Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH INSTRUMEN HIGH VOLUME AIR SAMPLER

(HVAS)

DISUSUN OLEH

NAMA

TIFANI CHIKA AURELIA

NIM

21087

MATA KULIAH :

PENYEHATAN UDARA DALAM RUANGAN

DOSEN PEMBIMBING :

PRIYADI SKM, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

tentang INSTRUMEN HIGH VOLUME AIR SAMPLER (HVAS).

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa

masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, 23 september 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar Belakang Pencemaran udara semakin memperlihatkan kondisi yang
memprihatinkan. Sumber pencemaran udara semakin banyak berada di sekitar
manusia yang ironisnya kadang tidak disadari oleh manusia sebagai suatu penyebab
pencemaran udara. Berdasarkan sumbernya pencemaran udara dapat dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu, pencemaran udara luar ruangan dan pencemaran udara
dalam ruangan. Pencemaran udara luar ruangan dapat berasal dari hasil proses
pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang menghasilkan suatu polutan
berbentuk asap.

Contoh dari pencemaran udara luar ruangan yaitu asap kendaraan bermotor, asap
sisa produksi industri, dan kebakaran hutan. Sedangkan, polusi udara dalam ruangan
dapat berasal dari penggunaan kompor, pestisida, cairan pembersih lantai ataupun
pewangi ruangan. Tingkat pencemaran udara dalam ruangan lebih tinggi dua sampai
lima kali lipat dari udara di luar ruangan. Bahkan, pada beberapa kasus pengukuran
udara dalam ruangan ditemukan bahwa udara dalam ruangan mengalami pencemaran
100 kali lebih parah (United States Environmental Protection Agency, 2016).
Ventilasi ruangan yang tidak memadai, produk mebel, cat dinding, produk-produk
pembersih, sisa pembakaran dalam rumah seperti dari kompor dan perapian, serta
produk pewangi ruangan diketahui menjadi sumber-sumber polusi udara dalam
ruangan.

Pewangi ruangan merupakan sumber pencemaran udara yang tidak disadari oleh
masyarakat. Masyarakat menikmati kesegaran dan keharuman dari pewangi ruangan.
Pewangi ruangan dianggap sebagai suatu alternatif untuk mendapatkan udara segar
serta menghilangkan bau tidak sedap yang terdapat di dalam ruangan. Selama
beberapa dekade terakhir telah dilakukan penelitian mengenai berbagai jenis pewangi
ruangan dan telah diketahui bahwa pewangi ruangan mengandung Volatile Organic
Compunds (VOCs). VOCs merupakan senyawa hidrokarbon yang mudah menguap
dan memiliki tekanan uap tinggi. Salah sau zat yang termasuk dalam VOCs adalah
formaldehida. Penelitian yang dilakukan pada hewan uji kelinci menemukan bahwa
paparan langsung formaldehida dapat menyebabkan kerusakan pada kornea mata.
Paparan formaldehida dengan konsentrasi rendah tidak memperlihatkan adanya
kerusakan yang cukup jelas pada kornea namun, setelah terjadi paparan dalam periode
yang cukup lama terjadi perubahan morfologi sel, dan ketidaknormalan produksi air
mata (Lai et al., 2013).

Pengguna pewangi ruangan tidak mengetahui keberadaan kandungan


senyawa-senyawa berbahaya pada produk pewangi. Hal ini dikarenakan pada
informasi label produk hanya terdapat informasi cara penggunaan, beberapa bahan
umum tanpa adanya penjelasan rinci mengenai komposisi lengkap produk tersebut.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi polutan udara seperti
formaldehida antara lain dengan menggunakan tanaman bunga sebagi pewangi
ruangan, memperbaiki ventilasi udara serta menggunakan karbon aktif. Dari berbagai
jenis karbon aktif yang ada, karbon aktif granular merupakan jenis yang memiliki
daya serap lebih luas, memiliki afinitas yang luas, serta ekonomis. Pada industri kimia,
karbon aktif granular digunakan untuk memurnikan cairan dan gas. Karbon aktif
granular ternyata juga dapat digunakan untuk mengurangi polutan yang berasal dari
VOCs (Deithorn, 2012). Penelitian mengenai potensi karbon aktif untuk mengurangi
emisi formaldehida pada kayu lapis menemukan bahwa penambahan karbon aktif
dapat mengurangi emisi formaldehida pada pembuatan kayu lapis (Pari et al., 2004).
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa karbon aktif memiliki kemampuan
sebagai adsorben untuk logam berat beracun yaitu Hg, Pb, Cd, Ni dan Cu pada limbah
cair industri. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa kemampua tersebut
dipengaruhi oleh konsentrasi karbon aktif dan pH karbon aktif (Kadirvelu et al.,
2001).

B. Tujuan Makalah

1. Mengetahui Apa itu pencemaran udara.

2. Mengetahui jenis-jenis pencemaran udara.

3. Mengetahui cara teknik pengambilan sampel udara ambien menggunakan High


volume air sampler (HVAS).

4. Mengetahui cara operasional alat High volume air sampler (HVAS).


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pencemaran udara.

Pencemaran udara adalah terdapatnya satu atau lebih kontaminan (yaitu ; debu,
jelaga, gas, kabut, bau, asap atau uap) di atmosfir dalam jumlah yang cukup, yang
bersifat dan dalam jangka waktu terentu akan membahayakan kehidupan manusia,
tumbuhan, dan binatang.Sumber pencemaran dapat dibagi dalam empat kelompok
utama yaitu: Transportasi kendaraan (motor, pesawat, kereta api, kapal, dan
penanganan dan evaporasi minyak)

Pembakaran tetap (perumahan, tempat komersial, tenaga imdustri termasuk


pemanas, termasuk pusat tenaga listrik). Proses Industri (kimia, metalurgi, industri
kertas, dan kilang minyak) Disposal limbah padat (bahan dari rumah, batu bara,
pembakaran daerah pertanian).

Pencemaran udara adalah hadirnya satu atau lebih kontaminan di atmosfer pada
jumlah atau durasi tertentu sehingga dapat atau cenderung menimbulkan pengaruh
buruk terhadap manusia, hewan, tumbuhan atau meterial serta dapat mengganggu
kenyamanan dan kesejahteraan hidup.

B. Jenis-jenis pencemar udara

1. Pencemar indikatif

Zat pencemar indikatif merupakan zat pencemar yang telah dijadikan indikator
pencemaran udara secara umum, yang biasa tercantum di dalam peraturan kualitas
udara.suspended particulate matter (debu), karbon monoksida, total hidrokarbon
(THC), Oksida-oksida nitrogen (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan Oksidan, fotokimia
(ozon)

2. Pencemar spesifik

zat pencemar udara yang bersifat spesifik yang diemisikan dari sumbernyagas
klor, ammonia, hidrogen sulfida, merkaptan, formaldehida

Berdasarkan proses pembentukannnya, zat pencemar di udara ambien dapat


dibedakan di zat pencemar primer dan zat pencemar sekunder. Zat pencemar primer
dapat didefinisikan sebagai zat pencemar yang terbentuk di sumber emisinya (SO2,
NOx), sedangkan zat pencemar sekunder merupakan zat pencemar yang terbentuk di
atmosfer, yang merupakan produk dari reaksi kimia beberapa zat pencemar (seperti
senyawa oksidan dan ozon).Sedangkan berdasarkan fasanya, zat pencemar di udara
dibedakan atas zat pencemar berupa aerosol, atau partikulat (debu) dan zat pencemar
berupa gas (SO2, NOx, Ozon).

Adapun zat pencemar yang diukur dalam praktikum ini antara lain:

1.Partikulat (Debu)

Debu adalah partikel-partikel zat padat, yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan


atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan alami yang
cepat, peledakan, dan lain-lain dari bahan-bahan, baik organik maupun anorganik
(Suma’mur, 1995).

Sifat-sifat debu diantaranya adalah mengendap karena pengaruh gaya gravitasi


bumi, selalu basah karena dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis, mudah
menggumpal, mempunyai listrik statis yang mampu menarik partikel lain yang
berlawanan serta dapat memancarkan sinar (Achmadi, 1990).

Jumlah debu berubah-ubah bergantung pada lokasi.Konsentrasi debu pada


umumnya berkurang dengan bertambahnya ketinggian.Debu dapat menyerap,
memantulkan, dan menghamburkan radiasi yang datang.Debu atmosferik dapat
tersapu turun ke permukaan bumi oleh curah hujan tetapi kemudian atmosfer dapat
terisi partikel debu kembali (Tjasyono, 2004).

2. Gas

a. SO2 (Sulfur Dioksida)

Sulfur dioksida didapat baik dari sumber alamiah maupun sumber buatan.
Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan
organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis.

Gas sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada
konsentrasi rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat.
Sulfur dioksida berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, fosil seperti minyak bumi
dan batubara. Pembakaran batubara pada pembangkit listrik adalah sumber utama
pencemaran SO2. Selain itu berbagai proses industri seperti pembuatan kertas dan
peleburan logam-logam dapat mengemisikan SO2 dalam konsentrasi yang relatif
tinggi. SO2 adalah kontributor utama hujan asam. Di dalam awan dan air hujan
SO2 mengalami konveksi menjadi asam sulfur dan aerosol sulfat di atmosfer.

Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan
batubara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber ini diperkirakan memberi
kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh SO2 atmosfir/tahun. Akan tetapi,
karena hampir seluruhnya berasal dari buangan industri, maka hal ini dianggap cukup
gawat. Apabila pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah dikemudian hari, maka
dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat memproduksi lebih banyak
SO2 daripada sumber alamiah.

Sulfur dioksida atau SO2 adalah bagian dari SOx. Gas ini dengan mudah larut
dalam air. Sumber SO2 dapat berasal dari pembakaran batubara, industri, dan
kendaraan umum.

a. NOx

Gas nitrogen monoksida (NO) memiliki sifat tidak berwarna, yang pada
konsentrasi tinggi juga dapat menimbulkan keracunan.Disamping itu, gas oksida
nitrogen juga dapat menjadi penyebab hujan asam.

Gas NOx merupakan gas yang beracun, berwarna merah cokelat, dan berbau
seperti asam nitrat yang sangat menyengat dan merangsang.Keberadaan gas NOx
lebih dari 1 ppm dapat menyebabkan terbentuknya zat yang bersifat karsinogen atau
penyebab terjadinya kanker. Jika menghirup gas NOx dalam kadar 20 ppm akan dapat
menyebabkan kematian. Sebagai pencegahan maka di pabrik atau motor, bagian
pembuangan asap ditambahkan katalis logam nikel yang berfungsi sebagai konverter.
Prinsip kerjanya adalah mengubah gas buang yang mencemari menjadi gas yang tidak
berbahaya bagi lingkungan maupun kesehatan manusia.

C. Teknik pengambilan sampel udara ambien.

Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sampel kualitas udara
ambien saat ini terbagi dalam dua kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara
secara aktif (konvensional) dan secara pasif.
Dalam pengukuran kualitas udara dengan menggunakan metode dan peralatan
yang manual dan metode konvensional, maka tahap pertama adalah dilakukan
sampling yang dilanjutkan dengan analisa di laboratorium. Untuk pengumpulan debu
biasanya digunakan teknik filtrasi dimana debu di tahan pada permukaan filter dengan
porositas tertentu, sedangkan untuk mengumpulkan gas dari udara ambien diperlukan
suatu teknik pengumpulan tertentu. Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan
untuk menangkap gas pencemar di udara ambien adalah teknik absorpsi, adsorpsi,
pendinginan dan pengumpulan pada kantong udara.

Efisiensi pengumpulannya sangat dipengaruhi oleh :

1. Karakteristik dari gas pencemar, yaitu kemampuan/kecepatan absorpsi zat


pencemar pada larutan spesifik

2. Waktu kontak antara gas pencemar dengan pereaksi spesifik

3. Luas permukaan bidang kontak / ukuran gelembung.

1) Sampling Debu

Peralatan yang dipakai untuk melakukan pengukuran debu adalah HVS (High Volume
Sampler), cara ini dikembangkan sejak tahun 1948 menggunakan filter berbentuk segi
empat seukuran kertas A4 yang mempunyai porositas 0,3 - 0,45 µm dengan
kecepatan pompa berkisar 1.000–1.500 lpm. Pengukuran berdasarkan metoda ini
untuk penentuan sebagai TSP (Total Suspended Partikulate). Alat ini dapat digunakan
selama 24 jam setiap pengambilan contoh udara ambien.

D. Cara kerja alat High volume air sampler (HVAS)

Cara operasional alat ini adalah sebagai berikut :

1.Panaskan kertas saring pada suhu 105ºC, selama 30 menit.

2.Timbang kertas saring, dengan neraca analitik pada suhu 105ºCdengan


menggunakan pinset (Hati-hati jangan sampai banyak tersentuh tangan)

3. Pasangkan pada alat TSP, dengan membuka atap alat TSP. Kemudian dipasangkan
kembali atapnya.

4. Simpan alat HVS tersebut pada tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.
5.Operasikan alat dengan cara, menghidupkan (pada posisi ”On”) pompa hisap dan
mencatat angka flow ratenya (laju alir udaranya).

6. Matikan alat sampai batas waktu yang telah ditetapkan.

7. Ambil kertasnya, panaskan pada oven listrik pada suhu, timbang kertas saringnya.

8. Hitung kadar TSPnya sebagai mg/NM3

9. Metoda penggunaan alat ini bisa juga dilakukan, terhadap pm 10 ataupun


dilanjutkan pada pengukuran parameter logam.

Gambar: alat High volume air sampler (HVAS)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

High Air Volume Sampler (HVS) merupakan alat untuk mengukur parameter
pencemar udara yang berupa partikulat (debu).
DAFTAR PUSTAKA

https://enviroaddress.blogspot.com/2016/05/laporan-praktikum-pengendalian-emisi.ht
ml

Anda mungkin juga menyukai