Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

ENUMERASI DAN ISOLASI

Nama : Gede Wiswa Fahardisa Satria Wiyasa


NIM : 2005561054
Kelas :2
Sesi / Kelompok : C / 6
Tanggal : 30 April 2021
Asisten Dosen : Ni Ketut Febri Antini

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kehidupan
makhluk hidup yang berukuran kecil (Syauqi, 2017). Makhluk hidup yang
berukuran kecil itu disebut dengan mikroorganisme yang dapat terlihat jelas
dalam satuan ukuran mikro (µ) (Madigan et al., 2014). Beberapa mikroorganisme
memiliki manfaat bagi makanan dan minuman yang juga berdampak baik bagi
manusia (Ullah et al, 2020). Namun, mikroorganisme diasosikan sebagai
organisme yang hanya dapat menimbulkan infeksi, kontaminasi makanan dan
minuman, dan penyebab utama penyakit karena dampak buruknya lebih banyak
(Hidayat, 2018). Kontaminasi mikroba terhadap makanan dan minuman diatur
batas maksimumnya oleh BPOM RI (Martoyo dkk., 2014). Untuk mengambil
langkah dalam menentukan kontaminasi mikroorganisme, kita perlu mengetahui
jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi dengan menggunakan metode
enumerasi.
Metode enumerasi adalah perhitungan jumlah mikroba yang terkandung di
dalam sampel makanan atau minuman (Kawuri dkk., 2021). Enumerasi mikroba
dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti metode pengenceran, metode
perhitungan langsung dalam ruang hitung (Hemasitometer), metode membran
filter, metode berat kering dan volume sel, metode MPN, dan lain-lain (Kawuri
dkk., 2021). Salah satunya adalah metode TPC (Total Plate Count) yang paling
umum, dengan menghitung jumlah koloni pada medium (Yousef and
Abdelhamid, 2019) Menurut Yunita dkk. (2015) koloni mikroba yang tumbuh
pada sampel dapat dihitung apabila jumlah koloninya berada pada angka 30
hingga 300 CFU (Colony Forming Unit). Satuan perhitungan yang digunakan
adalah CFU per mL untuk sampel cair dan per gram untuk sampel padat (Kawuri
dkk., 2021).

1.2 Tujuan
1. Untuk menghitung jumlah mikroba yang terdapat pada sampel makanan
dan minuman.
2. Untuk mengetahui kelayakan dari makanan dan minuman yang
dijadikan sampel berdasarkan ambang batas dari BPOM RI.
II. MATERI DAN METODE
Praktikum enumerasi dilakukan menggunakan 6 sampel yaitu es teh 1, susu
kedelai, temulawak, es teh 2, jamu kunyit loloh, dan es buah. Pertama mencairkan
medium NA (Nutrient Agar) sebagai medium sampel es buah. Selanjutnya aduk
sampel es buah hingga homogen dengan cara menggoyangkan wadah es buah
searah dan berlawanan jarum jam. Buka cawan Petri dan ambil sampel es buah
sebanyak 200 µL menggunakan mikropipet, kemudian masukkan ke cawan Petri.
Setelah 200 µL sampel es buah dimasukkan ke cawan Petri, tuang NA (Nutrient
Agar) yang telah dicairkan dan didinginkan dengan metode pour plate (metode
tuang) ke dalam cawan Petri. Aduk kembali sampel es buah dan NA (Nutrient
Agar) dalam cawan Petri agar homogen, dengan menggoyangkan searah dan
berlawanan jarum jam. Seluruh proses dalam memasukkan sampel es buah ke
dalam cawan Petri hingga memasukkan NA (Nutrient Agar) ke cawan Petri
dilakukan didekat api Bunsen. Setelah itu sampel diinkubasi selama 24 jam dalam
suhu ruang. Perhitungan jumlah mikroba dilakukan dengan metode TPC (Total
Plate Count) atau dapat disebut juga ALT (Angka Lempeng Total).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
(Terlampir).
3.2 Pembahasan
Enumerasi yang dilakukan oleh kelompok 1 menggunakan sampel es teh 1.
Dengan metode ALT hasil yang didapatkan adalah 110 CFU/mL. Menurut BPOM
RI (2019) ambang batas cemaran mikroba dalam es teh dengan metode ALT
adalah 103 CFU/mL - 104 CFU/mL. Sampel es teh 1 aman dikonsumsi karena tidak
melebihi batas maksimal cemaran mikroba.
Enumerasi yang dilakukan oleh kelompok 2 dengan sampel susu kedelai,
didapatkan hasil dengan metode ALT adalah 1115 CFU/mL (TBUD). Ambang
batas maksimal cemaran mikroba dalam olahan minuman berbahan dasar kedelai
adalah 105 CFU/mL (BPOM RI, 2019). Sehingga sampel susu kedelai yang
digunakan oleh kelompok 2 dinyatakan tidak aman dikonsumsi karena melebihi
ambang batas cemaran mikroba oleh BPOM RI.
Enumerasi oleh kelompok 3 dengan sampel temulawak, hasil yang didapatkan
dengan metode ALT adalah 45 CFU/mL. Berdasarkan Batas Maksimal Cemaran
Mikroba Dalam Pangan Olahan oleh BPOM RI (2019) batas maksimal cemaran
minuman berbahan dasar herbal seperti temulawak adalah 104 CFU/mL. Sehingga
sampel temulawak yang diuji oleh kelompok 3 dinyatakan aman untuk
dikonsumsi karena tidak melebihi batas maksimal cemaran mikroba.
Pengujian oleh kelompok 4 dengan sampel es teh 2, hasil yang didapatkan
kelompok 4 dengan metode ALT adalah 80 CFU/mL. Batas maksimal cemaran
mikroba pada minuman berbahan dasar teh adalah 104 CFU/mL (BPOM RI,
2019). Berdasarkan batas maksimal yang ditetapkan BPOM RI, sampel es teh 2
dinyatakan aman dikonsumsi karena tidak melebihi batas maksimal cemaran
mikroba.
Enumerasi oleh kelompok 5 dengan metode ALT dengan sampel yang
digunakan yaitu jamu kunyit loloh. Hasil yang didapatkan bernilai 30 CFU/mL.
Berdasarkan BPOM RI (2019) batas maksimal dari minuman berbahan dasar
herba seperti kunyit adalah 104 CFU/mL. Sehingga didapatkan bahwa sampel
jamu kunyit loloh yang digunakan oleh kelompok 5 dinyatakan aman untuk
dikonsumsi karena tidak melebihi ambang batas maksimal cemaran mikroba.
Pengujian yang dilakukan oleh kelompok 6 menggunakan sampel es buah
dengan metode ALT. Hasil yang didapatkan adalah 1360 CFU/mL (TBUD).
Menurut BPOM RI (2019) batas maksimal cemaran mikroba dalam minuman
berasa buah dan bertambahan potongan buah adalah 105 CFU/mL. Sehingga
sampel es buah yang digunakan oleh kelompok 6 dinyatakan tidak layak
dikonsumsi karena melebihi batas maksimal cemaran mikroba.
Sampel yang digunakan oleh kelompok 1 dan kelompok 4 secara kebetulan
sama-sama es teh. Namun nilai total koloni yang didapatkan kelompok 1 pada
sampel es teh 1 lebih besar dari yang didapatkan kelompok 4 pada sampel es teh
2. Perbedaan ini tentunya dipengaruhi oleh higienitas dan sanitasi dari penjual
yang berbeda. Menurut WHO (2019) higienitas dan sanitasi alat/bahan serta air
dalam sangat penting dalam menunjang kebersihan dan kontaminasi mikroba.
IV. KESIMPULAN
1. Jumlah mikroba pada sampel es teh 1 adalah 110 CFU/mL. Jumlah
mikroba pada sampel susu kedelai adalah 1115 CFU/mL (TBUD).
Jumlah mikroba pada sampel temulawak adalah 45 CFU/mL. Jumlah
mikroba pada sampel es teh 2 adalah 80 CFU/mL. Jumlah mikroba
pada sampel jamu kunyit loloh adalah 30 CFU/mL. Dan jumlah
mikroba pada sampel es buah adalah 1360 CFU/ml (TBUD).
2. Sampel es teh 1, temulawak, es teh 2, dan jamu kunyit loloh dinyatakan
aman untuk dikonsumsi karena tidak melebihi ambang batas cemaran
mikroba sesuai data BPOM RI. Sedangkan susu kedelai dan es buah
dinyatakan tidak aman untuk dikonsumsi karena melebihi ambang batas
cemaran mikroba sesuai data dari BPOM RI.

DAFTAR PUSTAKA

Syauqi, Ahmad. 2017. Mikrobiologi Lingkungan Peranan Mikroorganisme dan


Kehidupan. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Hidayat, Nur, Irene Meitiniarti, dan Neti Yuliana. 2018. Mikroorganisme dan
Pemanfaatannya. UB Press. Malang.

Kawuri, R., Y. Ramona, dan I. B. G. Darmayasa. 2021. Penuntun Praktikum


Mikrobiologi Umum. Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
Martoyo, Pratiwi Y., Ratih Dewanti H., dan Winiati P. Rahayu. 2014. Kajian
Standar Cemaran Mikroba Dalam Pangan di Indonesia. Jurnal
Standardisasi. 16 (2): 113-124.

Yunita, Merisa, Yusuf Hendrawan, dan Rini Yulianingsih. 2015. Analisis


Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS)
Garuda Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode
Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 3 (3): 237-
248.

Madigan, Michael T., John M. Martinko, Kelly S. Bender, Daniel H. Buckley, and
David A. Stahl. 2015. Brock Biology Of Microorganisms. Pearson
Education. United States of America.

Yousef, Ahmed E., and Ahmed G. Abdelhamid. 2019. Behavior of


Microorganisms in Food: Growth, Survival, and Death. Food
Microbiology: Fundamentals and Frontiers, 5th Edition. Washington, D.C.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2019. Batas
Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan Nomor 13 Tahun
2019 tentang Batas Maksimal Cemaran Mikroba Dalam Pangan Olahan.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

WHO , and UNICEF. 2020. Water, Sanitation, Hygiene, and Waste Water
Management For The COVID-19 Virus. WHO Press. United States of
America.

Zia-ud-Din, Ikram Ullah, Hidayat Ullah, Mukhtar Alam, Zhenjiong Wang, Saqib
Ali, Sheraz Ahmad Khan, Shakeel Ahmed, and Dean Shi. 2020. Beneficial
Microorganisms In Food a Technological Challenge. Journal of the Saudi
Society for Food and Nutrition (JSSFN). 13 (1): 68-76.
LAMPIRAN

Foto alat & bahan

6
3

Gambar 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum enumerasi dan isolasi.
Foto sebelum & setelah

Gambar 2 Sampel es buah sebelum diinkubasi selama 24 jam.


8

Gambar 3 Sampel es buah setelah diinkubasi selama 24 jam.

Gambar 4 Koloni pada sampel es teh 1 Gambar 5 Koloni pada sampel es teh 2

Keterangan :

1. Mikropipet. 4. Api Bunsen.


2. Cawan Petri. 5. Korek gas.
3. Es buah. 6. Tip.
7. Koloni mikroba belum terbentuk. 9. Perbandingan koloni mikroba
8. Koloni mikroba sudah terbentuk. pada sampel es teh 1 dan es teh 2.

Anda mungkin juga menyukai