Anda di halaman 1dari 12

STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA SUKU DUANO DI KABUPATEN

INDRAGIRI HILIR

Swigert Chenkova Naibaho1, Fitmawati2, Emrizal3.


1
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi FMIPA Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau
3
Dosen Jurusan Kimia Bahan Alam Sekolah Tinggi Farmasi Riau
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia
swigertchenkova8394@gmail.com

ABSTRACT

Ethnobotany is the study of the use of plants traditionally such as pharmaceuticals.


However, the study of medicinal plants in Indonesia including Indragiri Hilir, Riau
Province is still limited. The purpose of this research was to document the types of wild
plants and parts of plants of potential drug Duano Tribe community in order to remain
sustainable knowledge of traditional medicine. This research was conducted in two
stages: data collection in the form of interviews as well as medicinal plants in the field
photograph documentation, and data processing. The results showed various plants that
were used as treatments, consisting of 50 plant species belonging to 30 families to treat
30 types of diseases. Dominant leaf Organ used and the origin of medicinal plants was
the yard. Category of disease treated with most of medicinal plant species disease was
in categories of Magis / Non-Medical with FIC value = 0.8. Medicinal plants with the
highest accuracy percentage used by POT (Practitioner of traditional medicine) was
Piper betle with a value of FL = 100%.
Keywords : Ethnobotany, Medicinal Plants, Traditional Medicine, Tribe Duano.

ABSTRAK
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional, salah satunya yaitu obat-obatan. Namun, studi mengenai tumbuhan obat di
Indonesia termasuk Indragiri Hilir, Riau, masih terbatas. Tujuan penelitian adalah
mendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan liar dan bagian tumbuhan yang potensial obat
masyarakat Suku Duano agar pengetahuan pengobatan tradisional tetap lestari.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data berupa hasil wawancara
dan dokumentasi foto tumbuhan obat di lapangan, serta pengolahan data. Hasil
penelitian menunjukkan berbagai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan
pengobatan, terdiri dari 50 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 30 famili untuk
mengobati 30 jenis penyakit. Organ daun dominan digunakan dan asal tumbuhan obat
adalah pekarangan rumah. Kategori penyakit yang diobati dengan jenis tumbuhan obat
terbanyak yaitu kategori penyakit Magis/Non-Medis dengan nilai FIC = 0.8. Tumbuhan
obat dengan persentase keakuratan tertinggi digunakan oleh POT (Praktisi obat
tradisional) adalah Piper betle dengan nilai FL = 100%.
Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Obat, Obat Tradisional, Suku Duano.

1
PENDAHULUAN penyakit yang menyerang masyarakat
Indonesia kaya akan sumber daya dari Suku Duano tersebut.
alam dan keanekaragaman hayati serta Pengetahuan tradisional pada Suku
memiliki keragaman suku atau etnis dan Duano sangat dibutuhkan untuk
budaya (Melalatoa 1995). Potensi menunjang kesehatan masyarakat,
sumber daya alam sangat erat kaitannya sehingga dibutuhkan studi untuk
dengan kehidupan masyarakat lokal, mengetahui jenis tumbuhan yang
artinya semakin melimpah tumbuhan dipergunakan sebagai alat dan bahan
yang ada, maka kebutuhan masyarakat penunjang kehidupan masayarakat Suku
akan semakin tercukupi, terutama Duano, bagian organ tanaman yang
sebagai bahan pangan dan obat-obatan digunakan, cara pemakaian, cara
(Harmida et al. 2011). Pemanfaatan pengolahan dan khasiat tumbuhan
tumbuhan dalam kehidupan suatu etnik tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
disebut sebagai etnobotani. Etnobotani Mendokumentasikan tumbuhan liar
merupakan suatu bidang ilmu yang yang potensial obat bagi masyarakat
mempelajari hubungan antara manusia Suku Duano agar pengetahuan
dan tumbuhan (Safwan 2008). pengobatan tradisional tidak menjadi
Budaya pengetahuan dan praktek punah.
pengobatan secara tradisional dan METODE PENELITIAN
penggunakan tumbuhan sebagai obat
herbal telah berkembang sejak dulu Pengambilan data dan sampel
pada masyarakat suatu etnis dan penelitian dilakukan di Kecamatan
dilestarikan secara turun-temurun. Concong, Kecamatan Kuala Indragiri
Modernisasi budaya menyebabkan dan Kecamatan Tanah Merah
terkikisnya pengetahuan tradisional Kabupaten Indragiri Hilir. Inventarisasi
yang dimiliki oleh masyarakat (Bodeker dan identifikasi tumbuhan obat
2000). Hal ini disebabkan oleh dilaksanakan di Laboratorium Botani
kurangnya kesadaran dan minat Jurusan Biologi FMIPA Universitas
generasi muda akan pentingnya Riau.
mempelajari pengetahuan lokal. Selain
a. Alat dan Bahan
itu, pewarisan pengetahuan obat
tradisional sebagian besar dilakukan Alat yang digunakan dalam
secara lisan, sehingga informasi penelitian ini adalah alat tulis dan buku,
pengetahuan obat tradisional tidak alat perekam suara, kamera, gunting
terdokumentasi dengan baik. tanaman, etiket gantung, kertas label,
Suku Duano di Kabupaten Indragiri kantung plastik bening ukuran 10Kg
Hilir, Riau, sampai saat ini masih dan karung goni. Bahan yang digunakan
mempertahankan tradisi nenek moyang adalah sampel tumbuhan obat.
dalam pemanfaatan tumbuhan
mangrove liar sebagai alat dan bahan b. Prosedur Penelitian
untuk dipergunakan sebagai kebutuhan
hidup. Masyarakat Suku Duano masih 1. Wawancara
sangat mempercayai kemampuan dan Teknik pengumpulan data melalui
pengetahuan dari nenek moyang dan wawancara mengenai informasi
hingga sejauh ini, tumbuhan herbal tumbuhan yaitu dengan mewawancarai
mampu menyembuhkan penyakit- beberapa narasumber. Narasumber

2
yaitu para Praktisi Obat Tradisional 1. Informan Consensus Factor
(POT) Suku Duano dan enkulturasi dari (FIC)
berbagai daearah di Kabupaten Indragiri Formula Informan Consensus
Hilir. Untuk mendapatkan hasil Factor (FIC) adalah FIC = Nur – Nt /
informasi yang akurat diperlukan (Nur – 1), dimana Nur = total dari
narasumber sebanyak 5 (lima) POT dari tumbuhan obat yang digunakan oleh
Suku Duano. POT dalam menyembuhkan penyakit
2. Pengamatan (Observasi) pada kategori tertentu, Nt = total dari
penyakit yang disembuhkan dalam satu
Teknik observasi yaitu mengadakan kategori tertentu. Informan Consensus
pengamatan langsung dilapangan untuk Factor (FIC) digunakan untuk
mengetahui jenis tumbuhan yang menghitung variabilitas penggunaan
digunakan untuk pengobatan. Setelah tumbuhan obat, dengan rentang nilai FIC
itu dilakukan pengambilan data foto berkisar antara 0,00-1,00. Nilai FIC yang
tumbuhan dan pengumpulan sampel tinggi menyatakan bahwa sedikit atau
tumbuhan. satu penyakit pada kategori tertentu
dapat disembuhkan dengan banyak jenis
3. Pengumpulan Sampel
tumbuhan obat.
Pengumpulan sampel di lapangan
dilakukan bersama narasumber, dengan 2. The Fidelity Level (FL)
tujuan pengamatan karakterisasi untuk The Fidelity Level (FL) merupakan
pengidentifikasian tanaman obat yang persentase tingkat kepercayaan
diperoleh dari hasil wawancara dengan penggunaan tumbuhan obat yang sama
POT. oleh POT dalam menyembuhkan
penyakit tertentu. Formula untuk
4. Identifikasi Tumbuhan
analisis FL yaitu FL (%) = Np / N x
Tumbuhan yang diperoleh 100 %, Dimana Np = jumlah Praktisi
kemudian diidentifikasi jenisnya dengan Obat Tradisional (POT) yang
menanyakan pada seseorang yang menggunakan tumbuhan yang sama
mengenal tumbuh-tumbuhan obat, dalam menyembuhkan penyakit, N =
mencocokkan dengan tumbuhan yang jumlah Praktisi Obat Tradisional (POT)
ada dalam buku-buku Backer dan secara keseluruhan.
Bakhuizen (1963), Balgooy (1997),
Steenis (1997), Corner dan Watanabe HASIL DAN PEMBAHASAN
(1997) , dan validasi nama ilmiah
menggunakan situs theplantlist.org. a. Sistem Kepercayaan dan
Pengobatan Suku Duano
c. Analisi Data
Pengobatan tradisional Suku Duano
memiliki keunikan karena setiap proses
Data tumbuhan obat yang diperoleh
pengobatan disertai dengan mantra
dari deskripsi disajikan dalam bentuk
maupun doa berupa ayat suci al-quran
tabel, dan dianalisis menggunakan
serta setiap pasien akan diberi air jampi-
metode Informan Consensus Factor
jampi untuk dikonsumsi selama proses
(FIC) dan The Fidelity Level (FL)
pengobatan. Air jampi-jampi
(Cheikhyoussef et al. 2011).

3
dikonsumsi sebelum mengonsumsi cara diparut, digiling atau diasah dengan
ramuan obat tradisional. batu, dibakar hingga menjadi abu dan
Pengetahuan Suku Duano membagi dilukai untuk diambil getahnya.
penyakit menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Sedangkan teknik pemakaian ramuan
penyakit yang berasal dari darat dan obat yaitu dengan diminum, dioles,
penyakit yang berasal dari laut. Pasien dibalur, ditempel, dililit, disembur dan
didiagnosa menderita penyakit darat dihirup.
atau laut dengan cara ditemas (cara suku
duano untuk menetukan suatu penyakit 1. Penggolongan Tumbuhan
yang diderita pasien) dengan Obat Berdasarkan Famili
menggunakan rimpang kunyit. Proses Suku Duano secara keseluruhan
Temas yaitu diambil bagian tengah menggunakan 50 jenis tumbuhan obat
rimpang kunyit dan dipotong sepanjang yang tergolong dalam 30 famili
±1 ruas jari dan kemudian dipotong tumbuhan obat, dimana famili
secara vertikal. Kunyit tersebut tumbuhan potensial obat terbanyak
kemudian digenggam lalu dibacakan adalah Famili Zingiberaceae yaitu
mantra atau doa. Setelah itu kunyit dengan jumlah 6 (enam) spesies
dilepas dari genggaman atau dijatuhkan tumbuhan. Hasil serupa ditemukan
ke lantai. Apabila salah satu dari dalam penelitian Hartanto et al. (2014)
potongan kunyit terjatuh dalam posisi pada masyarakat lokal di Kecamatan
tegak/vertikal, maka pasien dinyatakan Pengean Kabupaten Kuantan Singingi
terkena penyakit laut, namun apabila yang banyak menggunakan
kedua potong kunyit jatuh dengan posisi Zingiberaceae dalam pengobatan
sesuai potongan horizontal maka pasien tradisional yaitu sebanyak sebelas jenis
dinyatakan terkena penyakit darat. tumbuhan. Sedangkan jenis tumbuhan
Penyakit laut biasanya menjangkit para obat yang paling sedikit digunakan
pelaut atau nelayan yang umumnya yaitu berasal dari berbagai Famili
menghabiskan waktu sehari-hari di atas seperti Acoraceae, Amarylidaceae.
perahu. Annonaceaae, Oleaceae, Asparagaceae,
Caricaceae, Piperaceae, Crassulaceae,
b. Studi Etnobotani Tumbuhan Commelinaceae, Convolvulaceae,
Obat Masyarakat Suku Duano Cucurbitaceae, Myrtaceae, Leguminosa,
Teknik penyajian ramuan obat Melastomaceae, Meliaceae, Musaceae,
adalah diremas dan diambil airnya, Pandanaceae, Polypodiaceae, Rubiaceae
direbus dengan air atau direndam dan Sapotaceae, dengan masing-masing
dengan air panas, dihaluskan dengan terdiri dari 1 (satu) jenis tumbuhan.

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan obat berdasarkan Famili oleh kelima POT Suku Duano

No Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Penyakit

Acanthus ilicifolius Jeruju Sakit kulit


1 Achantaceae Justicia gendarussa Gandarusa Sakit perut
Bengkak, cacar air, Sakit
Api-api
Avicenia officinalis perut
Demam, Magis, Sakit
2 Acoraceae Acorus calamus Jerangau
kepala, Sesak nafas

4
Tabel 1. (Lanjutan)
No Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Penyakit
Bengkak, Cedera tulang,
3 Amarylidaceae Crinum asiaticum Sebakung/Telepuk Sakit pinggang, Sakit
pinggang
4 Annonaceae Annona muricata Durian Belanda Demam, Sakit kepala
Gangguan haid, Kencing
Areca catechu Pinang manis, Sakit kepala, Sakit
5 Arecaceae kulit, Sakit perut
Nypa fruticans Nipah Sakit kulit, Sakit perut
6 Asparagaceae Dracaena angustifolia Pandan suji Darah tinggi
Gynura sp1. Sebengkak Sakit kulit
7 Asteraceae
Gynura sp2. Penyambung nyawa Darah tinggi
8 Caricaceae Carica papaya Betik Malaria,
9 Commelinaceae Tradescantia spathacea Bakung suasa Berak Darah
10 Convolvulaceae Ipomoea aquatica Kangkung Mencret
Demam, Sakit kepala,
11 Crassulaceae Bryophyllum pinnatum Sedingin
Sakit perut
12 Cucurbitaceae Momordica sp. Paria/Pare Batuk, Sakit perut
Cacar air, Campak,
Ricinus communis Jarak putih
13 Euphorbiaceae Demam
Euphorbia tithymaloides Daun getah Bengkak
Plectranthus Perawatan pra-pasca
Ati-ati
scutellarioides persalinan
Gangguan buang air
14 Lamiaceae Orthosiphon aristatus Kumis kucing
Kecil, Sakit pinggang
Langguning/ Batuk, Mencret, Mimisan,
Vitex trifolia
Langgundi Sakit mata, Sakit perut
15 Leguminosae Tamarindus indica Asam jawa Mencret
Sonneratia alba Pidada Cacar air, Campak
Kurang darah, Perawatan
16 Lythraceae
Lawsonia inermis Inai pra-pasca persalinan
Punica granatum Delima Berak Darah
17 Malvaceae Hibiscus rosa-sinensis Bunga Raya Demam
Daun Nyirih /
18 Meliaceae Xylocarpus granatum
penyirih Cacar air, Wasir
19 Musaceae Musa Paradisiaca Pisang Keracunan, Magis
20 Myrtaceae Psidium guajava Jambu biji Mencret
21 Oleaceae Jasminum sp. Bunga cina Demam
22 Pandanaceae Pandanus amaryllifolius Pandan wangi Magis
Phyllanthus niruri Ambil Buah Batuk, Sakit perut
23 Phyllantaceae
Sauropus androginus Katu Sakit Gigi - Mulut
Batuk, Demam,
24 Piperaceae Piper betle Sirih Gangguan haid, Mimisan,
Sakit kepala, Sesak nafas

5
Tabel 1. (Lanjutan)
No Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Nama Penyakit
Cymbopogon citratus Serai Sakit kepala
25 Poaceae Saccharum officinarum Tebu hitam Berak Darah
Paspalum notatum Keting Belalang Mencret
26 Polypodiaceae Acrotichium aureum Piai Sakit kepala
Kembang
27 Rubiaceae
Ixora javanica semangkuk Demam
Citrus aurantifolia Limau nipis Magis, Sakit kepala
28 Rutaceae
Citrus hystrix Limau Purut Epilepsi, Mimisan,
29 Sapotaceae Manilkara zapota Sawo Berak Darah
Cedera tulang, Demam,
Luka terbuka, Magis,
Mencret, Penyakit
Curcuma longa Kunyit kelamin, Perawatan pra-
pasca persalinan, Sakit
kulit, Sakit perut, Sesak
nafas
30 Zingiberaceae Curcuma xanthoriza Temulawak Berak Darah
Darah tinggi, Sakit
Kaempferia galanga Cekur/Kencur kepala, Sakit kulit, Sakit
perut, Sesak nafas
Zingiber officinale Jahe merah Maag
Demam, Magis, Sakit
Zingiber montanum Bonglai
kepala, Sesak nafas
Zingiber zerumbet Lempuyang Sakit perut

Menurut Suganda dan Ozaki (1996), penyakit, antiseptik, memperbaiki


hampir semua sediaan obat tradisional sistem pencernaan, melancarkan
seperti jamu maupun obat modern di peredaran darah, memberikan perasaan
Indonesia berasal dari Famili senang atau efek menenangkan, dan lain
Zingiberaceae karena merupakan sebagainya (Septiatin 2008). Wulandari
tumbuhan yang banyak tumbuh dan dan Juwita (2006) menyatakan bahwa
digunakan untuk banyak keperluan, senyawa metabolit sekunder yang
terutama obat-obatan. Famili dihasilkan oleh tumbuhan dari Famili
Zingiberaceae oleh masyarakat banyak Zingiberaceae umumnya dapat
ditanam di pekarangan karena memiliki menghambat pertumbuhan patogen.
banyak manfaat yaitu selain digunakan
sebagai obat juga banyak digunakan 2. Persentasi Bagian Tumbuhan
sebagai bumbu dapur (Rahayu et al. Obat yang Digunakan
2006). Penggunaan bagian tumbuhan
Kandungan Fitokimia dari Famili sebagai bahan pengobatan harus
Zingiberaceae umumnya yaitu minyak memperhatikan beberapa hal, yaitu
atsiri, pati, tannin dan damar. Minyak tidak merusak spesies tumbuhan, mudah
atsiri berfungsi untuk menstabilkan diperoleh dan mudah untuk diolah.
system syaraf, menyembuhkan

6
Bagian tumbuhan yang digunakan tumbuhan lainnya serta penggunaan
adalah daun, batang, akar, buah, biji, organ daun juga tidak merusak
rimpang dan eksudat. Bagian tumbuhan tumbuhan secara keseluruhan. Hal ini
yang paling banyak digunakan oleh dikarenakan organ daun mudah tumbuh
kelima POT Suku Duano adalah daun kembali sehingga bisa dimanfaatkan
(Gambar 2a sampai dengan Gambar 2e). terus-menerus hingga tumbuhan menua
Daun memiliki khasiat yang lebih baik dan mati (Zuhud dan Hartanto 1994).
jika dibandingkan dengan bagian

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 1. Diagram persentase Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh (a) POT1,
(b) POT2, (c) POT3, (d) POT4, dan (e) POT5.

7
POT1 dominan memakai bagian (Piper betle), Langguning (Vitex
daun untuk ramuan pengobatan yaitu trifolia), Keduduk (Melastoma
sebesar 45%, POT2 menggunakan daun malabathricum), Jarak (Ricinus
sebagai bahan untuk ramuan dengan communis), paria (Momordica sp.) dan
persentase sebesar 82%, POT3 lain-lain.
menggunakan daun sebagai bahan
utama ramuan pengobatan dengan 3. Tipe Pengolahan Tumbuhan
persentase sebesar 76%, persentase Obat
bagian daun yang digunakan oleh POT4 Tipe pengolahan tumbuhan obat oleh
sebagai ramuan pengobatan adalah 64% POT dapat dibagi menjadi 2 jenis
dan persentase bagian daun yang pengolahan (Gambar 3) yaitu tumbuhan
digunakan oleh POT5 adalah 50%. obat yang diolah secara tunggal (hanya
Beberapa jenis tumbuhan obat yang menggunakan satu jenis tumbuhan obat)
digunakan daunnya sebagai obat yaitu maupun tumbuhan obat yang diolah
Sebakung (Crinum Asiaticum), menjadi ramuan (lebih dari satu jenis
Sedingin (Bryophyllum pinnatum), Sirih tumbuhan obat).

Gambar 2. Diagram persentase Tipe Pengolahan Tumuhan Obat


Secara umum pengolahan obat memperoleh tumbuhan obat berkhasiat
dengan cara tunggal lebih dominan dari obat disekitar wilayah Suku Duano
pengolahan obat ramuan. Hal ini sesuai membuat POT lebih bijaksana dalam
dengan penelitian Hanum dan Tri mengefektifkan penggunaan tumbuhan
(2015) pada masyarakat Bali, diperoleh obat dalam proses pengolahannya.
hasil bahwa penggunaan tumbuhan obat Tumbuhan obat yang digunakan
secara tunggal lebih besar 88% secara tunggal diantaranya yaitu
dibandingkan penggunaan tumbuhan Sebakung (Crinum asiaticum), Pinang
obat dengan cara ramuan. Hal ini (Areca catechu), Daun Getah
disebabkan POT Suku Duano yang (Pedilanthus tithymolloides), Betik
percaya bahwa pengolahan obat tunggal (Carica papaya), Langgundi (Vitex
lebih memaksimalkan khasiat trifolia), Jeruju (Acanthus ilicifolius),
pengobatan dari suatu jenis tumbuhan Sebengkak (Gynura sp.), Pidada
obat tersebut. Selain itu, kesulitan (Sonneratia alba), Gandarusa (Justicia

8
gendarussa), Kumis Kucing sebagai bahan pengobatan tradisional,
(Orthosiphon aristatus), dan lain dengan rentang nilai FIC antara 0.00-
sebagainya. 1.00. Nilai FIC tinggi menunjukkan
penggunaan tumbuhan obat banyak
c. Informant Consensus Factor (FIC) digunakan oleh POT (Praktisi Obat
dan Fidelity Level (FL) Tradisional) untuk mengobati satu
kategori penyakit, sedangkan apabila
1. Informant Consensus Factor Nilai FIC rendah menunjukkan
(FIC) penggunaan tumbuhan obat sedikit
Informant Consensus Factor (FIC) digunakan oleh POT untuk
Digunakan untuk menghitung menyembuhkan lebih banyak penyakit
variabilitas pemakaian tumbuhan dalam satu kategori (Tabel 2).

Tabel 2. Informant Consensus Factor (FIC) Tumbuhan Obat oleh Lima POT
Total
Jumlah
Tumbuhan yang
Penyakit
No Kategori penyakit Digunakan FIC
dalam Satu
untuk Satu
Kategori (Nt)
Kategori (Nur)
1 Demam 4 14 0.76
2 Infeksi 5 12 0.63
3 Masalah Otot dan Sendi 3 5 0.50
4 Magis/ Non Medis 2 6 0.80**
5 Masalah Sirkulasi 2 4 0.66
6 Sakit Kepala 4 11 0.70
7 Sakit Secara Khusus 3 3 0.00*
8 Sakit Secara Umum 4 5 0.25
9 Sistem Ekskresi dan Hormon 3 3 0.00*
10 Sistem Pencernaan 7 25 0.75
11 Sistem Pernafasan 3 10 0.77
12 Sistem Reproduksi 6 6 0.00*
Keterangan : *FIC terendah, **FIC tertinggi

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan tumbuhan untuk 6 (enam) penyakit.


bahwa Nilai FIC terendah yaitu 0 Nilai FIC tertinggi yaitu 0.8 ada pada
terdapat pada kategori Sakit Secara kategori penyakit Magis/ Non-Medis
Khusus dengan jumlah 3 (tiga) penyakit dengan jumlah 2 (dua) penyakit dengan
dengan menggunakan 3 (tiga) jenis menggunakan 6 jenis tumbuhan obat.
tumbuhan obat, kategori Sistem Sakit Secara Khusus adalah jenis
Ekskresi dan Hormon dengan jumlah 3 penyakit serius yang membutuhkan
(tiga) penyakit dengan menggunakan 3 penanganan khusus. Beberapa penyakit
(tiga) jenis tumbuhan obat, serta yang digolongkan kedalam kategori
kategori Sistem Ekskresi dan Hormon Sakit Secara Khusus adalah Sengat,
dengan menggunakan 6 (enam) jenis Keracunan Makanan, Luka Terbuka,

9
sedangkan beberapa penyakit yang Obat Tradisional). Penggunaan rumus
digolongkan kedalam kategori Sakit FL didasarkan pada keakuratan suatu
Secara Umum adalah Sakit Gigi, Sakit tumbuhan obat yang digunakan oleh
Mata, Mimisan dan Guam. empat atau lebih POT dalam
pengobatan. Semakin tinggi persentase
2. Fidelity Level (FL) nilai FL artinya semakin banyak POT
Fidelity Level (FL) merupakan yang menggunakan suatu jenis
persentase penggunaan tumbuhan obat tumbuhan obat yang sama untuk
yang sama dalam mengobati suatu menobati berbagai penyakit (Tabel 3).
penyakit tertentu oleh POT (Praktisi
Tabel 3. Fidelity Level Tumbuhan Obat oleh Lima POT Suku Duano
Nama Ilmiah FL
No POT1 POT2 POT3 POT4 POT5
Tumbuhan (%)
1 Piper betle + + + + + 100*
2 Bryophyllum pinnatum + + - + + 80
3 Kaempferia galangal + - + + + 80
4 Vitex trifolia + - + + + 80
Keterangan : *FL tertinggi
Tabel 3 menunjukkan beberapa (Sedingin), Kaempferia galanga
tumbuhan obat yang digunakan oleh (Kencur), dan Vitex trifolia
POT Suku Duano memiliki tingkat (Langguning).
keakuratan yang tinggi dalam
mengobati penyakit. Menurut Pahlevi KESIMPULAN
(2016), apabila semakin tinggi nilai Total tumbuhan obat yang berhasil
Fidelity Level maka tumbuhan ini dikoleksi dari 5 Praktisi Obat
dianggap semakin penting kegunaannya Tradisional (POT) adalah 30 Famili
dan apabila semakin kecil nilainya yang terdiri dari 50 Spesies dan bagian
maka tanaman dianggap semakin tidak tumbuhan yang dominan digunakan
begitu penting dalam pengobatan. untuk pengobatan oleh Suku Duano
Pramita et al. (2013) pada penelitian adalah daun. Tumbuhan obat yang
mengenai etnobotani upacara Kasada di digunakan secara tunggal (hanya
Malang, menyatakan bahwa tumbuhan menggunakan satu jenis tumbuhan obat)
dengan nilai Fidelity Level (FL) diatas oleh POT lebih banyak digunakan
70% dinyatakan sebagai tumbuhan yang daripada obat ramuan (menggunakan
sangat penting penggunaannya sebagai beberapa tumbuhan obat). Nilai
keperluan ritual. Tumbuhan dengan Informant Consensus Factor (FIC)
nilai keakuratan tertinggi dengan nilai tertinggi yaitu pada kategori penyakit
FL 100% merupakan tumbuhan yang Magis/ Non-Medis sedangkan nilai
diketahui oleh seluruh POT sebagai terendah adalah pada kategori Sistem
tumbuhan berkhasiat obat yaitu Piper Reproduksi, Sistem Ekskresi dan
betle (Sirih), Tumbuhan dengan nilai FL Hormon, dan Sakit Secara Khusus,
80% adalah Bryophyllum pinnatum sedangkan analisis The Fidelity Levels

10
(FL) menunjukkan tingkat keakuratan Zingiberaceae dalam Kehidupan
penggunaan tumbuhan obat tertinggi Masyarakat Lokal di Kecamatan
pada Piper betle (Sirih) mencapai 100% Pangean Kabupaten Kuantan
yaitu tumbuhan ini digunakan oleh Singingi, Riau. J. Biosaintifika 6.
seluruh Praktisi Obat Tradisional (POT) Melalatoa MJ. 1995. Ensiklopedia Suku
sebagai ramuan pengobatan. Bangsa di Indonesia. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan RI.
Backer CA, Bakhuizen VDB. 1963.
Flora of Java. Volume ke-3. Pahlevi, Ilham M. 2016. Kajian
Netherlands: Wolters-Noordhoof. Etnobotani Ritual Siraman Air
V-Gruningen. Terjun Sedudo Kabupaten Nganjuk.
Kediri: UN PGRI.
Balgooy van MM. 1997. Malesian seed
plants Volume ke-1. Netherlands: Pramita NH, Serafinah I, Luchman H.
Grafische Vormgeving Kanters. 2013. Etnobotani Upacara Kasada
Masyarakat Tengger, di Desa
Bodeker G. 2000. Partnership Against Ngadas, Kecamatan Poncokusumo,
Aids : Incorporating the Traditional Kabupaten Malang. Journal of
Sector For Prevention And Indonesian Tourism and
Management (pp 87-90) In Bell k Development Studies 1(2).
(ed), Aids in the Commonwealth.
London : Kensington Press. Rahayu M, Sunarti S, Sulistiarini D,
Prawiroatmodjo S. 2006.
Cheikhyoussef A, Martin S, Kenneth M, Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Hina MA. 2011. Ethnobotanical Secara Tradisional oleh Masyarakat
Study of Indigenous Knowledge of Lokal di Pulau Wawonii Sulawesi
Medical Plant Use by Traditional Tenggara. Biodiversitas 7.
Heralers in Oshikoto Region,
Namibia. J of Ethnobiology and Safwan M. 2008. Eksplorasi Etnobotani
Ethnomedicine 7. Terhadap Tumbuhan Hutan yang
berkhasiat Sebagai Obat di Daerah
Corner R, Watanabe HC. 1969. Aliran Sungai Sekayam Kabupaten
Collection of illustrated Tropical Sanggau. Kerjasama Untan dengan
Plants. Volume ke-1. Kyoto. Japan. Pemerintah Daerah Provinsi
Hanum SF, Tri Warseno. 2015. Kalimantan Barat, Pontianak.
Ethnomedicine Tumbuhan Obat Septiatin. 2008. Seri Tanaman Obat :
Tradisional Masyarakat Bali. Bali : Apotik Hidup dari Rempah-rempah,
UPK BKT Kebun Raya “Eka Tanaman Hias dan Tanaman Liar.
Karya” Bali LIPI. Bandung: Yrama Widya.
Harmida, Sarno, Vivin FY. 2011. Studi Steenis CGGJV. 1997. Flora untuk
Etnofitomedika di Desa Lawang Sekolah di Indonesia. Jakarta: PT.
Agung Kecamatan Mulak Ulu Pradaya Pramita.
Kabupaten Lahat Sumatera Selatan.
J Penelitian Sains 1(D): 1-5. Suganda AG, Ozaki Y. 1996. Efek
Analgesik Ekstrak Rimpang Empat
Hartanto S, Fitmawati, Nery S. 2014. Jenis Tanaman Suku Zingiberaceae.
Studi Etnobotani Famili Prosiding Simposium Penelitian

11
Bahan Obat Alami VIII. Bogor: Zuhud EAM, Haryanto (Edit). 1994.
Badan Penelitian Tanaman Rempah Pelestarian Pemanfaatan
dan Obat (BALITTRO) dengan Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Perhimpunan Penelitian Bahan Obat Hutan Tropika Indonesia. Fakultas
Alam (PERHIPPA). Kehutanan IPB-Lembaga Alam
Tropika Indonesia (LATIN). Jurnal
Wulandari S, Juwita WS. 2006.
Bahan Alam Indonesia.
Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber
Officinale Roxb.) dalam
Menghambat Pertumbuhan Koloni
Bakteri Escherichia coli dan
Bassilus subtilis. Jurnal Biogenesis
2(2).

12

Anda mungkin juga menyukai