Anda di halaman 1dari 36

MATERI BINATANG PENGGANGGU

DISUSUN OLEH:

Tifani Chika Aurelia

21087

MATA KULIAH:

SANITASI RUMAH SAKIT

DOSEN PEMBIMBING:

EBAGUSTIAN TAMZIL, S.Kep.,Ns.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


I. MATERI PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGANGGU DI RUMAH

SAKIT

A. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang

dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan),

maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi pelayanan

kesehatan (Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004).

B. Pengertian Sanitasi Lingkungan

Menurut WHO, sanitasi lingkungan (enviromental sanitation) adalah upaya pengendalian

dari semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat

menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup

manusia. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor

lingkungan fisik, komiawi, dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat

mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi

masyarakat di sekitar rumah sakit (Musadad, 1993).

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 dari pengertian di atas maka

sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya.

Tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah

sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak

mencemari lingkungan. Keberadaan rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau
orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan

(gangguan kesehatan), maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan

dari institusi pelayanan kesehatan, khusunya rumah sakit ditetapkan oleh Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yang menetapkan persyaratan-

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Persyaratan yang harus dipenuhi instasi

pelayanan kesehatan, khususnya sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain mencakup :

a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit

b. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman

c. Penyehatan air

d. Pengelolaan limbah

e. Pengelolaan tempat pencucian (laundry)

f. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya

g. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi

h. Persyaratan pengamanan radiasi

i. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan

C. Definisi Vektor

Vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 merupakan arthropoda yang

dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor

adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber
infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan

sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga

disebut sebagai vector-borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali

bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.

Tujuan upaya pengendalian vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010

adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya penularan penyakit akibat tertularnya vektor

di rumah sakit, sehingga penyakit tersebut dapat dicegah atau dikendalikan.

Dinamika penularan penyakit adalah perjalanan alamiah penyakit yang ditularkan vektor

dan faktor-faktor yang ditularkan vektor dan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan

penyakit meliputi inang, (host) termasuk perilaku masyarakat, agent, dan lingkungan.

Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit

endemis pada daerah tertentu, sepertiDemam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah,

chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.Disamping itu, ada penyakit

saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan

secara mekanis oleh lalat rumah.

Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, antara lain :

a. Cuaca

Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit

infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh

reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen
penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan

transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi.

b. Reservoir

Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena

penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan

dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir

untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di

dalam reservoir alamiah, seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi reservoir

untuk penyakit ini. Pada banyak kasus, kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor

atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermediate host.

c. Geografis

Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah

geografis yang reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada

iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky

Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis.

Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi oleh ricketsia dibawa oleh tungau

kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat.

d. Perilaku Manusia

Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia membuangsampah secara sembarangan,

kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda

borne diseases.
D. Penularan Vektor

Berikut ada tiga jenis cara penularan vektor (FKM UNSRI, 2013):

a. Kontak Langsung

Vektor penyakit secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke

orang lain melalui kontak langsung.

b. Transmisi secara mekanis

Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat.

Secara karakteristik, arthropoda sabagai vektor mekanis membawa agens penyakit dari manusia

yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat.

c. Transmisi secara biologis

Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam

tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis, antara lain :

1) Propagative. Agens, penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi

didalam tubuh vektor.

2) Cyclo-propagative. Agens, penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di

dalam tubuh arthropoda.

3) Cyclo-development. Agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak

bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda.


E. Jenis-jenis Vektor Penyakit

Menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 sebagian dari Athropoda dapat

bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah

satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.

Berikut adalah klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit :

a. Kelas Crustacea (berkaki 10), misalnya udang

b. Kelas Myriapoda, misalnya binatang berkaki seribu

c. Kelas Arachinodea, misalnya tungau

d. Kelas Hexapoda, misalnya nyamuk

Dari kelas Hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam

pengendalian adalah :

1) Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat

a) Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria

b) Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah

c) Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur

2) Ordo Siphonaptera yaitu pijal. Pijal tikus sebagai vektor penyakit pes.
3) Ordo Anophera yaitu kutu kepala

Kutu kepala sebagai penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus. Selain

vektor di atas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang

pengganggu lainnya antara lain :

1) Tikus besar (Rat), contohnya:

a) Rattus norvigicus (tikus riol)

b) Rattus-rattus diardill (tikus atap)

c) Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)

2) Tikus kecil (mice), contohnya Mussculus (tikus rumah)

Arthropoda adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari organ yang mempunyai

lubang ekskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta,

kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan spesiesnya penting secara medis,

sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia.

Arthropoda yang penting dalam dunia kedokteran adalah arthropoda yang berperan penting

sebagai vektor penyebaran penyakit atau arthopods borne disease (IKM FK UMI, 2013).

Jenis-jenis vektor yang didapatkan di Rumah Sakit dan bahaya yang ditimbulkan, yaitu

didapatkan adalah :

a. Nyamuk

Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan

yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang
terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan

menyebabkan myiasis pada kulit manuasia atau ke mamalia lain. Spesies yang merupakan vektor

penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit :

1) Malaria

Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk

Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex kedua-duanya dapat menyebabkan malaria

pada burung. Secara praktis tiap spesies Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi

banyak spesies bukan vektor alami. Sekitar 110 spesies pernah dihubungkan dengan penularan

malaria, diantaranya 50 spesies penting terdapat dimana-mana atau setempat yang dapat

menularkan penyakit ditentukan oleh :

a) Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia.

b) Lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan, walaupun bila hewan

hanya sedikit.

c) Lingkungan yang menggantungkan perkembangan dan memberikan jangka hidup

cukup lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya.

d) Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit. Untuk menetukan apakah suatu

spesies adalah suatu vektor yang sesuai, maka dapat dicatat presentase nyamuk

yang kena infeksi setelah menghisap darah penderita malaria, penentuan suatu

spesies nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index

infeksi alami, biasanya sekitar 1-5 %, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari

rumah-rumah di daerah yang diserang malaria.


2) Filiriasis

Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia

malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species

ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus

(fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air

setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang

mempunyai periodisitas nokturnal.

Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di

beberapa kepulauan Pasifik Selatan, nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah

dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap

darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia.

3) Demam Kuning

Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian tinggi,

telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di

dunia. Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya

akan menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12

hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes

aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah perumahan,

berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh

subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom

feeders) atau air kotor yang mengandung zat organik.


4) Dengue Hemorrhagic Fever

Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang

kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari

sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama Aedes

aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun

terutama pada saat musim penghujan.

5) Encephalitis Virus

Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang

kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari

sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama Aedes

aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun

terutama pada saat musim penghujan.

b. Kecoa

Kecoa adalah salah satu serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera. Famili Blattidae

merupakan satu-satunya anggota dari ordo Orthoptera yang paling sering dijumpai. Di Indonesia,

Blattidae lebih dikenal dengan nama kecoa atau lipas (cockroach) yang menjadi serangga

pengganggu di rumah sakit.Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan

penyakit yaitu sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikroorganisme pathogen, sebagai inang

perantara bagi beberapa spesies cacing dan menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti

dermatitis, gatal- gatal dan pembengkakan kelopak mata.


Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain

streptococcus, salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit

antara lain disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, polio pada anak-anak. Penularan penyakit

dapat terjadi melalui organisme pathogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau

sisa makanan dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa,

kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi

makanan.

Rumah sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian bagian yang dapat

menjadi tempat berkembangbiaknya kecoa, mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana

pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat maka

lingkungan rumah sakit harus bebas kecoa agar tidak terjadi kontak antar manusia dan kecoa atau

makan dengan kecoa supaya penyakit infeksi nasokomial yang ditularkan melalui kecoa dapat

ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebabkan oleh kecoa.

c. Lalat

Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing,

luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor

penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba,

tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans,

trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta. Penyakit yang ditimbulkan oleh lalat serta gejalanya,

diantaranya adalah :
1) Disentri. Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah,

kotoran manusia atau hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh

yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut

akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada

manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada

kotoran terdapat mucus dan push.

2) Diare. Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut,

lemas dan pecernaan terganggu.

3) Typhoid. Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut,

sakit kepala, berak darah dan demam tinggi.

4) Cholera. Penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam,

dehydrasi.

5) Myasis. Kejadian myasis di rumah sakit pada pasien-pasien yang sedang terluka, disebut

Nosocomial Myiasis. Myasis jenis ini terjadi karena di ruang-ruang perawatan rumah

sakit terdapat banyak lalat atau dalam bahasa sederhana, ruangan rumah sakit bisa

diakses oleh lalat. Rumah sakit seperti ini mungkin berada di daerah-daerah pedalaman

yang tingkat kebersihannya rendah.

d. Tikus

Tikus merupakan vektor mekanik yang dapat menyebabkan penyakit pes dari bakteri

Yersinia pestis yang dapat menular melalui gigitan tikus, Salmonellosis dari bakteri salmonella

melalui kontaminasi kotoran tikus yang terkontaminasi dengan makanan, demam gigitan tikus
dari bakteri Spirillum, demam berdarah dari Hantavirus melalui kotoran, urine, cairan tubuh

ataupun terkontaminasi langsung. Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh

bakteri lepstopira. Manusia dapat terkena penyakit ini melalui luka terbuka dan terkena air yang

terkontaminasi dengan kotoran ataupun kencing tikus. Penularan ini dapat pula melalui makanan

atau minuman yang tercemar, yaitu diantaranya :

1) Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui

permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya saat mencuci

muka).

2) Melalui makanan atau minuman atau peralatan makan yang terkontaminasi setitik urine

tikus, kemudian dimakan dan diminum manusia.

3) Makanan minuman di gudang, di warung-warung rumah sakit, dan dapur berpeluang

dikencingi tikus. Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri

tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai diare. Bila semakin parah, gejala yang

disebut di atas tidak mereda, justru muncul nyeri luar biasa pada sejumlah bagian badan,

sehingga membuat penderita tidak sanggup duduk atau berdiri.

e. Kucing

Kucing-kucing liar dirumah sakit, sebagian diantaranya merupakan pembawa parasit

toksoplasma gondii. Dari hasil penelitian, jika parasit ini menginfeksi wanita hamil, akan

menyebabkan abortus (keguguran), atau cacat pada janin. Bayi yang lahir hidup dapat menderita

cacat bawaan seperti hidrosefalus (kepala membesar dan berisi cairan), anensefalus (tidak punya

tulang tempurung kepala), gangguan mata (IKM FK UMI, 2013).


Toxoplasma adalah suatu protozoa atau parasit bersel satu yang lebih sering dikenal

dengan nama Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan pada hewan berdarah panas, dan

mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara dan kucing, serta berbagai jenis

Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Toxoplasmosis sering kali didiagnosis bersama-sama

dengan penyakit lainnya,yang sering dikenal dengan TORCH (Toxoplasma- Rubella-

Cytomegalovirus-Herpes). Toxoplasma bukanlah virus melainkan protozoa. Semua orang dapat

terinfeksi oleh toxoplasma. Penyakit ini tidak mengenal gender. Artinya baik laki-laki maupun

perempuan dapat terinfeksi toxoplasmosis (IKM FK UMI, 2013).

Kucing dianggap sebagai sumber utama penularan Toxoplasma.Pada usus halus kucing,

terjadi daur seksual atau skizogoni maupun daur aseksual atau gametogoni dan sporogoni. Yang

menghasillkan ookista dan dikeluarkan bersamaan dengan feces atau kotorannya. Kucing yang

mengandung Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista.

Infeksi dapat terjadi apabila ookista tertelan oleh manusia maupun hewan perantara lainnya

(pada semua hewan berdarah panas dan mamalia lainnya seperti anjing, sapi, kambing bahkan

burung). Namun pada tubuh inang perantara tidak terbentuk stadium seksual tetapi dibentuk

stadium istirahat yaitu kista (IKM FK UMI, 2013).

Manusia atau kucing dapat tertular toxoplasmosis apabila mengkonsumsi daging hewan

inang perantara yang mengandung kista Toxoplasma gondii. Bila kucing makan tikus yang

mengandung kista maka akan terbentuk kembali stadium seksual didalam usus halus kucing

tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kucing dan hewan felidae lainnya merupakan

inang definitif dari Toxoplasma gondii. Dan hanya pada tubuh kucing dapat terjadi daur hidup

yang sempurna dari Toxoplasma gondii (IKM FK UMI, 2013).


Pada manusia, penularan Toxoplasmosis bisa melalui makanan. Misalnya manusia

memakan sayuran yang tidak dicuci bersih, padahal sayuran tersebut mengandung ookista dari

Toxoplasma gondii atau bisa juga memakan daging hewan yang tidak dimasak dengan matang

sempurna, padahal daging hewan tersebut mengandung kista Toxoplasma gondii. Pada

kucing,penularan dapat terjadi apabila memakan daging hewan perantara yang mengandung kista

Toxolasma gondii. Misalnya pada kucing yang memakan tikus atau burung, atau kucing yang

makan ayam atau daging mentah. Penularan ookista sama pada manusia bisa juga melalui vektor

lalat atau kecoa. Infeksi toxoplasmosis terjadi apabila secara sengaja atau tidak sengaja menelan

ookista Toxoplasma gondii yang terdapat pada sayuran yang tidak dicuci bersih atau daging

setengah matang misalnya sate, daging steak yang dimasak setengah matang (IKM FK UMI,

2013).

Toxoplasmosis tidak dapat menular melalui air liur dari kucing. Stadium infektif dari

Toxoplasmosis gondii adalah bentuk ookista yang dikeluarkan melalui feces atau kotoran kucing,

bukan melalui air liur. Sedangkan penularan melalui bulu dapat terjadi, bila kucing tersebut

terinfeksi toxoplasmosis dan ookista yang dikeluarkan melalui fecesnya kontak ataun menempel

pada bulunya. Penularan terjadi bila ookista yang terdapat pada bulu, kemudian kontak pada

tangan kita pada saat membelai, kemudian bulu tersebut tertelan oleh kita. Tetapi penularan

masih bisa dicegah dengan cara mencuci tangan kita dengan sabun (IKM FK UMI, 2013).
F. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya

a. Pengertian pengendalian serangga

Tikus dan binatang pengganggu lainnya menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 adalah upaya untuk menanggulangi populasi serangga, tikus, dan

binatang pengganggu lainnya sebagai keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

b. Persyaratan

1) Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol).

2) Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk ke

dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.

3) Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur, gudang

makanan, dan ruangan steril.

4) Semua ruang ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah

bangunan tertutup.

5) Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit.

6) Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing (Kepmenkes No.

1204/MENKES/SK/X/2004).

c. Tata Laksana

1) Surveilans
Serveilans vektor menurut Peraturan Pemerintah Nomor 374 tahun 2010 adalah

pengamatan vektor secara sistematis dan terus menerus dalam hal kemampuannya

sebagai penular penyakit yang bertujuan sebagai dasar untuk memahami dinamika

penuaran penyakit dan upaya pengendaliannya.

Surveilans vektor penyakit dan pengendalian binatang pengganggu menurut Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, adalah sebagai berikut :

a) Nyamuk

Pengamatan Jentik Aedes sp. dilakukan secara berkala di setiap sarana

penampungan air sekurang- kurangnya setiap sati minggu untuk mengetahui

adanya atau keberadaan populasi jentik nyamuk secara teratur. Selain itu

pengamatan jentik nyamuk spesies lainnya di tempat-tempat yang potensial

sebagai tempat perindukan vektor penyakit malaria di sekitar lingkungan rumah

sakit seperti saluran pembuangan air limbah.

Pengamatan lubang dengan kawat kasa pada setiap lubang di dinding

harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk serta konstruksi

pintu harus membuka ke arah luar (Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004).

b) Kecoa

(1) Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya kotoran, telur

kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap ruangan.

(2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter setiap 2 minggu.
(3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan

pemberantasan

c) Tikus

Mengamati atau memantau secara berkala setiap dua bulan di tempat-

tempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai

dengan adanya keberadaan tikus antara lain :

(1) Kotoran

(2) Bekasgigitan

(3) Bekasjalan

(4) Tikushidup

Ruang-ruang tersebut antara lain di daerah bangunan tertutup (core) rumah

sakit, antara lain dapur, ruang perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD,

ruang operasi, ruang genset atau panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin,

dan ruang lainnya .

d) Lalat

Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly grill

pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di tempat

yang diduga seperti tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti

sampah, saluran pembuangan limbah padat dan cair, kantin rumah sakit, dan

dapur.
e) Binatang pengganggu lainnya

Mengamati atau memantau secara berkala kucing dan anjing (Kepmenkes

No. 1204/MENKES/SK/X/2004).

2) Pencegahan

a) Nyamuk

(1) Melakuakn Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras, Menutup

(3M)

(2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup

(3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat perindukan

(4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama diruang

perawatan anak

b) Kecoa

(1) Menyimpan bahan makanan dan makanan yang siap saji pada tempat tertutup.

(2) Pengelolaansampahyangmemenuhisyaratkesehatan.

(3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam ruangan.

c) Tikus
(1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu, dan

jendela.

(2) Melakukan pengelolaan sampah yang memnuhi syarat kesehatan.

d) Lalat

Melakukan pengelolaan sampah atau limbah yang memnuhi syarat kesehatan.

e) Binatang Pengganggu Lainnya

Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi standar kesehatan.

3) Pemberantasan

a) Nyamuk

(1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. > 0 dengan cara

abatisasi.

(2) Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan menggunakan predator.

(3) Melakukanoilinguntukmemeberantaslarvaataujentik culex.

(4) Bila diduga ada kasus deman berdarah yang tertular di rumah sakit, maka perlu dilakukan

pengasapan (fogging) di rumah sakit.

b) Kecoa

(1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang terdapat

pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar

atau dihancurkan.
(2) Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Pemberantasan fisik

dapat dilakukan dengan cara :

(a) Membunuh langsung kecoa dengan alat pemuku

(b) Menyiramtempatperindukandenganairpanas

(c) Menutup celah-celah dinding Pemberantas kimiawi dengan menggunakan

insektisida dengan pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.

(3) Tikus

Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan

atau sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan

beracun.

(4) Lalat

Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per block grill

maka dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.

(5) BinatangPengganggulainnya Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu dilakukan :

(a) Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit

(b) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing dan

anjing.
G. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu

Menurut Menteri Kesehatan Nomor : 374/MENKES/PER/III/2010 pengendalian vektor

dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen

biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakan dan perubahan perilaku

masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif.

Menurut WHO (Soemirat, 2009), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa

macam penyakit karena alasan :

a. Penyakit belum ada vaksinnya seperti hampir semua penyakit disebabkan oleh virus.

b. Bila ada obat maupun vaksin, kerja obat belum efektif terutama untuk penyakit

parasiter.

c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia sehingga sulit untuk

dikendalikan.

d. Sering menimbulkan kecacatan seperti filariasis dan malaria.

e. Penyakit dapat menjalar karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang

bersayap.

Berikut ini adalah beberapa pengendalian vektor dan binatang pengganggu, antara lain :

a. Pengendalian Kimiawi

Pengendalian kimiawi mengutamakan penggunaan pestisida sebagaimana peracunan.

Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan
kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan karacunan bagi petugas penyemprot

maupun masyarakat dan hewan pemeliharaan.

Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara massal.

Untuk pemberantasan nyamuk Aedes secara massal misal dengan cara melakukan fogging bahan

kimia sedangkan untuk nyamuk Aedes digunakan.

b. Pengendalian Fisika

Pengendalian fisika dengan cara menitikberatkan pemanfaat iklim atau musim dan menggunakan

alat penangkap antara lain :

1) Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga.

2) Pemasangan jaring.

3) Pemanfaatan sinar atau cahaya matahari.

4) Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang

pengganggu.

5) Pembunuhan vektor penyakit dan binatang pengganggu dengan cara

menggunakan alat pembunuh.

6) Pemanfaatan arus listrik dengan umpan untuk membunuh vektor dan binatang

pengganggu.

7) Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari lubang.


c. Pengendalian Biologi

Pengendalian dengan cara biologis dilakukan dengan cara :

1) Memelihara musuh alaminya

Musuh alami insekta berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya.

Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif

dan efisien untuk megurangi populasi insekta.

2) Mengurangi fertilitas insekta

Cara kedua ini dilakukan dengan cara meradiasi insekta jantan sehingga steril dan

menyebarkannya di antara insekta betina, dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat

menetas. Pemantauan vektor panyakit dan binatang pengganggu juga dilakukan yaitu dengan

cara mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan sosial ekonomi

yang ada serta keadaan endemik penyakit yang ada. Oleh karena itu pemantauan keadaan

endemik populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting.

Oleh karena itu, parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila

didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian luar biasa atau wabah. Parameter vektor penyakit

yang dapat dipantau antara lain :

1) Indeks lalat untuk kepadatan lalat.

2) Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal.

3) Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks

container, indeks rumah, dan indeks breteau (Soemirat, 2009)


H. Pekerja Vektor di Rumah Sakit

Pekerja vektor adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang

memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan

vektor penyakit pada kawasan rumah sakit.

Dalam menjalankan peran, fungsi, dan kompetensinya, pekerja vektor harus memiliki

kompetensi sesuai dengan standar kompetensi, diantaranya adalah melakukan survei dengan

vektor penyakit dan binatang pengganggu yang ada di rumah sakit, melakukan analisis hasil

survei vektor dan binatang pengganggu, melakukan pengelolaan pembuangan tinja, mengawasi

sanitasi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), melakukan surveilans penyakit

berbasis lingkungan, berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan kesehatan lingkungan,

melakukan itervensi teknis sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan

minuman, vektor dan binatang pengganggu, melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis

sampel air,tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu serta

mengolah klinik sanitasi (IKM FK UMI, 2013).

I. Penyakit Akibat Kerja

Dalam suatu tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor bahaya dapat menyebabkan

gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja serta kecelakaan akibat kerja.

Sebagai tambahan untuk beban kerja yang merupakan beban langsung akibat pekerjaan

atau beban pekerjaan yang sebenarnya, pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan

atau situasi, yang menyebabkan adanya beban tambahan kepada tenaga kerja baik jasmani

maupun rohaniah, Menurut Suma’mur (2009) terdapat lima penyebab beban tambahan

dimaksud :
a. Faktor Fisis

Faktor fisis, meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara per

kapita atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara,

kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi

gelombang elektromagnetis.

b. Faktor Kimiawi

Faktor kimiawi, semua zat kimia anorganis dan organis yang ungki wujud fisiknya

merupakan salah satu atau lebih dari bentuk uap, gas, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan,

cairan dan atau zat padat.

c. Faktor Biologis

Faktor biologis, termasuk semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun

hewan. Dari yang paling sederhana bersel tunggal sampai dengan yang tinggi tingkatannya.

d. Faktor Fisiologis atau Ergonomis

Faktor fisiologis atau ergonomis yaitu interaksi antara faal kerja manusia dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi

indera manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan

fisiologis manusia.
f. Faktor Mental dan Psikologis

Faktor mental dan psikologis yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja,

hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja

dan lain-lain.

(Sumber : https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/R0013031_bab2.pdf)

II. 3 jenis binatang penganggu

A. Tungau (aceria)

a. Pengertian

Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama dengan

caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu

hewan walaupun sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya

sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan

dengan laba-laba dilihat dari kekerabatannya.

Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses

beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil sehingga

kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar.

Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, tetapi ada anggotanya

yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada

yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan

pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain

namun saling menguntungkan. Di bidang pertanian, tungau menimbulkan banyak kerusakan


pada kualitas buah jeruk (umpamanya tungau karat buah Phyllocoptura oleivera Ashmed dan

tungau merah Panonychus citri McGregor)[1], merusak daun ketela pohon dan juga daun

beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies,

penyakit pada kulit yang mudah menular.

Ada lebih dari 45 ribu jenis tungau yang telah dipertelakan[2]. Para ilmuwan berpendapat,

itu baru sekitar 5% dari kenyataan total jenis yang ada. Hewan ini dipercaya telah ada sejak

sekitar 400 juta tahun. Ilmu yang mempelajari perikehidupan tungau dan caplak dikenal sebagai

akarologi.

Taksonomi tungau masih belum stabil karena banyaknya perubahan. Namun dapat

dikatakan bahwa tungau mencakup semua anggota Acariformes, semua Parasitiformes kecuali

Ixodida (caplak), dan beberapa familia dan genera yang belum pasti penempatannya.

(Sumber :https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tungau )

b. Jenis jenis tungau dan nama ilmiah serta sifat hidupnya

1. Sarcoptes scabiei adalah tungau parasitik yang hidup dengan bersembunyi dalam kulit

dan menyebabkan penyakit skabies atau kudis. Hewan ini ditemukan di seluruh dunia.

Selain manusia, mamalia lain seperti anjing, kucing, sapi, hingga kera besar dapat

terinfeksi. Wikipedia

2. Ada dua jenis tungau yang hidup di wajah kita, Demodex folliculorum dan D. Brevis.

mereka adalah hewan arthropoda, kelompok hewan yang masuk dalam kategori hewan

bersendi, berkaki seperti kepiting dan serangga. Kerabat terdekat mereka adalah laba-laba

dan kutu.
3. Dermatophagoides pteronyssinus Deskripsi Tungau debu rumah adalah hewan sangat

kecil yang umum dijumpai di permukiman manusia. Dengan ukuran tubuhnya sekitar 420

µm panjang dan 250-320 µm lebar, tungau ini memakan sisa-sisa materi organik seperti

kelupasan kulit manusia yang banyak ditemui di tempat tinggal manusia. Wikipedia

4. Mite/cabuk merah/tungau ( Hemitarsonemus latus, Tetranychus urticae ) adalah hama

tanaman yang menyerang tanaman dengan gejala serangan ditandai warna coklat pada

daun. Tungau menghisap cairan daun dan bersembunyi dibalik daun. Daun yang

terserang akan menjadi tebal, terpelintir dan ujung mati.

B. Kambing (Capra aegagrus hircus)

a. Penjelasan tentang hewan kambing

Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) merupakan salah satu subspesies kambing yang

dipelihara atau dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan Eropa Timur. Kambing

merupakan anggota dari keluarga Bovidae dan bersaudara dengan dengan biri-biri karena

keduanya tergolong dalam sub famili Caprinae. Terdapat lebih 300 jenis kambing yang berbeda-

beda. Kambing adalah salah satu di antara spesies yang paling lama di ternakkan, yaitu untuk

susu, daging, bulu, dan kulit di seluruh dunia. Pada tahun 2011, populasi kambing yang hidup di

seluruh dunia mencapai 924 juta menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-

Bangsa. Seekor kambing jantan dewasa. Kambing merupakan binatang memamah biak yang

berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang

secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa.

Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing

jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai janggut, dahi cembung, ekor agak ke atas,
dan kebanyakan berrambut lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor,

adalah 1,3 meter - 1,4 meter, sedangkan ekornya 12 sentimeter - 15 sentimeter. Bobot kambing

betina 50 kilogram - 55 kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram. Kambing

liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia

dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu.

Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira 8000 hingga 9000 tahun yang lalu.

Biasanya, kambing hidup berkelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannnya mencari

makanan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Sementara

kambing-kambing jantan berperan menjaga keamanan kawanan. Waktu aktif mencari makannya

siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan.

b. Sifat hidup kambing

Kambing diketahui sanggup memakan apapun, termasuk kaleng dan kertas. Walaupun

sebenarnya mereka tidak memakan bahan-bahan yang tidak dapat dimakan, namun kambing

adalah hewan perenggut, tidak seperti sapi dan biri-biri yang meragut, bahkan (dengan sifat yang

amat senang mencari tahu) ia mampu mengunyah dan merasakan apa saja yang sedikit pun

menyerupai bentuk tumbuhan untuk menentukan makanan itu enak untuk dimakan, termasuk

kertas, pakaian dan kaleng.Kambing ternak merenggut rambat tanjung, yaitu rambat yang

beracun untuk kebanyakan hewan ternak. Selain mencoba berbagai bahan, kambing agak teliti

dengan apa yang sebenarnya ia makan. Kambing lebih senang merenggut ujung-ujung pohon

berkayu dan tumbuhan berdaun lebar. Apapun, dapat dikatakan bahwa pola memakan tumbuhan

kambing sangat beragam, termasuk sebagian spesies yang beracun untuk hewan lain.[20]

Kambing jarang memakan makanan kotor atau meminum air tercemar kecuali saat mereka
kelaparan. Inilah salah satu sebab peternakan kambing paling selalu dilakukan secara lepas

karena peternakan kambing secara ternak kurung membutuhkan biaya yang banyak dan jarang

berdaya komersial.

Kambing lebih gemar merenggut tumbuhan merambat seperti kacang hijau hutan, perdu

dan gulma, daripada makan rumput, yaitu lebih bersifat seolah rusa dibanding biri-biri.

Tumbuhan terong-terongan beracun; daun pohon buah yang layu juga dapat membunuh kambing.

Silase (batang jagung kering) dan hailaj (rumput kering tapai) dapat digunakan jika dimakan

segera setelah pelepasan - kambing sangat rentan terhadap bakteri Listeria yang tumbuh dalam

wadah pakan. Alfalfa yang kaya dengan protein sering diberikan dalam bentuk rumput kering;

feskiu adalah rumput kering yang paling kurang enak dimakan dan paling kurang memiliki

kandungan gizi. Kulapuk dalam pakan kambing dapat menyebabkan kambing jatuh sakit ataupun

mati. Kambing tidak harus diberi makan rumput yang memiliki tanda kulapuk. Fisiologi

pencernaan anak kambing yang masih bayi (seperti anak hewan lain) secara umum sama seperti

hewan monogastrik (berperut satu). Pencernaan susu dimulai di abomasum, yang mana susu

telah melepaskan rumen melalui penutupan alur retikulum-esofagus ketika menyusu. Ketika lahir,

rumennya belum selesai tumbuh, tetapi apabila anak kambing mulai makan makanan keras,

maka rumen itu segera semakin besar dan mampu untuk menyerap zat.

Ukuran dewasa seekor kambing adalah hasil dari jenis (potensi genetik) dan makanannya

sewaktu masa perkembangan (potensi nutrisi). Seperti semua hewan ternak, pertambahan

kebutuhan protein (10 ke 14%) serta jumlah kalori yang mencukupi ketika usia sebelum dewasa

mendatangkan kadar pertumbuhan lebih tinggi dan ukuran dewasa yang lebih besar daripada

kadar protein rendah dan kalori.[21] Kambing bertubuh besar dengan rangka yang lebih besar

mencapai berat badan matang pada umur yang lebih lewat mencapai (36 hingga 42 bulan)
daripada kambing bertubuh kecil (18 hingga 24 bulan) jika keduanya diberi makan potensi yang

cukup. Kambing bertubuh besar memerlukan lebih banyak kalori daripada kambing bertubuh

kecil untuk menjaga fungsi badan per hari.

c. Jenis jenis kambing

1. Kambing kacan

2. Kambing etawah

3. Kambing peranakan etawah

4. Kambing jawarandu

5. Kambing saanen

6. Kambing saburai

C. Monyet (Macaca fascicularis)

a. Penjelasan tentang hewan monyet

Monyet adalah istilah untuk semua anggota primata yang bukan prosimia ("pra-kera",

seperti lemur dan tarsius) atau kera, baik yang tinggal di Dunia Lama maupun Dunia Baru.

Hingga saat ini dikenal 264 jenis monyet yang hidup di dunia. Tidak seperti kera, monyet

biasanya berekor dan berukuran lebih kecil. Monyet diketahui dapat belajar dan menggunakan

alat untuk membantunya dalam mendapatkan makanan.


Pengelompokan monyet bersifat parafiletik, karena monyet Dunia Lama

(Cercopithecoidea) sebenarnya lebih dekat kekerabatan genetiknya dengan kera (Hominidae),

daripada monyet Dunia Baru (Platyrrhini).

Monyet terbesar adalah mandrill. Beberapa monyet dalam bahasa sehari-hari juga sering

disebut sebagai kera. Beberapa monyet telah dimanfaatkan manusia sebagai hewan timangan

atau hewan untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

adalah hewan yang paling biasa berinteraksi dengan manusia dan sering dipelihara sebagai

hewan timangan, hewan sirkus, atau percobaan laboratorium. Ia juga primata pertama yang

pernah ke angkasa luar. Beruk dipelihara di beberapa tempat di Sumatra dan Malaya untuk

dilatih sebagai pemetik kelapa.

Monyet di hutan gunung Bunder menggerakkan pepohonan di siang hari, berlompatan

dari satu dahan ke dahan yang lain dan diam bila ada pendaki gunung yang lewat. Mungkin di

situ monyet hidup berdampingan dengan macan akar dan ular. Di Sumatra Barat, tepatnya Danau

Maninjau, penginapan bersebelahan dibangunnya dengan hutan dan monyet dapat dengan mudah

menanjakn pohondan memasuki teras hotel dekat kolam renang. Di perjalanan naik turun ke arah

danau Maninjai, monyet monyet leluasa berkeliaran dan seperti menunggu makanan yang

dilepmar oleh pelancong.

b. Jenis jenis monyet dan sifat hidupnya

1. Pigmy Marmoset
Ini jenis monyet terkecil di dunia. Monyet yang punya bulu-bulu berwarna

keemasan ini suka sekali memakan cairan batang pada tumbuhan berkayu.
2. Emperor Tamarin

monyet ini hidup di Amazon

3. Proboscis

Kakinya yang berselaput ini jadi bukti kalau dia adalah perenang yang handal. Monyet ini

ada di Kalimantan, Indonesia Jenis monyet itu juga terkenal karena hidungnya yang besar dan

panjang yang dimiliki oleh monyet-monyet jantan.

4. Spider Monkey

Hewan ini suka banget akrobatik. Dia dijuluki Spider Monkey karena kakinya yang

panjang mirip laba laba .

5. Night Monkey

Monyet ini dijuluki owl monkey karena mangkalnya cuma malam-malam doang. Gaul

geellaaakk, nih monyet. Monyet ini punya mata yang besar banget, mirip sama burung hantu.

6. Colobus Monkey

Ini bisa dibilang "panda"nya dunia permonyetan. Mereka cuma hidup di Afrika dan

makan daun

7. Babon

Babon cuma hidup di Afrika, dan sedihnya, populasinya semakin ke sini semakin

mendekati kepunahan karena kerusakan habitat.


8. Golden Snub-Nosed Monkey

Ini monyet yang paling fotogenik karena hidup dalam paketan yang "full color". Kalau

mau lihat monyet-monyet ini, mereka hanya bisa ditemui di Myanmar.

9. Mona Monkey

Mona monkey ini hidup di Afrika barat. Mereka suka makan buah-buahan.

10. Gelada

Monyet ini punya hubungan kekerabatan dengan Babon.

11. Tonkin Snub-Nosed

Monyet-monyet ini hidup di hutan-hutan tropis di Vietnam.

12. Lesula

Monyet unik ini adalah spesies monyet yang baru di temukan pada tahun 2007 lalu.

Mereka tinggal di hutan-hutan di Kongo, Afrika.

13. Douc Langur

Monyet yang kalau dilihat sepintas mirip alien ini hidup di Asia tenggara, terutama di

Kamboja, Laos dan Vietnam.

Anda mungkin juga menyukai