DISUSUN OLEH:
21087
MATA KULIAH:
DOSEN PEMBIMBING:
SAKIT
Rumah Sakit adalah sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang
dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan),
maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi pelayanan
dari semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat
menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup
manusia. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor
lingkungan fisik, komiawi, dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat
mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi
sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya.
Tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah
sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak
mencemari lingkungan. Keberadaan rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau
orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan
(gangguan kesehatan), maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan
dari institusi pelayanan kesehatan, khusunya rumah sakit ditetapkan oleh Keputusan Menteri
persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Persyaratan yang harus dipenuhi instasi
pelayanan kesehatan, khususnya sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain mencakup :
c. Penyehatan air
d. Pengelolaan limbah
C. Definisi Vektor
Vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 merupakan arthropoda yang
dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor
adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber
infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan
sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga
disebut sebagai vector-borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali
bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian.
Tujuan upaya pengendalian vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010
adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya penularan penyakit akibat tertularnya vektor
Dinamika penularan penyakit adalah perjalanan alamiah penyakit yang ditularkan vektor
dan faktor-faktor yang ditularkan vektor dan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan
penyakit meliputi inang, (host) termasuk perilaku masyarakat, agent, dan lingkungan.
endemis pada daerah tertentu, sepertiDemam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah,
chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.Disamping itu, ada penyakit
saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan
Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, antara lain :
a. Cuaca
Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit
infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh
reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen
penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan
b. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena
penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan
dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir
untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di
dalam reservoir alamiah, seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi reservoir
untuk penyakit ini. Pada banyak kasus, kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor
c. Geografis
geografis yang reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada
iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky
Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis.
Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi oleh ricketsia dibawa oleh tungau
kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat.
d. Perilaku Manusia
kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda
borne diseases.
D. Penularan Vektor
Berikut ada tiga jenis cara penularan vektor (FKM UNSRI, 2013):
a. Kontak Langsung
Vektor penyakit secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke
Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat.
Secara karakteristik, arthropoda sabagai vektor mekanis membawa agens penyakit dari manusia
Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam
Menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 sebagian dari Athropoda dapat
bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah
satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.
Dari kelas Hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam
pengendalian adalah :
2) Ordo Siphonaptera yaitu pijal. Pijal tikus sebagai vektor penyakit pes.
3) Ordo Anophera yaitu kutu kepala
Kutu kepala sebagai penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus. Selain
vektor di atas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang
Arthropoda adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari organ yang mempunyai
lubang ekskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta,
kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan spesiesnya penting secara medis,
sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia.
Arthropoda yang penting dalam dunia kedokteran adalah arthropoda yang berperan penting
sebagai vektor penyebaran penyakit atau arthopods borne disease (IKM FK UMI, 2013).
Jenis-jenis vektor yang didapatkan di Rumah Sakit dan bahaya yang ditimbulkan, yaitu
didapatkan adalah :
a. Nyamuk
Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan
yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang
terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan
menyebabkan myiasis pada kulit manuasia atau ke mamalia lain. Spesies yang merupakan vektor
1) Malaria
Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk
Anopheles, sedangkan nyamuk Anopheles dan Culex kedua-duanya dapat menyebabkan malaria
pada burung. Secara praktis tiap spesies Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi
banyak spesies bukan vektor alami. Sekitar 110 spesies pernah dihubungkan dengan penularan
malaria, diantaranya 50 spesies penting terdapat dimana-mana atau setempat yang dapat
b) Lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan, walaupun bila hewan
hanya sedikit.
spesies adalah suatu vektor yang sesuai, maka dapat dicatat presentase nyamuk
yang kena infeksi setelah menghisap darah penderita malaria, penentuan suatu
spesies nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index
infeksi alami, biasanya sekitar 1-5 %, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia
malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species
ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus
(fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air
setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang
Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di
beberapa kepulauan Pasifik Selatan, nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah
dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap
darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia.
3) Demam Kuning
Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian tinggi,
telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di
dunia. Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya
akan menjadi infektif selama hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12
hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes
aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah perumahan,
berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh
subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom
Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang
kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari
sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama Aedes
aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun
5) Encephalitis Virus
Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang
kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari
sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama Aedes
aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun
b. Kecoa
Kecoa adalah salah satu serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera. Famili Blattidae
merupakan satu-satunya anggota dari ordo Orthoptera yang paling sering dijumpai. Di Indonesia,
Blattidae lebih dikenal dengan nama kecoa atau lipas (cockroach) yang menjadi serangga
pengganggu di rumah sakit.Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan
penyakit yaitu sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikroorganisme pathogen, sebagai inang
perantara bagi beberapa spesies cacing dan menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti
streptococcus, salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit
antara lain disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, polio pada anak-anak. Penularan penyakit
dapat terjadi melalui organisme pathogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau
sisa makanan dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa,
kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi
makanan.
Rumah sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian bagian yang dapat
menjadi tempat berkembangbiaknya kecoa, mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana
pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat maka
lingkungan rumah sakit harus bebas kecoa agar tidak terjadi kontak antar manusia dan kecoa atau
makan dengan kecoa supaya penyakit infeksi nasokomial yang ditularkan melalui kecoa dapat
ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebabkan oleh kecoa.
c. Lalat
Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing,
luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor
trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta. Penyakit yang ditimbulkan oleh lalat serta gejalanya,
diantaranya adalah :
1) Disentri. Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah,
kotoran manusia atau hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh
yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka kotoran tersebut
akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada
manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada
2) Diare. Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut,
3) Typhoid. Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut,
dehydrasi.
5) Myasis. Kejadian myasis di rumah sakit pada pasien-pasien yang sedang terluka, disebut
Nosocomial Myiasis. Myasis jenis ini terjadi karena di ruang-ruang perawatan rumah
sakit terdapat banyak lalat atau dalam bahasa sederhana, ruangan rumah sakit bisa
diakses oleh lalat. Rumah sakit seperti ini mungkin berada di daerah-daerah pedalaman
d. Tikus
Tikus merupakan vektor mekanik yang dapat menyebabkan penyakit pes dari bakteri
Yersinia pestis yang dapat menular melalui gigitan tikus, Salmonellosis dari bakteri salmonella
melalui kontaminasi kotoran tikus yang terkontaminasi dengan makanan, demam gigitan tikus
dari bakteri Spirillum, demam berdarah dari Hantavirus melalui kotoran, urine, cairan tubuh
bakteri lepstopira. Manusia dapat terkena penyakit ini melalui luka terbuka dan terkena air yang
terkontaminasi dengan kotoran ataupun kencing tikus. Penularan ini dapat pula melalui makanan
1) Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui
permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya saat mencuci
muka).
2) Melalui makanan atau minuman atau peralatan makan yang terkontaminasi setitik urine
dikencingi tikus. Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri
tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai diare. Bila semakin parah, gejala yang
disebut di atas tidak mereda, justru muncul nyeri luar biasa pada sejumlah bagian badan,
e. Kucing
toksoplasma gondii. Dari hasil penelitian, jika parasit ini menginfeksi wanita hamil, akan
menyebabkan abortus (keguguran), atau cacat pada janin. Bayi yang lahir hidup dapat menderita
cacat bawaan seperti hidrosefalus (kepala membesar dan berisi cairan), anensefalus (tidak punya
dengan nama Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan pada hewan berdarah panas, dan
mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara dan kucing, serta berbagai jenis
Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Toxoplasmosis sering kali didiagnosis bersama-sama
terinfeksi oleh toxoplasma. Penyakit ini tidak mengenal gender. Artinya baik laki-laki maupun
Kucing dianggap sebagai sumber utama penularan Toxoplasma.Pada usus halus kucing,
terjadi daur seksual atau skizogoni maupun daur aseksual atau gametogoni dan sporogoni. Yang
menghasillkan ookista dan dikeluarkan bersamaan dengan feces atau kotorannya. Kucing yang
mengandung Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista.
Infeksi dapat terjadi apabila ookista tertelan oleh manusia maupun hewan perantara lainnya
(pada semua hewan berdarah panas dan mamalia lainnya seperti anjing, sapi, kambing bahkan
burung). Namun pada tubuh inang perantara tidak terbentuk stadium seksual tetapi dibentuk
Manusia atau kucing dapat tertular toxoplasmosis apabila mengkonsumsi daging hewan
inang perantara yang mengandung kista Toxoplasma gondii. Bila kucing makan tikus yang
mengandung kista maka akan terbentuk kembali stadium seksual didalam usus halus kucing
tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kucing dan hewan felidae lainnya merupakan
inang definitif dari Toxoplasma gondii. Dan hanya pada tubuh kucing dapat terjadi daur hidup
memakan sayuran yang tidak dicuci bersih, padahal sayuran tersebut mengandung ookista dari
Toxoplasma gondii atau bisa juga memakan daging hewan yang tidak dimasak dengan matang
sempurna, padahal daging hewan tersebut mengandung kista Toxoplasma gondii. Pada
kucing,penularan dapat terjadi apabila memakan daging hewan perantara yang mengandung kista
Toxolasma gondii. Misalnya pada kucing yang memakan tikus atau burung, atau kucing yang
makan ayam atau daging mentah. Penularan ookista sama pada manusia bisa juga melalui vektor
lalat atau kecoa. Infeksi toxoplasmosis terjadi apabila secara sengaja atau tidak sengaja menelan
ookista Toxoplasma gondii yang terdapat pada sayuran yang tidak dicuci bersih atau daging
setengah matang misalnya sate, daging steak yang dimasak setengah matang (IKM FK UMI,
2013).
Toxoplasmosis tidak dapat menular melalui air liur dari kucing. Stadium infektif dari
Toxoplasmosis gondii adalah bentuk ookista yang dikeluarkan melalui feces atau kotoran kucing,
bukan melalui air liur. Sedangkan penularan melalui bulu dapat terjadi, bila kucing tersebut
terinfeksi toxoplasmosis dan ookista yang dikeluarkan melalui fecesnya kontak ataun menempel
pada bulunya. Penularan terjadi bila ookista yang terdapat pada bulu, kemudian kontak pada
tangan kita pada saat membelai, kemudian bulu tersebut tertelan oleh kita. Tetapi penularan
masih bisa dicegah dengan cara mencuci tangan kita dengan sabun (IKM FK UMI, 2013).
F. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya
Tikus dan binatang pengganggu lainnya menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
binatang pengganggu lainnya sebagai keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.
b. Persyaratan
1) Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol).
2) Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk ke
3) Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur, gudang
bangunan tertutup.
6) Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing (Kepmenkes No.
1204/MENKES/SK/X/2004).
c. Tata Laksana
1) Surveilans
Serveilans vektor menurut Peraturan Pemerintah Nomor 374 tahun 2010 adalah
pengamatan vektor secara sistematis dan terus menerus dalam hal kemampuannya
sebagai penular penyakit yang bertujuan sebagai dasar untuk memahami dinamika
a) Nyamuk
adanya atau keberadaan populasi jentik nyamuk secara teratur. Selain itu
harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk serta konstruksi
b) Kecoa
(1) Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya kotoran, telur
(2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter setiap 2 minggu.
(3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan
pemberantasan
c) Tikus
(1) Kotoran
(2) Bekasgigitan
(3) Bekasjalan
(4) Tikushidup
sakit, antara lain dapur, ruang perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD,
ruang operasi, ruang genset atau panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin,
d) Lalat
pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di tempat
yang diduga seperti tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti
sampah, saluran pembuangan limbah padat dan cair, kantin rumah sakit, dan
dapur.
e) Binatang pengganggu lainnya
No. 1204/MENKES/SK/X/2004).
2) Pencegahan
a) Nyamuk
(1) Melakuakn Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras, Menutup
(3M)
(2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup
(3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat perindukan
(4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama diruang
perawatan anak
b) Kecoa
(1) Menyimpan bahan makanan dan makanan yang siap saji pada tempat tertutup.
(2) Pengelolaansampahyangmemenuhisyaratkesehatan.
(3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam ruangan.
c) Tikus
(1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu, dan
jendela.
d) Lalat
3) Pemberantasan
a) Nyamuk
(1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. > 0 dengan cara
abatisasi.
(4) Bila diduga ada kasus deman berdarah yang tertular di rumah sakit, maka perlu dilakukan
b) Kecoa
(1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang terdapat
pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar
atau dihancurkan.
(2) Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Pemberantasan fisik
(b) Menyiramtempatperindukandenganairpanas
(3) Tikus
atau sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan
beracun.
(4) Lalat
Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per block grill
(5) BinatangPengganggulainnya Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu dilakukan :
(b) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing dan
anjing.
G. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu
dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen
biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakan dan perubahan perilaku
masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif.
Menurut WHO (Soemirat, 2009), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa
a. Penyakit belum ada vaksinnya seperti hampir semua penyakit disebabkan oleh virus.
b. Bila ada obat maupun vaksin, kerja obat belum efektif terutama untuk penyakit
parasiter.
c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia sehingga sulit untuk
dikendalikan.
e. Penyakit dapat menjalar karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap.
Berikut ini adalah beberapa pengendalian vektor dan binatang pengganggu, antara lain :
a. Pengendalian Kimiawi
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan
kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan karacunan bagi petugas penyemprot
Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara massal.
Untuk pemberantasan nyamuk Aedes secara massal misal dengan cara melakukan fogging bahan
b. Pengendalian Fisika
Pengendalian fisika dengan cara menitikberatkan pemanfaat iklim atau musim dan menggunakan
2) Pemasangan jaring.
4) Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
pengganggu.
6) Pemanfaatan arus listrik dengan umpan untuk membunuh vektor dan binatang
pengganggu.
Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif
Cara kedua ini dilakukan dengan cara meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina, dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat
menetas. Pemantauan vektor panyakit dan binatang pengganggu juga dilakukan yaitu dengan
cara mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan sosial ekonomi
yang ada serta keadaan endemik penyakit yang ada. Oleh karena itu pemantauan keadaan
Oleh karena itu, parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila
didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian luar biasa atau wabah. Parameter vektor penyakit
3) Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks
memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan
Dalam menjalankan peran, fungsi, dan kompetensinya, pekerja vektor harus memiliki
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi, diantaranya adalah melakukan survei dengan
vektor penyakit dan binatang pengganggu yang ada di rumah sakit, melakukan analisis hasil
survei vektor dan binatang pengganggu, melakukan pengelolaan pembuangan tinja, mengawasi
sanitasi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), melakukan surveilans penyakit
melakukan itervensi teknis sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan
minuman, vektor dan binatang pengganggu, melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis
sampel air,tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu serta
Dalam suatu tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor bahaya dapat menyebabkan
Sebagai tambahan untuk beban kerja yang merupakan beban langsung akibat pekerjaan
atau beban pekerjaan yang sebenarnya, pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan
atau situasi, yang menyebabkan adanya beban tambahan kepada tenaga kerja baik jasmani
maupun rohaniah, Menurut Suma’mur (2009) terdapat lima penyebab beban tambahan
dimaksud :
a. Faktor Fisis
Faktor fisis, meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara per
kapita atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara,
kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi
gelombang elektromagnetis.
b. Faktor Kimiawi
Faktor kimiawi, semua zat kimia anorganis dan organis yang ungki wujud fisiknya
merupakan salah satu atau lebih dari bentuk uap, gas, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan,
c. Faktor Biologis
Faktor biologis, termasuk semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun
hewan. Dari yang paling sederhana bersel tunggal sampai dengan yang tinggi tingkatannya.
Faktor fisiologis atau ergonomis yaitu interaksi antara faal kerja manusia dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi
indera manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan
fisiologis manusia.
f. Faktor Mental dan Psikologis
Faktor mental dan psikologis yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja,
hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja
dan lain-lain.
(Sumber : https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/R0013031_bab2.pdf)
A. Tungau (aceria)
a. Pengertian
Tungau adalah sekelompok hewan kecil bertungkai delapan yang, bersama-sama dengan
caplak, menjadi anggota superordo Acarina. Tungau bukanlah kutu dalam pengertian ilmu
hewan walaupun sama-sama berukuran kecil (sehingga beberapa orang menganggap keduanya
sama). Apabila kutu sejati merupakan anggota Insecta (serangga), tungau lebih berdekatan
Hewan ini merupakan salah satu avertebrata yang paling beraneka ragam dan sukses
beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan. Ukurannya kebanyakan sangat kecil sehingga
kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar.
Banyak di antara anggotanya yang hidup bebas di air atau daratan, tetapi ada anggotanya
yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun serangga) atau tumbuhan, bahkan ada
yang memakan kapang. Beberapa tungau diketahui menjadi penyebar penyakit (vektor) dan
pemicu alergi. Walaupun demikian, ada pula tungau yang hidup menumpang pada hewan lain
tungau merah Panonychus citri McGregor)[1], merusak daun ketela pohon dan juga daun
beberapa tumbuhan Solanaceae (cabai dan tomat). Tungau juga menyebabkan penyakit skabies,
Ada lebih dari 45 ribu jenis tungau yang telah dipertelakan[2]. Para ilmuwan berpendapat,
itu baru sekitar 5% dari kenyataan total jenis yang ada. Hewan ini dipercaya telah ada sejak
sekitar 400 juta tahun. Ilmu yang mempelajari perikehidupan tungau dan caplak dikenal sebagai
akarologi.
Taksonomi tungau masih belum stabil karena banyaknya perubahan. Namun dapat
dikatakan bahwa tungau mencakup semua anggota Acariformes, semua Parasitiformes kecuali
Ixodida (caplak), dan beberapa familia dan genera yang belum pasti penempatannya.
(Sumber :https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tungau )
1. Sarcoptes scabiei adalah tungau parasitik yang hidup dengan bersembunyi dalam kulit
dan menyebabkan penyakit skabies atau kudis. Hewan ini ditemukan di seluruh dunia.
Selain manusia, mamalia lain seperti anjing, kucing, sapi, hingga kera besar dapat
terinfeksi. Wikipedia
2. Ada dua jenis tungau yang hidup di wajah kita, Demodex folliculorum dan D. Brevis.
mereka adalah hewan arthropoda, kelompok hewan yang masuk dalam kategori hewan
bersendi, berkaki seperti kepiting dan serangga. Kerabat terdekat mereka adalah laba-laba
dan kutu.
3. Dermatophagoides pteronyssinus Deskripsi Tungau debu rumah adalah hewan sangat
kecil yang umum dijumpai di permukiman manusia. Dengan ukuran tubuhnya sekitar 420
µm panjang dan 250-320 µm lebar, tungau ini memakan sisa-sisa materi organik seperti
kelupasan kulit manusia yang banyak ditemui di tempat tinggal manusia. Wikipedia
tanaman yang menyerang tanaman dengan gejala serangan ditandai warna coklat pada
daun. Tungau menghisap cairan daun dan bersembunyi dibalik daun. Daun yang
Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) merupakan salah satu subspesies kambing yang
dipelihara atau dijinakkan dari kambing liar Asia Barat Daya dan Eropa Timur. Kambing
merupakan anggota dari keluarga Bovidae dan bersaudara dengan dengan biri-biri karena
keduanya tergolong dalam sub famili Caprinae. Terdapat lebih 300 jenis kambing yang berbeda-
beda. Kambing adalah salah satu di antara spesies yang paling lama di ternakkan, yaitu untuk
susu, daging, bulu, dan kulit di seluruh dunia. Pada tahun 2011, populasi kambing yang hidup di
seluruh dunia mencapai 924 juta menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-
Bangsa. Seekor kambing jantan dewasa. Kambing merupakan binatang memamah biak yang
berukuran sedang. Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang
secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah "Bulan sabit yang subur" dan Turki) dan Eropa.
Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing
jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai janggut, dahi cembung, ekor agak ke atas,
dan kebanyakan berrambut lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor,
adalah 1,3 meter - 1,4 meter, sedangkan ekornya 12 sentimeter - 15 sentimeter. Bobot kambing
betina 50 kilogram - 55 kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram. Kambing
liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia
dan Siberia. Habitat yang disukainya adalah daerah pegunungan yang berbatu-batu.
Kambing sudah dibudidayakan manusia kira-kira 8000 hingga 9000 tahun yang lalu.
makanan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Sementara
kambing-kambing jantan berperan menjaga keamanan kawanan. Waktu aktif mencari makannya
siang maupun malam hari. Makanan utamanya adalah rumput-rumputan dan dedaunan.
Kambing diketahui sanggup memakan apapun, termasuk kaleng dan kertas. Walaupun
sebenarnya mereka tidak memakan bahan-bahan yang tidak dapat dimakan, namun kambing
adalah hewan perenggut, tidak seperti sapi dan biri-biri yang meragut, bahkan (dengan sifat yang
amat senang mencari tahu) ia mampu mengunyah dan merasakan apa saja yang sedikit pun
menyerupai bentuk tumbuhan untuk menentukan makanan itu enak untuk dimakan, termasuk
kertas, pakaian dan kaleng.Kambing ternak merenggut rambat tanjung, yaitu rambat yang
beracun untuk kebanyakan hewan ternak. Selain mencoba berbagai bahan, kambing agak teliti
dengan apa yang sebenarnya ia makan. Kambing lebih senang merenggut ujung-ujung pohon
berkayu dan tumbuhan berdaun lebar. Apapun, dapat dikatakan bahwa pola memakan tumbuhan
kambing sangat beragam, termasuk sebagian spesies yang beracun untuk hewan lain.[20]
Kambing jarang memakan makanan kotor atau meminum air tercemar kecuali saat mereka
kelaparan. Inilah salah satu sebab peternakan kambing paling selalu dilakukan secara lepas
karena peternakan kambing secara ternak kurung membutuhkan biaya yang banyak dan jarang
berdaya komersial.
Kambing lebih gemar merenggut tumbuhan merambat seperti kacang hijau hutan, perdu
dan gulma, daripada makan rumput, yaitu lebih bersifat seolah rusa dibanding biri-biri.
Tumbuhan terong-terongan beracun; daun pohon buah yang layu juga dapat membunuh kambing.
Silase (batang jagung kering) dan hailaj (rumput kering tapai) dapat digunakan jika dimakan
segera setelah pelepasan - kambing sangat rentan terhadap bakteri Listeria yang tumbuh dalam
wadah pakan. Alfalfa yang kaya dengan protein sering diberikan dalam bentuk rumput kering;
feskiu adalah rumput kering yang paling kurang enak dimakan dan paling kurang memiliki
kandungan gizi. Kulapuk dalam pakan kambing dapat menyebabkan kambing jatuh sakit ataupun
mati. Kambing tidak harus diberi makan rumput yang memiliki tanda kulapuk. Fisiologi
pencernaan anak kambing yang masih bayi (seperti anak hewan lain) secara umum sama seperti
hewan monogastrik (berperut satu). Pencernaan susu dimulai di abomasum, yang mana susu
telah melepaskan rumen melalui penutupan alur retikulum-esofagus ketika menyusu. Ketika lahir,
rumennya belum selesai tumbuh, tetapi apabila anak kambing mulai makan makanan keras,
maka rumen itu segera semakin besar dan mampu untuk menyerap zat.
Ukuran dewasa seekor kambing adalah hasil dari jenis (potensi genetik) dan makanannya
sewaktu masa perkembangan (potensi nutrisi). Seperti semua hewan ternak, pertambahan
kebutuhan protein (10 ke 14%) serta jumlah kalori yang mencukupi ketika usia sebelum dewasa
mendatangkan kadar pertumbuhan lebih tinggi dan ukuran dewasa yang lebih besar daripada
kadar protein rendah dan kalori.[21] Kambing bertubuh besar dengan rangka yang lebih besar
mencapai berat badan matang pada umur yang lebih lewat mencapai (36 hingga 42 bulan)
daripada kambing bertubuh kecil (18 hingga 24 bulan) jika keduanya diberi makan potensi yang
cukup. Kambing bertubuh besar memerlukan lebih banyak kalori daripada kambing bertubuh
1. Kambing kacan
2. Kambing etawah
4. Kambing jawarandu
5. Kambing saanen
6. Kambing saburai
Monyet adalah istilah untuk semua anggota primata yang bukan prosimia ("pra-kera",
seperti lemur dan tarsius) atau kera, baik yang tinggal di Dunia Lama maupun Dunia Baru.
Hingga saat ini dikenal 264 jenis monyet yang hidup di dunia. Tidak seperti kera, monyet
biasanya berekor dan berukuran lebih kecil. Monyet diketahui dapat belajar dan menggunakan
Monyet terbesar adalah mandrill. Beberapa monyet dalam bahasa sehari-hari juga sering
disebut sebagai kera. Beberapa monyet telah dimanfaatkan manusia sebagai hewan timangan
atau hewan untuk membantu pekerjaan sehari-hari. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
adalah hewan yang paling biasa berinteraksi dengan manusia dan sering dipelihara sebagai
hewan timangan, hewan sirkus, atau percobaan laboratorium. Ia juga primata pertama yang
pernah ke angkasa luar. Beruk dipelihara di beberapa tempat di Sumatra dan Malaya untuk
dari satu dahan ke dahan yang lain dan diam bila ada pendaki gunung yang lewat. Mungkin di
situ monyet hidup berdampingan dengan macan akar dan ular. Di Sumatra Barat, tepatnya Danau
Maninjau, penginapan bersebelahan dibangunnya dengan hutan dan monyet dapat dengan mudah
menanjakn pohondan memasuki teras hotel dekat kolam renang. Di perjalanan naik turun ke arah
danau Maninjai, monyet monyet leluasa berkeliaran dan seperti menunggu makanan yang
1. Pigmy Marmoset Ini jenis monyet terkecil di dunia. Monyet yang punya bulu-bulu berwarna
keemasan ini suka sekali memakan cairan batang pada tumbuhan berkayu.
2. Emperor Tamarin
3. Proboscis
Kakinya yang berselaput ini jadi bukti kalau dia adalah perenang yang handal. Monyet ini
ada di Kalimantan, Indonesia Jenis monyet itu juga terkenal karena hidungnya yang besar dan
4. Spider Monkey
Hewan ini suka banget akrobatik. Dia dijuluki Spider Monkey karena kakinya yang
5. Night Monkey
Monyet ini dijuluki owl monkey karena mangkalnya cuma malam-malam doang. Gaul
geellaaakk, nih monyet. Monyet ini punya mata yang besar banget, mirip sama burung hantu.
6. Colobus Monkey
Ini bisa dibilang "panda"nya dunia permonyetan. Mereka cuma hidup di Afrika dan
makan daun
7. Babon
Babon cuma hidup di Afrika, dan sedihnya, populasinya semakin ke sini semakin
Ini monyet yang paling fotogenik karena hidup dalam paketan yang "full color". Kalau
9. Mona Monkey
Mona monkey ini hidup di Afrika barat. Mereka suka makan buah-buahan.
10. Gelada
12. Lesula
Monyet unik ini adalah spesies monyet yang baru di temukan pada tahun 2007 lalu.
Monyet yang kalau dilihat sepintas mirip alien ini hidup di Asia tenggara, terutama di