Disusun oleh :
Nama NIM
Rusmiati P07133117040
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang. Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpah kan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporanini.
Laporan ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak.Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkonstribusi baik dalam
bentuk ide atau pun pikiran.
Akhir kata, kami berharap semoga laporan “PEMERIKSAAN TPC USAP ALAT
MAKAN” ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan keamanan
makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada manusia. Dengan
demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan, antara lain menjamin keamanan
dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah penyakit, mencegah beredarnya produk
makanan yang merugikan masyarakat, dan mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan
pada makanan.
Upaya pengamanan makanan dan minuman pada dasarnya meliputi orang yang
menangani makanan, tempat penyelenggaraan makanan, peralatan pengolahan makan dan
proses pengolahannya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan
makanan, antara lain adalah hygiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang
tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih (Chandra, 2006).
Kontaminasi makanan dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari peralatan makanan
yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di Indonesia peraturan telah dibuat dalam
bentuk Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/VI/2011, bahwa untuk persyaratan peralatan
makanan tidak boleh bakteri lebih dari 0 koloni/cm2. Peranan peralatan makanan dalam
pedagang makanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan
makanan (Food hygiene). Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) harus selalu dijaga
kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan
bersih belum merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan kesehatan, karena didalam alat
makan (piring, gelas, sendok) tersebut tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan
(piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian peralatan
sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan menghasilkan
peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan makan (piring,
gelas, sendok,dll.), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan
yang dikonsumsi (Djajadinigrat, 1989).
4
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui ada tidaknya E. coli pada peralatan makan.
2. Untuk menghitung jumlah E. coli pada peralatan makan.
C. Manfaat
1. Sebagai bahan masukan kepada para pedagang makanan akan pentingnya
kebersihan khususnya pada peralatan makanan agar terhindar dari kuman penyakit.
2. Menambah wawasan dalam bidang Kesehatan Lingkungan tentang kebersihan alat
usap makanan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
· Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 800o C
selama 2 menit.
7. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai
kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak boleh dilap dengan
kain.
8. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak.
Menurut Depkes 2004, Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita
terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji
sanitasi alat makan. Cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak,
bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sebagai berikut.
Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara :
1. Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila
tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.
2. Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
3. Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata
menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4. Penetesan dengan alkohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
5. Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
6. Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian
belum bersih.
Menguji kebersihan secara bakteriologi dilakukan dengan cara :
1. Pengambilan usapan kapas steril (swab) pada peralatan yang disimpan. Nilai
kebersihan dihitung dengan angka sebagai berikut:
· Angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm dari permukaan alat yang diperiksa.
· Angka kuman E Coli harus 0/cm2
2. Pengambilan usapan kapas steril pada peralatan dilakukan segera setelah
pencucian. Hal ini untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan semakin
banyak terjadi pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan memberikan
penyimpangan lebih tinggi dari keadaan yang sebenarnya.
7
Berdasarkan Permenkes RI No. 1096/Menkes/SK/VI/2011 tentang hygiene sanitasi jasa
boga, persyaratan tempat pencucian peralatan dan bahan makanan sebagai berikut :
1. Tersedia tempat pencucian peralatan, jika memungkinkan terpisah dari tempat
pencucian bahan pangan.
2. Pencucian peralatan harus menggunakan bahan pembersih/deterjen.
3. Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus
dicuci dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dengan
konsentrasi 0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi 70%
selama 2 menit atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80° C -100° C)
selama 1 – 5 detik.
4. Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang
terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
Dalam dunia mikrobiologi, dikenal beberapa istilah seperti inokulasi, kultur dan isolasi.
Inokulasi adalah suatu usaha menumbuhkan mikroorganisme dari satu sumber ke media
pertumbuhan steril. Biakan yang tumbuh disebut dengan kultur. Isolat adalah biakan
murni dari mikroorgansime yang diharapkan berasal dari satu jenis, sedangkan isolasi
adalah usaha untuk mendapatkan isolat. Tahapan sederhana dalam mengidentifikasi
bakteri, yaitu:
1. Menumbuhkan mikroorganisme dalam media sintetik cawan petri.
2. Koloni yang tumbuh pada tahap 1 merupakan koloni campuran, sehingga perlu
tahap lanjut.
3. Koloni yang benar-benar terpisah dari suatu kultur campuran dikarakterisasi tipe
pertumbuhan (karakterisasi makroskopis) kemudian diisolasi murni pada media miring
(slant agar) dalam tabung reaksi.
4. Identifikasi dilanjutkan hingga tingkat mikroskopis berdasarkan sifat-sifat tertentu
yang tercantum dalam Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology.
Dalam mengembangbiakkan mikroorganisme, khususnya bakteri, alat-alat yang
digunakan harus steril. Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan seluruh alat, seperti
cawan petri, ose, tabung reaksi, dll di dalam autoclave. Sterilisasi dilakukan pada suhu
121oC, tekanan 1 atm dan dilakukan selama 15 menit. Ini dilakukan gar sel-sel vegetatif
8
bakteri mati, sehingga dapat menurunkan resiko kontaminasi. Sterilisasi juga menjadi
syarat utama untuk bekerja di laboratorium (Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa bakteri koloni yang terdapat pada makanan yang dapat menyebabkan
penyakit, yaitu (SNI 7388: 2009) :
1. Vibrio Parahemolitik
Vibrio parahemolicus adalah bakteri halofilik yang merupakan bakteri bentuk batang
bengkok, garam negatif dan bergerak karena ada flagel pada satu kutubnya. Bakteri ini
tidak membentuk spora, bersifat aerob atau fakultatif anaerob tidak dijumpai pada
enterotiksin. Bakteri ini menetap di lingkungan lautan yang tenang dan dikenal
menyebabkan gastroerileritis yang berhubungan dengan makanan.
2. Staphylococcus
Keracunan staphylococcus merupakan gejala intoksikasi yang paling banyak
dilaporkan di Amerika Serikat, dimana setiap tahunnya meliputi 20 % sampai 50 %
dari seluruh keracunan yang disebabkan oleh makanan. Gejala keracunan ini
disebabkan oleh tertelannya suatu toksin yang disebut enterotoksin yang mungkin
terdapat di dalam makanan dan diproduksi oleh spesies dan strain tertentu dari
bakteri staphylococcus. Toksin ini disebut enterotoksin karena dapat menyebabkan
gastroentritis atau inflamasi pada saluran usus.
3. Salmonella
Salmonella terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu
menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan tersebut.
Semakin tinggi jumlah salmonella dalam makanan, semakin besar timbulnya gejala
infeksi pada orang yang memakan makanan tersebut dan semakin cepat waku
inkubasi sampai timbulnya gejala infeksi.
Makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil olahannya,
ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan hasil olahannya, es
krim dan keju. Gejala awal nyeri kepala, muntah, gangguan pada perut waktu baung air
besar, suhu tubuh tinggi disertai batuk kering.
4. Coli Pathogen
E. Coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek (kokobasil). Gram negative,
ukuran 0,4 µm – 0,7 µm x 1,4 µm, dan beberapa strain mempunyai kapsul. Terdapat
strain E. Coli yang patogen dan non patogen. E. Coli patogen banyak ditemukan di
dalam usus besar manusia sebagai flora normal dan berperan dalam pencernaan
9
pangan dengan menghasilkan vitamin K dari bahan yang belum dicerna dalam usus
besar.
5. Clostridium Perfringes
Clostridium pefringens adalah bakteri patogen invasif berbentuk batang, nonmotil,
bersifat gram positif dan anaerob, serta mempunyai spora yang relatif stabil terhadap suhu
panas. Sel vegetatifnya dapat rusak pada suhu 600°C. Sel sebanyak 105 koloni/g
memungkinkan terjadinya keracunan makanan. Ciri umum dari keracunan Clostridium
pefringens adalah gejala kejang perut dan diare.
10
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 07 Juni 2018
Jam : 09.00-selesai
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi
C. Prosedur Kerja
- Teknik Pengambilan Sampel
11
a. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk memulai mengambil sampel
b. Alat makan/masak yang akan di periksa masing-masing di ambil 4-5 buah tiap
jenis yang diambil secara acak dari tempat penyimpanan
c. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makanan /
masak dalam kelompok-kelompok
d. Persiapkan lidi steril, kemudian buka tutup botol dan masukkan lidi kapas
steril ke dalamnya
e. Lidi kapas steril dalam botol ditekan ke dinding botol untuk membuang
airnya, baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat yang di usapkan
sampai satu kelompok selesai di usap.
f. Permukaan tempat alat/perabot yang di usap yaitu:
- Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm
- Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok
- Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk
- Piring : permukaan dalam tempat makanan diletakkan.
g. Cara melakukan usapan :
- Pada cangkir dan gelas dengan usapan mengeliling bidang permukaan
- Pada sendok dan garpu dengan usapan seluruh permukaan luar dan dalam
- Pada piring dengan 2 usapan pada permukaan tempat makanan dengan
menyilang siku-siku antara usapan yang satu dengan garis usapan ke dua
h. Setiap bidang permukaan yang di usap dilakukan 3 kali berturut-turut, dan satu
lidi kapas di gunakan untuk satu kelompok alat makan yang diperiksa
i. Pada peralatan masak, setiap usapan seluas 8 inchi persegi atau 50 cm2 di
lakukan 3 kali berturut-turut dianggap satu kelompok setelah dilakukan luas
permukaan sebanyak 5 kali 8 inchi persegi
j. Setiap hasil mengusap 1 alat dari satu kelompok selalu di masukkan ke dalam
botol cairan di putar-putar dan di tekan ke dinding, demikian di lakukan
berlulang-ulang sampai semua kelompok diambil usapnya
k. Pada usapan peralatan makan setiap usapan alat harus mencapai luas sekitar 8
inchi persegi atau 50 cm2 dan di lakukan 5 kali (tempat) sehingga cukup
mencapai luas 40 inchi atau 256 cm2 (1 inchi persegi = 0,4 cm2)
l. Setiap satu kelompok menggunakan 1 lidi kapas sebab yang di usapkan
dengan cara seperti pada butir no. 11 diatas
12
m. Setelah semua kelompok alat makanan atau luas permukaan peralatan masak
diusap, kapas lidi di masukkan ke dalam botol, lidinya di patahkan atau
digunting, dan bibir botol dipanaskan dengan api spiritus baru di tutup dengan
kapas.
n. Tempelkan kertas label yang telah di persediakan, tulis etiket dengan spidol
menyatakan nama alat dan tempat yang di ambil sampelnya di beri nomor
(kode) sesuai dengan lembar/formulir.
o. Kirimkan segera kelaboratorium dengan suhu dingin untuk diperiksa. Bila
tidak di kirim segera, disimpan dalam tempat penyimpanan dingin.
13
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
2. Gelas
Kontrol :0
Pengenceran 10-2 : 3
Pengenceran 10-3 : 0
Pengenceran 10-4 : 0
Pengenceran 10-5 : 0
Pengenceran 10-6 : 0
1. Piring
2. Gelas
(3 − 0) × 100 500 𝐶𝐹𝑈
2
= = 2 𝐶𝐹𝑈/𝑐𝑚2
150,72 𝑐𝑚 150, 72 𝑐𝑚2
BAB V
PEMBAHASAN
14
A. USAP ALAT & PENANAMAN
Pemeriksaan total koloni pada media Plate Count Agar (PCA) dalam kesempatan
ini dilakukan dengan menggunakan sampel dari masing-masing satu alat makan dan
minum. Di mana untuk alat makan berupa piring dan alat minum berupa gelas.
Luas usapan pada piring ditentukan melalui plastik mika dengan ukuran 5 cm x 4
cm yang diletakkan di tengah bagian dalam piring. Piring kemudian diusap secara
horizontal maupun vertikal di mana kondisi aseptis pada saat pemeriksaan tetap harus
dijaga. Berbeda dengan gelas yang memiliki luas usapan berbeda dan tentu letak
usapannya juga berbeda. Luas usapan gelas senilai 150,72 cm2 dengan letak usapan
berada pada bibir gelas.
Pada hakikatnya, pengusapan dilakukan di titik-titik yang kontak langsung
dengan makanan atau bagian indera pengecap manusia (seperti halnya bibir gelas). Letak
usapan piring dan gelas telah ditetapkan berdasarkan pernyataan tersebut.
Pada proses selanjutnya, cotton bud yang telah mengalami pengusapan kemudian
diceburkan ke dalam cairan pengencer 10-2. Cairan ini akan melalui proses pengenceran
sebanyak 10-6. Hal tesebut dilakukan agar total koloni pada saat penanaman di media
PCA semakin berkurang. Pengurangan jumlah koloni ini berguna dalam tahap
perhitungan TPC. Ketepatan dan keaseptisan proses pemeriksaan (yang bukan hanya
dilihat dari kontrol) tentu dapat dilihat dari sini. Karena, pipet yang digunakan untuk
pengocokan tiap cairan pengencer bisa jadi difungsikan atau diletakkan tidak pada
kondisi semestinya.
Proses penanaman dan pengembangbiakan bakteri menjadi tahap klimaks dari
TPC usap alat ini. Ketika petridish telah diisi oleh cairan pengencer, maka petridish siap
ditambahkan cairan PCA sebagai media bakteri untuk berkembangbiak. Media pun siap
untuk dieramkan di dalam inkubator selama 2 x 24 jam dengan suhu 37oC.
15
Berdasarkan hasil perhitungan TPC alat makan piring dan alat minum gelas,
dapat dibuktikan setiap yang berhubungan dengan makanan masih memungkinkan
keberadaan bakteri. Kendati alat dalam keadaan bersih tanpa makanan di atasnya, bisa
jadi pada saat proses pencucian alat tidak cukup membunuh bakteri-bakteri itu.
16
BAB VI
PENUTUP
a. Kesimpulan
Semua alat makan mempunyai peluang untuk bersentuhan dengan makanan,
sehingga dalam penggunaan alat makan harus diperhatikan kebersihannya.
Apabila alat yang digunakan kotor dapat member kesempatan kuman untuk
berkembang biak membuat makanan menjadi busuk.
b. Saran
Bagi masyarakat, hendaknya agar lebih selektif dalam memilih tempat makan,
mengingat tidak diketahuinya mikroba yang terkandung dalam alat pengolahan
makanan tersebut. Bagi pedagang makanan, agar dapat menjaga kebersihan
peralatan makanannya dalam menyajikan makanannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
19