Anda di halaman 1dari 15

LEKSIKON ETNOBOTANI TUMBUHAN BUNGA DALAM

PENGOBATAN TRADISIONAL DAN CERMINAN KULTURAL


MASYARAKAT BANJAR
ETHNOBOTANY LEXICON OF FLOWERS IN TRADITIONAL MEDICINE
AND CULTURAL REFLECTION THE BANJAR COMMUNITY
Hestiyana
Balai Bahasa Kalimantan Selatan
Pos-el: hestiyana21@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini membahas leksikon etnobotani tumbuhan bunga dalam pengobatan tradisional
masyarakat Banjar dan cerminan kultural masyarakat Banjar. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan leksikon etnobotani tumbuhan bunga dalam pengobatan tradisional dan
cerminan kultural masyarakat Banjar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dengan pendekatan antropolinguistik. Sumber data dalam penelitian ini
berupa leksikon tumbuhan bunga yang diperoleh dari informan di Kecamatan Karang Intan.
Kecamatan Karang Intan dipilih karena kecamatan ini merupakan sentra penghasil tumbuhan
bunga, baik yang dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional maupun perlengkapan ritual adat.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Analisis data menggunakan
metode informal, yakni disajikan dengan kata-kata dan kalimat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ditemukan tujuh leksikon etnobotani tumbuhan bunga yang digunakan sebagai pengobatan
tradisional dan cerminan kultural masyarakat Banjar, antara lain: (1) bunga mawar, (2) bunga
melati, (3) bunga kenanga, (4) bunga cempaka, (5) bunga alamanda, (6) bunga merak, dan (7)
bunga sepatu. Adapun, tumbuhan bunga yang menjadi cerminan kultural masyarakat Banjar
dapat dilihat pada ritual atau upacara adat, yaitu: (1) upacara pernikahan atau perkawinan, (2)
upacara kehamilan, (3) upacara kelahiran, dan (4) upacara kematian.

Kata kunci: leksikon, etnobotani, pengobatan tradisional, kebudayaan Banjar

Abstract
This study discusses the ethnobotany lexicon of flower in traditional medicine in the Banjar
community and the cultural reflection of the Banjar community. This study aims to describe the
ethnobotany lexicon of flowers plants in traditional medicine and the cultural reflection of the
Banjar community. The method used in this research is descriptive qualitative with
anthropolinguistic approach. The data source in this study is a flower lexicon obtained from
informants in Karang Intan District. Karang Intan District was chosen because this district is a
center for flowering plants, both of which are used as traditional medicine and traditional ritual
equipment. Data collection techniques are done by listening and note taking. Data analysis uses
informal methods, which are presented in words and sentence descriptions. The results show that
seven ethnobotany lexicons are found as traditional medicine and a reflection of the Banjar
communitys culture, including: (1) rose, (2) jasmine, (3) cananga, (4) cempaka, (5) alamanda,
(6) peacock, and (7) hibiscus. Meanwhile, flower reflecting the Banjar communitys culture can be
seen in traditional rituals or ceremonies, namely: (1) wedding or marriage ceremonies, (2)
pregnancy ceremonies, (3) birth ceremonies, and (4) death ceremonies.

Keywords: lexicon, ethnobotany, traditional medicine, Banjar culture

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 23


1. Pendahuluan Penyakit adalah pengakuan sosial bahwa
Pemanfaatan tumbuhan untuk tujuan seseorang tidak dapat menjalankan peran
pengobatan telah dilakukan sejak zaman normalnya secara wajar dan harus dilakukan
nenek moyang. Tumbuhan mempunyai sesuatu terhadap situasi tersebut. Penyakit
peranan penting bagi kesehatan manusia. juga merupakan sesuatu yang datang dari
Tumbuhan dipandang mempunyai khasiat Tuhan. Penyakit dapat berasal dari benda
dalam menyembuhkan berbagai penyakit. nyata yang dapat dilihat dan ada pula
Sejak dulu, aneka jenis tumbuhan telah penyakit yang tidak diketahui penyebabnya
dimanfaatkan untuk mengobati berbagai jenis atau datang secara gaib (Foster & Barbara,
penyakit ataupun untuk meningkatkan 2015: 50). Hal yang sama dikemukakan
kesehatan. Humaedi (2016: 7) yang menyatakan bahwa
Setiap daerah mempunyai kekhasan praktik pengobatan kerap mencakupi di
tersendiri dalam mengolah tumbuhan bunga dalamnya praktik ritual kepercayaan. Aspek
sebagai bahan pengobatan tradisional. Begitu ritual merupakan bagian terpenting proses
pula dengan masyarakat Banjar, masyarakat pengobatan karena menegaskan ketundukan
Banjar sejak zaman dulu sudah terhadap sesuatu yang transenden, yaitu
memanfaatkan tumbuhan bunga sebagai sesuatu yang suci.
pengobatan tradisional. Di samping itu, pada Penyakit itu sendiri dapat disembuhkan
masyarakat Banjar terdapat beberapa ritual dengan ramuan obat yang berasal dari
atau upacara, misalnya perkawinan, tumbuh-tumbuhan. Sebagaimana dinyatakan
kehamilan, kelahiran, dan kematian yang Sumawardani (Wulandari, 2018: 18) bahwa
menggunakan tumbuhan bunga sebagai ramuan obat tradisional menjadi media
perlengkapan tata ritual. pengobatan alamiah dengan menggunakan
Bagi masyarakat Banjar pekarangan tumbuhan sebagai bahan dasarnya. Jenis-jenis
rumah dapat menjadi pusat keanekaragaman tumbuhan yang berkhasiat obat banyak kita
hayati. Pengetahuan tumbuhan bunga sebagai temukan di lingkungan sekitar, misalnya di
bahan pengobatan tradisional oleh halaman rumah ataupun di pinggir jalan serta
masyarakat Banjar diwariskan secara turun- di dapur sebagai bumbu masak.
temurun. Masyarakat Banjar memberikan Nurkosim (2009: 19) juga
apresiasi yang tinggi terhadap tumbuhan mengemukakan pendapat yang sama bahwa
bunga sebagai bahan pengobatan tradisional setiap tumbuhan mempunyai khasiat yang
maupun sebagai bagian proses ritual adat. Hal beragam serta dapat mengobati lebih dari satu
ini menunjukkan bahwa masyarakat Banjar jenis penyakit. Khasiat ini disebabkan oleh
memiliki keunikan tersendiri dalam kandungan zat aktif, jenis, dan ragamnya
mengatasi berbagai masalah kesehatan, salah yang banyak. Setiap zat aktif memiliki
satunya dengan memanfaatkan tumbuhan khasiat tertentu, yaitu mengobati dan
bunga untuk pengobatan. Selain itu, memperbaiki sel-sel tubuh dari jaringan dan
tumbuhan bunga juga dimanfaatkan sebagai organ tertentu. Setiap zat aktif dalam satu
proses ritual adat. jenis tumbuhan, satu sama lainnya, bekerja
Makna sakit itu sendiri merupakan secara sinergis dan saling meniadaan efek
bentuk ketidakseimbangan tubuh dan samping. Selain memiliki banyak khasiat,
adaptasi yang tidak tepat terhadap setiap tumbuhan memiliki khasiat utama yang
lingkungan. Keadaan sakit sering digunakan paling dominan terhadap jenis penyakit
untuk menilai tingkat kesehatan suatu tertentu dan dapat dibedakan antara satu
masyarakat. Keadaan sakit merupakan akibat dengan lainnya.
dari kesalahan adaptasi terhadap lingkungan Masyarakat Banjar mempunyai
(maladaptation) serta reaksi antara manusia kepercayaan bahwa obat yang berasal dari
dan sumber-sumber penyakit. tumbuhan relatif aman dikonsumsi.
Kepercayaan ini berdasarkan pengalaman

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 24


secara empiris dari generasi ke generasi. tradisional, alat pengobatan, dan kegiatan
Dalam masyarakat Banjar, pemanfaatan pengobatan. Sementara itu, pada mantra
tumbuhan bunga sebagai pengobatan terdapat makna bahwa penyakit yang datang
tradisional masih dilakukan dengan cara-cara berasal dari roh jahat, misalnya setan atau jin,
sederhana. Bahan-bahan tumbuhan bunga ditawari obat berupa mantra atau doa yang
diambil di pekarangan rumah. Setelah digunakan dalam proses penyembuhan.
dibersihkan, tanaman langsung digunakan. Penyakit dapat disembuhkan atas izin Allah
Masyarakat Banjar kembali menggunakan melalui keberkatan kalimat syahadat
bahan atau sumber daya alam back to nature Lailahailallah.
karena bahan mudah diperoleh dan tersedia di Penelitian terkait dengan leksikon
pekarangan rumah serta tidak ada efek pengobatan tradisional juga dilakukan
samping. Aisyah, dkk., (2018) berjudul “Leksikon
Kajian mengenai tumbuh-tumbuhan Nama Penyakit dan Pengobatan Tradisional
termasuk dalam bidang ilmu etnobotani. dalam Bahasa Melayu Dialek Pontianak di
Etnobotani memiliki kekhasan tersendiri Kecamatan Kubu.” Berdasarkan
dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang fokus penelitiannya ditemukan 84 leksikon nama
utamanya tumbuhan karena etnobotani terkait penyakit dan pengobatan tradisional yang
erat dengan disiplin ilmu nonbotani, yakni terdiri atas dua bentuk leksikon, yaitu
aspek-aspek kajian masyarakat. Aspek-aspek monomorfemis (kata tunggal) sebanyak 46
kehidupan masyarakat tersebut dikaji dalam leksikon dan polimorfemis (kata turunan)
bidang keilmuan antropologi. Persinggungan sebanyak 38 leksikon. Leksikon nama
ilmu etnobotani dengan antropologi ini penyakit dan pengobatan tradisional tersebut
menunjukkan bahwa kajian etnobotani secara keseluruhan memiliki arti leksikal dan
cakupannya begitu luas. kultural nama penyakit, yaitu sebanyak 24
Dalam kajian etnobotani, pemahaman leksikon. Hasil kajian ini juga menghasilkan
dasar-dasar antropologi sangat penting untuk suplemen bahan teks pembelajaran Bahasa
memahami interaksi masyarakat tertentu Indonesia kurikulum 2013 berupa teks
terhadap tumbuhan di sekitarnya. deskripsi dan prosedur.
Pengalaman empirik sebuah kelompok Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
masyarakat tradisional yang diperoleh secara fokus penelitian ini adalah leksikon
turun-temurun dan dalam waktu lama akan etnobotani tumbuhan bunga dalam
melahirkan teknik-teknik pemanfaatan dan pengobatan tradisional dan cerminan kultural
pengetahuan mendalam tentang flora dan masyarakat Banjar. Kehidupan masyarakat
fauna di daerahnya masing-masing (Hakim, Banjar, terutama di pelosok perkampungan,
2014: 13). masih akrab dengan kehidupan alamnya.
Pengetahuan tumbuhan bunga sebagai Penggunaan tumbuhan bunga sebagai bahan
pengobatan tradisional belum banyak pengobatan serta perlengkapan dalam proses
terdokumentasikan. Masyarakat Banjar hanya ritual adat, misalnya perkawinan, kehamilan,
mengandalkan pengetahuan secara turun- kelahiran, dan bahkan kematian, sudah
temurun sehingga perlu dilakukan upaya menjadi hal biasa.
pendokumentasian dan salah satunya melalui Akan tetapi, pengetahuan tentang
kajian ini. tumbuhan bunga tersebut hanya diwariskan
Penelitian relevan dengan penelitian ini secara lisan dan turun-temurun sehingga
adalah penelitian yang dilakukan Hestiyana perlu didokumentasikan. Pendokumentasian
(2017) berjudul “Leksikon dalam Tuturan perlu dilakukan agar pengetahuan tersebut
Mantra Panawar (Kajian Etnomedisin tidak punah dan hilang begitu saja sehingga
sebagai Alternatif Pengobatan Tradisional generasi muda dapat mengetahui dan
Masyarakat Banjar). Dalam penelitian memanfaatkan warisan leluhurnya. Selain itu,
tersebut ditemukan deskripsi dan klasifikasi pengetahuan pemanfaatan tumbuhan bunga
leksikon berdasarkan bahan pengobatan antardaerah beragam sesuai dengan budaya

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 25


lokal daerah masing-masing sehingga kajian sebuah bahasa disebut leksikon bahasa.
ini perlu dilakukan untuk menambah Selanjutnya, leksem dapat diartikan sebagai
khasanah kekayaan kebudayaan nusantara. satuan bahasa yang memiliki kemampuan
Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengacu dan memprediksi (Wijana,
masalah dalam penelitian ini adalah apa saja 2015: 29). Leksikon merupakan vokabuler,
leksikon etnobotani tumbuhan bunga dalam kosakata, dan perbendaharaan kata. Satuan
pengobatan tradisional masyarakat Banjar leksikon disebut leksem, yaitu satuan bentuk
dan bagaimana cerminan kultural masyarakat bahasa yang bermakna. Kalau leksikon
Banjar. Penelitian ini bertujuan untuk disamakan dengan kosakata atau
mendeskripsikan leksikon etnobotani perbendaharaan kata, leksem dapat disebut
tumbuhan bunga dalam pengobatan sama dengan kata (Chaer, 1995: 60).
tradisional masyarakat Banjar dan Kridalaksana (2011: 142) juga
mendeskripsikan kultural masyarakat Banjar menyatakan hal yang sama bahwa leksikon,
terhadap tumbuhan bunga. meliputi: (1) komponen bahasa yang memuat
Manfaat penelitian ini adalah dapat keseluruhan informasi makna dan
memberikan informasi kepada masyarakat penggunaan kata; (2) perbendaharaan kata
luar mengenai leksikon etnobotani tumbuhan atau kekayaan kata yang dimiliki seseorang;
bunga dalam pengobatan tradisional dan (3) susunan kata atau daftar kata yang
masyarakat Banjar serta memberikan disusun seperti kamus dan pendefinisiannya
gambaran kultural masyarakat Banjar disingkat dan bersifat lebih praktis.
terhadap tumbuhan bunga. Selanjutnya, Kreidler (Budhiono, 2017: 238)
kajian ini dapat menambah kajian tentang mengatakan bahwa leksem mempunyai relasi
khasanah kekayaan tumbuhan bunga yang makna dengan sesuatu di luar bahasa dan
berkhasiat sebagai obat dan cara merupakan kombinasi antara bentuk dan
pengobatannya. Selain itu, kajian ini makna tersebut. Selanjutnya, Wierzbicka,
merupakan bentuk pendokumentasian sebagai (1997: 4) mengemukakan bahwa kata dapat
upaya pewarisan kekayaan leluhur yang harus mencerminkan dan menceritakan
terus dilestarikan kepada generasi karakteristik cara hidup serta cara berpikir
selanjutnya. penuturnya. Kata juga memberikan petunjuk
Dalam penelitian ini dapat diperoleh yang sangat bernilai dalam upaya memahami
informasi mengenai tumbuhan bunga yang budaya penuturnya.
dapat dimanfaatkan sebagai alternatif Dengan demikian, leksikon merupakan
pengobatan tradisional, di samping fungsinya kekayaan kata dalam suatu bahasa serta
sebagai perlengkapan ritual adat, seperti komponen bahasa yang memiliki makna dan
pernikahan atau perkawinan, kehamilan, mencerminkan karakteristik cara berpikir.
kelahiran, dan kematian pada masyarakat Leksikon juga dapat menjadi jalan untuk
Banjar. memahami budaya penuturnya. Penelitian ini
menggunakan pemahaman teori leksikon
Leksikon yang dikemukakan Chaer (2007) dan
Chaer (2007: 5) mengatakan bahwa istilah pemahaman mengenai kata terhadap pola
leksikon berasal dari bahasa Yunani kuno pandang penuturnya yang menjadi cerminan
lexicon yang berarti ‘kata’, ‘ucapan’, atau kultural seperti yang disampaikan Wierzbicka
‘acara berbicara’. Pateda, (2009: 119) (1997).
menyatakan bahwa apabila suatu makna kata
dapat berdiri sendiri, lebih tetap, misalnya Etnobotani
dalam kamus tertentu, makna kata tersebut Etnobotani merupakan ilmu yang
disebut makna leksikal atau makna semantik mempelajari hubungan manusia dengan
atau juga makna ekstra. tumbuh-tumbuhan. Harshberger (Hakim,
Wijana (2015: 30) mengemukakan 2014: 2), pertama kali memperkenalkan
bahwa kumpulan leksem yang dimiliki oleh istilah botani menjelaskan bahwa etnobotani

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 26


mengkaji dua objek, yaitu ethno dan botany. tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat,
Kedua objek ini merujuk secara jelas bahwa terdapat pengetahuan bersifat spiritual,
ilmu ini terkait etnik (suku bangsa) dan magis, dan ritual. Selain dimanfaatkan
botani (tumbuhan). sebagai pengobatan tradisional, tumbuhan
Kemudian, Robbins (Hakim, 2014: 2) bunga menjadi perlengkapan dalam proses
memperkenalkan konsep baru tentang ritual adat suku Banjar. Pemanfaatan
etnobotani. Konsep baru ini menyatakan pengobatan tradisional yang dilakukan
bahwa kajian-kajian etnobotani tidak boleh masyarakat Banjar secara tidak langsung
hanya terhenti pada sekadar mengumpulkan mencerminkan corak kebudayaan masyarakat
tetumbuhan, tetapi etnobotani harus lebih pendukungnya.
berperan dalam memberikan pemahaman Pengobatan tradisional merupakan
mendalam kepada masyarakat tentang biologi bagian dari cerminan kebudayaan karena
tumbuhan dan perannya dalam kehidupan konsep tentang sakit dan cara pengobatannya
masyarakat tertentu. terintegrasi dengan kebudayaan
Etnobotani merupakan ilmu yang masyarakatnya. Nasrudin (dalam Hilmy,
kompleks karena banyak bagian dari ilmu 2018: 18) menjelaskan bahwa obat tradisional
lain dibutuhkan dalam kajiannya, misalnya berasal dari bahan-bahan yang diolah secara
taksonomi, ekologi dan geografi tumbuhan, tradisional dan cara pengolahannya
kehutanan, antropologi, dan ilmu lainnya didapatkan turun-temurun berdasarkan adat,
(Soekarman & Riswan dalam Handayani, resep orang tua, kebiasaan, baik yang bersifat
2010: 3). Oleh karena itu, studi etnobotani magic (spontan, kebetulan) maupun
tidak hanya mengenai data botani pengetahuan tradisional. Bagian tumbuhan
taksonomis, tetapi juga menyangkut yang biasanya dimanfaatkan untuk
pengetahuan botani lokal yang mempelajari pengobatan adalah akar, rimpang, batang,
hubungan timbal balik antara manusia dengan buah, daun, dan bunga.
tumbuhan dan pemanfaatan tumbuhan yang Spesies tumbuh-tumbuhan yang
lebih diutamakan untuk kepentingan budaya digunakan dalam ritual adat berbeda-beda
dan kelestarian sumber daya alam Dharmono sesuai dengan pengetahuan masyarakat
(Handayani, 2010: 3). masing-masing di berbagai etnis ataupun
Dengan demikian, etnobotani merupakan daerah. Ciri-ciri tumbuhan yang digunakan
ilmu yang mempelajari hubungan antara dalam upacara adat, antara lain: (1) sifat-sifat
manusia dan tumbuhan. Melalui etnobotani dari tumbuhan tertentu sebagai simbol
dapat diketahui tumbuhan-tumbuhan yang sesuatu hal, (2) sifat dan nama tumbuhan
dapat dimanfaatkan, baik dalam rangka yang diasosiasikan dengan kata-kata yang
pemanfaatan pengobatan tradisional maupun mengandung nilai baik, (3) sifat-sifat yang
untuk perlengkapan ritual adat. Etnobotani berguna, (4) keindahan karena warna-
juga dapat digunakan untuk warnanya, (5) tumbuhan yang digunakan
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat sebagai pengharum dan zat pengawet
mengenai pemanfaatan tumbuhan yang (Kartiwa & Martowikrido dalam Handayani,
merupakan keanekaragaman sumber daya 2010: 7).
hayati dan budaya. Masyarakat Banjar di Kabupaten Banjar,
terutama di Kecamatan Karang Intan
Tumbuhan Bunga sebagai Cerminan merupakan daerah penghasil tumbuhan
Kultural Masyarakat Banjar bunga, baik sebagai pengobatan tradisional
Dalam kehidupan masyarakat Banjar, maupun perlengkapan ritual adat. Sejak
tumbuhan bunga memiliki nilai-nilai sakral puluhan tahun silam, Kecamatan Karang
tersendiri. Kesakralan ini juga disampaikan Intan terkenal sebagai sentra penghasil
oleh Kartiwa & Martowikrido (dalam bunga. Tumbuhan bunga tumbuh subur di
Handayani, 2010: 6). Mereka menyatakan daerah tersebut. Masyarakat Banjar yang
bahwa di antara pengetahuan tentang rata-rata pekerjaannya sebagai petani juga

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 27


mencoba membudidayakan tumbuhan bunga, Arfat, (6) Desa Lihung, (7) Desa Lok
baik di pekarangan, di belakang rumah, Tangga, dan (8) Desa Karang Intan yang
bahkan mereka menyediakan lahan untuk termasuk wilayah Kecamatan Karang Intan,
ditumbuhi tanaman bunga. Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Bagi masyarakat Banjar, tumbuhan Teknik pengumpulan data yang
bunga juga dimanfaatkan sebagai digunakan adalah metode simak dan metode
perlengkapan ritual adat, misalnya upacara catat. Sudaryanto (2015: 203)
perkawinan, kehamilan, kelahiran, dan mengemukakan bahwa metode simak atau
kematian. Tumbuhan bunga, misalnya penyimakan dilakukan dengan cara
mawar, melati, kenanga, dan cempaka, menyimak, penggunaan bahasa. Setelah
dikembangkan secara swadaya dan turun melakukan penyimakan baris demi baris,
temurun sejak dulu. Upaya pengembangan ini teknik catat dilaksanakan. Mahsun (2013: 93)
dilakukan karena banyaknya permintaan menyatakan bahwateknik catat adalah teknik
bunga untuk acara ritual adat. Bahkan, lanjutan yang dilakukan ketika dalam
permintaan tumbuhan bunga di luar penelitian menerapkan metode simak dengan
Kabupaten Banjar pun juga cukup tinggi. teknik lanjutan. Instrumen penelitian ini
adalah peneliti sendiri sebagai observer.
2. Metode Tahapan selanjutnya setelah
Metode penelitian ini adalah deskriptif pengumpulan data adalah analisis data.
kualitatif dengan pendekatan Sudaryanto (2015: 241) menyatakan bahwa
antropolinguistik. Mahsun, (2013: 233) setelah analisis dilakukan, hasil analisis data
menyatakan bahwa penelitian deskriptif dapat disajikan dengan menggunakan dua
mengkaji penunjukkan makna, deskripsi, metode, yakni metode informal dan metode
penjernihan, dan penempatan data sesuai formal. Dalam hal ini, hasil analisis data
dengan konteksnya masing-masing dan data leksikon etnobotani tumbuhan bunga dan
tersebut diuraikan dalam bentuk kata-kata. cerminan kultural masyarakat Banjar
Penelitian kualitatif merupakan metode disajikan dengan metode informal, yaitu
penelitian yang digunakan untuk meneliti perumusan dengan kata-kata atau dengan
objek yang bersifat alamiah. Peneliti berperan penyajian berbentuk uraian kalimat.
sebagai instrumen kunci. Teknik
pengumpulan data dilakukan secara 3. Hasil dan Pembahasan
trianggulasi (gabungan) dan analisis data Berdasarkan data yang diperoleh akan
bersifat induktif. Hasil penelitian kualitatif dijelaskan, leksikon etnobotani tumbuhan
lebih menekankan makna daripada bunga masyarakat Banjar dan tradisi
generalisasi (Sugiyono, 2014: 1). Pendekatan pengobatannya, pemanfaatan tumbuhan
antropolinguistik dalam kajian ini akan bunga sebagai pengobatan tradisional
mengkaji bahasa ditinjau dari bahasa yang masyarakat Banjar, serta tumbuhan bunga
terdapat dalam masyarakat. sebagai cerminan kultural masyarakat Banjar.
Sumber data dalam penelitian ini berupa Berikut hasil analisisnya.
leksikon tumbuhan bunga yang dituturkan 3.1 Leksikon Etnobotani Tumbuhan
oleh informan di Kecamatan Karang Intan. Bunga Masyarakat Banjar dan Tradisi
Kecamatan Karang Intan dipilih karena Pengobatannya
kecamatan ini merupakan sentra penghasil Masyarakat suku Banjar memiliki konsep
tumbuhan bunga, baik yang dimanfaatkan lokal tentang sakit. Istilah sakit dipercayai
sebagai pengobatan tradisional maupun dapat bersifat nyata (rasional) dan tidak nyata
perlengkapan ritual adat. (irasional). Sakit yang tergolong rasional
Penelitian ini dilakukan pada delapan adalah ketidakseimbangan fisik yang
desa, yaitu: (1) Desa Pandak Daun, (2) Desa dirasakan seseorang sehingga menimbulkan
Jingah Habang Ulu, (3) Desa Jingah Habang rasa sakit di bagian tubuh yang dapat dilihat
Ilir, (4) Desa Mali-Mali,(5) Desa Sungai dan dirasakan. Kemudian, konsep sakit yang

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 28


tergolong tidak nyata dipercaya sebagai rasa gigi, gatal-gatal digigit serangga, panas,
sakit yang tidak diketahui pasti penyebabnya sariawan, serta bau badan.
atau dianggap sebagai teguran dari leluhur. Tumbuhan bunga sebagian besar diambil
Konsep sakit yang dialami masyarakat di pekarangan rumah dan kebun. Berikut
suku Banjar menimbulkan suatu upaya untuk hasil temuan leksikon etnobotani tumbuhan
menjaga dan melestarikan sistem pengobatan bunga yang dimanfaatkan sebagai
tradisional. Akan tetapi, pengobatan pengobatan tradisional dan perlengkapan
tradisional ini bersifat lisan dan dilakukan ritual adat masyarakat Banjar.
secara turun temurun. Pengobatan tradisional
suku Banjar memanfaatkan tumbuhan bunga
sebagai pengobatan sakit yang dikategorikan
sakit ringan (gagaringan), misalnya sakit
kepala, demam, digigit serangga, batuk, sakit
Tabel 1
Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga
No. Nama Tumbuhan Bunga Nama Ilmiah Tumbuhan
B 1 mawar rosa hybrid terba
erda 2 melati jasminum sambac tas
sark 3 kenanga cananga odorata hany
an 4 cempaka michelia alba a
temu 5 alamanda allamanda cathartica seka
an 6 merak caesalpinia pulcherrima dar
diket 7 sepatu hibiscus rosasinesis tumb
ahui bahwa terdapat tujuh leksikon etnobotani uhan penghias pekarangan, bunga kenanga
tumbuhan bunga yang digunakan sebagai dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan
pengobatan tradisional dan perlengkapan ritual tradisional.
adat masyarakat suku Banjar. Masyarakat suku Bunga cempaka putih atau sering disebut
Banjar memanfaatkan tumbuhan bunga yang bunga kantil umumnya tumbuh di daerah yang
berkhasiat obat, yaitu mawar, melati, kenanga, memiliki iklim tropis maupun sub-tropis serta
cempaka, alamanda, merak, dan sepatu. di daerah dengan suhu hangat. Bunga cempaka
Bunga mawar merupakan tumbuhan yang umumnya dapat tumbuh mencapai ketinggian
paling mudah diperoleh karena budidayanya sampai dengan 33 meter dan bahkan dapat
relatif mudah. Bunga cantik ini mempunyai lebih dengan dedaunannya yang rindang. Ciri
mahkota bunga berjumlah lima helai dengan khas bunga cempaka adalah pohon hijau dan
berbagai variasi warna, misalnya merah, putih, bunga yang sangat semerbak wanginya. Pada
kuning, dan merah jambu. bagian ranting pohonnya terdapat bulu-bulu
Bunga melati dijuluki puspa bangsa. halus berwarna keabu-abuan. Daunnya
Bunga ini berwarna putih bersih dan memiliki merupakan daun tunggal berbentuk telur.
keharuman yang khas. Bunga melati termasuk Ketika masih kuncup, bunganya berwarna
tumbuhan semak berbunga yang memesona. hijau, tetapi setelah mekar akan berubah
Bunga ini menyimpan banyak manfaat, baik menjadi putih.
sebagai pengobatan tradisional maupun Bunga alamanda merupakan tanaman
modern. Dalam masyarakat Banjar, selain tumbuh merambat dan bunganya berwarna
untuk obat, melati juga digunakan sebagai kuning. Alamanda berbunga sepanjang tahun.
bahan roncean untuk rangkaian. Bunga ini ditanam sebagai tumbuhan pagar di
Bunga kenanga terkenal dengan aroma depan rumah. Alamanda juga sering disebut
wanginya yang khas dan memikat sehingga bunga terompet emas, bunga lonceng kuning,
sering disebut si bunga parfum. Bunga atau bunga buttercup. Tanaman ini dapat
berwarna kuning ini memiliki bentuk yang tumbuh hingga mencapai ketinggian 2 meter.
indah. Selain itu manfaat bunga kenanga tidak Bagian daun alamanda memiliki panjang

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 29


sekitar 6—16 cm dan bunganya yang beraroma kenanga, cempaka, alamanda, merak, dan
harum. Bagi masyarakat suku Banjar, bunga sepatu sebagai pengobatan tradisional.
alamanda tidak hanya sekadar tanaman hias, Selain itu, tumbuhan bunga tersebut juga
tetapi juga merupakan tumbuhan bunga yang menjadi bahan perlengkapan ritual adat yang
bermanfaat untuk pengobatan. dilakukan masyarakat Banjar, misalnya
Bunga merak merupakan tumbuhan perdu upacara pernikahan ataupun perkawinan,
tegak dengan tinggi 2—4 meter. Bunga ini kehamilan, kelahiran, dan kematian.
memiliki banyak cabang dan kayunya
berwarna putih serta padat. Daunnya berupa 3.2 Pemanfaatan Tumbuhan Bunga sebagai
daun majemuk menyirip genap. Pada malam Pengobatan Tradisional Masyarakat
hari, daun bunga merak akan menguncup. Banjar
Bunga berwarna merah dan kuning terang ini Selain memiliki keindahan yang memesona,
sangat mudah dibudidayakan. Selain tumbuhan bunga, misalnya mawar, melati,
keindahannya yang memesona, bunga ini juga kenanga, cempaka, alamanda, merak, dan
bermanfaat untuk pengobatan tradisional. bunga sepatu juga dapat dimanfaatkan sebagai
Bunga sepatu atau lebih dikenal dengan pengobatan tradisional. Tumbuhan bunga yang
nama kembang sepatu merupakan bunga yang berkhasiat obat memiliki kandungan senyawa
memiliki keindahan warna dan bentuk. Bunga yang bermanfaat untuk mencegah,
ini memiliki kandungan nutrisi yang dapat meringankan, dan menyembuhkan penyakit.
dimanfaatkan sebagai pengobatan. Bunga ini Masyarakat Banjar di Kecamatan Karang
memiliki lima kelopak bunga besar dengan Intan, Kabupaten Banjar, merupakan daerah
tangkai sarinya yang dihiasi serbuk sari. Selain penghasil tumbuhan bunga berkhasiat obat.
dapat dimanfaatkan untuk pengobatan, bunga Masyarakat Banjar secara turun-temurun
sepatu digunakan untuk campuran taburan memanfaatkan tumbuhan bunga tersebut ketika
bunga. merasakan gejala sakit. Berikut tumbuhan
Temuan leksikon ini mengindikasikan bunga yang digunakan masyarakat Banjar
bahwa masyarakat Banjar memanfaatkan untuk pengobatan tradisional.
tumbuhan bunga, misalnya mawar, melati,
Tabel 2
Pemanfaatan Tumbuhan Bunga sebagai Pengobatan Tradisional Masyarakat Banjar

No. Nama Bagian yang Manfaat Cara Penggunaan


Tumbuhan Digunakan Tumbuhan
1 Mawar Bunga dan Obat digigit Bunga dan daun diremas-
daun serangga remas kemudian ditempelkan
pada bagian yang digigit
serangga.
2 Melati Bunga dan Obat demam Bunga dan daun diremas-
daun dan sakit remas, lalu direndam di air
kepala panas, setelah itu
dikompreskan.
3 Kenanga Bunga Obat digigit Bunga diremas-remas lalu
serangga dan ditambahkan minyak kelapa,
sesak napas kemudian ditempelkan pada
bagian yang digigit serangga.
Untuk mengatasi sesak napas,
ambil setengah genggam
bunga kenanga dan dicampur
satu setengah sendok gula
putih, rebus sampai tersisa

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 30


setengah gelas, lalu saring
airnya dan diminum setiap
pagi dan sore hari.
4 Cempaka Bunga dan Obat Bunga direbus lalu
daun penghilang bau didiamkan, kemudian air
badan tersebut dimandikan.
Daun direbus lalu didiamkan
kemudian diminum.
5 Alamanda Daun Obat bisul, Daunnya dicuci bersih dan
kurap, ditumbuk halus, kemudian
penyebab dibalurkan pada bagian yang
muntah, terkena bisul dan kurap.
sembelit, dan Kemudian, seduh daun
penawar racun alamanda dan diminum untuk
mengatasi penyebab muntah
dan sembelit.
Sebagai penawar racun, daun
dicuci bersih dan rebus
dengan air selama 15 menit
hingga mendidih, dinginkan
dan diminum dua kali dengan
selang 1 jam.
6 Merak Bunga, daun, Obat sariawan, Untuk obat sariawan, bunga,
dan batang obat panas, daun, dan batang direbus lalu
dan kejang didiamkan, kemudian
panas pada dikumur-kumur. Untuk obat
anak panas, bagian bunga, daun,
dan batang direbus, kemudian
diminum hangat-hangat.
Untuk mengobati kejang
panas pada anak, kuntum
bunga, daun, batang, dan akar
dicuci lalu ditumbuk hingga
halus. Kemudian, gunakan
untuk menggosok bagian
leher, punggung, dan kaki
anak.
7 Sepatu Kelopak Obat batuk dan Bagian kelopak bunga dan
bunga dan flu, sariawan, daun direbus, lalu diamkan
daun penurun panas kemudian diminum.
Untuk mengobati sariawan,
daun bunga sepatu direbus
kemudian didiamkan, lalu
dikumur-kumur.
Untuk mengobati demam,
daun bunga sepatu direbus,
diamkan, lalu diminum, dan
dapat juga digunakan sebagai
kompresan.

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 31


Masyarakat suku Banjar memanfaatkan Tumbuhan bunga, misalnya mawar,
tumbuhan bunga sebagai pengobatan melati, kenanga, cempaka, alamanda, merak,
tradisional secara tunggal, artinya dalam dan bunga sepatu, digunakan masyarakat
peramuannya tidak dicampurkan dengan Banjar untuk pengobatan tradisional yang
tumbuhan bunga lainnya. Peracikan terkategori sakit ringan. Contohnya, bunga
tumbuhan bunga sebagai pengobatan mawar bagian bunga dan daunnya, digunakan
tradisional dilakukan dengan cara diremas- untuk mengobati sakit akibat digigit
remas, direbus, ditumbuk, dan digosokkan. serangga. Cara peracikan obat tradisional
Masyarakat suku Banjar tidak menyimpan dengan bunga mawar ini adalah dengan
tumbuhan bunga dalam bentuk simplisia mengambil bunga mawar dan beberapa helai
karena mereka langsung mengambil daunnya; kemudian dicuci sampai bersih; lalu
tumbuhan bunga tersebut pada saat diremas-remas. Setelah itu, racikan bunga
diperlukan atau sakit. mawar ditempelkan di bagian badan yang
Pengobatan tradisional masyarakat terkena gigitan serangga.
Banjar bersifat mandiri dan ada pula yang Masyarakat Banjar juga memanfaatkan
meminta bantuan dari para tatamba (tabib). bunga melati sebagai bahan pengobatan
Pengobatan secara mandiri dilakukan, tradisional, yakni mengobati demam dan
masyarakat yang terkena gejala sakit atau sakit kepala. Cara peracikan obat tradisional
sudah mengalami sakit. Mereka akan dengan bunga melati ini adalah ambil
mengolah sendiri racikan obat tradisional. beberapa buah bunga melati dan beberapa
Biasanya sakit yang diderita masih bersifat helai daunnya; kemudian, bunga dan daun
sangat ringan dan dapat dilakukan sendiri melati dicuci hingga bersih; lalu diremas-
pengobatannya. Sementara itu, biasanya remas dan direndam dengan air panas.
masyarakat akan meminta bantuan seorang Setelah itu, air rendaman bunga dan daun
tatamba ketika mengalami sakit yang tidak melati digunakan untuk mengompres.
dapat diatasi sendiri, baik minta didoakan Bunga kenanga juga dimanfaatkan
ataupun minta dibuatkan racikan atau ramuan masyarakat Banjar untuk mengobati sakit
obat tradisional. akibat digigit serangga dan sesak napas. Cara
Dalam masyarakat Banjar, hubungan peracikan untuk mengobati gigitan serangga
antara penderita sakit dan tatamba tidak adalah ambil beberapa buah bagian bunga
terikat dengan perjanjian pembayaran, baik kenanga dan cuci hingga bersih; kemudian,
dalam bentuk uang ataupun barang sebagai bunga kenanga diremas-remas dan
balas jasa. Akan tetapi, penderita sakit selalu dicampurkan dengan sedikit minyak kelapa.
memberikan imbalan jasa kepada tatamba, Setelah itu, racikan ditempelkan di bagian
baik berupa uang tunai ataupun pitaras yang terkena gigitan serangga. Selanjutnya,
(seserahan yang diberikan kepada tatamba cara peracikan untuk mengobati sesak napas
berupa benda, misalnya jarum dan adalah ambil setengah genggam bunga
benangnya, serta peniti). kenanga; kemudian, campur dengan satu
Tatamba akan meminta persyaratan setengah sendok gula putih; rebus hingga
khusus kepada penderita sakit dan tersisa setengah gelas; saring airnya dan
keluarganya ketika tatamba melakukan upaya diminum setiap pagi dan sore.
penyembuhan penyakit yang bersifat tidak Bunga cempaka memiliki sifat
nyata atau penyakit yang tidak diketahui antibakteri sehingga bunga ini mampu
sumber penyakitnya, misalnya, rasa sakit mengatasi masalah kesehatan yang
terkena parang maya (santet), pulasit disebabkan oleh bakteri, misalnya bau badan.
(semacam kesurupan dengan memperalat roh Cara mengatasi bau badan tersebut adalah
jahat), dan kapidaraan (terkena teguran dengan rutin mengonsumsi air rebusan daun
leluhur). Pengobatan penyakit ini memang cempaka. Cara peracikannya tumbuhan
dilakukan oleh seorang tatamba yang bunga cempaka untuk menghilangkan bau
memiliki keahlian khusus. badan adalah bunga direbus dan didiamkan;

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 32


lalu air tersebut dimandikan. Sementara itu, digosokan di bagian leher, punggung, dan
peracikan bagian daun bunga cempaka untuk kaki anak.
menghilangkan bau badan adalah bunga Bunga sepatu memiliki banyak manfaat
cempaka direbus lalu diamkan hingga hangat sebagai obat tradisional, diantaranya untuk
dan langsung diminum. mengobati batuk dan flu, sariawan, dan
Daun tanaman bunga alamanda dapat penurun panas. Meskipun, memiliki manfaat
digunakan untuk mengobati penyakit bisul, yang sama dengan bunga merak untuk
muntah, kurap, sembelit, dan penawar racun. mengobati sariawan, tetapi bagian tumbuhan
Daun bunga alamanda ini memiliki rasa bunga yang digunakan untuk pengobatan
pedas dan pahit. Akan tetapi, daun tanaman berbeda. Bagian bunga, daun, dan batang
bunga alamanda dapat dimanfaatkan sebagai bunga merak dimanfaatkan sebagai obat,
obat. Apabila terkena bisul dan kurap, daun sedangkan pada bunga sepatu hanya bagian
tanaman bunga alamanda yang sudah dicuci daun saja yang dimanfaatkan sebagai obat.
bersih dan ditumbuk halus, dibalurkan pada Masyarakat Banjar juga memanfaatkan
bagian yang terkena bisul atau kurap. bunga sepatu sebagai obat untuk mengatasi
Selain itu, daun tanaman bunga batuk dan flu. Cara peracikannya adalah
alamanda dapat digunakan untuk mengatasi bagian kelopak bunga dan daun bunga sepatu
sembelit dengan cara, menyeduh daun direbus, lalu diamkan dan diminum. Sebagai
alamanda dan meminumnya. Daun alamanda obat penurun panas, daun bunga sepatu dicuci
juga digunakan masyarakat Banjar sebagai sampai bersih dan direbus. Kemudian, air
penawar racun. Cara peracikannya adalah rebusan tersebut didiamkan hingga hangat
daun dicuci hingga bersih dan direbus dengan lalu diminum. Selain itu, air rebusan tersebut
air selama 15 menit hingga mendidih, dapat juga digunakan sebagai kompresan.
dinginkan, dan diminum dua kali dengan
selang waktu 1 jam. Jadi, bagian daun 3.3 Tumbuhan Bunga sebagai Cerminan
tanaman bunga alamanda memiliki banyak Kultural Masyarakat Banjar
manfaat sebagai obat tradisional masyarakat Masyarakat Banjar memiliki kekayaan tradisi
Banjar. yang diwariskan secara turun temurun.
Masyarakat Banjar juga memanfaatkan Tentunya, dalam proses upacara tradisi
bunga merak sebagai obat tradisional. Bagian tersebut diperlukan berbagai perlengkapan
bunga, daun, dan batang digunakan sebagai ritual, salah satunya tumbuhan bunga. Bunga
obat sariawan. Cara peracikannya adalah mawar, melati, kenanga, cempaka, dan bunga
dengan merebus bagian bunga, daun, dan sepatu merupakan tumbuhan bunga yang
batang, lalu diamkan, dan dikumur-kumur. selalu ada dalam setiap ritual adat masyarakat
Untuk obat panas, bagian bunga, daun, dan Banjar. Sementara itu, tumbuhan bunga
batang direbus. Setelah itu, air rebusan alamanda dan merak hanya digunakan untuk
ditunggu hingga hangat dan diminum. Bunga ritual adat kematian, yaitu sebagai taburan
merak juga dapat digunakan untuk mengobati bunga. Hal ini menggambarkan bahwa
kejang panas pada anak dengan cara, tumbuhan bunga merupakan cerminan
mengambil kuntum bunga, daun, batang, dan kultural masyarakat Banjar. Berikut
akar dan dicuci hingga bersih. Kemudian, tumbuhan bunga yang digunakan masyarakat
kuntum bunga, daun, batang, dan akar Banjar dalam proses ritual adat dan manfaat
ditumbuk hingga halus, dibalur, dan sambil serta cara penggunaannya.
Tabel 3
Tumbuhan Bunga sebagai Cerminan Kultural Masyarakat Banjar

No. Nama Manfaat Cara Penggunaan


Tumbuhan Tumbuhan
1 Mawar Ritual dan tata rias Bunga mawar digunakan untuk ritual adat
Banjar, misalnya batapung tawar, mandi-
mandi, bunga rangkai (kambang

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 33


barenteng).
Bunga mawar yang digunakan untuk tata
rias dirangkai sebagai perlengkapan
pernikahan ataupun perkawinan.
2 Melati Ritual dan tata rias Bunga melati digunakan untuk ritual adat
Banjar, misalnya batapung tawar, mandi-
mandi, bunga rangkai (kambang
barenteng).
Bunga melati untuk tata rias dirangkai
sebagai perlengkapan pernikahan ataupun
perkawinan.
3 Kenanga Ritual dan tata rias Bunga kenanga digunakan untuk ritual
adat Banjar, seperti batapung tawar,
mandi-mandi, bunga rangkai (kambang
barenteng).
Bunga kenanga untuk tata rias dirangkai
sebagai perlengkapan pernikahan ataupun
perkawinan.
4 Cempaka Ritual dan tata rias Bunga cempaka untuk tata rias dirangkai
menjadi bunga rangkai (kambang
barenteng) sebagai perlengkapan
pernikahan atau perkawinan.
Bunga cempaka juga digunakan sebagai
campuran untuk tabur bunga (nyekar)
dalam upacara kematian.
5 Alamanda Ritual Bunga alamanda digunakan sebagai
bahan campuran tabur bunga (nyekar)
dalam upacara kematian.
6 Merak Ritual Bunga merak digunakan sebagai bahan
campuran tabur bunga (nyekar) dalam
upacara kematian.
7 Sepatu Ritual dan tata rias Bunga sepatu untuk tata rias dirangkai
sebagai perlengkapan pernikahan atau
perkawinan.

Keberadaan taman di sekitar rumah ekonomi. Eksistensi kebun dan pekarangan


dalam masyarakat Banjar merupakan rumah masih dipertahankan karena kebun dan
cerminan kultural yang khas bagi masyarakat pekarangan memiliki tingkat
Banjar. Kebun dan pekarangan rumah yang keanekaragaman hayati yang tinggi. Banyak
ditanami dengan tumbuhan bunga sangat dari tanaman eksotik mempunyai nilai
berperan penting bagi masyarakat Banjar. ekonomi penting sehingga ditanam dalam
Selain tingkat hayatinya yang tinggi, kebun dan pekarangan rumah. Jadi, budidaya
pekarangan atau taman berperan sebagai tumbuhan bunga yang dilakukan masyarakat
tempat tumbuh tanaman bunga dan Banjar merupakan peluang usaha yang sangat
penyimpanan cadangan diversitas genetik baik untuk meningkatkan perekonomian.
bagi kelangsungan tanaman pada masa yang Tumbuhan bunga mawar, melati,
akan datang serta menjadi sumber pendapatan kenanga, dan cempaka merupakan bahan
masyarakat Banjar. utama dalam setiap ritual adat yang dilakukan
Tumbuhan bunga, seperti mawar, melati, masyarakat Banjar. Ritual adat tersebut
kenanga, dan cempaka adalah sumber mencakupi, upacara pernikahan, perkawinan,

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 34


kehamilan, kelahiran, dan kematian. Berikut (asam jawa), dan air bunga mawar, melati,
penjelasannya pemanfaatan bunga dalam dan kenanga yang bercampur dalam satu
berbagai ritual adat. wadah besar. Lalu, di dalam pagar mayang
tersebut juga diletakkan sebuah galas
1) Upacara Pernikahan atau Perkawinan dandang (tempat air besar) yang berisi air
Dalam upacara pernikahan ataupun yang telah dibacakan doa-doa.
perkawinan masyarakat Banjar, tumbuhan Wanita hamil yang akan melakukan
bunga mawar, melati, kenanga, cempaka, dan upacara mandi-mandi dibawa menuju pagar
sepatu merupakan tumbuhan bunga yang mayang sambil memegang nyiur balacuk
selalu menjadi perlengkapan upacara. (buah kelapa yang mulai tumbuh) dengan
Tumbuhan bunga tersebut digunakan untuk dibungkus kain kuning. Ketika turun dari
tata rias dan harus dirangkai sebagai rumah menuju pagar mayang, wanita hamil
perlengkapan pernikahan ataupun ini berjalan diiringi dengan ucapan salawat
perkawinan. Biasanya bunga-bunga tersebut Nabi Muhammad saw. Wanita hamil tersebut
dirangkai menjadi satu atau biasa dikenal akan dimandikan dan ia didudukan di atas
dengan sebutan kambang barenteng (bunga kuantan batiharap (kuali yang terbuat dari
rangkai). bahan tanah liat dan diletakkan telengkup)
dengan beralaskan bamban bajalin (anyaman
2) Upacara Kehamilan dari tumbuhan bamban). Kemudian, tetuha
Bunga mawar, melati, dan kenanga masyarakat secara bergantian menyiram dan
digunakan untuk ritual adat kehamilan. memandikan wanita hamil tersebut dengan
Beberapa ritual rangkaian upacara kehamilan bunga-bungaan (mawar, melati, dan kenanga)
dengan menggunakan bunga meliputi yang telah disediakan.
batapung tawar dan mandi-mandi. Upacara Dadukun baranak (bidan) ditugasi untuk
batapung tawar dilakukan ketika usia memegang upung mayang yang masih
kehamilan tiga bulan yang berdasarkan terkatup tepat berada di atas kepala. Lalu,
kepercayaan masyarakat Banjar meyakini upung mayang tersebut dipukul dengan
bahwa angka ganjil merupakan usia telapak tangan sekeras-kerasnya dengan
kehamilan yang rentan terhadap gangguan. hanya satu kali pukulan. Apabila upung
Biasanya upacara batapung tawar mayang langsung pecah, ini berarti pertanda
dilakukan pada hari Jumat karena dianggap baik bahwa wanita hamil itu tidak akan
hari baik untuk melakukan ritual adat. Pada mengalami gangguan hingga melahirkan.
pelaksanaannya keluarga dan para tetangga di Selanjutnya, kembang mayang yang di dalam
sekitar tempat tinggal diundang. Dalam upung dikeluarkan dan disiramkan dengan air
upacara batapung tawar, wanita hamil akan ke kepala wanita hamil sebanyak tiga kali.
ditapungtawari dengan minyak likat baboreh Siraman pertama tangkai mayang harus
(minyak yang terbuat dari bahan lilin lebah mengarah ke atas. Siraman kedua, posisi
yang ditanak dengan minyak kelapa dan kayu tangkai mayang berada di bawah. Siraman
pengharum). Selain itu, wanita hamil tersebut ketiga, tangkai mayang berada dalam posisi
juga akan dipercikkan air bunga mawar, ditelantangkan dan ditelungkupkan. Wanita
melati, dan kenanga. hamil tujuh bulan juga dimandikan dengan
Upacara mandi-mandi dilakukan oleh air yang telah dibacakan doa-doa.
wanita yang baru pertama kali hamil dan usia Setelah mandi-mandi selesai, wanita
kandungannya mencapai tujuh bulan. Pada hamil tersebut akan didandani dan didudukan
upacara ini dibuat pagar mayang (pagar yang di tengah-tengah tamu undangan. Upacara
sekelilingnya digantungkan mayang-mayang batapung tawar dan mandi-mandi ini
pinang). Biasanya, tiang-tiang mayang dilakukan untuk keselamatan ibu dan bayi
tersebut dibuat dari batang tebu yang diikat yang akan dilahirkannya, menghilangkan rasa
dengan tombak. Di dalam pagar ditempatkan sakit di badan, serta mengusir roh jahat yang
perapen, air mayang, keramas asam kamal memasuki tubuh seseorang.

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 35


tersebut, meliputi: (1) bunga mawar, (2)
3) Upacara Kelahiran bunga melati, (3) bunga kenanga, (4) bunga
Kambang barenteng (bunga rangkai) cempaka, (5) bunga alamanda, (6) bunga
digunakan dalam upacara kelahiran, misalnya merak, dan (7) bunga sepatu. Sementara itu,
upacara bapalas bidan (upacara yang tumbuhan bunga yang menjadi cerminan
dilakukan untuk menebus anak dari bidan kultural masyarakat Banjar dapat dilihat pada
yang telah membantu persalinan) dan upacara ritual atau upacara adat, yaitu: (1) upacara
baayun mulud (upacara yang dilakukan pernikahan atau perkawinan, (2) upacara
dengan meayun anak sebagai bentuk kehamilan, (3) upacara kelahiran, dan (4)
peringatan Maulud Nabi Muhammad saw). upacara kematian.
Tumbuhan bunga mawar, melati, kenanga,
cempaka, dan sepatu dirangkai menjadi satu
Daftar Pustaka
dan digantungkan pada ayunan anak. Saat
Aisyah, & dkk. (2018). "Leksikon Nama
upacara bapalas bidan dan baayun mulud,
Penyakit dan Pengobatan Tradisional
ayunan anak juga dihiasi dengan urung
dalam Bahasa Melayu Dialek Pontianak
ketupat dengan berbagai bentuk, buah pisang,
di Kecamatan Kubu". Untan, 7(3), 1--8.
kelapa, serta kue-kue khas tradisional Banjar.
Budhiono, R. H. (2017). "Leksikon Alat dan
Aktivitas Bertanam Padi dalam Bahasa
4) Upacara Kematian
Jawa". Jurnal Kandai, Volume 13 (235--
Upacara kematian dalam masyarakat Banjar
248.
juga menggunakan tumbuhan bunga sebagai
Chaer, A. (1995). Pengantar Semantik
bagian dalam proses perlengkapan saat
Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
upacara penguburan. Setelah mayat
Cipta.
dimasukkan ke liang lahat, dibaringkan
Chaer, A. (2007). Leksikologi dan
miring ke kanan, dan wajahnya dihadapkan
Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka
ke kiblat, lalu secara perlahan-lahan ditimbun
Cipta.
dengan tanah. Selanjutnya, di atas kubur yang
Foster, M. G., & Barbara, G. (2015).
telah ditimbuni kembali dengan tanah
Antropologi Kesehatan. Jakarta:
ditancapkan batu nisan dan ditaburilah
Universitas Indonesia.
dengan tumbuhan bunga, misalnya mawar,
Hakim, L. (2014). Etnobotani dan
melati, kenanga, cempaka, alamanda, merak
Manajemen Kebun Pekarangan Rumah:
dan bunga sepatu.
Ketahanan Pangan, Kesehatan, dan
Agrowisata. Malang: Selaras.
4. Simpulan
Handayani, A. (2010). "Etnobotani
Bagi masyarakat Banjar, tumbuhan bunga
Masyarakat Sekitar Kawasan Cagar
tidak hanya digunakan sebagai pengobatan
Alam Gunung Simpang (Studi Kasus di
tradisional secara turun-temurun, tetapi juga
Desa Balegede, Kecamatan Naringgul,
tumbuhan bunga juga sebagai lambang atau
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)".
identitas warisan budaya yang digunakan
Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
dalam ritual ataupun dalam upacara adat.
Hestiyana. (2017). "Leksikon dalam Tuturan
Sejatinya, tumbuhan bunga menjadi cerminan
Mantra Panawar (Kajian Etnomedisin
kultural bagi masyarakat Banjar. Hal ini
sebagai Alternatif Pengobatan
ditemukan dalam aktivitas kehidupan
Tradisional Masyarakat Banjar)".
masyarakat Banjar sehari-hari ataupun dalam
Prosiding Membaca Nusantara melalui
upacara atau ritual adat tertentu.
Bahasa, Media, dan Pembelajarannya,
Berdasarkan hasil analisis data
hlm.351--361. Yogyakarta: UNY.
ditemukan tujuh leksikon etnobotani
Hilmy, A. Z. M. (2018). "Etnobotani
tumbuhan bunga yang digunakan sebagai
Tumbuhan Obat untuk Mengobati
pengobatan tradisional dan menjadi cerminan
Penyakit Infeksi oleh Suku Dayak
kultural masyarakat Banjar. Tumbuhan bunga
Kenyah di Kecamatan Bahau Hulu

Gramatika, Volume VIII, Nomor 1, Januari—Juni 2020 36


Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma
Utara". Skripsi. Universitas Islam Negeri University Press.
Maulana Malik Ibrahim Malang. Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian
Humaedi, M. A. (2016). Etnografi Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Pengobatan Praktik Budaya Peramuan Wierzbicka, A. (1997). Understanding
dan Sugesti Komunitas Adat Tau Taa Cultures Through Their Key Words:
Vana. Yogyakarta: Lkis. English, Russian, Polish, German, and
Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik. Japanese. New York: Oxford University
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Press.
Mahsun, M. S. (2013). Metode Penelitian Wijana, I. D. P. (2015). Pengantar Semantik
Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka
Tekniknya. Jakarta: Rajagrafindo Pelajar.
Persada. Wulandari, A. (2018). "Eksplorasi
Nurkosim. (2009). Rahasia Habbatussauda Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan
Sunah dalam Formulasi Herbal. Tumbuhan Obat di Desa Pagar Dalam,
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Pelita Jaya, Tanjung Raya dan Ulok
Pateda, M. (2009). Semantik Leksikal. Manek Kecamatan Pesisir Selatan
Jakarta: Rineka Cipta. Kabupaten Pesisir Barat". Skripsi.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Universitas Raden Intan Lampung.
Teknik Analisis Bahasa Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara

Hestiyana, Leksikon Etnobotani Tumbuhan Bunga dalam Pengobatan… 37

Anda mungkin juga menyukai