penelitian menentukan spesifikasi produk yang akan dibuat

dengan memperhatikan kebutuhan dalam pembuatan flipbook. Peneliti

merencanakan pembuatan susunan isi dari flipbook, seperti pemilihan cakupan

materi, keakuratan materi, kemutakhirat materi, penyajian, kebahasaan,wawasan,

penggunaan isilah dan keterbacaan.

Kemudian peneliti menentukan kualifikasi validator. Validator tersebut

meliputi validator ahli materi, bahasa dan desai atau media. Adapun instrument

dalam validator tersebut berupa angket. Selanjutnya menentukan prosudur kerja

sesuai dengan tahapan model pengembangan Bord dan Gall (2007:590) hingga

analisis uji coba lapangan pendahuluan.

3) Perancangan Produk

Pada tahap ini peneliti menyususn rancangan atau susunan media flipbook

yaitu skruktur produk dimana produk yang dibuat agar memudahkan dalam

menyapaikan hasil dari penelitian di masysrakat dalam bentuk yang kreatif, dan

mudah dipahami karena memuat penjelasan beserta gambar yang jelas.

4) Validitas produk
27

Pada tahap ini dilakukan oleh 3 validator ahli, yang terdiri dari validator ahli

materi (Reny Dwi Riastuti, M.Pd.Si.), validator ahli desain atau media (Leo

Charli, M.Pd.) dan validator ahli bahasa (Dr. Rusmana Dewi, M.Pd.) Validasi ini

dilakukan oleh seseorang yang memang ahli dalam bidang tersebut. Saran dan

masukan dari ketiga parah ahli tersebut, kemudian dijadikan bahan untuk revisi

produk flipbook.

5) Uji Coba Produk

Uji coba terbatas flipbook di lakukan kepada masyarakat di sekitar

kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong. Kepada

masyarakat yang memiliki criteria bias membaca, pendidikan SD ke atas

dengan kemampuan yang tinggi dan sedang. Alasan memilih masyarakat

dengan kemampuan yang berbeda karena untuk mengetahui penilaian media

flipbook dari masing-masing pandangan masyarakat. Uji coba terbatas ini

dilakukan untuk mengetahui keterbacaan flipbook .

Keterbacaan di ukur melalui 4 indikator penilian yang dinilai melalui

pemberian centang () pada penilaian skor dengan ranting 1-4. Indikator

penilaian tersebut termasuk kedalam empat aspek, Uji coba ini dilakukan oleh

masyarakat di sekitar kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten

Rejang Lebong.

6) Revisi produk

Revisi produk dilakukan terhadap drafl pengembangan produk. Revisi

didasarkan pada hasil validasi ahli materi, dan ahli media dengan

mempertimbangkan saran yang diberikan. Setelah didapatkan hasil validasi


28

selanjutnya dilakukan perbaikan dan penyempurnaan drafl flipbook tersebut

sehingga dihasilkan produk yang memenuhi criteria validasi. Selanjutnya

flipbook direvisi berdasarkan saran perbaikan dan menjadi produk utama.


29

Prosedur penelitian pengembangan flipbook dapat dilihat pada.


Gambar 3.1 berikut ini.

Hasil penelitian (Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis di


Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong) dijadikan flipbook

Perancanaan produk flipbook

Pengembangan susunan flipbook

Tahap Uji Lapangan pendahuluan

Validasi Ahli materi, ahli Uji coba Masyarakat


media dan ahli bahasa

Layak Tidak Layak Tidak Layak Layak

Revisi Revisi

Hasil penelitian (Eksplorasi


Tumbuhan Berpotensi Dermatofitosis
di Kecamatan Sindang Beliti Ilir
Kabupaten Rejang Lebong) dijadikan
flipbook

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Flipbook


(Sumber: Modifikasi Model Pembelajaran Borg and Gall, 2007:590)
30

D. Data dan Sumber Data

Adapun data – data yang peneliti temukan dalam penelitian ini adalah dari data

dan sumber data yang primer dan sekunder.

1. Jenis Data

a. Penelitian deskriptif Kualitatif

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

Kualitataif, Deskriptif Kualitataif adalah data yang digambarkan dengan

kata-kata atau kalimat untuk memperoleh kesimpulan. Selain itu,

dikatakan kualitatif dikarenakan data yang terkumpul dan analisisnya

lebih bersifat penjabaran hasil penelitian (Sugiyono, 2012:8)

b. Pengembangan Flipbook

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu:

Deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

1) Deskriptif Kualitatif

Menurut Arikunto (2010:245) deskriptif kualitatif adalah data yang

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat untuk memperoleh kesimpula.

Data Kualitatif adalah hasil validasi ahli berupa saran.

2) Deskriptif Kuantitatif

Menurut Arikunto (2010:245) deskriptif kuantitatif adalah data yang

berupa angka-angka. Deskriptif Kuantitatif adalah hasil penilaian angkat.

Angket adalah sejumlah pertanyaan tulisan yang ditujukan kepada responden

untuk memperoleh informasi tentang diri responden atau hal-hal lain yang

diketahui responden (Arikunto, 2010:245).


31

2. Sumber Data

Menurut Arikunto (2010:172) Sumber data adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh. Data yang dikumpulkan ada dua meliputi data primer

dan dekunder.

a. Data Primer

Data primer yaitu melakukan observasi lokasi penelitian secara

langsung diamati dilapangan juga menjadi data dalam

pengumpulan hasil penelitian antara lain:

1) Lapangan

Catatan lapangan berisi catatan peristiwa yang terjadi

dilapangan penelitian

2) Foto

Foto disajikan sebagai bukti pendukung pada saat penelitian

berlangsung.

b. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh dari bebrapa referensi atau informasi

dari berbagai sumber yaitu buku, jurnal dan sumber-sumber lain

yang mendukung penelitian ini.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Adapun teknik dan prosedur pengumpulan data terhadap Tumbuhan

berpotensi Dermatofitosis di sekitar kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir

Kabupaten Rejang Lebong yaitu


32

1. Teknik Observasi

Menurut Fathoni (2006:104) observasi snobel sampling adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan melalaui suatu pengamatan dengan disertai

pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Observasi bertujuan

untuk mengamati keadaan Kawasan Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten

Rejang Lebong dan informasi tentang Eksplorasi Tumbuhan berpotensi

Dermatofitosis

2. Teknik Wawancara

Menurut Fathoni (2006:105) Wawancara adalah teknik pengumpulan

data melalui proses Tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah. Proses

wawancara dilakukan dengan teknik pengumpulan data. Apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar wawancara

dan menanyakan langsung kepada dukun dan masyarakat Kecamatan Sindang

Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong mengenai Eksplorasi Tumbuhan

berpotensi Dermatofitosis

3. Dokumentasi Tumbuhan

Menurut Sugono (2008:380) dokumentasi adalah pemberian atau

pengeumpulan bukti-bukti dan sebagainya. Data dari hasil observasi dan

wawancara yang telah dilakukan akan didokumentasikan.

4. Proses pengumpulan data terakhir yang digunakan penelitian adalah angket

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi

dan responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
33

diketahui (Arikunto, 2010:1940). Dalam penelitian ini terdiri 4 angket, yaitu:

angket validasi ahli materi, angket validasi ahli desain, angket validasi ahli

bahasa, dan angket respon masyarakat disekitar Kecamatan Sindang Beliti Ilir

Kabupaten Rejang Lebong. Angket menggunakan format respon 4 poin dari

skala likert yang berupa ceklist. Jawaban setiap butir instrument

pengembangan mempunyai gradasi dari (1)nsangat tidak baik, (2) tidak baik,

(3) baik, dan (4) sangat baik (Sugiyono, 2013:134).

F. Prosuder Analisis Data

1. Penelitian deskriptif kualitatif

Menurut Arikunto (2010:53) analisis data adalah mengubah data mentah

menjadi data yang bermakna yang mengarah pada kesimpulan. Dalam penelitian

ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif

adalah yang digunakan dengan kata-kata atau kalimat untuk memperoleh

kesimpulan Arikunto (2010:245).

2. Pengembangan flipbook

a. Deskriptif Kualitatif

Menurut Arikunto (2010:245) deskriptif kualitatif adalah data yang

digambarkan dengan kata-kata atau kalimat untuk memperoleh kesimpulan.

Analisis data kualitatif yang akan dilakukan adalah hasil validasi ahli berupa

saran. Saran tersebut akan digunakan peneliti untuk memperbaiki atau

penyempurnaan flipbook .
34

b. Deskriptif Kuantitatif

Menurut Arikunto (2010:245) deskriptif kuantitatif adalah data yang

berupa angka-angka. Analisis data kuantitatif yang akan dilakukan adalah

menghitung hasil penilaian angket.

Berikut ini adalah rumus untuk menghitung persentase penilaian

kuantitatif masing-masing item:

(Arikunto, 2010:54)

Keterangan:
P = Persentase
X = Jumlah skor jawaban responden dalam satu item
Xi = Jumlah skor ideal dalam satu item
100 = Konstanta
Kriteria penilaian tingkat kevalidan produk pengembangan
Flipbook dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Kevalidan Flipbook

Tingkat Pencapaian Kriteria Penelitian Keterangan


80-100 Sangat Valid Tidak perlu direvisi
66-79 Valid Tidak perlu direvisi
56-65 Cukup Valid Tidak perlu direvisi
40-55 Kurang Valid Revisi
30-39 Tidak Valid Revisi
(Sumber: Puspita, Kurniawan, & Rahayu, 2017:67)
35

Kriteria penilaian tingkat kepraktisan produk pengembangan

Flipbook dapat dilihat pada table 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kepraktisan Flipbook

Tingkat Pencapaian Kriteria Penelitian Keterangan


80-100 Sangat Praktis Tidak perlu direvisi
66-79 Praktis Tidak perlu direvisi
56-65 Cukup Praktis Tidak perlu direvisi
40-55 Kurang Praktis Revisi
30-39 Tidak Praktis Revisi
(Sumber: Puspita, Kurniawan, & Rahayu, 2017:67)

G. Keabsahan Alat
Berdasarkan hasil validasi alat dan bahan penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini oleh validator bahwa alat-alat yang akan digunakan dalam
keadaan baik dan layak digunakan. Adapu alat-alat yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu: Alat tulis, kamera, lembar wawancara, thermometer, soiltester,
Hygrometer, dan jurnal.
36

DAFTAR PUSTAKA
Agustine R. Perbandingan Sensitivitas dan Spesifitas Pemeriksaan Sediaan Langsung

KOH 20% Dengan Sentrifungsi Pada Tinea Kruris, 2012.

Amtiran, R. A. D. (2019). Inventaris Tanaman Obat Tradisional Oleh Masyarakat

Kecamatan Kupang Barat. (Karya Tulis Ilmia, Politeknik Kesehatan

Komenkes Kupang).

Anggarwal, B.B., C. Sundara, N. Malani, H. Ichikawa. 2006. Curcumin: The Indian

Solid Gold. SVNY. 332:16-34.

Arikunto. (2010). Proseder Penelitian Suatau Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Borg. W. R. dan Gall, M.D. (2007). Educational Research: An Introduction. New

York: Longman.

Dalimartha. 2008 . 1001 Resep Herbal. Jakarta: Restu Agung.

Dharma, M. (2007). Ensiklopedi Bergambar Ekologi. Bandung: Jembar.

Dwi Nurwulan Pravitasari, Tabagus Arif Hidayatullah, Aliefia Nuzula, Ridya Puspita

(2019). Profil Dermatofitosis Superfisialis Periode Januari-Desember 2017

Di Rumah Sakit Islam Aisiyah Malang, Jurnal Saintika Medika. Jurnal

Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran UMM

Vol. 15. No. Juni 2019 p-ISSN 0216-759X.

Fathoni, A. (2006). Metologi Penilaian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.
37

Fathurraman R.N & Musfiroh I. 2018. Teknik Analisis Senyawa Tanin. Jurnal

Farmaka Supelmen Vol 16 (2).Bandung; Universitas Padjadjaran.

Febryana, S. F. A. (2020). Uji Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun

36
Jambu Biji Unggu (Psidium guajava L). Menggunakan Pelarut Yang

Berbeda. In Skripsi. Malang: UIN Malang.

Handarni, D., Putri, S. H., & Teniska, T. (2020). Skrining Kualitatif Fitokimia

Senyawa Antibakteri pada Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L).

Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan Biosistem, 8 (2), 182-188.

Handayani, F., Sundu, R., & Sari, R. M. (2017). Formulasi dan Uji Aktivitas

Antibakteri Streptococcus mutans dari Sediaan Mouthwash Ekstrak Daun

Jambu Biji (Psidium guajava L). Jurnal Sains Dan Kesehatan , 1 (8), 422-

433.

Haryadi, I., & Hidayati, N (2018). Ekstraksi Zat Warna Dari Daun Jambu Biji

Ausralia (Psidium guajava L). Indonesia Jurnal of Halal, 1 (2), 97.

Hujjatusnaini, N. (2008). Uji Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L)

Terhadap Pengobatan Pertumbuhan Trichophyton Sp. Skripsi. Kelimantan

STAIN Palangkaraya.

Ihsan, B., R. P., Rahmani, P. A., & Shalas, A. F. (2020). Validasi Metode KLT-

Densitometri untuk Analis Kuersetin dalam Ekstrak dan Produk Jambu

yang Mengandung Daun Jambu Biji (Psidium guajava L). Pharmaceutical

Journal of Indonesia, 5 (1), 45-51.


38

Jailani, Rasyidah (2015). Inventarisasi Tanaman Yang Di Gunakan Sebagai Obat

Penyakit Kulit Di Gampong Alue Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh

Utara. Jurnal Biology Education. Vol. 4 No. 1 April 2015.

Kamath, J., Rahul, N., Ashok Kumar, C., & Lakshmin, Sm. (2008). (Psidium

guajava L). review Internasional Journal of Green Pharmacy, 2 (1), 9.

Karmin R. 2017. Ekstraksi dan Analisis Kimia Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L)

dengan Pelarut Air dan Etanol. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan.Vol 9

(1). Banjarbaru.

Kurniawati RD. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian tinea pedis pada

pemulung di TPA Jatibarang Semarang (Tesis). Semarang: Universitas

Diponegoro; 2006.

Lakshmipathy TD, Kanabiran K. 2013. Reviewon dermatomycosis: pathogenesis and

treatment. Natural Science.

Li, S., W. Yuan, G. Deng, P. Wang, P. Yang, B.B. Anggarwal, 2011, Chemical

composition and product quality contol of turmeric (curcuma longa L.).

Pharmaceuti. Crops, 2:228-54.

Mahendra, 2006. Panduan Meracik Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya.

Muhlisah, F. (2008). Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Jakarta: Penebar Swadaya.

Mushtaq, M. Akhtar, B., Daud, M., Mohsin, F. G., Iqbal, S., Iqbal, Z., & Khan, M. Z.

(2014). In vitro antimicrobial activity of guava leaves extract againt

important bacterial and fungal strain. International Journal of Biosciences,

6655 (23), 188-192.


39

Nurrani, L. (2013). Pemanfaatan Tradisonal Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat Oleh

Masyarakat Disekitar Cagar Alam Tengale. Jurnal Pemanfaatan

Tradisional Tumbuhan Alam . 3 (1). 1-22.

Nursal, W., Sri dan Wilda S. (2006). Bioaktifitas ekstrak jahe (Zingiber officinale).

Dalam menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli dan

Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis, 2 (2):64-66.

Paburaka, S.A. 2013. Senyawa Flavonoid yang Bersifat Antibakteri dari Akway

(Drimy becarina. Gibbs). Jurnal Chem Prog Vol 6 (1). Papua: Universitas

Negeri Papua.

Parmin. (2007). Jambu Biji: Budidaya dan Ragam Pemanfaatannya. Depok: Penebar

Swadaya.

Qonita, N., Susilowati, S., & Ryandini, D (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Daun Jambu Biji (Psidium guajava L). Terhadap Bakteri Escherichia coli

dan Vibrio cholera. Acta pharm indo, 7 (2), 51-57.

Rahmawati dkk. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran flipbook Pada Materi

Gerak Benda Di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol. 6. No. 4.

Rahmawati dkk. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Flipbook pada Materi

Cerak Benda Di SMP. Jurnal Pembelajaran fisika. Vol. 6 No. 4.

Rendiawati, Oramahi, M. Idham (2019). Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan

Pengobatan Tradisional Oleh Masyarakat Desa Teluk Batang Kecamatan

Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Jurnar Hutan Lestari. Vol. 7 (3) :

1446-1460.
40

Rochmasari, Y. (2011). Senyawa Kimia Dalam Frksi Netral Daun Jambu Biji

Australia (Psidium guajava L). Skripsi. Depok: Universitas Indonesia 82.

Rubiah, Djufri, Muhibbuddin (2015). Kajian etnobotani tumbuhan obat penyakit

kulit pada masyarakat Kebupaten Pidie. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14,

Vol. 7. No. 1, Juni 2015, hal 34-41.

Sari LORK, 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan

Keamanannya, PR. 1-3.

Selviani, Y. & Utomo, B.L. 2017. Efektivitas Variasi Konsentrasi Ekstrak Etanaol

Daun Ketepeng Cina Terhadap Pertumbuhan Shigella dysentriae, Jurnal

Biomedika Vol 10 (1). Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional.

Setiawan, Budi. (2015). Peluang Usaha Budidaya jahe. Pustaka Baru. Press

Yogyakarta.

Setyosari, (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Prenada Media Group.

Singh, G., I.P.S. Kapoor, P. Singh, C.S. de Heluani, M.P. deLampasona, C.A.N.

Catala. 2010. Composition and antioxidant activity of fresh and dry

rhizomes of turmeric (curcuma longa L.). food and Chemical Toxicology.

48:1026-1031.

Soebono, H., 2001. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta; Balai Penerbit FKUT.

Suarni, Panggeso, J., & Rosmini. 2017. Uji Daya Hambat Daun Ketepeng (Cassia

Alata L) Terhadap Jamur Patogen Pytophthora Palmivora Penyebab

Penyekit Busuk Buah Kakoa Theobromea cacaol. Jurnal Agroteknik Vol 5

(3). Palu: Universitas Terbukak.


41

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif kualitatif dan R & D.

Badung: Alfabet.

Sugono. (2008). Kamus Bahasa Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa Depertemen

Pendidikan Nasional.

Waff K, Goldsmith LA, Freedberg IM, Kazt SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lefful DJ,

editor. Fitzpatrick's Dematology in general medicine. Edisi Ke8. New

York: Mc Graw-Hill, 2012;2277.

Wulan. A, N. (2018). Inventarisasi Tumbuhan Obat Antidiabetes Di Kecamatan

Lubuklinggau Timur I Sebagai Bahan Pengembangan flipbook Di

Masyarakat. Artikel Penelitian STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Wulandari, Y. M. (2011). Karakteristik minyak atsiri beberapa varietas jahe

(Zingiber officinale). Teknologi Pertaniaan. Jurnal Kimia dan Teknologi.

Yuna, Y., Zhou, F., Su, H., & Zhang, Y. (2019). Structural Design of Microbicidal

Cationic Oligomers and their Synergistic Interaction With Azoles Against

Candida albicans. Scentific Reports 9(1), 1-11.


42

Peta Lokasi Penelitian


43

Foto Jenis-jenis Tumbuhan berpotensi Dermatofitosis Di Kawasan Kecamatan


Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

Ketepeng cina (Cassia alata L.)


Jambu Biji (Pisidium Guajava)

Kunyit (Curcuma domestica) Jahe Merah (Zinger offinale


rocs)
44

Foto Dokumentasi Observasi Tentang Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi


Dermatofitosis Di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong

Observasi di Kebun Masyarkat Observasi di Kebun Masyarkat


( Sumber Gambar: Dokumentasi ( Sumber Gambar: Dokumentasi
Pribadi, 2022 ) Pribadi, 2022 )

Menemukan Jenis Tumbuhan


Berpotensi Dermatofitosis Menemukan Jenis Tumbuhan
Berpotensi Dermatofitosis
( Sumber Gambar: Dokumentasi
Pribadi, 2022 ) ( Sumber Gambar: Dokumentasi
Pribadi, 2022 )
45

Menemukan Jenis Tumbuhan Menemukan Jenis Tumbuhan


Berpotensi Dermatofitosi (Sumber Berpotensi Dermatofitosi (Sumber
Gambar: Dokumentasi Pribadi, Gambar: Dokumentasi Pribadi,
2022 )
2022 )

Foto Dokumentasi Wawancara Masyarakat Tentang Eksplorasi Tumbuhan


Berpotensi Dermatofitosis Di Kecamatan Sindang Beliti Ilir Kabupaten Rejang
Lebong

Wawancara Masyarkat
Wawancara Masyarkat
(Sumber Gambar: Dokumentasi
Pribadi, 2022 ) (Sumber Gambar: Dokumentasi
Pribadi, 2022 )
46

Wawancara Masyarkat Wawancara Masyarkat

(Sumber Gambar: Dokumentasi (Sumber Gambar: Dokumentasi


Pribadi, 2022 ) Pribadi, 2022 )

Lembar Validasi Alat dan Bahan Penelitian


Lembar Validasi Alat dan Bahan Penelitian

Keadaan Alat dan


Nama Alat
No Kegunaan Ukuran Bahan
dan Bahan
1 Peta Lokasi Sebagai
Penelitian Petunjuk
arah
Penelitian
2 Peralatan Sebagai alat
Alat Tulis Tulis
Penelitian
3 Kamera Sebagai alat
handphone dokumentasi
4 Soiltester Sebagai alat
pengukur
pH
5 Thermometer Sebagai alat
Pengukur
suhu
6 Hygrometer Sebagai alat
temperature pengukur
clock kelembapan
47

Lubuklinggau,
Validator

Endang Suswanti, M.Pd

Desain Awal Flipbook

Bagian
No Keterangan
Pengembangan
1 Sampul Flipbook Identitas flipbook

2 Kata Pengantar Ucapan terimakasih pada pihak-pihak


yang telah berpartisipasi dalam
penelitian dan penyusunan proposal
3 Daftar Isi Daftar Isi Halaman

4 Bab I Pendahuluan Pendahuluan tentang Tumbuhan


Berpotensi Dermatofitosis

5 Bab II Isi Pada bab ini mendeskripsikan tentang


Eksplorasi Tumbuhan Berpotensi
Dermatofitosis di Kecamatan Sindang
Beliti Ilir Kabupaten Rejang Lebong
6 Bab III Penutup Simpulan dari data hasil peneliti

7 Daftar Pustaka Menurut daftar referensi yang


digunakan dalam mengidentifikasi
tumbuhan serta penulisan flipbook.
48

8 Biodata Penulis Berisikan deskrisi singkat tentang


penulis, alamat korespondensi, serta
nomor Hp.

Hasil Validasi Ahli Materi


Nama :
NIDN :
Asal Instansi :

Petunjuk pengisian:
1. Tulis identitas bapak/ibu ditempat yang telah tersediah.
2. Bacalah dengan cermat terlebih dahulu setiap pertanyaan yang ada
sebelum menjawab.
3. Berilah tanda () pada kolom skor sesuai pilihan anda terhadap
flipbook.
4. Kriteria penilaian sebagai berikut:
(1) Sangat tidak baik
(2) Tidak baik
(3) Baik
(4) Sangat baik
49

5. Apabila ada catatan atau saran dapat dituliskan pada lembar


saranyang tersedia.
6. Terimakasih saya ucapkan atas partisipasi dan kerjasama Bapak/ibu
dalam mengisi lembar angket penilaian ini.
Skor
NO. Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1. Materi yang disajikan sesuai
dengan objek yang diteliti
2. Penyajian dan ketentuan isi
materi sistematik
B. Keakuratan Materi
3. Keakuratan ilustrasi dan fakta
yang disajikan dalam flipbook
4. Kesesuaian ilustrasi dengan
materi yang disajikan
5, Penyajian konsep
6. Keakuratan dan Kesesuaian
pada acuan Pustaka yang
digunakan
C. Kemutakhiran Materi
7. Kesesuaian Materi dengan
Perkembangan IPTEK
8. Kemutakhiran ilustrasi
gambar/foto
a. Wawasan
9. Memberi motivasi untuk
informasi lebih jauh
b. Kesesuaian dengan Perkembangan
10. Bahasa yang digunakan sesuai
dengan perkembangan emosi
dan social masyarakat
11. Materi yang disajikan mampu
mendorong siswa untuk
berfikir kritis
c. Kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar
12. Kata Kalimat yang digunakaan
sesuai EYD
d. Penggunaan istilah
13. Penulisan nama
ilmiah/asingsudah tepat
e. Keterbacaan
14. Bahasa yang digunakan
menarik dan mudah dipahami
50

15. Ilustrasi yang digunakan untuk


menjelaskan materi relavan
dengan wancana ditulis
(Dimodifikasi dari Indasari, 2016)
Catatan/Saran

Lubuklinggau,
Ahli Materi

NIDN,

Hasil Validasi Ahli Media


Nama :
NIDN :
Asal Instansi :

Petunjuk pengisian:
1. Tulis identitas bapak/ibu ditempat yang telah tersediah.
2. Bacalah dengan cermat terlebih dahulu setiap pertanyaan yang ada
sebelum menjawab.
3. Berilah tanda () pada kolom skor sesuai pilihan anda terhadap
flipbook.
4. Kriteria penilaian sebagai berikut:
(5) Sangat tidak baik
(6) Tidak baik
(7) Baik
51

(8) Sangat baik


5. Apabila ada catatan atau saran dapat dituliskan pada lembar
saranyang tersedia.
6. Terimakasih saya ucapkan atas partisipasi dan kerjasama Bapak/ibu
dalam mengisi lembar angket penilaian ini.
Skor
No. Kriteria Penilaian
1 2 3 4
A. Desain
1. Layout, tata letak
2. Tampilan ukuran dan
kefokusan gambar
3. Proporsi dan Komposisi warna
4. Penyajian gambar, foto, dan
grafis menarik
5. Keterkaitan sajian desain
dengan ulasan materi
6. Kualitas Kertas dan Ukuran
Kertas simple dan menarik
B. Tampilan Fisik
7. Jenis dan ukuran huruf yang
digunakan
8. Efisiensi peletakan teks dan
lembar halaman
9. Konsistensi tampilan desain
10. Hasil cetakan dan penjilidan
(Dimodifikasi dari Indasari, 2016)

Catatan/Saran
52

Lubuklinggau,
Ahli Media

NIDN,

Hasil Validasi Ahli Bahasa

Hasil Validasi Ahli Bahasa

Nama :
NIDN :
Asal Instansi :

Petunjuk pengisian:
1. Tulis identitas bapak/ibu ditempat yang telah tersediah.
2. Bacalah dengan cermat terlebih dahulu setiap pertanyaan yang ada
sebelum menjawab.
3. Berilah tanda () pada kolom skor sesuai pilihan anda terhadap
flipbook.
4. Kriteria penilaian sebagai berikut:
Sangat setuju/baik diberi skor 4, setujuh/baik diberi skor 3, ragu-
ragu tidak baikdiberi skor 2, tidak baik diberi skor 1.
53

5. Apabila ada catatan atau saran dapat dituliskan pada lembar


saranyang tersedia.
6. Terimakasih saya ucapkan atas partisipasi dan kerjasama
Bapak/ibu dalam mengisi lembar angket penilaian ini.

No Kriteria Penilaian
1 2 3 4
A. Kesesuaian Dengan Perkembangan Masyarakat
1. Kesesuaian bahasa dengan
tingkat berfikir masyarat
2. Kesesuaian bahasa dengan
tingkat emosi dan social
masyarakat
B. Kemampuan Memotivasi
3. Penggunaan bahasa mendorong
masyarat membaca
C. Kesesuaian dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang Benar
4. Kesesuaian kata/kalimat EYD
5. Penggunaan tata bahasa
6. Kebakuan kata
7. Kelugasan kata
8. Penggunaan bahasa komunikatif
9. Penggunaan bahasa yang
interatif dan dialogis
10. Ketepatan struktur kalimatan
11. Keefektifan Kalimat
D. Penggunaan Istilah Simbol/Lambang
12. Konsisten istilah/kata
13. Penulisan nama bahasa
E. Keterbacaan
14. Kemudahan memahami bahasa
54

15. Kesesuaian contoh/ilustrasi


dengan materi
16. Kejelasan kalimat pada materi

Catatan/Saran

Lubuklinggau,
Validator (Ahli Bahasa)

NIDN,

Hasil Angket Keterbacaan Masyarakat


Hasil Angket Keterbacaan Masyarakat
1. Tulis identitas bapak/ibu ditempat yang telah tersediah.
2. Bacalah dengan cermat terlebih dahulu setiap pertanyaan yang ada
sebelum menjawab.
3. Berilah tanda () pada kolom skor sesuai pilihan anda terhadap
flipbook.
4. Kriteria penilaian sebagai berikut:
(1) Sangat tidak baik
(2) Tidak baik
(3) Baik
(4) Sangat baik
5. Apabila ada catatan atau saran dapat dituliskan pada lembar
saranyang tersedia.
6. Terimakasih saya ucapkan atas partisipasi dan kerjasama
Bapak/ibu dalam mengisi lembar angket penilaian ini.
55

Skor
No. Krteria Penilaian
1 2 3 4
A. Cangkupan Materi
1. Isi/materi yang disajikan
dalam flipbook dapat
dipahami dengan baik
2. Isi/materi dalam flipbook
dapat menambah wawasan
dan pengetahuan
3. Materi/info tambahan dalam
flipbook dapat menambah
pemahaman mengenai
Eksplorasi Tumbuhan
berpotensi Dermatofitosis di
kawasan Kecamatan Sindang
Beliti Ilir Kabupaten Rejang
Lebongdalam bentuk
Flipbook

B. Penyajian
4. Materi yang disajikan dengan
bahasa yang sederhana
sehingga mudah dipahami
Adanya
5. ilustrasi dan gambar membantu
memahami materi mengenai
Eksplorasi Tumbuhan
berpotensi Dermatofitosis di
kawasan Kecamatan Sindang
Beliti Ilir Kabupaten Rejang
Lebong dalam bentuk
Flipbook
6. Flipbook memberikan
motivasi dan rasa yang ingin
tau tinggi
C. Kebahasaan
7. Terdapat untuk istilah yang
sulit dan tidak umum
8. Bahasa yang digunakan
dalam flipbook komunikatif
sehingga mudah dimengerti
9. Tampilan cover, gambar, dan
tulisan menarik
10. Layout dalam Flipbook
propesional sehingga menarik
untuk dibaca
11. Tampilan tiap halaman
56

menarik perhatian
12. Flipbook sangat simple untuk
dibawa dan dibaca
13. Keseimbangan gambar dan
teks menarik dan tidak
membosankan untuk dibaca
14. Tampilan keseluruhan
flipbook menarik dan dapat
menambah minat baca
(Modifikasi dari januwati, 2014)

Responden Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai