Anda di halaman 1dari 49

IDENTIFIKASI BAKTERI PADA PERALATAN MAKAN YANG

DIGUNAKAN OLEH PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH TORA BELO KABUPATEN SIGI

PROPOSAL

Oleh:
FADHILAH
NPM.20.1.10.7.1.034

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU
2021

i
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

Judul : Identifikasi Bakteri Pada Peralatan Makan Yang di gunakan oleh Pasien

di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi

Penulis : Fadhilah

NPM : 20.1.10.7.1.034

Proposal ini telah diseminarkan di depan tim penguji pada Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muhammadiyah Palu dan siap dilakukan penelitian.

Palu, 2021
Tim Pembimbing :
Pembimbing I, Pembimbing II,

Budiman, S.Pd., M.Kes Rosnawati, SKM., MAP


NBM. 1173273 NBM. 1285613

Mengetahui,
Dekan
FakultasKesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Palu

Nur Afni, SKM.,M.Kes


NBM.1105632

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Bakteri Escherichia Coli........................................ 7
B. Konsep Tentang Peralatan Makan.................................................... 14
C. Konsep Tentang RumahSakit............................................................ 17
D. Metode Swab..................................................................................... 21
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti............................................... 22
B. Alur Kerangka Konsep......................................................................... 23
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif........................................... 24
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................ 25
C. Objek Penelitian................................................................................ 26
D. Tehnik Pengambilan Sampel............................................................ 26
E. Prosedur Penelitian........................................................................... 27
F. Penyajian Data.................................................................................. 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian................................................. 32
B. Hasil Penelitian................................................................................. 32
C. Pembahasan...................................................................................... 36

iii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 41
B. Saran................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 (2021)

menyatakan bahwa rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Tempat-tempat umum yang erat kaitannya dengan pelayanan untuk

orang banyak seperti rumah sakit harus mengutamakan higiene dan sanitasi

makanan (Marisdayana dkk, 2017). Keputusan Menteri Kesehatan No. 715,

hygiene sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan,

orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat menimbulkan penyakit atau

gangguan kesehatan. Terkontaminasinya makanan disebabkan oleh berbagai

faktor antara lain kebersihan alat makan dan sanitasi makanan.

Peralatan makan merupakan salah satu harus menjadi perhatian di

bidang higiene sanitasi makanan karena memegang peranan dalam penularan

penyakit, sebab alat makan yang tidak bersih dan mengandung

mikroorganisme dapat menularkan penyakit lewat makanan, sehingga proses

pencucian alat makan sangat berarti dalam membuang sisa makanan dari

1
peralatan yang membantu pertumbuhan mikroorganisme dan melepaskan

mikroorganisme yang hidup (Cahyaningsih, 2018).

Peranan peralatan makan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

prinsip-prinsip penyehatan makanan. Setiap peralatan makan (piring, gelas,

sendok) yang kelihatan bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi

persyaratan kesehatan, karena di dalam alat makan (piring, gelas, sendok)

tersebut telah tercemar bakteri Escherichia coli yang menyebabkan alat

makan (piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan

(Asokawati dkk, 2015).

Kontaminasi dapat terjadi salah satunya dari peralatan makan yang

digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah

dibuat dalam bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 syarat

peralatan makan tidak boleh mengandung koloni bakteri atau 0 koloni/cm2

permukaan alat dan tidak mengandung bakteri Escherichia coli

(Depkes RI, 2003).

Escherichia coli dipilih sebagai indikator persyaratan mikrobiologi

tercemarnya air atau makanan karena keberadaaannya dalam sumber air atau

makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia.

Adanya bakteri Escherichia coli menunjukkan suatu tanda praktek sanitasi

yang tidak baik karena bakteri ini bisa dipindah sebarkan dengan kegiatan

tangan kemulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau air yang

tercemar (Asokawati dkk, 2015).

2
Di Indonesia terjadi kasus kematian akibat keracunan makanan terus

meningkat. Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) pada tahun 2014

ditemukan 200 laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan

diakibatkan kontaminasi mikroorganisme setiap tahunnya. Pada tahun 2009

ada sebanyak 53% penyebab Kejadian Luar Biasa dan mengalami penurunan

pada tahun 2013 yaitu menjadi 13%. Penyebab Kejadian Luar Biasa

keracunan makanan diduga 60% adalah karena mikroorganisme. Namun, jenis

mikroorganismenya belum dapat diketahui secara pasti (Arisanti, et.al, 2018).

Penelitian kualitas bakteriologis yang dilakukan Haderiah dkk (2016)

pada peralatan makan yang dilakukan di 2 rumah makan Kota Makassar

berdasarkan waktu pemeriksaan pagi dan sore hari menyatakan bahwa

pada rumah makan MR didapatkan 1887 jumlah koloni kuman pada piring

makan, 185 koloni kuman pada sendok, 837 koloni kuman pada gelas, 535

koloni kuman pada garpu, dan 1035 koloni kuman pada mangkok. Pada

rumah makan MJ didapatkan 1207 koloni kuman pada piring, 2470 koloni

kuman pada sendok, 1624 koloni kuman pada gelas, 2032 koloni kuman

pada garpu, dan 557 koloni kuman pada mangkok.

Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Tampubolon (2018)

mengenai Analisis Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan

Bakteri Escherichia coli pada Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum

Daerah Batu Bara Tahun 2018 didapatkan bahwa pada seluruh sampel

makanan dan minuman yang telah diuji di laboratorium positif mengandung

3
bakteri Escherichia coli dengan nilai kurang dari 1,1 sampai dengan 1600 per

100 ml sampel dengan jumlah sampel yang diuji sebanyak 6 sampel.

Rumah Sakit mempunyai bagian yang khusus menangani masalah

makanan pasien dimana yang menangani masalah diet yang menyangkut

penyakit pasien ditangani oleh nutrisionis atau ahli gizi, yang meyediakan

atau yang memasak makanan ditangani oleh pramusaji, dan bagi yang

mendorong makanan dan cuci piring ditangani oleh pekarya ruangan. Akan

tetapi bermacam – macam makanan yang disediakan oleh Rumah Sakit tidak

menjadi jaminan kualitas makanan itu baik. Kontaminasi dapat terjadi setiap

saat, salah satunya dari peralatan makan yang digunakan tidak memenuhi

syarat kesehatan.

Di Provinsi Sulawesi Tengah Kejadian Luar Biasa (KLB) pangan

terjadi pada tahun 2016 sebanyak 86 kasus dan sebanyak 2 orang meninggal

dunia. Pada tahun 2017 Kejadian Luar Biasa (KLB) pangan sebanyak 428

kasus tanpa ada kematian. Terjadi peningkatan kasus di bandingkan KLB

keracunan pangan pada tahun 2016 (Dinkes Prov Sulteng, 2017).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Rumah Sakit Umum

Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi diketahui bahwa petugas Rumah Sakit

Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi menggunakan air sumur bor untuk

mencuci peralatan makan dimana penggunaan air sumur bor yang tidak

higienis akan rentan terkena pencemaran lingkungan yang berasal dari tanah

yang tercemar oleh sampah dan pembuangan kotoran manusia yang

4
berdekatan dengan sumber air, sehingga air tercemar dan mengandung bakteri

patogen salah satunya adalah bakteri Escherichia coli. Keberadaan

Escherichia coli dalam sumber air merupakan indikator pasti terjadinya

kontaminasi tinja manusia. Selain itu, masih dijumpai petugas yang tidak

menggunakan pakaian pelindung yang lengkap pada saat pengolahan

makanan ketika sedang bekerja, seperti masker dan celemek, padahal pihak

instalasi gizi telah menyediakan masker dan celemek untuk digunakan oleh

petugas. Kemudian, dijumpai juga petugas yang berperilaku tidak sehat,

seperti berbicara dan memakai perhiasan pada saat sedang mengolah

makanan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Identifikasi Bakteri Pada Peralatan Makan yang digunakan oleh

Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas tersebut maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Jenis Bakteri apa saja yang terdapat pada Peralatan

Makan yang digunakan oleh Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

Kabupaten Sigi?

5
C. TujuanPenelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi kandungan Bakteri Pada Peralatan Makan yang

digunakan oleh Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

Kabupaten Sigi.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya Kandungan Bakteri pada peralatan Plato Stainless di

Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi.

b. Diketahuinya Kandungan Bakteri pada peralatan Rantang di Instalasi

Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi.

c. Diketahuinya Kandungan Bakteri pada peralatan Sendok di Instalasi

Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan dibidang kesehatan yang berkaitan dengan Kesehatan

Lingkungan

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan masukan

bagi petugas instalasi gizi di Rumah Sakit. Serta hasil penelitian ini dapat

6
dijadikan informasi dan masukan bagi rumah sakit dalam pembinaan dan

pengawasan terhadap petugas di bagian instalasi gizi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Bakteri Escherichia coli

1. Pengertian Bakteri

Bakteri adalah domain yang terdiri dari makhluk hidup yang tidak

memiliki membrane inti (prokariota). Bakteri memiliki ciri – ciri antara

lain tidak memiliki organel membrane, memiliki dinding sel

peptidoglikan, dan materi asam mukleatnya berupa plasmid (Bata, 2012).

Bakteri juga merupakan mikroorganisme utama yang terdapat dalam

pamgan, bukan hanya jenisnya yang beragam, tetapi juga laju

pertumbuhannya yang cepat dan mampu memanfaatkan nutrisi pangan,

dapat tumbuh pada kisaran suhu luas, aerobiosis, Ph, dan aktivitas air,

serta mampu tumbuh sama naiknya pada kondisi ekstrem seperti spora

yang dapat bertahan hidup pada suhu tinggi (Sopandi, 2014).

Lebih dari 50% kasus bakteremia yang terjadi pada anak berasal

dari bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram negatif merupakan penyebab

utama penyakit infeksi saluran cerna dan infeksi nosocomial. Bakteri

Gram positif seperti Bacillus cereus diimplikasi sebagai penyebab

keracunan pada makanan atau dapat menghasilkan racun pada makanan

(Adisasmito & Hadinegoro, 2016).

8
Spiril (dari sprilium) atau vibrio ialah bakteri yang bengkok atau

berbengkok – bengkok serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral tidak

banyak terdapat. Golongan ini merupakan golongan yang paling kecil, jika

dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil.

Pada umumnya bakteri itu kecil sekali, sehingga kita memerlukan

mikroskop untuk mengamatinya. Kokus berdiameter antara 0.5 - 2.5, basil

lebarnya antara 0.2 - 2.0 , sedang panjangnya antara 1 - 1.5 . Sel bakteri

ini terdiri atas dinding sel, sitoplasma dan bahan inti (nukleus).

2. Morfologi Bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat dibagi atas

tiga golongan yaitu golongan basil, golongan kokus dan golongan spiril.

Basil (dari bacillus) berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Sebagian

besar bakteri berupa basil. Basil dapat bergandeng-gandengan panjang

disebut streptobasil, bergandengan dua disebut diplobasil.

3. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan salah satu spesies utama bakteri gram

negatif. Bakteri Escherichia coli sesungguhnya merupakan penghuni

normal usus manusia dan terdapat juga yang hidup pada lingkungan di

luar tubuh manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh

Theodor Escherich pada Tahun 1885, dalam studinya mengenai sistem

pencernaan bayi hewan, bakteri Escherichia coli kemudian diketahui

9
dapat bersifat menguntungkan manusia dan juga dapat menyebabkan

gangguan pada kesehatan manusia (Arisman, 2009).

Peristiwa terjadinya penyakit yang dikarenakan oleh bakteri

Eschericia coli menyebar di semua negara. Prevalensi infeksi oleh

bakteri Escherichia coli paling tinggi terjadi di negara berkembang,

diperkirakan angka kejadian melebihi 100 kejadian per 100.000 penduduk

(Amaliyah, 2017). Adapun klasifikasi ilmiah dari bakteri Escherichia

coli, yaitu:

Domain : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Terdapat 6 golongan strain Escherichia coli yang dapat

mengakibatkan terjadinya diare, terdiri dari: (1) Enterohemorrhagic, (2)

Enterotoxigenic, (3) Interoinvasive, (4) Enterpathogenic, (5)

Enteroaggregative, dan (6) Diffuse-adherent. Tetapi, kebanyakan hanya

mengelompokkannya menjadi 4 golongan yang pertama saja.

10
4. Penggolongan Escherichia coli

Bakteri Escherichia coli dapat digolongkan kedalam 4

golongan, yaitu:

a. Enteropathogenis Escherichia coli (EPEC)

Bakteri Escherichia coli golongan ini sering menimbulkan

KLB diare akut dalam kamar bayi. EPEC memiliki sifat virulensi

yang sangat ringan. EPEC dapat memproduksi enterotoksin, tetapi

tidak dapat menyimpan. Bakteri ini dapat menular melalui susu

formula dan makanan pendamping ASI. Di dalam tempat

perawatan bayi, bakteri ini dicurigai menular melalui tangan yang

terkontaminasi apabila pencucian tangan tidak higienis. Masa

inkubasi bakteri EPEC adalah antara 1 – 6 hari atau sesingkat –

singkatnya dalam waktu 12 – 36 jam. Escherichia coli golongan

enteropatogenik akan menempel di mukosausus yang kemudian

akan memengaruhi kemampuan daya serap usus sehingga si

penderita akan muntah, nyeri pada bagian perut, diare, dan demam

(Amaliyah, 2017).

b. Enterotoxicogenic Escherichia Coli (ETEC)

Bakteri ETEC merupakan penyebab terjadinya diare pada

wisatawan yang mengunjungi sebuah negara dengan standar


11
higienitas makanan dan air minum yang berbeda dengan negara

asalnya, misalnya seseorang yang berasal dari negara industri

berkunjung ke negara miskin. Masa inkubasi yang dibutuhkan

bakteri ETEC antara 1 – 3 hari dan paling singkat dalam waktu 10 –

12 jam. Bakteri ETEC memproduksi 2 jenis enterotoksin, yaitu

zatracun yang labil pada suhu panas dan zatracun yang stabil pada

suhu panas. Gejala yang timbul berupa diare, mulai dari diare

ringan sampai diare yang terdapat darah, kemudian terjadinya kram

pada bagian perut disertai dengan muntah, serta dapat disertai

terjadinya dehidrasi dan syok. Biasanya durasi sakit yang

disebabkan oleh bakteri ETEC hingga 5 hari (Amaliyah, 2017).

c. Enterinvasive Escherichia coli (EIEC)

Bakteri Escherichia coli golongan EIEC memiliki masa

inkubasi 1 – 3 hari atau sesingkat – singkatnya dalam waktu 10 – 18

jam. Infeksi oleh bakteri EIEC dapat menyebabkan terjadinya

kelainan inflamasi pada mukosa dan sub mukosausus karena

terjadinya invasi dan multiplikasi bakteri EIEC di dalam selepitel

usus besar. Gejala berupa demam, nyeri hebat pada perut, muntah,

dan diare cair. Sekitar < 10% kasus, terdapat darah dan mukus pada

tinja (Amaliyah, 2017).

d. Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC)

12
Akhir – akhir ini, Enterohaemorrhagic Esherichia coli

0157:H7 diketahui merupakan bakteri patogen penyebab penyakit

bawaan makanan (food borchine diseases). Kontaminasi bakteri

EHEC 0157:H7 banyak dijumpai pada sayuran akibat penggunaan

kotoran sapi sebagai pupuk (Amaliyah, 2017). KLB serius disertai

dengan kematian pernah terjadi di Amerika Serikat. Terjadinya

KLB karena penderita mengonsumsi burger yang tidak dimasak

dengan baik, beberapa KLB dikarenakan mengonsumsi susu yang

tidak dipasteurisasi, serta beberapa KLB dikarenakan cuka apel

yang digunakan terkontaminasi oleh kotoran sapi.

Reservoir dari bakteri EHEC adalah hewan ternak, terutama

sapi. Manusia juga dapat berperan sebagai reservoir untuk

penularan dari satu individu ke individu lain. Masa inkubasi bakteri

EHEC memiliki rentang antara 3 – 8 hari, tetapi rata-rata dalam

kurun waktu 4 hari. Infeksi oleh bakteri EHEC menyebabkan

terjadinya kram pada perut dan diare cair yang bisa berubah

menjadi diare berdarah. Infeksi bakteri EHEC dapat menyebabkan

terjadinya komplikasi yang berakibat pada kematian, khususnya

pada pasien anak dan lanjut usia (Amaliyah, 2017).

5. Sifat

Mempunyai bentuk batang, gram negatif, mobile/bergerak,

bersifat anaerob fakultatif dan termasuk golongan Enterobacteriaceae

13
Escherichia coli berkembang biak pada suhu 46˚ C, dan bakteri ini akan

mati pada suhu 60˚ C selama 30 menit, dan tidak bisa bertahan pada

tempat yang kering dan kena pembasmi kuman. Bila dilihat di bawah

mikroskop maka kumpulan Escherichia coli berwarna merah, sedangkan

secara makroskopik terlihat kilau metalik di sekitar media.

6. Patogenesis

Enteropathogenic Escherichia coli menyebabkan diare, terutama

pada bayi dan anak - anak di negara sedang berkembang dengan

mekanisme yang belum jelas diketahui. Frekuensi penyakit diare yang

disebabkan oleh strain kuman ini sudah jauh berkurang dalam 20 tahun

terakhir.

Enteroinvasive Escherichia coli menyebabakan penyakit diare

seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella. Kuman menginvasi sel

mukosa, menimbulkan kerusakan sel dan terlepasnya lapisan mukosa.

Ciri khas diare yang disebabkan oleh strain enteroinvasive Escherichia

coli adalah tinja mengandung darah mukus dan pus.

Kolitishemoragik disebabkan Escherichia coli serotipe 0157, H7,

tinja bercampur darah banyak. Strain Escherichia coli ini menghasilkan

substansi yang bersifat sitotoksik terhadap sel Vero dan Hela. Identik

dengan toksin dari Shigella dysenteriae. Toksin merusak sel endotel

pembuluh darah, terjadi perdarahan yang kemudian masuk ke dalam

kuman usus.

14
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh Esherichia coli adalah:

a. Infeksi saluran kemih mulai dari sistisis sampai pielonefritis.

Escherichia coli merupakan penyebab dari lebih 85% kasus.

b. Pneumonia, di rumah sakit Escherichia coli menyebabkan 50% dari

primary nesocomialpneumonia.

c. Meningitis pada bayi baru lahir.

d. Infeksi luka terutama luka di dalam abdomen.

7. Dampak Escherichia coli

Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya epidemik penyakit-

penyakit saluran pencernaan makanan, seperti kolera, tipus, disentri,

diare, dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia

yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Indikator yang

menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah

dengan adanya Escherichia coli dalam air tersebut, karena dalam feses

manusia baik sakit maupun sehat terdapat bakteri ini.

E. coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis,

infeksi pada luka dan abses pada berbagai organ. Bakteri ini juga

merupakan penyebab utama meningitis pada bayi yang baru lahir dan

penyebab infeksi tractor urinarius pada manusia yang dirawat di rumah

sakit. Pencegahan infeksi bakteri ini dilakukan dengan perawatan yang

sebaik - baiknya di rumah sakit, antara lain: pemakaian antibiotik secara

tepat, tindakan antiseptic secara benar (Supardi, 2011).

15
B. Konsep Tentang Peralatan Makan

1. Pengertian

Peralatan makan adalah salah satu faktor yang memegang peran

dalam penularan berbagai penyakit, karena alat makan yang tidak bersih yang

mengandung banyak mikroorganisme melalui makanan. Peralatan makan

yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh mengandung bakteri atau

harus 0 koloni per cm² permukaan. Peralatan makan dapat terkontaminasi

lewat udara, misalnya debu, sehingga peralatan makan tersebut memiliki

potensi terkena mikroorganisme. Dengan adanya mikroorganisme pada

peralatan makan dapat menimbulkan penyakit seperti diare, kolera, disentri,

kecacingan, atau bahkan keracunan makanan (Novi, 2015).

2. Teknik Pencucian Peralatan.

Proses pencucian peralatan mempengaruhi dari jumlah bakteri yang

berada di peralatan. Pada saat pencucian tidak dilakukan dengan baik dan

benar maka akan terjadiri sikokontaminasi dari sisa makanan yang ada di alat

makan. Pencucian harus menggunakan sabun atau desinfektan agar bakteri

dapat hilang dengan bahan kimia yang terdapat disabun. Teknik pencucian

pada piring harus dilakukan dengan air yang mengalir, menggunakan sabun

deterjen, menghilangkan sisa makanan yang menempel pada sendok dan

menggosoknya dengan alat bantu spons (Rahmadiani, dkk 2016).

16
3. Teknik Pengeringan Peralatan.

Penggunaan lap pembersih yang digunakan untuk mengeringkan

alat–alat yaitu piring, sendok dan gelas harus bersih dan dijamin

kebersihannya. Faktor kebersihan hygiene sanitasi pencucian lab atau serbet

sangat mempengaruhi keberadaan angka kuman pada peralatan makan. Serbet

yang digunakan untuk mengeringkan harus benar–benar dalam kondisi bersih,

dicuci dengan menggunakan deterjen dan dijemur sampai dengan kondisi

yang kering tidak dalam kondisi tidak dalam kondisi setengah basah. Hal

tersebut apabila terjadi dapat menjadi resiko kontaminasi bakteri menuju alat

yang akan dibersihkan (Mahrani, 2018).

4. Teknik Penyimpanan Peralatan

Penyimpanan peralatan makan harus sesuai dengan standar sanitasi

yang baik, rapi, bersih dan dalam kondisi yang kering. Menurut Kartika dkk,

(2017), dalam penelitian yang dilakukannya teknik penyimpanan tidak ada

kaitan dengan keberadaan Escherichia coli pada peralatan makan. Namun,

pada dasarnya teknik penyimpanan yang baik dapat mempengaruhi angka

kuman yang ada di peralatan makan. Semakin baik perlakuan yang diberikan

ke peralatan makan maka resiko kontaminasi alat dari hal-hal yang tidak

diinginkan seperti hewan pengerat, serangga, debu dan kotoran dapat

dikurangi.

17
5. Cara Pencucian Peralatan Makan

Cara pencucian peralatan makan hendaknya dilakukan yaitu

dengan memiliki 3 (tiga) bak yaitu bak pertama disebut bak pencuci (wash),

bak kedua bak pembilas (rinse), bak ketiga disebut bak pembilasan terakhir

dengan desinfeksi. Pada saat pencucian peralatan makan hendaknya sering

dibersihkan dan mengganti air pencucian/pembilasan. Serta peralatan

makan, yang telah dicuci hendaknya ditempatkan pada tempat yang tertutup

agar terhindar dari kontaminasi debu. Peralatan yang digunakan sebaiknya

harus dicuci sampai bersih dengan menggunakan air panas dan sabun

(detergen), yang dibantu dengan menggunakan sikat halus dan atau setelah

pencucian harus dilakukan pembilasan dengan air secukupnya. Setelah itu

disemprot atau di lap dengan menggunakan larutan sanitaiser. Setelah di lap

atau di semprot dengan larutan tersebut jangan di bilas lagi, langsung saja

keringkan sampai kering. Jika tidak digunakan larutan sanitaiser. Dapat

dilakukan pembilasan dengan menggunakan air panas (mendidih). Peralatan

- peralatan yang kecil seperti sendok, garpu, pengaduk, dan lain-lain yang

sudah dibersihkan hendaknya direndam dalam larutan detergen panas

beberapa waktu sebelum dibersihkan dengan menggunakan larutan

sanitaiser (Haderiah,dkk 2015).

18
C. Konsep Tentang Rumah Sakit

1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO rumah sakit ialah integral dari suatu organisasi

social dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

tempat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan penelitian medik.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun

2021 rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Rumah sakit memfasilitasi penyelenggaraan perawatan rawat inap,

pelayanan observasi, diagnosa dan pengobatan aktif untuk individu

dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis dan rehabilitasi

yang memerlukan pengarahan dan pengawasan dokter setiap hari serta

perawatan kesehatan pribadi dengan memanfaatkan sumber daya yang

dimiliki secara efektif untuk kepentingan masyarakat.

2. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

340/MENKES/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

19
Berdasarkan Fasilitas dan Kemampuan Pelayanan, Rumah Sakit Umum

diklasifikasikan menjadi :

a. Rumah Sakit Tipe A

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 5 (lima)

pelayanan spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) pelayanan medik

spesialis lain dan 13 (tiga belas) pelayanan medik sub spesialis.

Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah,

rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan

tertinggi (top referral hospital) atau disebut jugar umahsakit pusat.

b. Rumah Sakit Tipe B

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar, 4 (empat)

pelayanan spesialis penunjang medik, 8 (delapan) pelayanan medik

spesialis lainnya dan 2 (dua) pelayanan medik subspesialis dasar.

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas.

Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi

(provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah

20
sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A

juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B.

c. Rumah Sakit Tipe C

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 4 (empat) pelayanan medik spesialis dasar dan 4 (empat)

pelayanan spesialis penunjang medik. Kriteria, fasilitas, dan

kemampuan rumah sakit umum kelas C meliputi pelayanan medik

umum, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik spesialis dasar,

pelayanan spesialis penunjang medik, pelayanan spesialis gigi mulut,

pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik

dan pelayanan penunjang non klinik. Rumah sakit kelas C adalah

rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran

subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis

disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah,

pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan.

Direncanakan rumah sakit tipe C ini akan didirikan di setiap

kabupaten/kota (regency hospital) yang menampung pelayanan

rujukan dari puskesmas.

d. Rumah Sakit Tipe D

Harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

paling sedikit 2 (dua) pelayanan medik spesialis dasar. Rumah sakit ini

21
bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi

rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D

hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran

gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga

menampung pelayanan yang berasal dari Puskesmas.

e. Rumah Sakit Tipe E

Merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang

menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada

saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit

jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan

rumah sakit ibu dan anak. Rumah Sakit kelas E mempunyai potensi

besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat,

terutama yang berasal dari aktivitas medis. Sampah rumah sakit dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah medis dan sampah non

medis. Untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan perlu

adanya langkah–langkah penanganan dan pemantauan lingkungan.

D. Metode Swab (Usap)

Teknik swab merupakan teknik yang pengujian sanitasi yang dapat

digunakan pada permukaan yang rata, bergelombang atau permukaan yang

sulit dijangkau seperti retakan, sudut dan celah. Pengambilan sampel

mikroorganisme pada permukaan dilakukan dengan cara mengusap

22
permukaan alat yang akan diuji dengan teknik yang telah ditentukan.

Penggunaan teknik swab ini biasanya dilakuakan untuk mengetahui angka

kuman pada permukaan yang kontak dengan pangan (Lukman dan

Soejoedono, 2009).

23
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar PemikiranVariabel yang Diteliti

Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun 2019 tentang

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dikatakan bahwa kesehatan lingkungan

rumah sakit adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari

faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik

dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial di dalam lingkungan rumahsakit.

Peranan peralatan makan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

prinsip – prinsip penyehatan makanan. Setiap peralatan makan yang kelihatan

bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi syarat kesehatan, karena di

dalam alat makan tersebut telah tercemar bakteri yang menyebabkan alat makan

tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan bakteri pada alat

makan salah satu di antaranya berkaitan dengan perlakuan penerapan sanitasi

peralatan makannya. Alat makan terdiri dari cara mencuci alat makan, cara

mengeringkan alat makan, dan cara penyimpanan alat makan.

24
B. Alur Kerangka Konsep

Menurut Notoadmodjo (2003) kerangka konsep penelitian adalah kerangka

hubungan antara konsep - konsep yang diinginkan melalui penelitian yang

akan dilakukan.

Instalasi Gizi RS

Peralatan makan
Rantang

Positif (+) Negatif (-) Positif (+) Negatif (-)

Gambar 3.1 Alur KerangkaKonsep

Keterangan:

= variabel dependen (bebas)

= variabel independen (terikat)

1. Variabel dependen (terikat)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah peralatan plato makan stainless dan rantang.

25
2. Variabel independen (bebas)

Variabel bebas merupakan variabel mempengaruhi atau yang menjadi

sebab timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam

penelitian ini adalah keberadaan bakterilogis pada peralatan makanan di instalasi

gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi.

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Bakteri Escherichia coli

a. Definisi Operasional

Bakteri yang dimaksud adalah Escherichia coli pada peralatan

makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

Kabupaten Sigi.

b. Kriteria Objektif :

1) Cara Ukur : Laboratorium

2) Alat Ukur : Colony Counter

3) Skala Ukur : Ordinal

4) Hasil Ukur :

1 = Memenuhi syarat apabila 0 gram per sampel.

0 = Tidak memenuhi syarat apabila >0 gram per sampel.

2. Peralatan Makanan

Peralatan Makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah plato

makan stainless dan rantang dipakai untuk menyajikan makanan pasien.

26
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian

Jenis penelitian ini menggunakan survey yang bersifat deskriptif

dengan analisa laboratorium untuk mengetahui kontaminasi Bakteri pada

peralatan makan yang digunakan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Tora

Belo Kabupaten Sigi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

a. Lokasi Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah

Tora Belo Kabupaten Sigi.

b. Lokasi Pemeriksaan Sampel

Pemeriksaan sampel akan dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan

Lingkungan Kementrian Kesehatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan bulan Januari-Februari 2022.

C. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah sampel peralatan makanan yang

digunakan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Kabupaten Sigi.

27
D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Autoclave l. Jarum Inokulasi

b. Label m. Kertas/koran

c. Tabung Reaksi Panjang n. Tissue

d. Inkubator o. pH meter

e. Cool box p. Ose

f. Erlenmayer q. Cawan petri

g. Kapas lidi steril r.Obyek glass

h. Beaker glass s. Batang pengaduk

i. Bunsen t. Korek api

j. Kapas u. Mikroskop

k. Spidol v. Tabung reaksi pendek

2. Bahan Penelitian

a. Media Nutrient Broth (NB)

b. Media Nutrient Agar (NA)

c. Media (Triple Sugar Iron Agar) TSIA

Pewarnaan Gram :

a) Gram A (Crystal violet)

b) Gram B (Mordanlugol iodine)

c) Gram C (Alcohol 96%)

28
E. Prosedur Penelitian

1. Teknik pengambilan sampel

a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan di gunak an.

b. Memaasang sarung tangan steril pada waktu pengambilan sampel.

c. Mengambil alat makan yang akan diperiksa masing – masing 4-5 buah

tiap jenis alat makan yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan.

d. Menyiapkan lidi kapas steril, buka tutup botol dan masukkan lidi kapas

steril kedalamnya.

e. Menekan Lidi kapas dalam botol ke dinding botol untuk membuang

airnya kemudian diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan (plato

makan stainless, rantang dan sendok).

f. Megusap permukaan tempat alat/perabot yaitu :

1) Plato stainless pada permukaan dalam tempat makanan diletakkan.

2) Rantang pada permukaan dalam tempat makanan diletakkan

3) Sendok pada permukaan dalam dan luar bagian sendok

2. Cara melakukan Teknik Swab/Usap :

a. Pada plato makan dengan dua usapan pada permukaan tempat makanan

dengan menyilang siku-siku antara usapan yang satu dengan garis usapan

kedua

b. Bidang permukaan yang diusap dilakukan 3x berturut-turut, dan 1 lidi

kapas digunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa

29
c. Setiap hasil mengusap satu alat makan dari satu kelompok dimasukkan ke

dalam botol cairan diputar - putar dan ditekan kedinding, kemudian

dilakukan berulang – ulang sampai semua kelompok diambil usapannya.

d. Setelah semua kelompok alat makan atau luas permukaan peralatan

makan diusap kapas lidi dimasukkan ke dalam botol, lidinya dipatahkan

atau digunting, dan bibir botol dipanaskan dengan api spiritus baru

ditutup dengan kapas.

e. Sampel diberi label yang ditempelkan dengan sellotip, label tersebut

berisi keterangan tentang: tempat pengambilan sampel, nama sampel/alat,

dan diberi nomor/kode.

f. Kirim segera ke laboratorium dengan suhu dingin untuk dilakukan

penanaman pada media NA.

3. Tahap Pengujian

a. Isolasi Bakteri

Dari larutan NB diambil menggunakan ose kemudian di inokulasikan

pada media NA. Di inkubasi selama 24 – 48 jam pada suhu 370 C

b. Pewarnaan Gram

Kaca benda dilewatkan diatas nyala api untuk menghilangkan lemak,

kemudian kaca benda ditandai dengan spidol untuk menandai tempat

meletakkan koloni. Kemudian ambil aquadest steril dengan ose dan

diletakkan pada kaca benda. Ambil koloni dari media NA dengan ose

kemudian ratakan pada kaca benda. Fiksasi preparat dengan melewatkan

30
di atas nyala api sebanyak 8-10 kali dan dinginkan preparat pada suhu

ruangan.

Untuk pewarnaan Gram yang pertama dilakukan adalah preparat

digenangi larutan crystal violet dan diamkan selama kurang lebih 1 menit

kemudian dibilas dengan air bersih yang mengalir. Kemudian ditetesi

larutan mordan lugol iodine diamkan selama 1 menit kemudian dibilas

dengan air yang mengalir. Setelah itu ditetesi dengan ethilalkohol 96%

dan diamkan selama 10-15 detik. Terakhir preparat ditetesi dengan

larutan safranin dan diamkan selama 2 menit dan dibilas dengan air

mengalir. Setelah itu keringkan dengan tissue. Lalu ditetesi dengan oil

imersi dan amati kaca preparat di bawah mikroskop dengan menggunakan

perbesaran 100x. Amati sifat dari bakteri apakah termasuk bakteri Gram

negatif atau Gram positif dan dilihat bentuk bakteri apakah basil, coco

basil, coccus, atau streptococcus.

F. Penyajian Data

Penyajian data untuk penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel -

tabel yang menunjukkan ada atau tidaknya bakteri pada peralatan makan yang

digunakan oleh pasien sehingga menggambarkan karakteristik dan tujuan

penelitian.

31
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi merupakan rumah sakit tipe C

dengan status akreditasi Tingkat Utama yang beralamat di Jl. Poros Palu-Palolo Desa

Sidera Kec. Sigi Biromaru Provinsi Sulawesi Tengah. RSUD Tora Belo memiliki

total 26 gedung bangunan yang berfungsi dan 1 gedung dalam tahap renovasi.

Sebagai satu-satunya rumah sakit Pemerintah yang berada di Kabupaten Sigi, RSUD

Tora Belo mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan masyarakat perorangan

secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan

(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

dengan upaya pelayanan rujukan kesehatan serta penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan, penelitian dan pengembangan bidang kesehatan.

B. Hasil Penelitian

Penelitian dimulai tanggal 19 Februari 2022 dengan melakukan pengambilan

sampel bakteri pada peralatan makan di Ruang Instalasi Gizi RSUD Tora Belo

Kab.Sigi. Sampel bakteri pada peralatan makan di periksa di Laboratorium Jurusan

Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Palu. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi kandungan bakteriologi pada peralatan makan di RSUD Tora Belo

Sigi pada tahun 2022. Dari Penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai

berikut :

32
1. Hasil penelitian jumlah bakteri pada peralatan makan

Pemeriksaan jumlah bakteri pada penelitian ini menspesifikkan jenis bakteri yang

terdapat pada peralatan makan tersebut dengan melakukan pemeriksaan jumlah

bakteri per cm². Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium tentang jumlah

bakteri pada peralatan makan di Instalasi Gizi RSUD Tora Belo, maka diperoleh

hasil pemeriksaan yang disajikan dalam bentuk table sebagai berikut :

Tabel 5.1
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Bakteri pada Peralatan Makan Stainless
Plato di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi Tahun 2022

Hasil
No Nama Enterobacte
Waktu Pemeriksaan Keterangan
Sampel r Aerogenes
Laboratorium

Tidak
19 Feb 2022 Stainless
1 11 CFU/cm² Positif Memenuhi
15.34 WITA Plato
Syarat

Berdasarkan tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan laboratorium

jumlah bakteri pada peralatan makan yang diperiksa yaitu stainless plato,

menunjukkan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia 1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang persyaratan

hygiene sanitasi jasa boga, memenuhi syarat bila angka kuman pada peralatan

makan 0 (nol) CFU/cm². Pada peralatan makan yang ada di Instalasi Gizi RSUD

Tora Belo ditemukan jumlah bakteri pada stainless plato sebanyak 11 CFU/cm².

33
Tabel 5.2
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Bakteri pada Peralatan Makan Rantang
di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi Tahun 2022

Hasil
No Nama Enterobacte
Waktu Pemeriksaan Keterangan
Sampel r Aerogenes
Laboratorium

Tidak
19 Feb 2022
1 Rantang 22 CFU/cm² Positif Memenuhi
15.40 WITA
Syarat

Berdasarkan tabel 5.2 dapat di lihat hasil pemeriksaan laboratorium jumlah

bakteri pada peralatan makan yang diperiksa yaitu rantang, menunjukkan tidak

memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia 1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang persyaratan hygiene

sanitasi jasa boga, memenuhi syarat bila angka kuman pada peralatan makan 0

(nol) CFU/cm². Pada peralatan makan yang ada di Instalasi Gizi RSUD Tora

Belo ditemukan jumlah bakteri pada rantang sebanyak 22 CFU/cm².

Tabel 5.3
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Bakteri pada Peralatan Makan Sendok
di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi Tahun 2022

Hasil
No Nama Salmonella
Waktu Pemeriksaan Keterangan
Sampel Typosa
Laboratorium

Tidak
19 Feb 2022
1 Sendok 213 CFU/cm² Positif Memenuhi
15.44 WITA
Syarat

34
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan laboratorium

jumlah bakteri pada peralatan makan yang diperiksa yaitu sendok, tidak

memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia 1096/Menkes/SK/VI/2011). tentang persyaratan hygiene

sanitasi jasa boga, memenuhi syarat bila angka kuman pada peralatan makan 0

(nol) CFU/cm². Pada peralatan makan yang ada di Instalasi Gizi RSUD Tora

Belo ditemukan jumlah bakteri pada sendok sebanyak 213 CFU/cm².

Tabel 5.4
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Jumlah Bakteri Escherichia Coli pada Air Bersih
di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi Tahun 2022

Hasil
No Nama Escherichia
Waktu Pemeriksaan Keterangan
Sampel Coli
Laboratorium

Tidak
19 Feb 2022
1 Air bersih ≥2400 CFU/cm² Positif Memenuhi
15.51 WITA
Syarat

Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan laboratorium

jumlah bakteri Escherichia Coli pada air bersih yang diperiksa yaitu

menunjukkan tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan

Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi

dimana angka bakteri Escherichia Coli pada air bersih 0 CFU/100ml. Pada air

35
bersih yang ada di Instalasi Gizi RSUD Tora Belo ditemukan jumlah bakteri

Escherichia Coli sebanyak ≥2400 CFU/100ml.

C. Pembahasan

1. Kandungan Bakteri pada Peralatan Makan di Instalasi Gizi RSUD Tora

Belo

Mengacu pada standar baku mutu sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 1096/Menkes/Per/VI/2011 terkait

jumlah angka kuman pada peralatan makan yaitu 0 (nol) maka berdasarkan

hasil pengambilan sampel dan uji laboratorium pada peralatan makan plato

stainless, rantang dan sendok, diketahui seluruhnya positif mengandung

bakteri sebanyak 11 CFU/cm², 22 CFU/cm², 213 CFU/cm².

Kualitas peralatan makanan yang ada di rumah sakit merupakan

salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan derajat

kesehatan masyarakat karena apabila peralatan makan yang digunakan

pasien tidak memenuhi syarat kesehatan sesuai Permenkes maka hal ini

akan menyebabkan kejadian penyakit terhadap pasien yang makan

menggunakan peralatan makan tersebut.

Teori Blum dalam Notoadmojo (2003) pada buku Prinsip-prinsip

Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat bahwa ada 4 faktor yang dapat

mempengaruhi derajat kesehatan masyarat, yaitu lingkungan, perilaku,

36
pelayanan kesehatan, dan genetik/hereditas. Dari keempat faktor yang ada,

salah satu yang paling berpengaruh menurut peneliti adalah faktor

lingkungan. Faktor lingkungan memiliki peranan yang sangat besar

terhadap kejadian suatu penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya

penurunan derajat kesehatan masyarakat.

Berdasarkan observasi dilapangan, ternyata pekerja di Instalasi Gizi

RSUD Tora Belo menyimpan peralatan makanan tidak di tempat yang

tertutup, melainkan setelah dicuci kemudian plato steinless, sendok dan

rantang dikeringkan diatas meja terbuka, sehingga peralatan makan

tersebut dapat terkena debu. Hal ini sejalan dengan penelitian Suryanti dkk

(2019) di Rumah Sakit Umum Andi Makassau Kota Parepare bahwa

observasi yang dilakukan dilapangan yaitu pada penyimpanan akhir

peralatan makanan di rumah sakit disimpan dalam keadaan terbuka,

sehingga dengan mudah debu menempel, lalat-lalat atau vektor leluasa

hinggap diperalatan makanan tersebut walaupun tempat penyimpanan

terbuat dari besi, namun kebersihannya tidak dijaga. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian Marwah (2006) di RSUD Lasinrang Pinrang, diperoleh

hasil observasi penyimpanan peralatan makanan tidak sesuai standar

Permenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan higiene

sanitasi boga, karena termpat penyimpanannya dalam keadaan terbuka dan

berdebu sehingga mudah dijamah oleh vektor dan kuman leluasa

berkembang biak disana.

37
Menurut peneliti kebersihan peralatan makanan di Instalasi Gizi

RSUD Tora Belo dapat ditingkatkan dengan menyimpan peralatan

makanan yang telah dicuci di tempat yang tertutup dan bersih serta dapat

disesuaikan dengan jenis peralatan makan yang ada dan akan digunakan

maupun tidak digunakan agar peralatan makan tidak terkena debu,

dihinggapi lalat ataupun tidak dapat terjamah oleh kecoa dan hewan

lainnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tumelap (2011) dimana

hasil penelitiannya menyatakan bahwa peralatan makan seperti gelas,

sendok, garpu dan piring yang tidak memenuhi syarat dapat positif

mengandung Escherichia coli. Piring memiliki angka kuman yang sangat

besar dibandingkan dengan yang lain, hal ini dapat terjadi karena

pencucian yang tidak bersih sehingga masih terdapatsisa-sisa makanan

yang menempel dan permukaan alat makan yang masih berminyak

menyebabkan jumlah kuman tinggi dan positif Escherichia coli. Hal

tersebut dapat terjadi dikarenakan sanitasi peralatan makan yang kurang

baik yaitu proses pencucian, kondisi tempat penyimpanan peralatan makan

yang tidak benar serta peralatan makan hanya dikeringkan pada tempat

terbuka sehingga kontaminasi dapat terjadi.

Menurut penelitian yang dilakukan Andhini (2015) peralatan masak

yang kotor dapat mencemari makanan sehingga peralatan masak harus

dijaga agar selalu tetap bersih. Berdasarkan penelitian Arvanti (2021) di

38
Rumah Sakit Umum Tanjung Selamat PT. Tembakau Deli Medica yaitu

perlindungan peralatan makanan dilakukan dengan cara dibersihkan,

disimpan dan digunakan. Peralatan yang digunakan dalam mengolah dan

menyajikan makanan terpelihara keutuhannya. Hal ini terlihat dari

peralatan makan yang masih utuh, tidak rusak atau retak.

2. Kandungan Bakteri Escherichia Coli pada Air Bersih di Instalasi Gizi

RSUD Tora Belo

Sumber air bersih di Instalasi Gizi RSUD Tora Belo menggunakan

sumur bor. Dari hasil pemeriksaan laboratorium bahwa air sumur bor

tersebut memiliki bakteri Escherichia Coli sebanyak ≥2400 CFU/100ml,

tidak memenuhi syarat sesuai standar Permenkes No.

416/Menkes/Per/IX/1990 untuk air bersih adalah 10/100ml.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di Instalasi Gizi RSUD Tora

Belo adanya bakteri Escherichia Coli pada air sumur bor dapat disebabkan

oleh konstruksi dinding sumur bor yang tidak dilapisi dan letak sumur bor

yang dekat dengan toilet dan septic tank yang berada di area Instalasi Gizi

rumah sakit. Kedua hal ini dapat menyebabkan bakteri Escherichia Coli

pada air sumur bor melalui rembesan air didinding sumur.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suryanti

dkk (2019) yaitu sumur bor dampak negatifnya akan terlihat apabila

pengambilan air tanah secara insentif juga beresiko pada pencemaran air

39
tanah dalam yang bersumber dari air tanah dangkal. Oleh karena itu

menurut peneliti kualitas air tanah yang semula baik akan menurun dan

bisa jadi tidak dapat dimanfaatkan ataupun dikonsumsi karena telah

tercemar.

Seperti yang kita ketahui, air sangat berperan dalam kehidupan sehari-

hari karena air digunakan untuk mencuci peralatan makan, mencuci bahan

makanan, memasak, minum dan aktivitas yang lain. Persyaratan kualitas air

bersih fisik air adalah yang tidak berasa, berbau, dan tidak berwarna. Jika

sumber air tercemar maka dampak yang kurang baik akan timbul bagi

kesehatan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Hartono

dan Dewi Susanna (2003) bahwa air merupakan faktor yang sangat

menentukan kualitas dari makanan karena air sebagai bahan baku untuk

memasak, mencuci bahan makanan, alat masak. Apabila air tersedia tidak

memenuhi persyaratan yang diperlukan, maka kemungkinan makanan dan

minuman bahkan alat yang diolah akan terkontaminasi oleh bakteri-bakteri

patogen.

Penelitian yang dilakukan Febriani dkk (2020) menemukan bahwa dari

15 responden sebanyak 5 responden yaitu pada responden dengan kode

B,C,L,M, dan N menggunakan air sumur yang tidak memenuhi syarat

higiene sanitasi. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil pengamatan jerigen

40
air yang digunakan tidak selalu dibersihkan terlebih dahulu sehingga kotor

dan berlumut.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai uji kandungan bakteri pada peralatan

makan pasien di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo

Kabupaten Sigi yang telah dilakukan dan disesuaikan dengan Permenkes RI

No. 1096/MENKES/PER/XI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Peralatan makan plato stainless di Instalasi Gizi RSUD Tora Belo belum

memenuhi syarat kesehatan karena positif mengandung bakteri dengan

hasil uji laboratorium sebesar 11 CFU/cm².

2. Peralatan makan rantang di Instalasi Gizi RSUD Tora Belo belum

memenuhi syarat kesehatan karena positif mengandung bakteri dengan

hasil uji laboratorium sebesar 22 CFU/cm².

3. Peralatan makan sendok di Instalasi Gizi RSUD Tora Belo belum

memenuhi syarat kesehatan karena positif mengandung bakteri dengan

hasil uji laboratorium sebesar 213 CFU/cm².

B. Saran

41
1. Bagi institusi, diharapkan penelitian ini menjadi salah satu referensi

kepustakaan dalam ilmu kesehatan lingkungan.

2. Bagi instansi, diharapkan RSUD Tora Belo agar lebih memperhatikan

proses pencucian peralatan makan yang baik dan juga cara penyimpanan

peralatan makan setelah pencucian agar peralatan makan terhindar dari

pencemaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan

sebagai pembanding dan dapat dikembangkan lagi untuk penelitian-

penelitian berikutnya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, A. W. & Hadinegoro, S. R. S. 2016. Infeksi Bakteri Gram Negatif di


ICU Anak: epidemiologi, manajemen antibiotik dan pencegahan. Sari Pediatri, 6,32-
5.

Arisman. (2009). Keracunan makanan: buku ajar ilmu gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Arisanti.R.R, et.al , 2018. Konstribusi Agen dan Faktor Penyebab Kejadian Luar
Biasa Keracunan Pangan di Indonesia: Kajian Sistematis. Berita Kedokteran
Masyarakat. Volume 34 no.3 (Hal: 99-106)

Asokawati R., Chahaya I., Dharma S. Gambaran Hygiene Sanitasi Makanan dan
Keberadaan Bakteri Escherichia Coli Pada Peralatan Makan di Lingkungan
Kantin Universitas Sumatra Utara 2015. Jurnal. 2015.

Bata, I S. 2012. Jurnal Uji Cemaran dan Pewarnaan Gram Bakteri pada Kue Pia Khas
Gorontalo.

Cahyaningsih C.T. Hubungan Higiene Sanitasi Dan Perilaku Penjamah Makanan


Dengan Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Di Warung Makan.
Yogyakarta: FK UGM; 2009. [Diakses pada tanggal 6 April 2018].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kumpulan Modul Kursus Hy-giene


Sanitasi Makanan Dan Minuman. Jakarta: Dirjen PPM & PL; 2004.

Lukman, D.W. dan R.R Soejoedono.2009. Uji Sanitasi denagn Metode RODAC.
Penenuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Ternak. Bagian Kesehatan
Masyarakat Veteriner, departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet.
Fakultas Kedokteran Hewan ,IPB. Bogor
(https://www.scribd.com/doc/58359259/Uji-Sanitasi-dengan-Teknik-RODAC-
dan- Swab)

43
Marisdayana, R., Harahap, P.S., Yosefin, H. Teknik Pencucian Alat Makan, Personal
Hygiene Terhadap Kontaminasi Bakteri Pada Alat Makan. STIKES Harapan
Ibu Jambi. Jurnal Endurance. 2017. Vol.2. No.3 : 376-382.
Notoadmodjo, S. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Notoatmodjo. 2014. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Ed Revisi. Jakarta.


Rineka Cipta.
Novi, et.al,. 2015. Jurnal Studi Kualitas Pralatan Makan Pada Rumah Makan di
Kota Makassar. Volume 1 no.2 Agustus 2015. Makassar (diakses pada 14 April
2018)
RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun 2021.
Penyelenggaraan Bidang Perumah Sakitan.

2003. Kemenkes RI No. 715/Menkes/SK/V/2003 Tentang Higiene Sanitasi


Jasaboga. Depkes RI. Jakarta

RI, Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1096 Tahun 2011. Higiene Sanitasi
Jasaboga

RSUD Andi Makkasau . Profil Rumah Sakit Umum Daerah Andi Makkasau Kota
Parepare Tahun 2016. Parepare: Rumah Sakit Umum Daerah Andi
Makkasau Kota Parepare; 2016.

Sabarguna, S. B., Rubaya, A. K., & Sukmaniah, S. (2011). Sanitasi makanan dan
minuman menuju peningkatan mutu efisiensi rumah sakit. Jakarta: Salemba
Medika.

Sopandi, T.2014. Mikrobiologi pangan (Teori dan Praktik), Yogyakarta,Penerbit


Andi.

Supardi, & Sukanto. (2011). Mikrobiologi dalam pengolahan dan keamanan


pangan. Bandung : Penerbit Alumni.

Tampubolon, E. K. (2018). Analisis higiene sanitasi pengelolaan makanan dan


pemeriksaan bakteri E.coli pada makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit
Umum Daerah Batu Bara Tahun 2018 (Skripsi, Universitas Sumatera Utara).
Diakses dari http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3710

Tumelap,H.J. 2011. Jurnal Kondisi Bakteriologik Peralatan Makan di Rumah


Makan Jombang Tikala Manado. Jurusan Kesehatan Lingkungan Kemenkes

44
Manado. Volume 1 no.1 Oktober 2011. Manado (diakses pada 13 April
2018)

Yulia. 2016. Higiene Sanitasi Makanan, Minuman dan Sarana Sanitasi Terhadap
Angka Kuman Peralatan Makan dan Minum pada Kantin. Volume 11 no. 1
Januari 2016. Jurusan Kesehatan Lingkungan. Poltekkes Kemenkes
Pontianak

45

Anda mungkin juga menyukai