Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMBUATAN KOMPOS SAMPAH ORGANIK

MENGGUNAKAN AKTIVATOR

DISUSUN OLEH

NAMA :

TIFANI CHIKA AURELIA

NIM :

21087

MATA KULIAH :

PENGELOLAAN SAMPAH

DOSEN PEMBIMBING :

PRIYADI, SKM, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

tentang pembuatan kompos organik dengan menggunakan aktivator.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa

masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh

karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari

pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, juni 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan
bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah
organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan
sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga (sampah domestik)
memang sering menimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan
kenyamanan maupun masalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu,
keluarga, maupun masyarakat. Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap
maupun berbagai penyakit tentu membawa kerugian bagi manusia maupun
lingkungan disekitarnya, baik meteri maupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu
perlu adanya suatu tindakan guna meminimalkan dampak negatif yang timbul dan
berupaya meningkatkan semaksimalmungkin dampak positifnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif
yang ditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut
dengan teknik komposter tanpa penambahan aktivator pengomposan, disamping
terdapat berbagai teknik pengolahan lain (dengan penambahan aktivator
pengomposan) menghasilkan produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai
ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman. Meskipun dalam metode ini
tidak ditambahkan aktivator pengomposan,namun ke dalamnya ditambahkan
organik agen (serbuk gergaji dan kotoran hewan) yang berfungsi memacu
pertumnuhan mikroba dan manambah unsur hara dalam kompos.

B.    Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan kompos menggunakan aktivator.
2. Macam- macam aktivator.
3. Fungsi aktivator dalam proses pembuatan kompos.
BAB II

PEMBAHASAN
A.   Pengertian kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi.

B.   Manfaat Pengomposan
Pengomposan memiliki banyak manfaat, diantaranya:
1.      manfaat ekonomi
a. Meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah disebabkan sampah yang
diangkut ke TPA (   Tempat Pembuangan Akhir) semakin berkurang. Selain itu
dapat memperpanjang TPA karena  semakin  sedikit sampah yang dikelola.
b. Menghasilkan produk berupa kompos yang memiliki nilai tambah karena produk
tersebut memilik  nilai jual.
2.      manfaat terhadap lingkungan
a. manfaat estetika. Adanya pengomposan, berarti adanya pengurangan terhadap
sampah jenis  organik yang dapat merusak keindahan kota atau suatu tempat dan
menimbulkan bau.Dengan   demikian keindahan dan kenyamanan tetap terjaga.
b. Produk hasil pengomposan bermanfaat bagi tanah dan tanaman, sebab dapat:
1. Menyuburkan tanah dan tanaman
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah
c. Pengomposan berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, karena jumlah
sampah yang dibakar atau dibuang ke sungai menjadi berkurang. Selain itu
aplikasi kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena
berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang
berlebihan.
d. Membantu melestarikan sumber daya alam karena pemakaian kompos pada
perkebunan akan meningkatkan kemampuan lahan kebun dalam menahan sebagai
media tanaman dapat digantikan oleh kompos, sehingga eksploatasi humus hutan
dapat dicegah.
3.      Manfaat kesehatan
Dengan pengomposan, panas yang dihasilkan mencapai 60°C, sehingga dapat
membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah.
4.      Manfaat dari segi sosial kemasyarakatan
Pengomposan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
sampah.
C.    Prinsip Pengomposan
Pada dasarnya proses pengomposan adalah suatu proses biologis. Hal ini berarti
bahwa peran mikroorganisme pengurai sangat besar. (Tchobanoglous et al.1993).
    Prinsip-prinsip proses biologis yang terjadi pada proses pengomposan meliputi:
·         Kebutuhan Nutrisi
Untuk perkembangbiakan dan pertumbuhannya, mikroorganisme memerlukan
sumber energi, yaitu karbon untuk proses sintesa jaringan baru dan elemen-
elemen anorganik seperti nitrogen, fosfor, kapur, belerang dan magnesium
sebagai bahan makanan untuk membentuk sel-sel tubuhnya. Selain itu,
untukmemacu pertumbuhannya, mikroorganisme juga memerlukan nutrien
organik yang tidak dapat disintesa dari sumber-sumber karbon lain. Nutrien
organik tersebut antara lain asam amino, purin/pirimidin, dan vitamin.
·         Mikroorganisme
           Mikroorganisme pengurai dapat dibedakan antara lain berdasarkan
kepada struktur dan fungsi sel, yaitu:
1)      Eucaryotes, termasuk dalam dekomposer adalah eucaryotes bersel
tunggal, antara lain: ganggang, jamur, protozoa.
2)      Eubacteria, bersel tunggal dan tidak mempunyai membran inti, contoh:
bakteri. Beberapa hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) seperti
cacing tanah, kutu juga berperan dalam pengurai sampah. Sesuai dengan
peranannya dalam rantai makanan, mikroorganisme pengurai dapat
dibagi menjadi 3 (tiga)kelompok, yaitu :
a.       Kelompok I (Konsumen tingkat I) yang mengkonsumsi langsung
bahan organik dalam sampah, yaitu : jamur, bakteri, actinomycetes.
b.      Kelompok II (Konsumen tingkat II) mengkonsumsi jasad
kelompok I, dan;
c.       Kelompok III (Konsumen tingkat III), akan mengkonsumsi jasad
kelompok I dan Kelompok I. Kondisi Lingkungan Ideal Efektivitas
proses pembuatan kompos sangat tergantung kepada
mikroorganisme pengurai.
Apabila mereka hidup dalam lingkungan yang ideal, maka mereka akan tumbuh dan
berkembang dengan baik pula. Kondisi lingkungan yang ideal mencakup :
a.       Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N).
      Parameter nutrien yang paling penting dalam proses pembuatan
kompos adalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai terjadi
reaksi antara karbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2).
Nitrogen akan ditangkap oleh mikroorganisme sebagai sumber makanan.
Apabila mikroorganisme tersebut mati, maka nitrogen akan tetap tinggal
dalam kompos sebagai sumber nutrisi bagi makanan. Besarnya
perbandingan antara unsur karbon dengan nitrogen tergantung pada jenis
sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C dan N yang ideal dalam
proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1 sampai dengan
40 : 1, dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.
b.      Derajat Keasaman (pH)
      Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan kompos secara
aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang
dibutuhkan tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan
mengubah sampah organik menjadi asam-asam organik, sehingga derajat
keasaman akan selalu menurun. Pada proses selanjutnya derajat keasaman
akan meningkat secara bertahap yaitu pada masa pematangan, karena
beberapa jenis mikroorganisme memakan asam-asam organik yang
terbentuk tersebut.
      Derajat keasaman dapat menjadi faktor penghambat dalam proses
pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :
1.  pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3.
NH3 yang terbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang
menyengat. Senyawa ini dalam kadar yang berlebihan dapat
memusnahkan mikroorganisme.
2.  pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat
menyebabkan kematian jasad renik.
c.       Suhu (Temperatur)
      Proses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang
sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam
menghasilkan produk yang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola
perubahan temperature dalam tumpukan sampah bervariasi sesuai dengan
tipe dan jenis mikroorganisme.
1.  Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara 25 – 45 C
akan terjadi dan segera diikuti oleh temperatur termofilik antara 50 -
65 C. Temperatur termofilik dapat berfungsi untuk : a) mematikan
bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vector penyakit
seperti lalat;
2. mematikan bibit gulma. dan menunjukkan suhu dan waktu yang
dibutuhkan untuk mematikan beberapa organisme patogen dan parasit.
Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur akan menurun
mendekati tingkat ambien.
d.      Ukuran Partikel Sampah
      Ukuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi
dan supaya lebih mudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme.
Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan yang dicerna sehingga
pengurai dapat berlangsung dengan cepat.
e.       Kelembaban Udara
      Kandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan dalam
proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah 40 – 60 %
dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum
harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang
maksimal sehingga prosespengomposan dapat berjalan dengan cepat.
Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab, tentu dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan mengisi rongga
udara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan bau.
Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat
mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena
terbatasnya habitat yang ada.
f.       Homogenitas Campuran Sampah
      Komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan kompos
perlu dicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya, sehingga
diperoleh pemerataan oksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan
pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam.

D.   Jenis dan Cara Membuat Kompos


Kompos dari Sampah Organik Pasar atau Domestik Sampah organik pasar
atau domestik dapat diolah menjadi kompos dengan beberapa  metode,
diantaranya :
1)      Metode Konvensional
           Metode ini tidak menggunakan komposter. Biasanya adonan kompos
ditimbun dan ditutup dengan kain terpal. Selain kain terpal dapat digunakan
pula karung goni atau sabut kelapa yang dimasukkan dalam kantung dari
jaring plastik. Salah satu contohnya adalah seperti yang tercantum di bawah
ini :
a)      Alat-alat yang dibutuhkan  Peralatan antara lain: parang/sabit,
ember/bak plastik untuk menampung air, ember untuk menyiram, plastik
penutup, tali, sekop garpu/cangkul, dan cetakan kompos (jika
diperlukan). Plastik penutup dapat menggunakan plastik mulsa yang
berwarna hitam. Belah plastik tersebut sehingga lebarnya menjadi 2 m.
Panjang plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan
dikomposkan. Cetakan kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu.
Cetakan ini terdiri dari 4 bagian terpisah, dua bagian berukuran kurang
lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m.
b)      Bahan
1. Sampah organik domestik : Sampah ini dapat berupa sampah rumah tangga dan
sampah taman. Sampah tersebut harus dipisahkan dari sampah plastik, logam, kaca,
dll. Sebaiknya sampah organik tersebut adalah campuran antara sampah yang
memiliki kandungan C dengan kandungan N.
2. Aktivator Pengomposan : Aktivator yang digunakan adalah PROMI. Jika aktivator
pengomposan sulit diperoleh dapat menggunakan kotoran ternak atau rumen sapi
untuk mempercepat proses pengomposan.
3. Air 
c)      Lokasi Pengomposan
        Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan
diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan baku yang akan dibuat
kompos. Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya transportasi dan
biaya tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena
apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan.
d)     Tahapan Pengomposan
1. Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat
dilakukan dengan menggunakan parang atau dengan mesin
pencacah.
2. Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi)
dilarutkan ke dalam air sesuai dosis yang dibutuhkan.
3. Pemasangan cetakan.  d. Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis
demi selapis. Tinggi lapisan kurang lebih seperlima dari tinggi
cetakan. Injak-injak bahan tersebut agar memadat sambil disiram
dengan aktivator pengomposan.
4. Dalam setiap lapisan siramkan aktivator pengomposan. Setelah
cetakan penuh, buka cetakan dan tutup tumpukan kulit buah kakao
dengan plastik.

2)      Metode komposter
`Metode komposter dengan penambahan bakteri (aktivator) Sampah merupakan
material sisa yang tidak diinginkan. 60%- 70% sampah yang dihasilkan adalah
sampah organik/sampah basah (sampah rumah tangga, sampah dapur, sampah kebun,
sampah restoran/sisa makanan, sampah pasar dll). Salah satu solusi yang cukup tapat
untuk menangani masalah sampah organik adalah dengan menjadikannya kompos
melalui suatu alat yang disebut komposter. Pengomposan dengan teknologi komposter
adalah proses penguraian sampah organik secara aerob dengan mengunakan Sy-Dec
mikroba pengurai dan Organik Agent (bahan mineral organik). Cara penggunaan
komposter :
1. sampah organik yang telah terpilah dipotong/dirajang kecil- kecil (1-2 cm)
2. campur sampah organik dengan Organik Agent (bahan mineral organik
:serbuk gergaji, dedak, abu dll)
3. Siram/cipratkan larutan Sy-Dec mikroba pengurai pada bahan sampah
organik sampai membasahi semua bahan dan menjadi lembab.
4. Bahan sampah yang telah diproses 1 sd 3 dimasukkan ke dalam komposter
Proses komposting yang baik temperatur 40-50 derajat celcius dapat
dicapai dalam 2-3 hari.
5. Proses pembusukan sampah organik dalam komposter selama 7-10
hari(tergantung dari bahan baku sampah organik). Bolak-balik/tusuk-
tusuk media kompos setiap hari agar proses aerasi berjalan dengan baik.
6. keluarkan sampah organik yang telah menjadi kompos melalui pintu yang
ada dibagian bawah komposter. Simpan ditempat teduh agar kena
angin,kompos akan menjadi kering dan gembur
7. Kompos siap digunakan

Catatan: khusus untuk komposter Keranjang Takakura ini, upayakan agar bekas
sayuran bersantan, daging dan bahan lain yang mengandung protein tidak dimasukkan
ke dalam doos. Mengingat starter-nya telah menggunakan kompos yang sudah jadi,
maka MOL (mikroba loka) tidak digunakan. Metode pembuatan kompos dengan
Reaktor Kompos (Komposter) sederhana Sebenarnya reaktor ini bisa dibuat dari apa
saja. Salah satu contohnya adalah terbuat dari drum PVC. Hal yang paling penting
untuk diperhatikan adalah, reaktor ini harus memiliki sistem ventilasi yang bagus.
Reaksi pengkomposan adalah memang jenis reaksi yang memerlukan udara. Jika
reaktor ini tidak memiliki sistem ventilasi yang baik, proses pembusukan yang terjadi
juga akan menghasilkan bau busuk akibat dari pembentukan amoniak dan H2S.

E. Jenis - jenis aktivator

Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator. Beberapa jenis


aktivator sering kali ditambahkan pada saat mebuat kompos karena ada beberapa hal
yang kerap menyebabkan gagalnya pengomposan. Misalnya karena tumpukan bahan
organik terlalu sedikit sehingga beberapa parameter untuk terjadinya pengomposan
tidak bekerja secara alamiah.Pengkomposan secara alamiah bisanya terjadi pada
gundukan bahan organik 1 m3. Fungsi aktivator adalah membantu proses
pengomposan, baik secara alamiah atau rekayasa agar dapat lebih dipercepat.
Aktivator terdiri atas dua kategori, yaitu aktivator abiotik dan aktivor biotik
(bioaktivator).

Satu hal yang perlu diperhatikan yaitu tidak semua jenis aktivator kompos dapat
digunakan untuk sembarang pengomposan. Hal ini karena sumber bahan organik yang
berbeda-beda akan memerlukan aktivator yang berbeda pula. Sebagai contoh limbah
bahan organik yang berasal dari rumah tangga, jelas akan berbeda dengan sampah
kota, atau limbah pertanian lainnya. Dengan demikian, untuk mempercepat proses
pengomposan, aktivator yang digunakan pun akan berbeda pula agar penggunaannya
tepat.

1. Aktivator abiotik
Aktivator abiotik dapat berupa bahan kimia atau biokimia yang dapat memacu
pembusukan bahan organik. Fungsi aktivator ini sebetulnya untuk memacu
pertumbuhan mikroba di dalam tumpukan bahan organik yang dikomposkan. Dengan
demikian, bahan-bahan tersebut harus mengandung nutrien yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba.
Berikut beberapa contoh aktivator abiotik yang dapat digunakan dalam pengomposan.

 Pupuk nitrogen: pupuk dengan kandungan nitrogen tinggi seperti urea atau
bahan organik lainnya yang mengandung nitrogen.
 Kotoran hewan: kotoran hewan juga dapat berfungsi sebagai aktivator.
Selain mengandung bahan nutrien, umumnya juga mengandung berbagai
jenis mikroba yang mampu mendegradasi bahan organik.
 Bahan organik: sebagai alternatif dapat diberikan bahan organik seperti
tepung darah, kompos matang, kompos kotoran hewan sebagai aktivator.
 Larutan enzim: ada berbagai jenis larutan enzim yang mampu
mendegradsai bahan organik seperti enzim selullase, ligno-selulase,
lipoprotease. Hanya penggunaan ensim ini terkadang kurang efisienkarena
harganya mahal. Hanya untuk yang keperluan sifatnya sangat spesifik
digunakan enzim sebagai pra-perlakuan pengomposan.

2. Bioaktivator

Istilah bioaktivator umum diartikan sebagai bahan bioaktif yang mampu


merombak bahan-bahan organik pada umumnya. Secara spesifik, bioaktivator
merupakan isolat mikroba yang telah dimurnikan dan mempunyai kemampuan khusus
mencerna bahan organik yangmengandung serat selulosa. Melalui proses seleksi
kemampuan mencerna bahan selulosa yang optimal, kemudian diformulasikan dan
penerapannya dapat digunakan pada berbagai bidang untuk eksplorasi bahan-bahan
yang bersumber dari bahan organik berkayu yang dikenal dengan biorefinery. Salah
satu pemanfaatannya adalah untuk mempercepat proses pengomposan. Selain
mempercepat pengomposan, kelebihan penggunaan bioaktivator adalah kualitas
produk lebih terjamin dan proses produksinya relatif sederhana. Beberapa contoh
kelompok mikroba yang mampu merombak bahan selulosa, antara lain Trichoderma
sp., Pseudomonas, dan Streptomyces.

Kini telah banyak bioaktivator yang diproduksi secara komersial. Beberapa


bioaktivator yang sudah tersedia di pasaran, antara lain EM-4, OrgaDec, Stardec,
Boisca/Propuri, dan Promi. Masing-masing bioaktivator tersebut memiliki
keunggulan dan spesialisasinya sendiri. Ada bioaktivator yang digunakan untuk
membuat kompos padat dan ada juga bioaktivator yang digunakan untuk membuat
kompos cair. Oleh karena itu, pemilihan bioaktivator harus disesuaikan dengan
kompos yang akan dibuat dan bahan organik yang akan digunakan.

Beberapa factor yang mempengaruhi pengomposan adalah (Nyoman P. Aryantha,


dkk,2010):

1. C/N rasio : C/N rasio untukpengomposan berkisar sekitar 30:1 hingga 40:1.
2. Ukuran partikel :permukaan aera yang luas akan meningkatkan terjadinya
kontak mikroba dengan bahan sehingga proses dekomposisi dapat berjalan lebih
cepat.
3. Aerasi : aerasi yang baik akan mempoercepat pengomposan jika pengomposan
terjadi secara aerob/semiaerob. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan.

4. Porositas :porositas merupakan rongga-ronggaini akan fdiisi air dan udara


yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan mikroba. 5
5. Kelembaban : kelembaban memegang peran penting dalam metabolism
mikroba. Kelembaban dengan kisaran 40-60% merupakan kisaran
optimumbagi metabolismemikroba.
6. Tempertaur: panas dihasikan dari proses metabolisme mikroba. Peningkatan
suhu dapat terjadi secara cepat dalam tumpukan kompos yang berkisar antara
30-60 ⁰C.
7. pH : pH pengomposan terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untukpengomposan antara 6.6-7.5 Kompos yang sudah matang biiasanya
memiliki pH netral.
8. Kandungan hara : ketersediaan hara dalam pengomposan penting untuk
mendukung pertumbuhan mikroba . hara ini biasanya twerdapat dalam
kompos-kompos limbah peternakan. Sehingga sering pula ditambahkan
kotoran ternak ataupun ompos yang sudah jadi dalam pengomposan.
9. Kandungan bahan berbahaya : bahan berbahaya akan menghambat atupun
mematikan mikroba decomposer.
Setelah selesai pengomposan maka perlu dilihat mutu kompos tersebut agar dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi tanmanan. Mutu kompos yang baik disebabkan
karena proses dekomposisi bahan organic telah terjadi secara sempurna agar tidak
memberikan pengaruh buruk terhadap tanaman. Menurut (Nyoman P. Aryantha,
dkk,2010),mutu kompos yang baik tersebut antara lain :

1. Berwana coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.,


2. Tidak larut dalam air .
3. Nisbah C/N rasio sebesar 20-20, tergantung dari bahan baku dan derajat
humifikasinya.
4. Berefek baik jika diaplikasikan.
5. Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan
6. Tidak berbau.

EM 4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4)

Pengembangan pupuk organik menggunakan teknologi EM4 telah banyak


dikembangkan di Indonesia. Teknologi EM4 adalah teknologi budidaya pertanian
untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah dan tanaman dengan
menggunakan mikroba yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. EM4
mengandung mikroba –mikroba antara lain Lactobacillus, ragi,bakteri fotosintetik
, Actynomycetes dan jamur pengurai selulosa , 6 untuk memfermentasi bahan
organic tanah menjadi senyawa yang mudah yang mudah diserap oleh tanaman
(Anonim,1995). Teknologi EM4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo
Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang, dan telah diterapkan secra luas di Jepang,
amerika,|brasil,Thailan, Korea dan Negara-negara lain dibelahan dunia ini
termasuk di Indonesia.

Cairan EM 4 EM4 yang merupakan kumpulan mikroba terpilih ini berbentuk


cair dan dikemas dalam botol, sehingga mudah dibawa dan disimpan dengan
aman.Penggunaan cairan EM4 ini sangat irit, dengan cara mencampurkannya
dalam media yang berupa sampah organik atau bahan-bahan organik yang
lainnya yang dapat dipakai sebagai bahan baku kompos.Setiap bahan organik
yang akan terfermentasi oleh mikroba EM4 dalam kondidi semi anaerob/anaerob
pada suhu 40-50⁰ C. Pembutan pupuk organik menggunakan teknologi EM4 pada
dasarnya adalah proses pengomposan yang terjadi secara ferementatif. Untuk
menjaga proses pengomposan ini agar terjadi secara baik dengan terpenuhinya
persyaratan pengomposan antara lain suhu, oksigenasi dan kadar airmaka
pengomposan ini dilakukan dalam kondisi tertutup atau ditutup atau dimasukkan
ke wadah fermentor. Pembuatan pupuk organic EM4 meggunakan bahan organik
dapat menggunakan bahan-bahan sebagai berikut (Anonim, 1995) :

1. Jerami/ rumput/tanaman yang lain dipotong-potong sepanjang 5-10 cm.


2. Dedak 10 kg.
3. Sekam 200 kg.
4. Gula pasir 10 sendok makan.
5. EM4 200 ml (20 sendok makan).
6. Air secukupnya .

Cara membuatnya :

1. Larutkan EM4 dan gula pasir ke dalam air.


2. Jerami/bahan hijauan lain ,sekam, dan dedak dicampur secara merata.
3. Siramkan lautan EM4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara
merata sampai kanddungan air adonan mencapai kurang lebih 30%(bila
adonan dikepal dengan tangan , air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan
dilepas maka adonan akan pecah).⁰
4. Adonan dibuat gundukan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-
20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari.
5. Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 ⁰C. jika suhu lebih dari 50 ⁰C ,
bukalah karung penutup dan adonan dibalik, kemudian ditutp kembali.
Pengecekan sushu dilakukan setiap 5 jam.
6. Setelah 4 hari , kompos telah selesai terfermentasi dan siap digunakan
sebagai pupuk organic. Penggunakan EM4 dalam pengomposan memiliki
keunggulan antara lain cepat masa fermentasinya , irit biaya dan kompos
yang dihasilkan memiliki karakter kompos yang baik misalnya bau warna
dan C/N ratio kompos. Dari hasil percobaan kompos yang menggunakan
bahan baku limbah tumbuhan kacang tanah menghasilkan kompos dengan
mutu yang baik, jika dilihat dari tekstur, warna, bau, C/N ratio dan hasil uji
coba pada tanaman (Siti Umniyatie,dkk, 1999).

F. Cara pembuatan pupuk kompos

Persiapan alat dan bahan Alat

a. Wadah berukuran besar dengan penutup (Tong atau ember 10 LITER)


b. Sarung tangan Bahan
c. Sampah rumah tangga (Sisa sayuran dan bahan organik lainnya)
d. Tanah atau aktivator (agar lebih cepat prosesnya tambahkan aktivator ; pupuk
kandang atau EM4 (beli di toko pupuk)
e. Air

2. Langkah Membuat Pupuk Kompos Lakukan langkah-langkah berikut ini:

1. Siapkan sampah rumah tangga yang akan diolah menjadi pupuk kompos.
2. Pisahkan sampah organik (sisa makanan/dedaunan) dengan sampah plastik.
Sampah organiklah yang nantinya akan digunakan sebagai pupuk kompos.
3. Siapkan wadah berukuran besar untuk membuat pupuk kompos. Jangan lupa bahwa
wadah harus dilengkapi dengan penutup agar pupuk yang dibuat tidak akan
terkontaminasi.
4. Masukkan tanah atau pupuk kandang secukupnya ke dalam wadah yang telah diisi
dengan sampah organik. Ketebalannya bisa Anda sesuaikan dengan wadah dan
banyaknya sampah organik.
5. Siram permukaan tanah tersebut menggunakan air secukupnya.
6. Masukkan sampah organik yang sudah disiapkan ke dalam wadah.\
7. Pastikan sampah disimpan secara merata. Sebisa mungkin ketebalan sampah setara
dengan ketebalan tanah
8. Masukkan lagi tanah ke dalam wadah. Kali ini tanah berperan sebagai penutup
sampah.
9. Tutup wadah dengan rapat dan biarkan sekitar tiga minggu. Perhatikan hal ini saat
membuat pupuk kompos:
-Pastikan wadah pembuat pupuk kompos tidak terkontaminasi oleh air hujan dan
hewan.

-Pastikan juga wadah tak terkena paparan sinar matahari.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Dalam pembuatan kompos organik dapat dilakukan dengan banyak cara, tetapi
jika kita ingin membutuhkan kualitas kompos yang baik dan proses pembuatan
kompos dengan capat kita dapat menambahkan berbagai macam jenis aktivator yang
di mana kita ketahui fungsi aktivator ini dapat mempercepat proses pembuatan
kompos dengan hasil kompos yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://febriandhy.blogspot.com/2014/05/laporan-praktikum-kompos.html

file:///C:/Users/User/Downloads/MATERI%20PEMBUATAN%20KOMPOS.pdf

Anda mungkin juga menyukai