Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI:

* BAB I PENDAHULUAN
* BAB II TINJAUAN PUSTAKA
* BAB III METODE PERCOBAAN
* BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
* BAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas makhluk hidup yang indentik dengan
bahan buangan yang tidak memiliki nilai, kotor, kumuh, dan bau. Sampah organik
sepertidedaunan yang berasal dari taman, jerami, rerumputan, dan sisa-sisa sayur,
buah, yang berasal dari aktivitas rumah tangga dan pasar (sampah domestik)
memang seringmenimbulkan berbagai masalah. Baik itu masalah keindahan dan
kenyamanan maupunmasalah kesehatan manusia, baik dalam lingkup individu,
keluarga, maupunmasyarakat.Masalah-masalah seperti timbulnya bau tak sedap
maupun berbagai penyakittentu membawa kerugian bagi manusia maupun
lingkungan disekitarnya, baik meterimaupun psikis. Melihat fakta tersebut, tentu
perlu adanya suatu tindakan gunameminimalkan dampak negatifyang timbul dan
berupaya meningkatkansemaksimalmungkin dampak positifnya.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan dampak negatif
yangditimbulkan sampah organik domestik adalah mengolah sampah tersebut
menjadikompos secara konvensional dengan penambahan organik agen (serbuk
gergaji) dan bakteri yang berfungsi mendegradasi sampah-sampah organik dan
manambah unsur haradalam kompos sehingga menghasilkan produk yang bernilai
lebih, baik dari segi nilaiekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman.Kompos
adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahanorganik
yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikrobadalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Kompossendiri
dapat dibat dari sampah organik seperti dedaunan yang berasal dari taman, jerami,
rerumputan, dan sisasisa sayur, buah, yang berasal dari aktivitas rumah tanggadan
pasar (sampah domestik) Kompos yang kami buat yaitu dari sampah-sampah pasar
baik sampah kering maupun sampah basah dimana semua bahanmemilikikandungan
unsur hara tinggi bagi tanaman, khususnya unsur makro N, P, dan K.Kompos yang
berasal dari bahan organik tersebut dapat membantu memperbaiki sifatfisika, kimia,
maupun biologi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga sertaketersediaan

1
haranya pun terjamin. Apalagi kompos dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang
mudah ditemukan, sehingga tidak memerlukan biaya banyak dalam
pembuatannya.Dalam melakukan teknik pengomposan, ada berbagai hal yang perlu
diperhatikanagar proses pengomposan berjalan dengan cepat sehingga masa panen
relatif singkat dancepat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah proses
pencacahan yang sebisamungkin halus sehingga mudah di dekomposisi, kelembaban
dan aerasi yang mendukungkerja mikroorganisme, maupun kadar karbon dan
nitrogen yang ideal.

1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan kegiatan ini adalah melakukan kegiatan komposting atau
membuatkompos secara konvensional dari sampah organik domestik sehingga
mampumenciptakan inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi
masyarakat maupun pemerintah.

1.3 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini, yaitu:
1. Mengurangi permasalahan lingkungan akibat sampah organik yang
dihasilkanterutama dari aktivitas manusia;
2. Berkurangnya jumlah limbah berupa sampah organik domestik sehingga
terciptakenyamanan dan kebersihan di lingkungan pribadi, keluarga, maupun
masyarakat;
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos;
4. Menghasilkan suatu produk (kompos) yang memiliki nilai tambah lagi bagi
masyarakat maupun pemerintah.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kompos


Kompos adalah hasil pembusukan dari bahan-bahan organik yang membusuk
danhancur yang menumpuk dan menghasilkan tanah yang baru yang mengandung
unsur harayang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman, dimana unsur-unsur
tersebut adalahunsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman.Kompos berasal dari
daun, kotoran / tinjahewan, dan bahan-bahan alam yang lain seperti pembusukan
hewan-hewan kecil.Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagaisumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebutagar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini
meliputi membuat campuran bahanyang seimbang, pemberian air yang cukup,
mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.Potensi pengembangan
kompos cukup besar mengingat semakin tingginya jumlahsampah organik yang
dibuang ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara.Pembuatan kompos dapat dilakukan oleh masyarakat
awam, yang tidak punya pengetahuan tentang ilmu pertanian tetapi mereka bisa
belajar dari pengalaman sendiridan orang lain untuk membuat kompos, sehingga
kompos adalah pupuk tanaman yangsangat mudah dicari, karena terbuat dari bahan-
bahan organik dan sampah organik rumahtangga, dan bahan-bahan pembuat kompos
sangat mudah dicari, dan mudah caramembuatnya.

2.2 Proses Pengomposan


Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat
membuatkompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera berlansung
setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat
dibagimenjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-
tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan
segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan

3
meningkat dengancepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkathingga di atas 50-. Suhu akan tetap tinggi selama
waktu tertentu. Mikroba yangaktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhutinggi. Pada saat ini terjadi dekmposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif.Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi
penyusutan volume maupun biomassa bahan.Pengurangan ini dapat mencapai 30 –
40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen)
atau anaerobik(tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses
aerobik, dimanamikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan
organik. Prosesdekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang
disebut prosesanaerobik. Namun, proses ini tidakdiinginkan selama proses
pengomposan karena akandihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan
menghasilkan senyawa - senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asamvalerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan


Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
lingkungan dan bahan yang berbedabeda. Apabila kondisinya sesuai, maka
dikomoser tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik.
Apabila kondisinya kurangsesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan
dorman, pindah ke tempat lain,atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum
untuk proses pengomposan sangatmenentukan keberhasilan proses pengomposan itu
sendiri.Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:
1. Keseimbangan Nutrien (Rasio C/N) Parameter nutrien yang paling penting dalam
proses pembuatan komposadalah unsur karbon dan nitrogen. Dalam proses pengurai
terjadi reaksi antarakarbon dan oksigen sehingga menimbulkan panas (CO2).

4
Nitrogen akan ditangkapoleh mikroorganisme sebagai sumber makanan. Apabila
mikroorganisme tersebut mati maka nitrogen akan tetap tinggal dalam kompos
sebagai sumber nutrisi bagimakanan. Besarnya perbandingan antara unsur karbon
dengan nitrogen tergantung pada jenis sampah sebagai bahan baku. Perbandingan C
dan N yang ideal dalam proses pengomposan yang optimum berkisar antara 20 : 1
sampai dengan 40: 1,dengan rasio terbaik adalah 30 : 1.
2. Derajat Keasaman (pH)Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses pembuatan
kompos secara aerobik berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan pH yang
dibutuhkan tanaman. Pada proses awal, sejumlah mikroorganisme akan mengubah
sampah organik menjadiasam-asam organik, sehingga derajat keasaman akan selalu
menurun. Pada prosesselanjutnya derajat keasaman akan meningkat secara bertahap
yaitu pada masa pematangan, karena beberapa jenis mikroorganisme memakan
asam-asam organikyang terbentuk tersebut. Derajat keasaman dapat menjadi faktor
penghambat dalam proses pembuatan kompos, yaitu dapat terjadi apabila :
a. pH terlalu tinggi (di atas 8) , unsur N akan menguap menjadi NH3. NH3
yangterbentuk akan sangat mengganggu proses karena bau yang menyengat.
Senyawaini dalam kadar yang berlebihan dapat memusnahkan mikroorganisme.
b. pH terlalu rendah (di bawah 6), kondisi menjadi asam dan dapat
menyebabkankematian jasad renik.
3. TemperaturProses biokimia dalam proses pengomposan menghasilkan panas yang
sangat penting bagi mengoptimumkan laju penguraian dan dalam menghasilkan
produkyang secara mikroorganisme aman digunakan. Pola perubahan temperatur
dalamtumpukan sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme.
Pada awal pengomposan, temperatur mesofilik, yaitu antara (25 – 45 C akan terjadi
dansegera diikuti oleh temperatur termofilik antara (50 – 65 C. Temperatur
termofilikdapat berfungsi untuk :
a. Mematikan bakteri/bibit penyakit baik patogen maupun bibit vektor
penyakitseperti lalat;
b. Mematikan bibit gulma. Kondisi termofilik, kemudian berangsur-angsur
akanmenurun mendekati tingkat ambien.

5
4. AerasiPengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang
cukupoksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan
suhuyang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke
dalamtumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerobyang
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan
denganmelakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
5. PorositasPorositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos.
Porositasdihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume
total.Ronggarongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan men suplly oksigen
untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen
akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
6. Ukuran Partikel SampahUkuran partikel sampah yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatankompos harus sekecil mungkin untuk mencapai efisiensi aerasi dan
supaya lebihmudah dicerna atau diuraikan oleh mikroorganisme. Semakin kecil
partikel, semakinluas permukaan yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung
dengan cepat.
7. Kelembaban UdaraKandungan kelembaban udara optimum sangat diperlukan
dalam proses pengomposan. Kisaran kelembaban yang ideal adalah (40 – 60) %
dengan nilai yang paling baik adalah 50 %. Kelembaban yang optimum harus terus
dijaga untukmemperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal sehingga proses
pengomposandapat berjalan dengan cepat. Apabila kondisi tumpukan terlalu lembab,
tentu dapatmenghambat pertumbuhan mikroorganisme karena molekul air akan
mengisi ronggaudara sehingga terjadi kondisi anaerobik yang akan menimbulkan
bau. Bila tumpukan terlalu kering (kelembaban kurang dari 40%), dapat
mengakibatkan berkurangnya populasi mikroorganisme pengurai karena terbatasnya
habitat yangada.
8. Homogenitas Campuran SampahKomponen sampah organik sebagai bahan baku
pembuatan kompos perludicampur menjadi homogen atau seragam jenisnya,
sehingga diperoleh pemerataanoksigen dan kelembaban. Oleh karena itu kecepatan
pengurai di setiap tumpukanakan berlangsung secara seragam.

6
9. Lama PengomposanLama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik
bahan yangdikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan
atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan
berlangsungdalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-
benar matang.
10. Kandungan HaraKandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan
dan bisanyaterdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
dimanfaatkan olehmikroba selama proses pengomposan.
11. Kandungan Bahan BerbahayaBeberapa bahan organik mungkin mengandung
bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti
Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-
logam berat akan mengalamiimobilisasi selama proses pengomposan.

2.4 Bahan-bahan Pembuatan Kompos


Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan,
misalnya:limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas,
kotoran/limbah peternakan,limbah-limbah pertaniah, limbah limbah agroindustri,
limbah pabrik kertas,limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.Menurut
Djuarnani Nan, dkk. (2005) pada dasarnya semua bahan-bahan organik padatdapat
dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik
pasar atau kota, kertas, kotoran atau limbah peternakan, limbah-limbah pertanian,
limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik
kelapasawit, dll.
2.4.1 Berdasarkan komponen yang dikandungnya
1. Bahan organik lunak
Bahan organik dikatakan lunak jika bahan tersebut sebagian besar terdiri dariair.
Bahan yang termasuk dalam kategori ini adalah buah-buahan, sayur-sayuran, limbah
kebun termasuk potongan rumput dan dedaunan, serta limbahdapur.
2. Bahan organik kerasBahan organik keras memiliki kadar air relative rendah
dibandingkan dengan jumlah total berat bahan tersebut. Contoh bahan organik keras
adalahdedaunan segar, bunga, dan hasil pemotongan pagar hidup.

7
3. Bahan selulosaBahan selulosa merupakan bahan yang struktur selulornya sebagian
besarterdiri dari selulosa dan lignin dengan kadar air yang relative rendah. Bahanini
akan didekomposisikan dengan sangat lambat, bahkan tidak sama sekali.Contohnya
adalah sisipan kayu, jerami padi, daun kering, kulit pohon, dankertas.
4. Limbah proteinLimbah protein merupakan limbah yang mengandung banyak
protein, sepertikotoran hewan, limbah dari pemotongan hewan, dan limbah
makanan.Limbah yang mengandung banyak protein ini merupakan bahan
pembuatkompos yang sangat bagus karena kandungan nutrisinya baik untuk
pertumbuhan tanaman.
5. Limbah manusia
Limbah manusia dan hewan yang dimaksud adalah kotoran (feses). Kotoranini
sangat disenangi mikroorganisme.
2.4.2 Berdasarkan asal bahannya
1. Limbah Pertanian
1) Limbah dan residu tanaman, contohnya jerami padi, sekam padi, gulma, batang
dan tongkol jagung..
2) Semuabagian vegetative tanaman, contohnya batang pisang, serabutkelapa, dan
dedaunan.
3) Limbah dan residu ternak, contohnya kotoran, limbah cair, dan limbah pakan.2.
Limbah Industri
1) Limbah padat, contohnya kayu, kertas, serbuk gergaji, ampas tebu,limbah kelapa
sawit, limbah pengalengan makanan, dan limbah dari pemotongan hewan.
2) Limbah cair, contohnya alkohol, limbah dari pengolahan kertas, danlimbah dari
pengolahan minyak kelapa.
3. Limbah Rumah Tangga
1) Sampah, contohnya tinja, urin, sampah rumah tangga, sampah kota, danlimbah
dapur.
2) Garbage diartikan sebagai limbah yang berasal dari tumbuhan hasil pemeliharaan
dan budidaya. Dapur rumah tangga, pusat perbelanjaan pasar, dan restoran atau
tempat yang menjual masakan olahan.

8
3) Rabbish mengandung berbagai limbah padat yang mudah terbakar yang berasal
dari rumah, pusat perbelanjaan dan kantor.
Sebaiknya dalam pembuatan pupuk kompos perbandingan penggunaanSampah
Coklat : Sampah Hijau yaitu (2:1). Karena apabila hanyamenggunakan sampah
coklat saja maka akan dibutuhkan waktu yangcukup lama untuk proses
pengomposannya.Bahan yang sebaiknyadihindari untuk pembuatan pupuk kompos
adalah :
1. Daging ,ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak/minyak, karena
dapatmengundang serangga seperti lalat sehingga proses pengomposan
akanmenimbulkan belatung.
2. Feses anjing, feses kucing ini dapat membawa penyakit.
3. Tanaman gulma / yang berhama karena hama akan masih terkandung
dalamkompos.
2.4.3 Penggunaan effective microorganisms 4 (EM4) Dalam pengomposan Effective
Microorganisms 4 (EM4) merupakan kultur campuran dalammedium cair berwarna
coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri darimikroorganisme yang
menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenismikroorganisme yang berada
dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp., Khamir,Actinomycetes, Streptomyces.
Selain memfermentasi bahan organik dalam tanahatau sampah, EM 4 juga
merangsang perkembangan mikroorgan isme lainnyayang menguntungkan bagi
kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman,misalnya bakteri pengikat nitrogen,
pelarut fosfat dan mikro - organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit
tanaman. EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat
proses dekomposisi sampah organik(Sugihmoro,1994). Setiap bahan organik akan
terfermentasi oleh EM 4 pada suhu40 – 50o
C. Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol,vitamin, asam
laktat, asam amino , dan senyawa organic lainnya serta melarutkanunsur hara yang
bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserapoleh tanaman.
Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gasyang berbau
busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarikuntuk berkembang
biak di sana. Hasil proses fermentasi tersebut disebut bokashi.

9
2.5 Karakteristik Kompos yang Matang
Untuk mengetahui tingkat kematangan kompos dapat dilakukan dengan uji
dilaboratorium atau pun pengamatan sederhana di lapang. Berikut ini disampaikan
beberapacara sederhana untuk mengetahui tingkat kematangan kompos :
1. Dicium/dibauiKompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum,
meskipun kompos darisampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap,
berarti terjadifermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang
mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan
mentahnya berarti kompos masih belum matang.
2. Kekerasan Bahan
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk
komposmungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas-remas akan
mudahhancur.
3. Warna komposWarna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam-hitaman.
Apabila komposmasih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya
berarti kompostersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan
komposseringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
4. PenyusutanTerjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos.Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan
tingkatkematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila
penyusutannyamasih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai
dan kompos belum matang.
5. SuhuSuhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal
pengomposan. Suhukompos yang masih tinggi, atau di atas 50o
C, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup
matang.
6. Tes perkecambahanContoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot
kecil. Letakkan beberapa benih (3 – 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat
yang bersamaankecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang
diletakkan di dalam bakidan ditutup dengan kaca/plastik bening. Benih akan
berkecambah dalam beberapahari. Pada hari ke2 atau ke3 hitung benih yang

10
berkecambah. Bandingkan jumlahkecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di
atas kapas basah. Kompos yangmatang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih
yang berkecambah.
7. Bioassay
Uji BiologiKematangan kompos diuji dengan menggunakan tanaman. Pilih tanaman
yangresponsif dengan kualitas kompos dan mudah diperoleh, seperti: bayam, tomat,
atautanaman kacangkacangan. Tanah yang digunakan untuk pengujian adalah
tanahmarjinal/tanah miskin. Campurkan kompos dan tanah dengan perbandingan
30%kompos : 70% tanah. Masukkan campuran tanah kompos ke dalam beberapa
polybag . Tanam bibit tanaman ke dalam polybag.
Sebagai pembanding gunakantanah saja (blangko) dan tanah subur. Bioassay
dilakukan tanpa pemupukan. Kompos yang bagus ditandai dengan pertumbuhan
tanaman uji yang lebih baik daripada perlakuan tanah saja (blanko).
8. Uji Laboratorium KomposSalah satu kriteria kematangan kompos adalah rasio
C/N. Analisa ini hanya bisadilakukan di laboratorium. Kompos yang telah cukup
matang memiliki rasio C/N<20. Apabila rasio C/N lebih tinggi, maka kompos belum
cukup matang dan perluwaktu dekomposisi yang lebih lama lagi.

11
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Pembuatan Kompos
Tempat : Di belakang Lab. IPA (SMP 1 Pangsid )
Waktu : 09.00-11.00/Setiap hari Jum’at
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang dibutuhkan, yaitu :
1. Komposter
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Alat untuk analisis fisik (Termometer, pH meter)
5. Alat ukur ketinggian
6. Sekop
7. Ember
8. Ayakan
9. Parang
10. Penggilingan
11. Spidol
3.2.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan, yaitu :
1. Sampah hijau dan sampah coklat dengan perbandingan (1 : 2) sebanyak 1,5 kg
sampah hijau dan 3 kg sampah coklat
2. Aktivator, yakni bakteri promi
3. Air secukupnya
4. Serbuk kayu (gerjaji) 15
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Pembuatan Kompos
Langkah pembuatan kompos sebagai berikut :

12
1. Sampah hijau dan sampah coklat dikumpulkan dengan perbandingan (1 : 2)
sebanyak 1,5 kg sampah hijau dan 3 kg sampah coklat
2. Sampah hijau yang berupa sampah kebun dan sampah coklat yang berupadaun-
daun kering dipotong-potong hingga ukuran kecil
3. Terpal disiapkan, sebagai alas untuk pengandukan sampah coklat dan sampahhijau
4. Kemudian sampah diaduk hingga tercampur secara merata.
5. Serbuk gergaji yang telah ditimbang, ditambahkan ke dalam campuransampah
kemudian diaduk kembali untuk dihomogenkan.
6. Mikroba pendegradasi ditambahkan ke dalam campuran tersebut laludidiaduk
secara merata.
7. Setelah semua bahan tercampur merata, dimasukan ke dalam komposter.
8. Ketinggian campuran untuk kompos ditandai pada pipa yang berada
dalamkomposter sebagai ketinggian awal.
9. Komposter ditutup rapat, agar terjadi proses pembusukan yang sempurna.
10. Pengecekan dilakukan setiap seminggu selama 4 minggu.
11. Parameter yang diuji setiap minggu adalah pH, suhu dan ketinggian sampah.
12. Kompos dipanen setelah 4 minggu.
13. Kompos dikeluarkan dari komposter dan dijemur dibawah sinar matahari.
14. Kompos yang telah kering diayak atau disaring untuk mendapatkan komposyang
berukuran kecil.
15. Kompos dikemas dalam wadah plastik untuk disimpan.
16. Kompos siap digunakan.
3.3.2 Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Ditimbang sebanyak 5 gram kompos di erlenmeyer
2. Ditambahkan aquadest sampai volumenya 100 ml, hingga kompos
tersebutterendam semua
3. Lalu dikocok dengan shaker selama 15 menit dengan 120 rpm
4. Kompos yang telah dishaker disaring ke dalam tiga erlemeyer yang berbeda
5. pH kompos diukur dengan alat pH meter
3.3.3 Pengukuran Ketinggian Kompos

13
Langkah pengukuran ketinggian kompos sebagai berikut :
1. Tutup composer dibuka untuk mengukur ketinggian kompos.
2. Diukur ketinggian kompos dengan mengukur ketinggian pada pipa yang
telahdiberi tanda untuk ketiggian kompos awal.
3. Pengukuran ketinggian dilakukan di tiga titik
4. Setelah ketingian kompos diukur, composer ditutup kembali
3.3.4 Pengukuran Suhu kompos
Langkah pengukuran suhu kompos sebagai berikut:
1. Pengukuran temperatur pada kompos dapat diketahui dengan
meletakkantermometer ke dalam komposter
2. Temperatur diukur pada tiga sisi kompos dalam komposter.

14
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Pengamatan dan Pembahasan


1.1.1. Hasil Pengamatan
Pembahasan
Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organikyang dapat
dipercepat secara artifikal oleh populasi berbagai macam mikrobadalam kondisi
lingkungan tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik).
Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organikmengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yangmemanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalahmengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuklebih cepat. Proses ini
meliputi pembuatan bahan campuran yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.Pada prinsipnya semua
bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahanorganik dapat buat menjadi pupuk
kompos. Contohnya adalah seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan
sisa kayu dapat dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia
bisa dikomposkan. Kompos darikotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk
kandang. Sisa makanan dan bangkai binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan
yang mudahdikomposkan, ada bahan yang agak mudah, dan ada yang sulit
dikomposkan.Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan. Namun pada
praktikum ini bahan yang digunakan yaitu daun-daun kering sebagai sampah coklat,
sampahsayur sebagai sampah hijau, serbuk gergaji, EM-4 berupa mikroorganisme
chromik dan air.Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator
atauinokulum atau biang kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang
bekerja mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organikyang
lunak dan ukurannya cukup kecil dapat dikomposkan tanpa harus dilakukan
pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras, sebaiknya dicacahterlebih
dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahanorganik agar
proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.Untuk melindungi kompos

15
dari lingkungan luar yang buruk, kompos perluditutup. Penutupan ini bertujuan
untuk melindungi bahan/jasad renik dari airhujan, cahaya matahari, penguapan, dan
perubahan suhu. Dan pada praktikum inimenggunakan alat atau wadah dalam
pembuatan kompos yaitu komposter. Dalam praktikum yang dilakukan, yaitu
pembuatan kompos dari sampah pasar melalui metode komposter diperoleh beberapa
perubahan kondisi. Hal-halyang harus diperhatikan selama proses pengomposan
diantaranya adalahtemperatur, pH, ketinggian, ukuran partikel dan kelembaban
udara. Temperatur berdasarkan literatur, pola perubahan temperature dalamtumpukan
sampah bervariasi sesuai dengan tipe dan jenis mikroorganisme. Padaawal
pengomposan, temperaturmesofilik, yaitu antara (25 – 45)oC akan terjadi dansegera
diikuti oleh temperature termofilik antara (50 – 65)o C. Dalam praktikum,suhu
maksimal yang kompos kami buat menghasilkan suhu 32,5oC dan minimum 29,0o C.
Dimana suhu-suhu ini cocok untuk aktivitas mikroorganisme mesofilik.Suhu tinggi
disebabkan dari proses penguraian yang menghasilkan panas,sedangkan suhu yang
menurun dapat disebabkan oleh penurunan aktivitas penguraian sampah ataupun
akibat kondisi lingkunganya itu hujan.Derajat keasaman (pH) ideal dalam proses
pembuatan kompos secaraanaerob berkisar pada pH netral (6 – 8,5), sesuai dengan
pH yang dibutuhkantanaman. pH selama proses pembuatan kompos harus dijaga agar
tidak dalamsuasana asam, karena pH asam dapat mematikan jasad renik yang
berfungsimengurai kompos. Selama proses penguraian, akan dihasilkan asam asam
organikyang akan menurunkan pH. Terbukti dari hasil pengamatan pH selama 3
minggucenderung naik turun. Jika terdapat pH kompos bersifat asam perlu
ditambahkanair agar pH naik kembali, namun hal itu tidak dilakukan karena
penurunan pHtidak sampai ke pH asam. Pada minggu kedua, pH kompos sedikit
naik. Hal inidapat disebabkan dihasilkannya gas NH3 pada proses penguraian
sehingga pHnaik. pH kompos pada akhir pengukuran adalah 7,63 tidak masuk ke
dalamrentang SNI yaitu sebesar (6,80 – 7,49). Namun hasil pengukuran terakhir
tidakdapat dijadikan sebagai acuan karena pengukuran dilakukan tidak
bertepatandengan pemanenan kompos, karena pemanenan kompos dilakukan 1
minggusetelah pengukuran terakhir.Ketinggian sampah selama proses pengomposan
cenderung menurun,dan penurunannya bersifat fluktuatif, artinya tidak ada korelasit

16
antara perubahanvolume dengan lamanya waktu, karena penurunan tinggi /volume
diakibatkan proses pembusukkan dari sampah sehingga yang berpengaruh adalah
kecepatan pembusukkan. Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring
dengankematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik
bahanmentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara (20 –
40) %. Namun pada minggu ke-3 terjadi penyusutannya masih kecil/sedikit, 20
kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang. Halini
disebabkan tidak sempurnanya porses degradasi oleh mikroorganisme.Jumlah
kompos yang dihasilkan setelah panen tergolong banyak , artinya proses penguraian
berlangsung tidak efisien. Hal ini dapat disebabkan olehukuran partikel sampah yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan kompostidak sekecil mungkin sehingga
tidak mencapai efisiensi aerasi sehinggamenyebabkan sampah sulit dicerna atau
diuraikan oleh mikroorganisme. Semakinkecil partikel, semakin luas permukaan
yang dicerna sehingga pengurai dapat berlangsung dengan cepat.Kadar air sangat
berpengaruh terhadap kelembaban kompos yang dibuat.Kelembaban optimum untuk
proses pengomposan anaerobikberkisar 50 – 60% setelah bahan dicampur. Namun
kadar air yang terkandung dalam kompos yangtelah dipanen kurang memenuhi
kelembaban optimum tersebut karena masihterlihat kering. Kelembababan yang
kurang optimum dapat mempengaruhi proses dekomposis bahan baku, karena
berhubungan dengan aktivitas organisme.Oleh karena itu, kelembaban yang optimum
harus terus dijaga untuk memperoleh jumlah mikroorganisme yang maksimal
sehingga proses pengomposan dapat berjalan dengan cepat.Kompos yang telah
dipanen fisiknya tidak memenuhi kriteria kompossiap panen. Karena warna kompos
dari awal pengomposan dominan coklat karenakomposisi sampah cokelat lebih
banyak. Dan tekstur kompos pun masih berbentuk dedaunan belum terdegradasi
sempurna. Adapun sampah dari awalterlihat dominan cokelat disebabkan dedaunan
yang digunakan adalah dedaunanyang kering sehingga sulit mengurai.Pada minggu
ke-4, kompos yang dibuat belum siap panen. Hal tersebutdapat diatasi dengan
melakukan mengaduk atau menghomogenkan campuransampah pada setiap
pengamatanya karena komponen sampah organik sebagai bahan baku pembuatan
kompos, sehingga diperoleh pemerataan oksigen dankelembaban. Oleh karena itu

17
kecepatan pengurai di setiap tumpukan akan berlangsung secara seragam. Selain itu
kurangnya penambahan air yang cukupsehingga dapat mempengaruhi hasil panen
pengomposan, karena jika kekuranganair dapat menyebabkan kerja aktivasi
mikroorganisme di dalamnya semakin lama, bahkan mikroorganisme tersebut mati
dan mengakibatkan kompos gagal panen.

18
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kompos adalah hasil penguraian parsial campuran bahan-bahan organik yang
dapatdipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisilingkungan tertentu (hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik). Membuat
komposadalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat
terbentuk lebihcepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yangcukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan.Dari praktikum pembuatan kompos yang dilakukan diperoleh hasil
akhir yaitukompos yang diperoleh dengan volume yang tetap dari proses awal
dilakukannya pengomposan atau gagal panen. hal ini dikarenakan terjadinya proses
pembusukanyangkurang sempurna dalam penyusutan bahan. Ciri kompos yang
sudah matang adalah bentuknya sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat
kehitaman, tidak berbaumenyengat, dan mudah dihancurkan. Pupuk-pupuk organik
(kompos) yang kaya akanhumus ini menggantikan peran dari pupuk-pupuk sintesis
dalam menjaga kualitas tanah.Waktu yang diperlukan untuk memperoleh hasil
kompos yang optimal yaitumembutuhkan waktu yang relatif lama dibanding pupuk
kimia, namun pupuk ini tidak berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Sehingga
tanaman yang dihasilkan termasuktanaman organik yang bebas dari paparan bahan
kimia.

5.2 Saran
Agar proses pengomposan dapat berlangsung berhasil perlu perlakuan
tambahan.Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau
inokulum atau biangkompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja
mempercepat pelapukan bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak
dan ukurannya cukup kecildapat dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan.
Tetapi bahan organik yang besardan keras, sebaiknya dicacah menjadi lebih kecil
lagi. Aktivator kompos harus dicampurmerata ke seluruh bahan organik agar proses

19
pengomposan berlangsung lebih baik dancepat. Bahan yang akan dibuat kompos juga
harus cukup mengandung air. Bahan jugaharus cukup mengandung udara. Seperti
halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.

20

Anda mungkin juga menyukai