Anda di halaman 1dari 6

SP-014-005

Proceeding Biology Education Conference p-ISSN:2528-5742


Volume 15, Nomor 1
Halaman 715-720 Oktober2018

Prospek Pengembangan Ramuan Anti Malaria Terstandar Berbasis


Etnomedisin Masyarakat Kesultanan Jailolo

Prospect of Making Anti-Malaria Development Based on


Ethnomedicine Kesultanan Jailolo Community

M. Nasir Tamalene, Bahtiar dan Suparman


Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Khairun
Jl. Bandara Babullah Kampus 1. Akehuda kota Ternate Utara. Pos Code 97727
*Corresponding author: hannakhairunnisa2013@gmail.com

Abstract: Upaya mencari obat baru untuk mengobati penyakit malaria di negara Indonesia telah dilakukan, dimana
banyak daerah endemis di Indonesia masih dijumpai penyakit Malaria seperti wilayah kepulauan Papua dan
Maluku. Berbagai etnis di Indonesia memiliki khasanah budaya yang berbeda. Pada setiap etnis, terdapat
beranekaragam kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan tumbuhan untuk
pengobatan tradisional. Masyarakat adat kesultanan Jailolo merupakan salah satu etnis yang masih
menggunakan tanaman sebagai obat tradisional. Pengetahuan lokal ini merupakan potensi untuk
pengembangan obat dan ramuan anti malaria baru terstandar. Kebijakan terhadap pengembangan ramuan obat
ini perlu dilakukan untuk menghindari maraknya Biopiracy dan Intellectual Property yang dilakukan oleh
pihak luar terhadap kekayaan plasma nutfah Indonesia. Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai ramuan obat
anti Malaria masyarakat adat Kesultanan Jailolo yaitu tumbuhan Justicia ganarussa, Alstonia scholais L.
Carica papaya L. Orthosiphon aristatus, Tinospora crispa Miers, Lansium domesticum, Ficus septica Brum
L.Phyllanthus niruri L. dan Curcuma domestica Val.. Temuan penelitian ini yaitu masyarakat memanfaatkan
9 tumbuhan obat yang diramu dalam tiga ramuan campuran dan enam ramuan tunggal.

Keywords: tanaman obat, anti malaria, masyarakat adat Kesultanan Jailolo

1. PENDAHULUAN Berbagai etnis di Indonesia memiliki khasanah


budaya yang berbeda. Pada setiap etnis, terdapat
Bangsa Indonesia memiliki budaya pengobatan beranekaragam kearifan lokal masyarakat, termasuk
tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat di dalamnya adalah pemanfaatan tumbuhan untuk
sejak dahulu dan dilestarikan secara turun-temurun pengobatan tradisional. Masyarakat adat kesultanan
(Arihan & Gençler, 2007). Namun adanya Jailolo merupakan salah satu masyarakat lokal yang
modernisasi budaya dapat menyebabkan hilangnya masih menggunakan tanaman sebagai obat
pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh tradisional. Pengetahuan tentang penggunaan
masyarakat. Bangsa Indonesia telah lama mengenal tumbuhan obat (TO) oleh etnis asli setempat.
dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya
salah satu upaya dalam menanggulangi masalah pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh
kesehatan. Pengalaman dan keterampilan tersebut masyarakat (Arihan & Gençler, 2007).
telah dilakukan di berbagai suku di Indonesia. Selain itu maraknya Biopiracy danIntellectual
Pengetahuan mengenai tumbuhan obat berbeda-beda Property yang dilakukan oleh pihak luar terhadap
pada suatu wilayah yang dihuni oleh etnits tertentu
kekayaan plasma nutfah Indonesia harus segera
(Nurrani,2013.;Hartanto, Sofiyanti, 2014).
diantisipasi dengan penyediaan data base atas
Sebagian besar peneliti diberbagai negara di
kepemilikan dan autentitas jenis tersebut sebagai
dunia menyadari bahwa masyarakat adat atau etnis
kekayaan biodiversitas Indonesia khususnya data
tertentu memiliki berbagai kearifan, pengetahuan dan
base tentang kearifan lokal masyarakat adat pada
pengalaman yang bermakna bagi manusia utamanya
wilayah-wilayah di Indonesia khususnya di wilayah
masyarakat modern. Kedekatan mereka dengan alam,
kepulauan. Wilayah kepulauan ini banyak tumbuh-
pengetahuan mengenai tumbuhan yang bergizi atau
tumbuhan obat yang dimanfaatkan secara turun
mengandung berbagai zat yang dapat mengobati
temurun. Sampai sekarang ini belum ada data tentang
berbagai penyakit dan keberhasilan masyarakat untuk
keanekaragaman tumbuhan obat tersebut.
mempertahankan eksistensinya dari generasi ke
Kepulauan ini menyimpan kearifan budaya,
generasi merupakan sesuatu yang mengandung
salah satunya yaitu budaya pemanfaatan tumbuhan
banyak pelajaran (Zamzami, 2013).
sebagai obat untuk pengobatan secara tradisional.
Pengobatan tersebut berdasarkan pengetahuan yang
716 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 715-720, Oktober 2018

mereka dapatkan secara turun temurun. Mereka peserta studi sebelum wawancara, dengan bantuan
mempercayai dukun atau masyarakat untuk berobat. dari formulir persetujuan sukarela yang disetujui.
Petugas kesehatan sangatlah minim sekali, Setiap peserta diyakinkan untuk menarik wawancara
pengobatan pada dukun merupakan prioritas utama, pada fase apapun yang mungkin akan terjadi.
sebelum ke petugas Kesehatan. Namun, semua peserta secara aktif berpartisipasi dan
Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu tidak ada yang menolak untuk wawancara tersebut.
menginformasikan tentang potensi dan prospek Nomor kode informan digunakan sebagai pengganti
tumbuhan dan ramuan obat anti malaria baru dalam nama informan dan informasi yang dikumpulkan
pengembangan obat tradisional di Indonesia yang dirahasiakan. Umpan balik kepada populasi
dimanfaatkan oleh masyarakat adat kesultanan Jailolo penelitian dilakukan dalam bentuk pertemuan
provinsi Maluku Utara. diseminasi setelah selesainya survei.

2. METODE Analisis statistic


Data tentang latar belakang informan dan tanaman
Survey Lapangan dan Penentuan Informan yang digunakan secara skematik direkam dengan
Etik dan emik digunakan sebagai pendekatan menggunakan perangkat lunak excel 2010. Data
penelitian ini. Pendekatan ini biasanya digunakan yang dikumpulkan ditabulasi dalam tabel informasi
oleh antropolog, guna merujuk pada pola perilaku exel seperti nama family, nama lokal, nama botani,
manusia.Emik dimaksudkan untuk mengumpulkan nomor voucher spesimen, habitus dan kegunaan
seluruh informasi mengenai tumbuhan obat dan obat tumbuhan (tabel 1). Data pemanfaatan tumbuhan
tradisionalmelalui sudut pandang penyehat dihitung menggunakan rumus fidelity level (fl %) =
tradisional (Hattra). Sedangkan etik dimaksudkan ip/iu x 100 (botsaris, alexandros s (2007), fl
untuk melakukan analisis berdasarkan disiplin merupakan persentase informan yang mengklaim
keilmuan, baik antropologi, biologi maupun penggunaan tanaman tertentu untuk tujuan utama
kesehatan. Wawancara mendalam dilakukan pada yang sama, dimana ip adalah jumlah informan yang
informan kunci yang dipilih perdasarkan purposive secara independen disarankan penggunaan spesies
sampling (Pieroni A. 2001). Pertanyaan-pertanyaan tanaman untuk penyakit malaria dan iu jumlah total
terbuka ditanyakan untuk mengugkap tentang peta
informan yang menyebutkan tanaman yang sama
pengetahuan dari informan kunci (Turnner, N.J.
untuk penyakit malaria.
1988). Wawancara dilakukandalam
bahasalokaldengan mengunjungisetiap informan
secara individu.. Dalam penelitian ini sampel harus 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
memiliki kriteria yaitu, memiliki pengetahuan
tentang obat tradisional, asli penduduk daerah Masyarakat adat kesultanan Jailolo pada umumnya
tersebut dan pengetahuan yang didapat secara turun petani tahunan dan nelayan. Daerah ini merupakan
temurun. Penelitian ini dilakukanmelalui survei daerah dengan kawasan hutan yang luas dan
lapangan yangmelalui dua tahap yaitu, Metode merupakan daerah perkebunan Cengkeh, pala dan
Observatif (penentuan responden) dan Survei kelapa. Masyarakat adat ini masih memanfaatkan
Eksploratif(kegiatan wawancara masyarakat tumbuhan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit
lokal.Dimana data yang diperoleh diambil dari hasil malaria. Temuan penelitian ini yaitu masyarakat
wawancaralangsung dari masyarakat seperti memanfaatkan 9 tumbuhan obat yang diramu dalam
penyehat tradisional dan masyarakat yang terpilih tiga ramuan campuran dan enam ramuan tunggal
yang berpengalaman dalam pemanfaatantumbuhan (Tabel 1, 2 dan 3).
obat.
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu Tabel 1.Tumbuhan obat anti malaria masyarakat
pada tanggal 24 Mei- 27 Juni tahun 2018. Lokasi adat kesultanan Jailolo
penelitian dilaksanakan di Desa Gamkonora, Gam
Ici, Gam Lamo, Tongute Ternate dan Tahafo
Famili Nama Nama Nama Bagian
Kecamatan Ibu Kabupaten Halmahera Barat. Lokasi lokal Indonesi Ilmiah Tumbuh
ini dipilih karena masyarakat di desa ini masih a an
melakukan praktek penyembuhan penyakit malaria
menggunakan tumbuhan obat. Data penelitian Acanthaceae Justicia
Gandaru ganarussa
dianalisis secara deskriptif. Data pemanfaatan Puli sa . Seluruh
tumbuhan obat dianalisis menggunakan formula. Apocineceae Alstonia
scholais Kulit
Ethics statement Hange Pulai L. batang
Caricaceae Popaya Carica Daun
Sebelum dimulainya survei, pertemuan Pepaya
papaya L
dengan Sultan sebagai pimpinan masyarakat adat; Lamiaceae Orthosiph
tokoh masyarakat dan anggota asosiasi lingkungan Kumis Kumis on
diadakan di mana tujuan survei dijelaskan dengan Kucing Kucing aristatus Daun
Menispermac Brotowa Tinospora
jelas. Karena semua responden yang dipilih berusia eae Papaita li crispa
Batang
dewasa, persetujuan diperoleh dari masing-masing
Qomariyah & Wulandari. Uji Validitas Pengembangan LKS Biologi Berbasis Probing Prompting 717

Miers [No Nama Cara Penyajian


Meliaceae Lansium
Kulit Ramuan Tumbuhan Ramuan
domesticu
batang gelas air dan sedikit
Lasa Langsa m
Moraceae Ficus garam peras sampai
Tagalol Awar- septica sarinya keluar
o awar BrumL. Daun kemudian saring ke
Phyllanthu Seluruh
Balakan
s niruri L. organ
dalam gelas untuk
Phillantaceae g diminum 3 x sehari
Meniran kecuali
Babiji selama 3 hari
akar
Zingiberaceae Curcuma 002 Brotowali Ambil 9 potang
domestica batang brotowali
Gudaci Kunyit Val. Umbi
dengan ukuran 9cm,
kemudian dicuci
Tabel 2. Komposisi Ramuan Campuran Penyakit bersih, rebus dengan 5
Malaria gelas air, biarkan
sampai airnya sisa
No Nama Cara Penyajian setengah, biarkan
Ramuan Tumbuhan Ramuan sampai dinggin
kemudian saling
001 -Pulai Ambil masing- kegelas untuk
- masing 7 potong kulit diminum
Brotowali batang pulai dan 003 Meniran Siapkan 1 gengam
brotowali, tambahkan 5 meniran, cuci bersih
gelas air lalu direbus kemudian rebus
sampai tersisa 1 gelas, dengan air sebanyak 5
biarkan sampai dingin, gelas, biarkan sampai
saring pada gelas airnya tersisa 1 gelas,
selanjutnya diminum 3 sesudah dingin saring
x sehari selama 3 hari lalu siap untuk
002 -Awar- Ambil 5 lembar dimunum 3 x sehari
awar daun awar-awar, 1 selama 3 hari
-Kunyit lembar daun pepaya 004 Gandarusa Siapkan daun
-Pepaya dan 3 umbi kunyit, gandarusa sebanyak 1
semuanya dimasukan gengan, rebus dengan
kedalam panci lalu air sebanyak 3 gelas,
direbus sampai biarkan sampai tersisa
mendidih, lakukan 1 gelas, tuangkan ke
pengasapan 3 x sehari gelas lalu ramuan siap
selama 5 hari. Istilah untuk diminum2 kali
lokal disebut dengan sehari selama 3 hari
istilah Bakera 005 Langsa Ambil 7 potongan
003 -Pepaya Ambil 1 lembar kulit batang langsa,
-Meniran daun pepaya dan 1 masing-masing
gengam meniran memiliki panjang 3
tambahkan dengan 5 cm, tambahkan dengan
gelas air, rebus sampai 5 gelas air, rebus
airnya tersisa 1 gelas, sampai airnya tersisa 1
biarkan sampai dingin gelas, biarkan sampai
selanjutnya saring dingin tuangkan
kegelas untuk diminum kegelas untuk
3 x sehari selama 3 hari diminum 3 x sehari
selama 3 hari
006 Kumis 1 gengam daun
Tabel 3. Komposisi Ramuan Tunggal Penyakit kucing kumis kucing, tumbuh
Malaria sampai halus,
tambahkan 1 gelas air
masak, peras sampai
No Nama Cara Penyajian
sarinya keluar lalu
[

Ramuan Tumbuhan Ramuan


saring kegelas untuk
001 Pepaya Gunakan 1 lembar
diminum 3 x sehari
daun pepaya, cuci
selam 3 hari
bersih kemudian
ditumbuk hingga
halus, campurkan 1
718 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 715-720, Oktober 2018

Hasil analisis data Fidelity level menunjukkan Indonesia banyak memakai bahan-bahan tradisional
bahwa tumbuhan pepaya (Carica papaya L.) dan tersebut untuk mengobati panyakit malaria
brotowali (Tinospora crispa Miers)memiliki nilai FL berdasarkan khasiatnya menurunkan demam yang
[100], Meniran (Phyllanthus niruri L.)[FL.75], Pulai merupakan gejala dari penyakit malaria.
(Alstonia scholais L.), langsa (Lansium domesticum), Hasil penelitian RISTOJA tentang etnomedisin
Gandarusa (Justica ganarussa brum)[FL.50], Kumis pada beberapa etnis di Maluku Utara pada tahun
kucing (Orthosiphon aristatus), Awar-awar(Ficus 2012 dan 2015 diketahui hampir pada setiap etnis
septica brum), dan Kunyit (Curcuma domestica ), diperoleh informasi etnomedisin penyakit malaria
yaitu [FL.25]. berdasarkan data tersebut jumlah baik dalam bentuk tanaman berkhasiat maupun
tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan yaitu ramuan jamu. Hal ini sejalan dengan fenomena
tumbuhan pepaya (Carica papaya L.) dan brotowali bahwa malaria merupakan salah satu penyakit
(Tinospora crispa Miers). endemik di kepulauan Maluku Utara yang perlu
Kami mengeksplorasi dan mendapatkan perhatian serius. Malaria merupakan
mendokumentasikan tumbuhan obat penyembuh salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
penyakit malaria yang dimanfaatkan oleh kelompok menyebabkan kematian terutama pada kelompok
masyarakat adat kesultanan Jailolo yang berdomisili risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil, selain
di pulau-pulau kecil. Kami menemukan Sembilan itu malaria secara langsung menyebabkan anemia
jenis tumbuhan obat malaria dengan jumlah ramuan dan dapat menurunkan produktivitas kerja
sebanyak 9. Belum ada laporan penelitian lain pada (Kepmenkes, 2009). Penyakit ini juga masih endemis
lokasi yang sama yang dijadikan sebagai acuan untuk di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk
perbandingan data. Namun tumbuhan yang Maluku Utara.
dimanfaatkan oleh mereka pada umumnya Penelitian etnomedisin merekomendasikan
dimanfaatkan oleh etnis-etnis lain di negara tanaman obat dan ramuan jamu dari masing-masing
Indonesia dan berbagai Negara di dunia untuk etnis. Pengobatan penyakit endemik malaria di
mengobati penyakit malaria. Maluku Utara, masing-masing etnis memiliki ragam
Kami mendokumentasikan komposisi dosis cara/budaya yang berbeda. Setiap etnis memiliki
ramuan penyakit malaria yang dibuat tidak ada kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya
standarisasi, ukuran komposisi berdasarkan pada adalah pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan
pengalaman individu penyehat tradisional. Penelitian Malaria secara tradisional. Pengetahuan tentang
lainnya memberikan penjelasan bahwa pengukuran penggunaan tumbuhan obat (TO) oleh etnis asli
yang digunakan untuk menentukan dosis ramuan setempat sangat penting untuk pengembangan
herbal berdasarkan pada sosiokultural (Nanyingi et pengobatan secara tradisional dan pengembangan
al. 2008). Hal ini juga dapat dianggap berasal dari obat modern karena banyak ekstrak tumbuhan untuk
perbedaan dalam pengetahuan asli masyarakat lokal obat modern ditemukan melalui pendekatan
dalam memanfaatkan tanaman obat (Teklehaymanot pengetahuan lokal (Njoroge, G. N., & Bussmann, R.
and Giday 2007). Ini berarti bahwa penamaan W., 2006). Data dasar yang dihasilkan sangat
penyakit dan gejala penyakit menurut mereka sama, mendukung program Saintifikasi Jamu (SJ) karena
karena dipengaruhi oleh budaya. Nomenklatur program tersebut berbasis pada kearifan lokal yang
penyakit didasarkan pada gejala penyakit (Jäger tercermin dari budaya masing-masing etnis, sehingga
2005; (Cordell 1995). program SJ ini dapat terus dikembangkan ke seluruh
Penelitian tentang tumbuhan dan komposisi fasilitas pelayanan kesehatan (Manderson L and Aab
ramuan obat berbasis pada masyarakat adat adalah P. 1992).
bagian dari upaya mencari obat baru untuk Ramuan yang dihasilkan oleh etnis di daerah
mengobati penyakit malaria di negara Indonesia, merupakan produk yang kita kenal sebagai Jamu.
dimana banyak daerah endemis di Indonesia masih menurut Permenkes no 03 tahun 2010 jamu adalah
dijumpai penyakit Malaria seperti wilayah Papua dan obat tradisional yang terdiri dari bahan atau ramuan
Maluku. Pulau-pulau kecil di Indonesia khususnya di yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
kepulauan Maluku, tersimpan potensi tumbuhan obat mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
malaria yang belum tereksplorasi secara ilmiah dan bahan tersebut yang secara turun temurun telah
menyeluruh. Masyarakat yang hidup di sekitar pantai digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan
memanfaatkan tumbuhan obat sebagai bahan alam sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
untuk pengobatan secara tradisonal, pola konsumsi Penggunaan ramuan (jamu) dalam pengobatan medis
tumbuhan obat herbal sampai sekarang masih perlu adanya langkah saintifikasi jamu terlebih
dipraktekkan, namun sebagain masyarakat telah dahulu.Saintifkasi Jamu adalah pembuktian ilmiah
mengenal obat modern. Perubahan perilaku jamu melalui penelitian berbasis pelayanan
mengkonsumsi obat kimia karena adanya perubahan kesehatan (First Annual Public Health Forum, 1991)
waktu dan modernisasi yang berkembang pesat Berdasarkan pada data-data hasil penelitian yang
berpengaruh pada pengetahuan asli, institusi telah dilakukan maka, dipastikan bahwa belum ada
tradisional, hukum adat dan praktik yang bijaksana data standarisasi ramuan obat anti malaria baru yang
telah hilang (Berkes & Turner, 2004).Masyarakat perlu dikembangkan. Hasil penelitian Balitbangkes
Qomariyah & Wulandari. Uji Validitas Pengembangan LKS Biologi Berbasis Probing Prompting 719

tahun 2012, 2015 dan 2017 belum sepenihnya for the Vaccine, 1991, London School for
mengeksplorasi potensi tumbuhan obat berbasis Hygiene and Tropical Medicine.
kepulauan di Maluku Utara, sehingga gagasan dalam
artikel ini yaitu melakukan invensi ramuan obat anti Hartanto, S., Sofiyanti, N., & Artikel, I. (2014).
malaria baru terstandar berbasis etnomedisin di Biosaintifika, 6(2), 98–108.
Indonesis khusunya di Maluku Utara. https://doi.org/10.15294/biosaintifika.v6i2.310
5
4. SIMPULAN
Jäger, Anna K(2005) Is Traditional Medicine Better
Masyarakat adat kesultanan jailolo bergantung pada off 25 Years Later? Journal of
berbagai tanaman untuk memenuhi kebutuhan dan Ethnopharmacology 100(1–2): 3–4.
kebutuhan mereka menyembuhkan penyakit malaria.
Bagian tanaman yang berbeda digunakan untuk Kepmenkes, 2009. Keputusan Menteri Kesehatan RI,
meramu obat dengan dosis yang tidak terstandar. no 293/MENKES/SK/IV/2009, Eliminasi
Dosis pada ramuan berdasarkan pada pengalaman Malaria di Indonesia, 28 April 2009.
penyehat tradisional dalam praktek pengobatan
Kemenkes. 2007. Pedoman Program Nasional
secara tradisional. Jadi, tanaman berkhasiat obat
Pengendaliaan Malaria di Indonesia (2007–
harus diteliti secara kimiawi agar benar
2029), Direktorat Penegendalian Penyakit
teridentifikasi senyawa bioaktif yang dapat Bersumber Binatang, Ditjen PP & LP, 2007
digunakan lebih lanjut untuk merancang obat baru
dari tumbuhan. Ini akan menjadi kontribusi yang Manderson L and Aab P. 1992. An epidemic in the
besar untuk farmasi dan industri jamu di indonesia. field? Rapid assessment procedures and health
Temuan kami mengungkapkan bahwa tumbuhan research. Sm. Sci.M ed. Vol. 35,N o. 7,p p.8
yang dimanfaatkan sebagai ramuan obat anti malaria 39-850.
masyarakat adat kesultanan jailolo yaitu tumbuhan
justicia ganarussa, alstonia scholais l. Carica Nurrani, L. (2013). Pemanfaatan tradisional
papaya l. Orthosiphon aristatus, tinospora crispa tumbuhan alam berkhasiat obat oleh
miers, lansium domesticum, ficus septica brum l. masyarakat di sekitar cagar alam tangale, 1–
Phyllanthus niruri l. Dan curcuma domestica val. 22.
Temuan penelitian ini yaitu masyarakat
memanfaatkan 9 tumbuhan obat yang diramu dalam Njoroge, G. N., & Bussmann, R. W. (2006).
tiga ramuan campuran dan enam ramuan tunggal. Diversity and utilization of antimalarial
ethnophytotherapeutic remedies among the
5. DAFTAR PUSTAKA Kikuyus (Central Kenya). Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine, 2, 1–7.
Arihan, O., & Gençler, A. M. (2007). Traditional https://doi.org/10.1186/1746-4269-2-8
Medicine And Intellectual Property Rights
Geleneksel Tip Ve F I Kr I Mülk I Yet Haklari Nanyingi, Mark O., James M. Mbaria, Adamson L.
Hacettepe University , Faculty of Medicine , Lanyasunya, et al. (2008).
Department of Pharmacology , 06100 , S ı Ethnopharmacological Survey of Samburu
hhiye – Ankara , TURKEY Ankara University District, Kenya. Journal of Ethnobiology and
, Faculty of Pharmacy , Dep, 36(2), 135–151. Ethnomedicine 4: 1–12
Pieroni A. 2001. Evaluation of the cultural
Berkes, Fikret, and N Turner (2004). Knowledge, significances of wild food botanicals
Learning and the Resilience of Social- traditionally consumed in Northwestern
Ecological Systems. Evolution (August): 1– Tuscany Italy, Journal of Ethnobiology,
17. (Online), 1 (21): 189-194,
(http://www.ethnobioconservation.com)
Botsaris, Alexandros S (2007). Plants Used diakses 6 September 2014.
Traditionally to Treat Malaria in Brazil: The
Archives of Flora Medicinal. Journal of Teklehaymanot, Tilahun, and Mirutse Giday(2007).
Ethnobiology and Ethnomedicine 3. Ethnobotanical Study of Medicinal Plants
Used by People in Zegie Peninsula,
Cordell, G. a(1995). Review Article Number 109: Northwestern Ethiopia. Journal of
Changing Strategies in Natural Products Ethnobiology and Ethnomedicine 3: 1–11.
Chemistry. Phytochemistry 40(6): 1585–
1612. Turnner, N.J. 1988. “The Importance of a Rose”:
Evaluating the Cultural Significance of Plants
First Annual Public Health Forum, Malaria –Waiting in Thompson and Lillooet Interior Salish.
720 Proceeding Biology Education ConferenceVol. 15 (1): 715-720, Oktober 2018

Royal British Columbia Museum, British. Diskusi:


274p.
Penanya:
Q’eqchi’ Maya Reproductive Ethnomedicine - Jillian
De Gezelle - Google Buku. (2014). I Nengah Kundera (Tadulako University)

Tamalene, M. N., Al Muhdhar, M. H. I., Suarsini, E., Bagaimana identifikasi senyawa dalam
& Rohman, F. (2016). Study of ethnobotany of mengendalikan penyakit malaria?
medicinal plant of Tobelo Dalam (Togutil)
ethnic group of Halmahera Island, Indonesia. Jawab:
Medicinal Plants, 8(2). penelitian yang dilakukan pada tahun selanjutnya
https://doi.org/10.5958/0975- yaitu identifikasi senyawa pada ramuan. Sehingga
6892.2016.00016.2. setiap ramuan akan diketahui senyawa-senyawa
bioaktif yang terkandung dalam tiap ramuan tersebut.
Tamalene, M. N., & Almudhar, M. H. I. (2017).
Local knowledge of management system of
forest ecosystem by Togutil Ethnic group on
Halmahera Island, Indonesia: Traditional
utilization and conservation. International
Journal of Conservation Science, 8(3).

Zamzami, L. (2013). Sukerei Mentawai: Keseharian


dan Tradisi Pengetahuan Lokal yang Digerus
oleh Zaman. Antropologi Indonesia;
Indonesian Journal of Social and Cultural
Anthropology, 34(1), 29–40.

Anda mungkin juga menyukai