Abstrak. Nisyapuri FF, Iskandar J, Partasasmita R. 2018. Studi etnobotani tumbuhan obat di Desa Wonoharjo Kabupaten
Pangandaran, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 4: 122-132. Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman hayati flora dan
fauna yang sangat beragam. Di samping itu, Indonesia juga memiliki beragam etnik, dengan berbagai kekhasan tradisinya, termasuk
pengetahuan lokalnya. Salah satu pengetahuan lokal atau tradisional masyarakat Indonesia adalah pengetahuan tentang penggunaan
tumbuhan obat. Pengkajian ilmiah tentang pengetahuan lokal penduduk mengenai jenis-jenis obat dapat dikaji dalam studi etnobotani
tanaman obat. Paper ini mendiskusikan hasil studi tentang etnobotani tumbuhan obat di Desa Wonoharjo, Kabupaten Pangandaran, Jawa
Barat. Empat aspek utama dibahas dalam paper ini yaitu penyakit yang umum diderita masyarakat, jenis-jenis tumbuhan obat yang biasa
digunakan untuk pengobatan anekaragam penyakit, tempat pengambilan tumbuhan obat di ekosistem perdesaan, serta penggunaan dan
cara pengolahan tumbuhan obat. Metoda yang digunakan dalam studi ini adalah metoda kualitatif bersifat deskriptif analisis. Teknik
pengumpulan data lapangan dengan cara observasi langsung dan wawancara secara semi-struktur dengan berbagai informan yang
dianggap kometen dengan dipilih secara purposif. Hasil penelitian menujukkan bahwa telah dikenal 19 jenis penyakit yang biasa
diderita penduduk di Desa Wonoharjo. Tercatat 31 jenis tumbuhan obat, dari 20 familia yang biasa digunakan peduduk untuk mengobati
berbagai penyakit. Pada umumnya anekaragam tumbuhan obat tersebut diperoleh penduduk dari agroekosistem pekarangan. Sementara
itu, pengguaan dan tatacara pengolahan anekaragam tumbuhan obat dilakukan dengan berbagai cara seperti dibuat cara ditumbuk dan
dicampurkan jadi ramuan, direbus, dan cara penggunaannya dapat berupa dimakan langsung bahan mentahnya, diminum dan
ditempelkan pada bagian orang sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan lokal masyarakat tentang berbagai
tumbuhan obat dan cara pengobatan penyakit cukup sejalanan dengan pandangan ilmah Barat, sehingga pengetahuan lokal tentang jenis-
jenis tumbuhan obat dan penggunaan tumbuhan obat tersebut dapat diintegrasikan dengan pengetahuan Barat untuk mendukung
pengembangan pengobatan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat di masa datang.
Abstract. Nisyapuri FF, Iskandar J, Partasasmita R. 2018. Study of ethnobotany of medicinal plants in Wonoharjo Village,
Pangandaran District, West Java. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 4: 122-132. Indonesia has been known as own high diversity of
flora and fauna. In addition, Indonesia has been known high diversity of ethnics which has various distinctive traditions, including local
knowledge. One of the local knowledge or traditional knowledge is local knowledge on using of traditional medicinal plants. Scientific
study on local knowledge on medicinal plants can be carried out by ethnobotany of medicinal plants. This paper discussed on research
results on ethnobotany of medicinal plants in Wonoharjo Village, Pangandaran District, West Java. Four aspects namely some
predominant diseases of village people, plant medicinal plants that are predominantly used by people, source of the medicinal plants in
village ecosystem, and using and processing of medicinal plants were discussed in this paper. Method used in this study was qualitative
with descriptive analysis, while the observation and semi-structure interviews with competent informants that were purposively selected
were applied to collect the primary data in the field. The results showed that it was recoded 19 kinds of human diseases in Wonoharjo
village. It was recorded 31 medicinal plant species with 20 families that are predomnantly used by people to treat varous diseases. All
medical plant species were collected from the homegarden agroecosystem. The processing of the medicinal plants were done by various
means, including pounding and boiling, and using it by direct consumption of fresh materials, drinking, and putting in pain body. The
results of study showed that the local knowledge of village people in general has similar to that the Western scientific knowledge view.
Therefore, the local knowledge of village people on medicinal plants and using those medicinal plants to treat various diseases could be
integrated with Western scientific knowledge for supporting development of the health treatment and health improving in the
community in the future.
Hindia; sedangkan di bagian barat berbatasan dengan lapangan dan wawancara semi struktur atau wawancara
Kabupaten Tasikmalaya (Dinas Komunikasi, Informatika, mendalam (deep interview). Observasi lapangan yaitu
Statistik, dan Persandian Kabupaten Pangandaran 2016). peneliti melakukan observasi tentang kondisi kampung,
Berdasarkan lokasi geografisnya, kawasan Kabupaten dengan rumah-rumah dan pekarangan penduduk, serta
Pangandaran terletak pada koordinat 108º 41’-109⁰ Bujur tataguna lahan lainnya, seperti kebun. Sementara itu,
Timur dan 07⁰ 41- 07⁰ 50 Lintang Selatan (Dinas Kelautan wawancara mendalam dilakukan terhadap berbagai
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Pangandaran (2014). informan penduduk Desa Wonohardjo yang dianggap
Kabupaten Pangandaran memiliki berbagai tipe tata guna, kompeten memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek
seperti kawasan permukiman dan pekarangan, kebun tentang jenis-jenis tumbuhan obat dengan dipilih secara
campuran, sawah, laut, dan hutan. purposive (cf. Martin 1995; Iskandar 2012). Untuk
Kabupaten Pangandaran merupakan pemekaran dari pemilihan berbagai informan dilakukan dengan cara teknik
Kabupaten Ciamis. Kabupaten Pangandaran secara resmi snowball sampling. Caranya, peneliti mendatangi informan
berpisah dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Ciamis pangkal, seperti Kepala Dusun (Kadus) dan Kepala Desa
pada tanggal 17 November 2012 berdasarkan undang- (Kades) memohon izin penelitian dan sekaligus
undang nomor 21 tahun 2012. Luas kabupaten menanyakan berbagai orang yang kompeten, seperti
Pangandaran adalah sekitar 168.509 Ha dengan luas laut memiliki pengetahuan mendalam dan banyak pengalaman
67.340 Ha dan panjang pantai 91 Km (Dinas Komunikasi, dalam pengobatan berbagai penyakit dengan mengunakan
Informatika, Statistik, dan Persandian Kabupaten berbagai jenis tumbuhan obat. Maka, dari informasi
Pangandaran 2016). Hingga saat ini, Kabupaten seorang informan dapat diketahui secara berantai berbagai
Pangandaran memiliki 10 kecamatan yang terdiri dari 92 informan lainnya yang kompeten di daerah penelitian.
desa, termasuk di dalamnya Desa Wonohardjo yang Berbagai kalangan penduduk yang dijadikan informan
dijadikan derah penelitian. Desa Wonahadjo di sebalah adalah kepala desa dan staf desa, kepala dusun, para tetua
selatnnya berbatan langsung dengan laut Samudara desa (sesepuh), ahli pengobatan (dukun pria), dan dukun
Indonesia; di sebelah utara berbatasan dengan Desa wanita. Wawancara dengan para informan dilakukan
Sidumulyo; di sebelah barat berbatasan dengan Desa secara mendalam tentang berbagai aspek yang
Cikembulan; sedangkan di sebelah timur berbatasan berhubungan dengan dengan berbagai penyakit yang umum
dengan Desa Pananjung (Gambar 1). diderita penduduk, jenis-jenis tumbuhan obat, kegunaan
tumbuhan obat, sumber atau tempat pengambilan
Metode penelitian tumbuhan obat, dan cara meramu tumbuhan obat, dengan
Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini yaitu menggunakan pandunan wawancara.
metode kualitatif bersifat deskriptif analisis. Sementara itu,
teknik pengumpulan data lapangan adalah observasi
Analisis data dilakukan dengan cara pemeriksaan silang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang
(cross-checking) dari berbagai informasi dari informan, perlukan untuk menjalankan peran mereka (Sari 2008).
serta antara pendapat informan dan hasil observasi Berdasarkan wawancara diketahui pula bahwa penyakit
lapangan guna menguji kesahihan data, dilanjutkan dengan yang umum diderita masyarakat Desa Wonoharjo, terutama
melakukan perangkuman data (summarizing), sintesis data batuk, dan demam. Berdasarkan persepsi penduduk, kedua
(synthesizing), dan menarasikan (narration) hasilnya secara jenis penyakit tersebut disebabkan antara lain akibat
runut bersifat deskriptif analis dan evaluatif (cf. Newing et lingkungan lokal, seperti cuaca panas diwilayah
al. 2011; Iskandar 2012). pemukiman Desa Wonoharjo yang berdekatan dengan laut.
Pada umumnya penduduk yang sering menderita
demam adalah golongan anak-anak. Berdasarkan pandang
HASIL DAN PEMBAHASAN medis (pendekatan etik), penyakit demam merupakan
respon tubuh apabila subuh tubuh melebihi normal
Penyakit yang Umum diderita Masyarakat (37,5ºC), hal ini akibat tubuh menghasilkan panas
Berdasarkan para informan istilah sakit dalam bahasa berlebihan (Sofia 2008). Untuk mengobati aneka ragam
lokal dikenal dengan sebutan gering. Sementara itu, penyakit, sejatinya penduduk Desa Monoharjo biasa
menurut para informan masyarakat Desa Wonoharjo, orang melakukan pengobatan tradisional, diantaranya dengan
dikatakan sakit, kalau orang tersebut merupakan suatu menggunakan anekaragam tumbuhan obat yang ditanam
kondisi tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. pada lahan pekarangan. Misalnya, jika ada anggota
Kemudian anekaragam penyakit oleh masyarakat dapat keluarga yang terkena sakit panas biasanya diobati dengan
diklasifikasikan dua kategori utama yaitu penyakit ringan menggunakan tumbuhan obat, seperti kumis ucing
(panyawat henteu abot) dan penyakit berat (panyawat (Orthosiphon aristatus (Blume) Miq) yang diolah dengan
abot). Maka, berdasarkan anekaragam penyakit yang penah cara dicincau atau daun diremas dan diambil airnya.
diderita para informan, dikenal 19 jenis penyakit, terdiri
dari 11 penyakit dianggap sebagai penyakit ringan dan 8 Jenis-jenis tumbuhan obat
penyakit berat. Para informan disamping mengenal Berdasarkan hasil wawancara dengan para infoman
anekaragam penyakit, mereka juga secara umum mengenal dapat diketahui bahwa untuk mengobati berbagai penyakit
faktor-faktor penyebab sakit, seperti pengaruh cuaca, yang dikenal masyarakat Wonoharjo, tercatat digunakan 31
kuman, makanan, dank arena faktor usia. (Tabel 1). jenis tumbuhan obat, dari 20 familia. Diantara jenis-jenis
Berdasarkan wawancara dengan para informan dapat tumbuhan obat, tampak tidak ditemukan yang berasal dari
disimak secara umum mereka mengetahui tentang gagasan familia Araceae seperti yang sering digunakan oleh
tentang orang sehat, sakit dengan macam-macam penyakit, masyarakat di daerah Majalengka (Mutaqin et al. 2018).
serta penybabnya (Ewles dan Sinmett 1994). Gagasan Jenis-jenis tumbuhan yang banyak dijadikan obat oleh
tentang sehat ataupun sakit tersebut dari masyarakat dapat masyarakat Desa Wonoharjo, Kabupaten Panangandaran
dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan- terutama dari Familia Zingiberace (Tabel 2).
harapan, di samping juga pandangan mereka tentang yang
Tabel 2. Jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Desa Wonoharjo Kabupaten Pangandaran
Berdasarkan Tabel 2, diantara jenis-jenis tumbuhan tipes dan luka. Menurut dokumntasi Eisai (1986),
yang biasa digunakan untuk bahan pengobatan tumbuhan antanan menunjukkan keggunaan serupa yaitu
tradisionalpada masyrakat Desa Wonoharjo, juga telah antara lain untuk mengobati luka-luka. Kasus liannya,
dikenal luas sebagai obat tradisional di Indonesia yang seperti tumbuhan jambu klutuk (Psidium guajava L)
telah didokumntasikan oleh Eisai Indonesia (Index menurut penduduk Desa Wonoharjo biasa digunakan untuk
Tumbuh-Tumbuhan Obat di Indonesia) (PT EISAI pengobatan antara lain penyakit mencret. Pada
Indonesia 1986). Misalnya, biji petai (Parkia speciosa dokumentasi menurut EISAI (1986), tumbuhan ini juga
Hassk) di masyarakat Desa Wonoharjo biasa digunakan dapat digunakan serupa seperti penduduk di Desa
untuk pengobatan diabetes, kasus serupa diungkapkan oleh Wonoharjo yaitu untuk pengobatan mengobati disentri,
EISAI bahwa biji petai antara lain dapat digunakan untuk mencret dan lainnya. Untuk lebih lengkapnya jenis-jenis
pengobatan kencing manis yaitu arti lain diabetes. tumbuhan obat yang dicatat di Desa Wonoharjo dan
Tumbuhan antanan (Centella asiatica (L) Urb) biasa informasi secara umum pemaanfaatannya di Indonesia
digunakan penduduk Desa Wonoharjo seagai bahan obat berdasarkan EISAI (1986), disajikan pada Tabel 3.
NISYAPURI et al. – Etnobotani tumbuhan obat di Desa Wonoharjo, Pangandaran 127
Tabel 3. Jenis tumbuhan obat di Desa Wonoharjo dan kegunaannya untuk mengobati berbagai penyakit di Indonesia menurut
dokumentasi EISAI (1986)
13 Pluchea indica (L) Less Asteraceae Baluntas (Sd); Luntas (Jw); Lamutasa Biji untuk obat kencing darah. Daun
(Sulawesi); Lenabou (NT) untuk obat, keringat bau, urat saraf
lemah, koreng, darah kotor, mencret
darah, keluar keringat malam, haid
tidak teratur
14 Morinda citrifolia L Rubiaceae Cangkudu (Sd); Pace (Jw); Eodu, Buah untuk obat malaria, radang
Bakudu (Sum); Wangkudu, Tibah (NT) pankreas, radang ginjal, darah
tinggi, kencing manis
15 Areca cathecu L Arecaceae Kawung, Aren (Sd); Wahan (Jw) Bijinya untuk obat kudis, diffteri,
hidung berdarah, cacingan, borok,
bisul, mencret, disrentri
16 Carica papaya L Caricaceae Gedang (Sd); Kates (Jw); Papaya Daunnya untuk obat keracunan
(Sulawesi); Pepaya (Indonesia) jengkol/singkong, malaria, perut
mulas, masuk angina, encok,
cacingan, kurang napsu makan,
kurang getah empedu. Getahnya
untuk obat ginjal nyeri, kandung
kencing sakit, digigit ular berbisa;
buahnya obat sembelit dan kepala
pusing
17 Annona muricata L Annonaceae Manalika, Nangka walada (Sd); Daunnya untuk obat bisul. Air buah
Nangka londa (Jw) matang untuk obat kurang napsu
makan, sembelit, pinggang pegal,
empedu berbatu
18 Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Koneng gede (Sd); Temu lawak (Jw) Rimpang untuk obat kejang-kejang,
Roxb jerawat, malaria, mencret, kurang
napsu makan, radang lambung,
radang ginjal, demam kuning
19 Curcuma aeruginosa Roxb Zingiberaceae Koneng hideung (Sd); Temu ireng (Jw) Rimpang obat cacing, kudis, encok,
badan gemuk
Dari hasil wawancara dengan para informan dapat officinale Roscoe), mengkudu (Morinda citrifolia L), dan
diketahui pula bahwa bagian organ tumbuhan yang biasa lain-lain. Hal tersebut sesuai dengan tumbuhan yang
digunakan bahan obat tradisional adalah dari organ daun, ditanam di pekarangan dan kebun di antaranya adalah
buah, dan rimpang. Terutama bagian organ daun jenis tanaman obat, sayuran, dan hias (Kubota et al. 2009;
tumbuhan obat sangat umum dijadikan bahan obat Hakim 2014). Lebih khusus, Iskandar (2011)
tradisional. Hal ini sejalan dengan pendapat Fann (1982) mengemukakan bahwa tumbuhan yang ditanam di
dalam Hara (2009), bahwa masyarakat biasanya pekaranganadalah tumbuhan obat atau tumbuhan lainnya,
memandang bahwa bagian daun adalah bagian yang paling seperti tumbuhan untuk pangan, industri, bumbu masak,
banyak mengandung kandungan obat yang dibutuhkan bagi danbuah-buahan.
bahan obat tradisional. Di samping itu, bagian daun adalah
bagian yang paling mudah diperoleh dari suatu jenis Penggunaan tumbuhan obat
tumbuhan. Mengingat umumnya jenis-jenis tumbuhan obat Masyarakat Desa Wonoharjo sudah sejak lama
sebagian besar berbentuk pohon dan bagian organ yang menggunakan tumbuhan untuk pengobatan tradisional.
paling utama digunakan sebagai bahan obat tradisional Pengetahuan penggunaan dan cara pengolahan tumbuhan
adalah organ daun (Karmilasanti dan Supartini 2011). obat tersebut diketahui dari leluhur atau orang tuanya
secara turun-temurun sebagai salah satu warisan yang
Lokasi diperoleh tumbuhan obat sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan Masyarakat Desa Wonoharjo mengolah tumbuhan obat
penduduk Desa Wonoharjo dapat diketahui bahwa sumber dengan beberapa cara yakni dibuat ramuan, direbus,
anekaragam jenis tumbuhan obat diambil utamanya dari dimakan lansung, memanaskan bagian tumbuhan diatas api
lahan pekarangan. Jumlah total telah tecatat 31 jenis dan kemudian digosokkan ke badan. Pengolahan tumbuhan
tumbuhan obat dari 20 familia yang dimanfaatkan oleh obat yang sering dilakukan oleh masyarakat Desa
masyarakat Desa Wonoharjo yang biasa dipungut dari Wonoharjo yaitu dengan cara direbus. Cara pengolahan
agroekosistem pekarangan. Jumlah tersebut tampak lebih yang dilakukan yaitu dari dengan cara merebus bagian
sedikit dibanding dengan tanaman obat yang digunakan tumbuhan contohnya daun, hingga zat-zat akif dari
oleha masyarakat Desa Pangandaran yaitu 51 jenis tumbuhan terlarut pada air rebusan dan kemudian diminum.
tumbuhan obat dari 29 familia (Mutaqin et al. 2017). Misalnya pengolahan daun alpukat (Persea americana
Tumbuhan yang berasal dari pekarangan biasanya Hassk) untuk pengobatan darah tinggi. Menurut pendapat
merupakan tumbuhan yang ditanam sendiri oleh beberapa orang informan, tatacara meramunya sebagai
masyarakat di pekarangan rumah, seperti kumis ucing berikit, yaitu daun alpukat sebanyak 11 lembar diseduh
(Orthosiphon aristatus (Blume) Miq), jahe (Zingiber dengan 4 gelas air. Lantas, dari 4 gelas air tersebut, hasil
NISYAPURI et al. – Etnobotani tumbuhan obat di Desa Wonoharjo, Pangandaran 129
rebusannya diminum setiap kali sehari. akar pete (Parkia speciosa Hassk), pinang (Areca cathecu
Uraian berikut ini mendeskripsikan tatacara pengobatan L), dan sereh (Cymbopogon citratus DC Stapf). Cara
terhadap 13 penyakit dengan memanfaatkan tumbuhan obat pemakaiannya yaitu tumbuhan akar pete dan pinang (buah
yang dilakukan oleh masyarakat Desa Wonoharjo, yang digunakan untuk tanaman obat), organ akar tersebut
Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangadaran: dicincang lalu disangrai seperti kopi lalu diminum. Pada
kunyit direbus lalu airnya diminum, sedangkan sereh yang
Obat darah tinggi dimanfaatkan yaitu daun diolah dengan cara direbus lalu
Berdasarkan hasil wawancara apabila masyarakat airnya diminum.
terkena penyakit darah tinggi terdapat beberapa tumbuhan Menurut pandangan etik, kunyit (Curcuma longa L)
obat yang berkhasiat sebagai obat darah tinggi, tumbuhan merupakan tumbuhan dari familia Zingiberaceae.
tersebut diantaranya adalah alpukat (Persea americana Curcuminoid kunyit adalah suatu zat yang terdiri atas
Hassk) dan daun Afrika (Vernonia amygdalina Del) yang campuran komponen senyawa kurkumin. Minyak atsiri
diolah dengan cara daunnya direbus dan diminum airnya. termasuk d-α-phellandrene, D-sabinene, cinol, borneol,
Pendapat para informan di Desa Wonoharjo (pendapat zingiberene, and sesquiterpenes (Aggarwal 2010).Rimpang
emic) tersebut cukup sejalan dengan peengetahuan ilmiah kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan
(pandangan etik). Misalnya, menurut Apriyanti (2012) dan tekanan darah, obat malaria, obat asma, diabetes mellitus
Harjana (2011) bahwa senyawa yang dapat membantu (Syukur dan Hernani 2001).
menurunkan tekanan darah tinggi adalah senyawa Sementara itu, sereh atau serai dapat membantu
flavonoid. Flavonoid bermanfaat untuk melancarkan menjaga tingkat insulin dan meningkatkan toleransi
peredaran darah ke seluruh tubuh, mencegah terjadinya glukosa dalam tubuh, dapat membantu untuk
penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi membersihkan atau detoksifikasi pankreas dan
kandungan kolesterol dan mengurangi penumbuhan lemak meningkatkan fungsinya, sehingga menurunkan tingkat
pada dinding pembuluh darah serta mengurangi resiko gula darah pada penderita diabetes sehingga fungsi
penyakit jantung koroner. Senyawa flavonoid ini terdapat pangkreas berangsur - angsur menjadi normal kembali
pada daun beberapa jenis tumbuhan, seperti alpukat, jati, (Apriyanti 2012).
labu jepang, manggu, daun afrika, akar putri malu, takokak,
dan salam sehingga tumbuhan obat tersebut dapat Obat panas
berkhasiat menurunkan tekanan darah. Selain itu, Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan
kandungan kalium (potasium), magnesium, dan fosfor penduduk Desa Wonoharjo, apabila masyarakat terkena
dalam bonteng (Cucumis sativus) juga efektif mampu sakit panas terdapat tumbuhan yang biasa digunakan yaitu
mengobati hipertensi (Dewi 2010). kumis ucing (Orthosiphon aristatus) yang diolah dengan
cara dicincau atau daun diremas dan diambil airnya.
Obat rematik Persepsi masyarakat tersebut cukup sejalan dengan
Pada masyarakat Wonoharjo untuk mengobati penyakit pandangan etik, mengingat kumis ucing memiliki zat
rematik, dapat menggunakan tumbuhan koneng (Curcuma flavonoid yang memiliki bioaktivitas sebagai efek
longa L), mengkudu (Morinda citrifolia L), salam antipiretik (penurun panas), analgetik, dan antiinflamasi
(Syzygium polyanthum Wight), dan sirsak (Annona (Ermawati 2010).
muricata L).Tumbuhan koneng dimanfaatkan rimpangnya,
lalu diolah dengan direbus dan diminum airnya. Kemudian Obat sakit kuning
untuk salam dan sirsak dapat diolah dengan cara daun Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai
direbus dan diminum airnya. Sedangkan mengkudu informan penduduk Desa Wonoharjo, apabila masyarakat
dimanfaatkan buah dan daunnya, daun direbus dan terkena sakit kuning atau liver, terdapat beberapa tumbuhan
diminum airnya. yang biasa digunakan yaitu pepaya (Carica papaya L ),
Selain itu, berdasarkan pandangan etik bahwa rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa), Daun Sambiloto
kunyit dapat digunakan sebagai antikoagulan, menurunkan (Andrographis paniculata). Cara penggunaan tumbuhan
tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat pepaya dan sambiloto yaitu daun direbus lalu diminum
sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulant, airnya, serta untuk temu ireng rimpangnya direbus lalu
mengobati keseleo, memar dan rematik, obat asma, airnya diminum. Berdasarkan pandangan etik, daun pepaya
diabetes mellitus (Syukur dan Hernani 2001). (Carica papaya L.) mengandung alkaloid karpainin,
Sementara itu, buah mengkudu memiliki senyawa- karpain, pseudokarpain, vitamin C dan E, kolin, dan
senyawa seperti, morindon, rubiadin, dan karposid. Daun pepaya mengandung suatu glukosinolat
flavonoid (Bangun dan Sarwono 2002). Tanaman yang disebut benzil isotiosianat. Daun pepaya juga
mengkudu terutama buahnya memiliki banyak kegunaan mengandung mineral seperti kalium, kalsium, magnesium,
antara lain: untuk obat tekanan darah tinggi, beri-beri, tembaga, zat besi, zink, dan mangan. Selain itu, daun
melancarkan kencing, radang ginjal, radang empedu, pepaya mengandung senyawa alkaloid karpain,
radang usus, disentri, rematik. karikaksantin, violaksantin, papain, saponin, flavonoid, dan
tannin (Milind dan Gurdita 2011).
Obat diabetes Selain itu, daun sambiloto banyak mengandung
Untuk mengobati diabetes, masyarakat di Desa senyawa Andrographolide, yang merupakan senyawa
Wonoharjo biasa mengunakan kunyit (Curcuma longa), lakton diterpenoid bisiklik. Zat aktif andrografolid terbukti
130 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 4 (2): 122-132, Desember 2018
langsung untuk obat maag, sedangkan binahong daunnya penduduk di desa itu memiliki beberapa cara mengolah
direbus, lalu diminum airnya. ramuan tumbuhan obat. Uraian berikut ini mendeskripsikan
Berdasarkan kandungan bioaktifnya (pandangan etik), tentang tata cara pengolahan macam-macam ramuan
senyawa yang terkandung dalam kunyit yaitu kurkumin, tumbuhan obat.
tumeron, zingiberin, berfungsi sebagai antioksidan
penangkal radikal bebas, antitumor, antikanker, Cara pengolahan dengan direbus
antiserangga, antijamur, dan antibakteri (Acmad et al. Cara pengolahan tumbuhan dengan direbus dilakukan
2009; Indartiyah et al. 2012). Minyak atsiri (3-5%) terdiri dengan cara merebus bagian tumbuhan yang segar maupun
dari alpha dan beta tumerone yang menyebabkan bau yang kering hingga zat-zat aktif dari tumbuhan larut pada air
khas. Selain itu mengandung arabinosa, fruktosa, glukosa, rebusan dan kemudian diminum hangat-hangat. Biasanya
pati, tannin, dammar, dan beberapa mineral. untuk cara pengolahan ini terdapat takaran-takaran yang
Menurut Rochani (2009), Pada daun binahong terdapat digunakan. Misalnya untuk pengolahan daun kumis kucing
kandungan alkaloid, saponin dan flavanoid, Beberapa untuk pengobatan penyakit kencing batu, daun yang
penyakit yang dapat disembuhkan dengan menggunakan direbus dengan takaran air 3 gelas air, daun sebanyak 10
tumbuhan ini adalah: kerusakan ginjal, diabetes, lembar kemudian air rebusannya diminum.
pembengkakan jantung, muntah darah, tifus, stroke wasir,
rhematik, pemulihan pasca operasi, pemulihan pasca Cara Pengolahan dengan membuat ramuan
melahirkan, menyembuhkan segala luka dalam dan Ramuan merupakan cara pengolahan tumbuhan
khitanan, radang usus, melancarkan dan menormalkan dengan mencampur berbagai jenis tumbuhan yang
peredaran dan tekanan darah, sembelit, sesak napas, berkhasiat sinergis dan kemudian merebusnya untuk
sariawan berat, pusing-pusing, sakit perut, menurunkan diminum. Ramuan biasanya digunakan pada pengobatan
panas tinggi, menyuburkan kandungan, maag, asam urat, ibu pasca melahirkan. Contoh penggunaan ramuan
keputihan, pembengkakan hati, meningkatkan vitalitas dan misalnya untuk obat yang diminum, ramuan yang
daya tahan tubuh (Manoi 2009). digunakan adalah campuran dari koneng (Curcuma
domestika), akar kelapa (Cocos nucifera) dan songgom
Obat pasca melahirkan (Barringtonia macrocarpa). Ramuan tersebut dibuat
Berdasarkan informasi dari para informan penduduk dengan cara merebus tumbuhan dan diminum diolah
Desa Wonoharjo, bahwa untuk mengobati ibu pasca sebagai ramuan untuk ibu melahirkan agar memperbaiki
melahirkan biasanya terdapat banyak ramuan-ramuan yang agar tubuh menjadi sehat kembali seperti semula.
berfungsi untuk mengecilkan perut pasca melahirkan dan
menguatkan badan. Ramuan ini biasanya tergantung dari Cara pemakaian dengan dimakan langsung
dukun perempuan (indung beurang) yang memiliki racikan Cara pemakaian ini dilakukan dengan memakan
ramuan tersendiri. Penggunaan ramuan ini dengan langsung bagian tumbuhan obat yang berkhasiat. Misalnya,
diminum. untuk rimpang kunyit (Curcuma longa) biasanya setelah
Untuk obat yang diminum, ramuan yang digunakan dicuci rmpang tersebut dapat dikonsumsi langsung oleh
adalah campuran dari koneng (Curcuma domestika), akar penederita sakit.
kelapa (Cocos nucifera) dan songgom (Barringtonia
macrocarpa). Ramuan tersebut dibuat dengan cara merebus d) Cara pemakaian lainnya
tumbuhan dan diminum. Terdapat cara pemakaian tumbuhan lainnya dengan
memanaskan bagian tumbuhan di atas api dan kemudian
Obat kencing batu digosokkan ke badan. Cara pemakaian ini digunakan
Penyakit ini disebabkan karena seseorang sering misalnya pada tumbuhn jeruk nipis (Citrus aurantiifolia)
menahan kencing. Menurut para informan masyarakat di sebagai obat flu dan batuk. Cara pengolahannya dengan
Desa Wonoharjo, penyakit kencing batu tersebut dapat jeruk nipis dikasih kapur sirih lalu dipanggang diatas api,
diobati dengan tumbuhan obat, yaitu kumis ucing lalu setelah dipanggang airnya diminum.
(Orthosiphon aristatus). Menurut pendapat informan yang Berdasarkan hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa
berprofesi sebagai dukun pijat, bahwa pengolahan daun telah dikenal 19 jenis penyakit yang biasa diderita
kumis ucing itu yaitu dengan cara daun kumis kucing penduduk di Desa Wonoharjo. Tercatat 31 jenis tumbuhan
direbus dengan takaran air 3 gelas air, daun sebanyak 10 obat, dari 20 familia yang biasa digunakan penduduk untuk
lembar kemudian air rebusannya diminum. Daun kumis mengobati berbagai penyakit. Pada umumnya anekaragam
ucing mampu mengobati penyakit kencing batu karena tumbuhan obat tersebut diperoleh penduduk dari
memiliki kandungan senyawa. Hal tersebut cukup sejalan agroekosistem pekarangan. Sementara itu, pengguaan dan
dengan pandangan etik bahwa kumis ucing memiliki zat tatacara pengolahan anekaragam tumbuhan obat dilakukan
flavonoid yang memiliki bioaktivitas sebagai efek dengan berbagai cara seperti dibuat cara ditumbuk dan
antipiretik (penurun panas), analgetik, dan antiinflamasi dicampurkan jadi ramuan, direbus, dan digunakannya dapat
(Ermawati 2010). berupa dimakan langsung bahan mentahnya, diminum dan
ditempelkan pada bagian orang sakit. Hasil penelitian ini
Cara pengolahan tumbuhan obat menunjukkan bahwa pengetahuan lokal masyarakat
Berdasarkan tatacara pengolahan anekaragam bahan tersebut cukup sejalanan dengan pendekatan pandangan
obat di Desa Wonoharjo, dapat disimak bahwa bahwa ilmiah Barat, sehingga pengetahuan lokal tentang jenis-
132 PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON 4 (2): 122-132, Desember 2018
jenis tumbuhan obat dan penggunaan tumbuhan obat ini Indartiyah N. 2012. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan
Tanaman Obat. Direktoral Jenderal Holtikultural. Jakarta:
dapat diintegrasikan dengan pengetahuan Barat untuk
Kementerian Pertanian RI.
mendukung pengembangan pengobatan penyakit dan Iskandar J. 2003. Studi etnobotani pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan
peningktan kesehatan masyarakat di masa datang. sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat di Desa Cibunar
Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang- Jawa Barat. Jurnal
Biotika 1(2): 22-23.
Iskandar 2012. Etnobiologi dan Pembangunan Berkelanjutan. AIPI
UCAPAN TERIMA KASIH Bandung, Puslitbang KPK LPPM Unpad.
Iskandar J, Iskandar BS. 2011. Agroekosistem Orang Sunda. Cetakan I.
Penelitian telah berjalan dengan lancar karena telah Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Jain S. Mudgal. 1999. A Hand Book Ethnobotani. India: Conncclught.
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Kadowangko NY, Solang M, Ahmad J. 2011. Kajian etnobotani tanman
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dekan obat oleh masyarakat Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo.
FMIPA Unpad dan ketua Prodi Biologi yang telah [Laporan Penelitian]. Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
mengijinkan untuk melakukan penelitian ini. Pelaksanaan Karmilasanti, Supartini. 2011. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan
pemanfaatannya di Kawasan Tane`Olen Desa Setulang Malinau,
penelitian ini didukung oleh pendanaan Universitas Kalimantan Timur. Samarinda: Balai Besar Penelitian Dipterokarpa.
Padjadjaran. Untuk kami juga berterima kasih pada pihak Ketaren S. 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta: Balai
UNPAD yang telah mendanai penelitian ini. Pada Pustaka.
kesempatan ini, penulis juga tidak lupa mengcapkan terima Kinho J, Arini DID, Tabba S, Kama H, Kafiar Y, Shabri S, Karundeng
MC. 2011. Tumbuhan obat tradisional di Sulawesi Utara. Jilid 1.
kasih banyak pada Pak Sabarudin yang telah banyak Manado. Balai Penelitian Kehutanan Manado Badan Penelitian dan
membantu dalam fasilitator transportasi di Desa Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan.
Wonoharjo, serta pada para informan yang telah berbai hati Manoi F. 2009. Binahong (Anredera cordifolia (ten.) Steenis sebagai obat.
dan sabar memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan Jurnal Warta Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Industri. 15(3).
Martin GJ. 1995. Ethnobotany: A Methods Manual. Chapman & Hall,
oleh peneliti. Desiminasi dan publikasi hasil penelitian London.
didukung oleh pembiayaan Program ALG Prof Johan Milind P, Gurditta. 2011. Basketful benefits of papaya. IRJP 2(7): 6-12.
Iskandar dalam topik Etnobiologi untuk kesejateraan Muhlisah F. 2011, Tanaman Obat Keluarga, Jakarta, Penebar Swadaya.
masyarakat di Jawa Barat. Mutaqin AZ, Noviani E, Partasasmita R, Iskandar J. 2017. Studi
Etnobotani Pemanfaatan Jenis-Jenis Tumbuhan yang Digunakan
sebagai Obat oleh Masyarakat Desa Pangandaran Kecamatan
Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Prosiding Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA MIPA Universitas Padjadjaran. Jatinangor, 27-28 Oktober 2016.
Mutaqin AZ, Fatharani M, Iskandar J, Partasasmita R. 2018. Utilization of
Araceae by local community in Cisoka Village, Cikijing Sub-district,
Achmad, Arifin S. 2009. Ilmu kimia dan kegunaan tumbuh-tanaman obat Majalengka District, West Java, Indonesia. Biodiversitas 19(2): 560-
Indonesia. Bandung: Penerbit ITB. 571
Aggarwal BB, Kumar A, Aggarwal MS, Shishodia S. 2010. Curcumin Newing H, Eagle CM, Puri RK, Watson CW. 2011. Conducting Research
derived from Turmeric (Curcuma longa): a spice for all seasons. In in Conservation: A Social Science Perspective. Routledge, London
Aggarwal BB, Kumar A, Aggarwal MS, Shishodia S. and New York.
Phytopharmaceuticals in Cancer Chemoprevention. Partasasmita R, Iskandar J. Malone N. 2015. Karangwangi people’s
Aiyelaagbe. 2008. The antimicrobial activity of Jatropha multifida (South Cianjur, West Java, Indonesia) local knowledge of species,
extractand chromatographic fractions againts sexually transmitted forest utilization and wildlife conservation. Biodiversitas 17: 154-161.
infections. J Med Sci 8(2): 143-147. Pical JM. 2013. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional oleh
Apriyanti M. 2012. Sepuluh tanaman obat paling berkhasiat dan paling masyarakat Kampung Isenebuai Distrik Rumberpon Kabupaten Teluk
dicari. Jakarta: Pustaka Baru Pres. Wondama. [Skripsi]. Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan
Bangun AP, Sarwono B. 2002. Sehat dengan ramuan tradisional: khasiat Universitas Negeri Papua, Manokwari.
dan manfaat mengkudu. Jakarta: Agromedia Pustaka. Purwanto Y. 1999, Etnobotani – bioteknologi, keterkaitan sistem
Cotton CM. 1996. Ethnobotany: Principles and Applications. John Willey pengetahuan tradisional dan modern, makalah seminar ilmiah:
and Sons, England. membangun lingkungan hidup yang lestari dengan memanfaatkan
Dewi S, Familia D. 2010. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. Jakarta: A bioteknologi berbasis keanekaragaman hayati, Fak. Pertanian Univ.
Plus Books. Janabadra, Fak Biologi, Prodi Sosiologi FISIP Univ, Atma Jaya dan
Ermawati EF. 2010. Efek antipiretik ekstrak daun pare (Momordica Kehati, Yogyakarta.
charantia L.) pada tikus putih jantan. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Rochani N. 2009.Uji aktivitas antijamur ekstrak daun binahong (Anredera
UNS, Surakarta. cordifolia (Tenore) Steenis) terhadap Candida albicans serta skrining
Eisai Indonesia. 1986. Medicinal Herb Index in Indonesia (Index fitokimianya. [Skripsi]. Farmasi UMS, Surabaya.
Tumbuh-Tumbuhan Obat di Indonesia). PT EISAI, Jakarta. Sapoetra GK. 1992, Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta : Rineka
Ewles L, Simnett I. 1994. Promoting Health, A Practical Guide (2nd ed), Cipta.
Emilia O. (Ahli Bahasa). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sari W, Indrawati L, Djing OG. 2008. Care Your Self Hepatitis, Cetakan
Hara F. 2009. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional oleh pertama. Jakarta: Penebar Plus.
masyarakat Suku Aybrat di Kampung Renis Distrik Mere Kabupaten Sofia. 2008. Demam pada Anak dan Bayi, Bagaimana Mengatasinya.
Sorong Selatan. [Skripsi]. UNIPA, Manokwari. Jakarta : Balai Penerbit FKU.
Hakim L. 2014. Etnobotani dan manajemen kebun-pekarangan rumah: Susanti A. 2007. Daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea
ketahanan pangan, kesehatan, dan agrowisata. Malang: Selaras. indica less) terhadap Escherichia coli secara in vitro. [Skripsi].
Harini S, Zuhud EAM, Damayanti EK. 2000. Kamus Penyakit dan Universitas Airlangga, Surabaya.
Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika). Bandung: Pustaka Syukur C, Hernani. 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial, Penebar
Populer Obor. Swadaya, Jakarta.
Harjana T. 2011. Kajian tentang potensi baha-bahan alami untuk Tjitrosoepomo G. 2000. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
menurunkan kadar kolesterol darah. Prosiding Seminar Nasional University Press.
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Universitas Negeri Winarto WP. 2007. Tanaman Obat Indonesia untuk Pengobatan Herbal,
Yogyakarta. Yogyakarta. Jilid 3. Karya Sari Herba Media.
Herbie T. 2015. Kitab tanaman berkhasiat obat 226 tumbuhan untuk
penyembuhan penyakit dan kebugaran tubuh. Yogyakarta: Octopus
Publishing House.