Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)


METODE SEBAR (SURFACE PLATE)

Disusun Oleh :

Nama : Theresia Mbosisi


NIM : B1D120102
Kelas : 2020 C
Kelompok : 1 ( satu )

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Uji Angka Lempeng Total (ALT) Metode Sebar (Surface Plate)

Nama : Theresia Mbosisi

NIM : B1D120102

Hari / Tanggal : 1. Penuangan media dan sampel : 28 Agustus - Kamis, 4 Agustus 2022

2. Pengmatan koloni bakteri : Jumat, 5 Agusus 2022

Kelompok : 1 (satu)

Rekan Kerja : 1. Samsabila Anissa 4. Hestiani Palilu

2. Jihan Fadillah S 5. Karmi Albin Suat

3. Zakiah Ardelawati 6. Abd. Muhaimin

Penilaian :

Makassar, 9 Agustus 2022

Asisten Praktikan

Habibah Gali,S.Tr.kes Theresia Mbosisi


Nim : B1D120102

Dosen Pembimbing

Nirmawati Angria S.Si.M.kes


NIDN :0918068702
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Makanan yang dikonsumsi yang berasal dari jajanan bisa berpotensi menjadi

makanan tidak aman dan bisa menyebabkan penyakit atau disebut dengan Food Borne

disease. Food Borne disease bisa disebabkan oleh keracunan toksin atau bahan kimia

yang berbahaya bagi tubuh, tetapi penyebab tersering Food Borne disease oleh bakteri,

virus, dan parasit. Makanan jajanan yang ada disekolah merupakan suatu kebutuhan yang

harus tersedia disekolah sehingga dapat dikatakan bahwa makanan jajanan disekolah

merupakan bagian yang penting dari sarana sekolah tersebut. Makanan jajanan

diharapkan dapat mendukung upaya perbaikan gizi anak sekolah. Mengingat variasi

makanan jajanan sangat beragam, harganya murah.

Hasil pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan pada tahun 2013 dengan

mengambil sampel Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) didapatkan bahwa bahwa

80,79% sampel memenuhi syarat bebas dari cemaran mikrobiologi. Hasil tersebut

mengalami penurunan pada tahun 2014, didapatkan sampel PJAS yang memenuhi syarat

bebas dari cemaran mikrobiologi sebesar 76,18% (BPOM, 2014).

Makanan dengan hasil persentase tertinggi tercemar mikrobia adalah minuman es sebesar

59,8% yang berikutnya adalah minuman sirup dan jeli/agar. Kemudian sampel kudapan

gorengan seperti bakwan, pisang goreng, cilok, batagor, pempek dan sejenisnya serta

jajanan pasar menunjukkan hasil 27,4% tercemar mikrobiologi (Syah dkk, 2015). Praktik

penjualan dengan higiene penjamah atau penjual dan sanitasi lingkungan yang kurang

dapat meningkatkan risiko terjadinya kontaminasi makanan oleh mikrobiologi pathogen.


Dari pernyataan tersebut manusia sebagai penjamah makanan merupakan salah satu

sumber kontaminasi mikrobiologi, sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

menjaga keamanan makanan dari cemaran mikrobiologi adalah dengan melaksanakan

higiene perorangan oleh penjamah makanan (Hartati, 2012).

Tujuan penelitian ini adalah menganaisis penerapan higiene perorangan penjamah

makanan di area kampus Megarezky Makassar terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

pada makanan. Kantin berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi siswa selama

jam sekolah dengan harga yang relatif murah dan sangat mudah dijangkau. Praktikum ini

bertujuan menganalisis Hubungan penerapan higiene perorangan penjamah makanan di

daerah kampus Universitas Megarezky Makasssar terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

pada makanan. Penelitian ini adalah studi deskriptif yang menggunakan rancangan cross

sectional. Sampel diambil dengan total sampling dimana besar sampel dalam penelitian

ini adalah total populasi .Seluruh sampel makanan dilakukan uji kualitas bakteriologis

dengan parameter Angka Lempeng Total (ALT).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyimpangan mutu mikrobiologi mengakibatkan produk pangan tidak layak

dipasarkan dan dikonsumsi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan

yang nilai mikrobiologinya menyimpang atau melewati standar dapat menyebabkan

diare, pusing, muntah, mual dan demam. Bahkan beberapa bakteri tertentu dapat

menyebabkan pingsan, kerusakan sel saraf hingga kematian (Ray, 2000).

Produk yang standar mikrobiologinya menyimpang akan lebih mudah rusak

sehingga umur simpannya menjadi lebih singkat. Selain itu, mutu mikrobiologi juga

dijadikan sebagai indikator kebersihan dan higienitas proses produksi (Shewfelt, 2014).

Pemerintah melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Standar

Nasional Nasional (SNI) telah mempersyaratkan kriteria mikrobiologi untuk sebagian

besar bahan dan produk pangan. Kriteria mikrobiologi pangan bervariasi tergantung dari

jenis pangannya. Pada umumnya kriteria analisis produk pangan yaitu nilai total mikroba

atau angka lempeng total, total kapang dan khamir, dan bakteri koliform. Pada produk

tertentu ada juga yang mempersyaratkan analisis keberadaan bakteri pathogen. Produk

pangan yang dipersyaratkan kriteria mikrobiologinya meliputi produk segar, produk

olahan siap konsumsi, produk setengah jadi seperti tepung-tepungan dan bahan tambahan

pangan (BPOM, 2008).

Makanan membawa manfaat bagi kesehatan, makanan juga berpotensi

menimbulkan risiko sebagai salah satu media penularan penyakit. Salah satu kelompok

berisiko adalah anak-anak yang dapat tertular penyakit yang menular melalui makanan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa sekolah termasuk dalam kelompok yang berisiko

tinggi (Kemenkes RI, 2011).

Rasa dan tampilan dari makanan menjadi daya tarik anak sekolah untuk

mengkonsumsinya yang terkadang mengesampingkan kondisi higienitas makanan

tersebut. Menurut Laporan Tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan pada tahun

2017, Kejadian Luar Biasa keracunanan pangan berdasarkan lokasi atau tempat kejadian

diketahui bahwa lembaga pendidikan berada pada urutan kedua setelah tempat tinggal

penduduk. Jumlah kasus yang tercatat sebanyak 15 kejadian dimana 9 kejadian

diantaranya terjadi pada Sekolah Dasar atau sederajat. KLB keracunan pangan di Sekolah

Dasar tersebut pada umumnya disebabkan adanya kontaminasi bakteri pathogen pada

jajanan (BPOM, 2018).

Proses produksi yang masih sangat sederhana, pengetahuan mengenai higienitas

dan kebersihan yang masih sangat terbatas, dan tidak terdapatnya sistem manajemen

produksi yang berstandar menjadikan makanan olahan posdaya rentan terhadap resiko

keamanan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis tingkat keamanannya terutama aspek

mikrobiologi. Pemilihan metode analisis mikrobiologi perlu disesuaikan dan

disederhanakan dengan kebutuhan dan kesanggupan industri secara finansial. Karena

untuk analisis kriteria mikrobiologi tertentu membutuhkan peralatan dan bahan yang

mahal dan modern yang tidak mungkin saat ini dapat disanggupi oleh industri skala

rumah tangga.

Angka Lempeng Total (ALT) merupakan angka yang menunjukkan jumlah koloni bakteri

aerob mesofilik yang terdapat pada per gram ataupun per milliliter sampel uji.  Prinsip
ALT ialah metode yang dimaksudkan untuk menghitung pertumbuhan koloni bakteri

aerob mesofil setelah sampel ditanam pada lempeng media padat dengan cara tuang

(poure plate) yang selanjutnya diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C.

Dipilihnya suhu 35-37°C karena bakteri aerob mesofilik dapat tumbuh dengan baik pada

suhu tersebut (Cappucino, 2008).

ALT yang melebihi batas dapat berbahaya terutama bagi ibu menyusui serta bayinya.

Bakteri ini dapat menghasilkan toksin yang menyebabkan berbagai penyakit diantaranya

diare, muntah, demam, dan dapat infeksi. Infeksi yang timbul pada pencernaan karena

infeksi bakteri E.coli pada dinding usus menimbulkan gerakkan larutan dalam jumlah

besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat

menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan mengakibatkan diare.

Penyakit ini dapat terjadui pada ibu menyusui dan dapat ditularkan kepada bayinya

melalui ASI dan dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya dengan mudah. Air

Susu Ibu mengandung imunoglobulin yang melindungi bayi sampai sistem imunnya

sendiri telah berkembang. Hampir semua karbohidrat yang ad di susu ibu adalah laktosa.

Laktosa penting untuk pertumbuhan otak. Sehingga akan sangat berbahaya jika penyakit

– penyakit tersebut dapat ditularkan ke bayi melalui ASI (Moody, 2005). Masa inkubasi

bakteri E.coli adalah 6 – 24 jam hingga akhirnya gejala semakin parah pada tunbuh orang

yang terjangkit (Radji, 2011).

Mikroorganisme memiliki habitat yang berbeda – beda untuk tumbuh, salah

satunya adalah air. Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia antara lain untuk

mandi, minum, keperluan rumah tangga serta untuk industri. Keberadaan


mikroorganisme patogen dalam air perlu diwaspadai. Bakteri yang memiliki habitat di air

antara lain Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae dan Escherchia coli.

Apabila bakteri tersebut mengkontaminasi makanan atau minuman kemudian termakan,

maka dapat menimbulkan infeksi. Bakteri menghasilkan dua jenis toksin yaitu endotoksin

dan eksotoksin. Endotoksin dapat menimbulkan reaksi demam, sedangkan eksotoksin

tidak, namun eksotoksin bersifat sangat toksik dan dapat menimblkan kematian (Radji,

2010). Patogenesis merupakan kemampuan dari suatu mikroorganisme untuk

menyebabkan penyakit mulai dari mikroorganisme masuk dalam sel hospes dan

berkembang biak. Kemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan penyakit ini

dipengaruhi dari sistem imun hospes yang sedang terganggu serta faktor virulensi dari

mikroorganisme terebut (Radji, 2011)


BAB III

METODE PRATIKUM

A. Waktu dan Tempat

1. Waktu

a. Penuangan Media dan Sampel

Hari : Kamis

Tanggal : 28 Juli – 4 Agustus 2022

Pukul : 13.00 – 16.00 WITA

b. Pengamatan pertumbuhan koloni

Hari : Jumat

Tanggal : 5 Agustus 2022

Pukul : 16.30 – 18.00 WITA

2. Tempat

Adapun tempat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Laboratorium

Mikrobiologi D-IV TLM, Lantai 1, Gedung D, Universitas Megarezky Makassar

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Tabung reaksi

b. Rak tabung

c. Gelas kimia

d. Gelas ukur
e. Mortar

f. Pipet volume

g. Bunsen

h. Kaki tiga

i. Neraca analitik

j. Tabung erlenmeyer

k. Cawan petri

l. Autoklaf

2. Bahan

a. Media PCA

b. Sampel batagor

c. Aquades

d. NACL

C. PRINSIP KERJA

Menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan

ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara sebar kemudian dieramkan selama

24-48 jam pada suhu 35-37ºC

D. CARA KERJA

a. Pembuatan Media

1) Dihitung media yang akan ditimbang dengan menggunakan rumus

perhitungan media sebagai berikut:


a) Media PCA

2) Ditimbang semua media yang telah dihitung semua volume yang dibutuhkan

yaitu: media PCA Dicampurkan masing-masing media dengan aquades pada

tabung erlenmeyer

3) Dipanaskan media yang telah dicampur aquades pada tabung erlenmeyer

diatas api bunsen hingga menjadi jernih

4) Didinginkan media yang telah dipanaskan dan diautoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit

5) Dituangkan media PCA, yang telah diautoklaf pada cawan petri.

6) Media dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 35°C

b. Penanaman Sampel

1) Sampel digerus menggunakan mortar, lalu ditimbang setelah ditimbang

dilarutkan dengan aquades.

2) Disiapkan 4 tabung reaksi, dan 8 cawan petri untuk membuat pengenceran

sampel (10−1 ,10−2 , 10−3 , 10−4 ¿dimana masing-masing tabung dan cawan petri

diberi label / tanda sesuai dengan tingkat pengencerannya.

3) Masing-masing tabung reaksi diisi dengan NACL sebanyak 9ml

menggunakan gelas ukur.

4) Suspensi sapel yang telah dibuat dianggap sebagai pengenceran 10−1

5) Dipipet 1 ml suspensi sampel pengenceran 10−1 ke dalam tabung 10−2 yang

berisi NACL dihomogenkan, dipipet kembali 1 ml pengenceran 10−2 ke

dalam tabung 10−3 dihomogenkan, dipipet kembali 1ml pengenceran 10−3


kedalam tabung 10−4 dihomogenkan, dipipet kembali 1ml pengenceran 10−4

dan dibuang.

6) Diambil 1ml larutan pengenceran dari masing-masing tabung kedalam cawan

petri yang sudah berisi Media PCA. Diberi label sesuai dengan tingkat

pengencerannya.

7) Dibiarkan lempengan agar membeku (10 menit).

8) Dimasukkan lempengan agar dengan posisi terbalik kedalam incubator (35ºC)

selama 2-3 hari.

c. Pengamatan koloni bakteri

1) Diamati adanya pertumbuhan koloni. Dimana untuk pembacaan koloninya

menggunakan alat colony quant.

2) Jumlah koloni yang didapat dihitung dengan menggunakan rumus SNI.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

10ˉ¹ 10ˉ² 10ˉ³ 10ˉ⁴

9 3 14 10 < 3,0 x 10 ²

16 12 13 4 (1,3 x 10²)
DAFTAR PUSTAKA

Anwar. H Dkk.1987 Pedoman Bidang Studi Sanitasi Makanan dan Minuman pada

Instansi Tenaga Sanitasi. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 2008. Pengujian Mikrobiologi Pangan.

Infopom, vol 9 (2): 1-11

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 2009. Penetapan Batas Maksimum

Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Peraturan Kepala BPOM, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1994. SNI-01-3552- 1994 Jelly agar.

Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI

01-3719- 1995 Minuman Sari Buah. Badan Standarisasi Nasional Indonesia,

Jakarta. Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI-01-4320- 1996 Serbuk Minuman

Tradisional. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta


Maturin L, Peeler JT. 2001. Aerobic Plate Count. In: Bacteriological Analytical Manual

Online. Center for Food Safety and Applied Nutrition. Washington DC (US): US

Food and Drug Administration.

Anda mungkin juga menyukai