Evy Ratnasari Ekawati1), Siti Nur Husnul Y.2), Fakhmi Rooslan Hamidi2)
1),2)
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
3)
Balai Besar POM di Surabaya
evysains@dosen.umaha.ac.id
ABSTRACT
Foodstuffs are a source of nutrition for humans and as well as a source of food for
microorganisms. Microbes can contaminate food through water, dust, air, soil, processing tools (during
production or preparation processes, as well as secretions from human and animal guts). Food can be
toxic because it has been contaminated by pathogenic bacteria which can then grow and multiply during
storage, so the bacteria are able to produce toxins that are harmful to humans. The aimed of this study
was to detect the presence of Escherichia coli pathogen in food. This type of research is experimental
laboratory using conventional method and multiplex PCR method. 8 positive samples of Escherichia
coli ATCC 25922 by conventional method, consisting of 5 samples of tofu; 2 samples of ice syrup and
1 sample iced tea. All positive samples in EMB agar continued Escherichia coli pathogen detection
using PCR multiplex method. From the PCR multiplex test, no samples were detected Escherichia coli
pathogen
75
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
toksin yang berbahaya bagi manusia. Bakteri pathogen sekalipun dapat menyebabkan infeksi
yang terkait dengan keracunan makanan (Huang et al., 2006).
diantaranya adalah Escherichia coli Sekitar 98% mikroba yang terdapat pada
enteropatogenik, Salmonella, Shigella, pangan merupakan mikroba non pathogen
Campylobacter, Listeria monocytogenes, (Kumar et al., 2002). Sehingga perlu
Yersinia enterocolityca, Staphylococcus dikembangkan tes diagnostik yang sesuai untuk
aureus, Clostridium perfringens, Clostridium mendeteksi Escherichia coli pathogen. Metode
botulinum, Bacillus cereus, Vibrio cholera, konvensional untuk mendeteksi bakteri
Vibrio parahaemolyticus dan Enterobacter pathogen pada pangan adalah dengan teknik
sakazaki (ISO, 2006; BPOM, 2008). kultur (Djoepri, 2006; Biswas et al., 2010).
Data BPOM berdasarkan laporan balai Karakterisasi fenotip dan genotip
besar/balai POM mengenai frekuensi kejadian membutuhkan waktu 3-4 hari untuk
luar biasa (KLB) keracunan pangan pada 25 memastikan hasilnya. Deteksi dengan
propinsi, melaporkan frekuensi kejadian luar imunologi dan biokimia memakan waktu,
biasa (KLB) keracunan pangan pada 3 kota membutuhkan kultur murni dan kurang sensitif
diantaranya kota Semarang terdapat 14 kejadian terhadap metode molekuler.Metode berbasis
(10,94%), Makassar dengan 14 kejadian DNA dapat digunakan dengan menggunakan
(10,94%) dan Lampung dengan 12 kejadian kultur bakteri campuran. Variasi polimorfisme
(9,38%). Berdasarkan tempat atau lokasi DNA diantara berbagai spesies bakteri dapat
kejadian KLB keracunan pangan pada 19 dieksploitasi untuk mengidentifikasi pathogen
tempat, Sekolah Dasar (SD) menempati urutan pada pangan (Biswas et al., 2010).
kedua tempat KLB dengan angka kejadian 24 Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
kejadian (18,75%) setelah tempat atau lokasi melakukan kajian adanya Escherichia coli
rumah tangga dengan 59 kejadian (46,09%), pathogen dalam berbagai jenis sampel pangan
disusul pada urutan ketiga, yaitu tempat terbuka yang dikumpulkan dari pasar tradisional, ritel
dengan 8 kejadian (6,25%) (BPOM, 2011). modern dan penjual di sekitar sekolah dasar.
Bahaya mikroba pada pangan perlu
mendapat perhatian, karena jenis bahaya ini METODOLOGI PENELITIAN
sering menjadi agen penyebab kasus keracunan Jenis penelitian ini adalah eksperimental
pangan. Escherichia coli merupakan bakteri laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan
pathogen yang sering menyebabkan keracunan sesuai dengan protokol sampling yang telah
pangan dan juga menjadi salah satu mikroba disusun, yaitu pengambilan sampel rutin dan
inidikator sanitasi. Keberadaan Escherichia coli pengambilan sampel khusus untuk kajian ini.
pada pangan dapat menunjukkan bahwa prakten Ruang lingkup protokol ini adalah persiapan
sanitasi lingkungan yang buruk (Wijaya, 2009). pengambilan dan penanganan sampel yang
Escherichia coli umumnya berhabitat pada diambil untuk dianalisis mikrobiologi terkait
saluran pencernaan manusia dan hewan keberadaan Escherechia coli pathogen. Sampel
(Tannock, 1995; Sorum and Sunde, 2001; yang dianalisis merupakan sampel pangan yang
Biswas, 2010), dapat dengan mudah berasal dari beberapa sub katergori pangan.
disebarluaskan di luar habitat asalnya melaui
perantara air dan pangan (Perreten, 2005). Pada Waktu dan Tempat Penelitian
kondisi tertentu, Escherichia coli dapat Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
menyebabkan infeksi, terutama pada pasien Juni – Agustus 2016 di 22 lokasi, yaitu 6 pasar
dengan gangguan sistem imun atau pada tradisional, 4 ritel modern, dan 12 SD/MI yang
kondisi dimana barrier pada gastrointestinal tersebar di Kota Surabaya, Provinsi Jawa
terganggu, bahkan Escherichia coli non Timur. Lokasi sampling merupakan lokasi
76
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
pengambilan sampel rutin yang dilakukan oleh Tahun 2009 Tentang Batas Maksimum
Balai Besar POM di Surabaya dan untuk SD/MI Cemaran Mikroba dalam Makanan dan
yang menjadi lokasi sampling PJAS adalah Minuman.
sekolah dengan temuan Escherichia coli pada
PJAS dalam sampling tahun-tahun sebelumnya. 2) Metode Multiplex PCR
sedangkan deteksi keberadaan dan jenis Identifikasi Escherichia coli pathogen
Escherichia coli pathogen dilakukan bulan (ETEC, EPEC, EHEC) dilakukan dengan
Juni-Oktober 2016. metode Multiplex PCR.
Sampel 25 g + PDF
225 mL
9 tabung MCB
(10-1, 10-2, 10-3)
Positif
9 tabung ECB
(10-1, 10-2, 10-3)
Positif
77
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
Hasil Pengujian Escherichia coli Patogen Hasil Pengujian Escherichia coli Pada
pada Pangan Berdasarkan Jenis Registrasi Pangan Berdasarkan Lokasi
Dari 8 sampel yang positif Escherechia coli Pengambilan sampel pada kajian ini dilakukan
ATCC 25922, berdasarkan jenis registrasinya pada bulan Juni-September 2016 di 22 lokasi,
paling banyak adalah untuk 5 sampel tahu yaitu 6 pasar tradisional, 4 ritel modern dan di
dengan registrasi PIRT, 2 sampel es sirup dan 1 12 SD/MI. Sampel positif Escherichia coli
sampel es teh yang memang tanpa registrasi. diperoleh dari 2 ritel modern dan 2 SD. Hasil
Hasil pengujian Escheriachia coli pathogen pengujian Escherichia coli pathogen
berdasarkan jenis registrasi disajikan pada berdasarkan lokasi di sajikan pada Tabel 3.
Tabel 2.
78
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
79
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
80
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil laboratorium, adanya cemaran Escherichia coli
bahwa sebanyak 62,5 % sampel tahu, 22,22% pada sampel es sirup dan es teh dikarenakan air
sampel es sirup dan 11,11% sampel es teh yang digunakan tidak sampai mendidih, karena
positif ditemukan adanya Escherichia coli, bakteri Escherichia coli relative peka terhadap
tetapi Escherichia coli yang ditemukan pada panas dan dapat dihilangkan dengan pendidihan
sampel tersebut tidak pathogen setelah diuji hingga 1000C, terletak pada penyimpanan es teh
menggunakan multiplex PCR. yang terlalu lama di dispenser, sirup yang
Pada sampel tahu, es sirup dan es the masing- disimpan dalam wadah yang kurang bersih serta
masing memiliki nilai indeks rata-rata APM es batu yang digunakan mengandung
sebesar>1100 APM/g, 131 APM/g dan 21 Escherichia coli.
APM/g, dimana angka tersebut berada di atas Penyakit akibat makanan yang terjadi
ambang batas maksimum cemaran mikroba segera setelah mengkonsumsi pangan,
yang telah ditetapkan dalam Peraturan BPOM umumnya disebut sebagai keracunan. Pangan
RI No. HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan dapat menjadi beracun karena telah
batas maksimum cemaran mikroba dan kimia terkontaminasi oleh bakteri pathogen yang
dalam makanan. Sedangkan pada penelitian selanjutnya dapat tumbuh dan berkembang biak
Pasalu et al (2013), dari hasil uji Escherichia selama penyimpanan, sehingga bakateri
coli-coliform metode APM didapatkan hasil pathogen tersebut mampu memproduksi toksin
pada es jeruk dan es buah secara berurutan yang dapat membahayakan manusia.
terdapat Escherichia coli dengan indeks APM Keracunan pangan oleh bakteri dapat berupa
secara berurutan, yaitu 23 APM/100 ml dan 240 intoksifikasi atau infeksi. Intoksifikasi
APM/100 mL . disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang
Tahu dengan kandungan protein sekitar terbentuk di dalam makanan pada saat bakteri
8% atau lebih dan aw 0,89-0,99, menyebabkan bermultiplikasi, sedangkan keracunan pangan
tahu menjadi media yang cocok untuk berupa infeksi disebabkan oleh masuknya
pertumbuhan mikroba. Tigkat populasi bakteri bakteri kedalam tubuh melalui makanan yang
yang tinggi akan menyebabkan perubahan mutu terkontaminasi dan tubuh memberikan reaksi
tahu, karena matabolit yang dihasilkan selama terhadap bakteri tersebut (BPOM, 2008;
pertumbuhan bakteri. Sumber cemaran bakteri Pasalu, 2013).
pada tahu dapat melalui bahan baku, yaitu Hasil pengujian deteksi Escherichia coli
kedelai dan atau air, juga lingkungan produksi pda sampel tahu, es sirup dan es teh dengan
dan pekerja. Tanah dan air merupakan habitat menggunakan media EMBA terdapat mirkoba
bakteri, diantaranya Escherichia coli, yang tumbuh dengan ciri-ciri spesifik sebagai
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Escherichia coli, namun setelah dilanjutkan
bakteri pembentuk spora (Rajkovic et al., 2013; dengan uji multiplex PCR dari koloni yang
Mailia et al., 2015).Es sirup dan es teh memiliki tumbuh pada EMBA tersebut tidak ditemukan
nilai rata-rata APM yang melebihi ambang Escherichia coli pathogen.
batas maksimum cemaran mikroba karena pada Pada penelitian ini terdapat beberapa
kedua sampel menggunakan air yang mungkin kelemahan, diantaranya Escherichia coli pada
tidak dimasak, es batu yang ditambahkan atau pangan yang diperoleh dari pasar tradisional,
peralatan yang terkontaminasi oleh Escherichia ritel modern, dan SD/MI tidak dapat diketahui
coli serta hygiene penjual yang tidak baik. faktor penyebab, karena tidak dilakukan
Penelitian yang sama terhadap es teh yang pengamatan secara prospektif dan terus
pernah dilakukan oleh Ritonga et al.(2013), dari menerus serta tidak dilakukan uji multiplex
10 sampel es teh yang diperiksa ditemukan PCR untuk Escherichia coli pathogen jenis
bakteri Escherichia coli. Dari hasil uji EIEC dan EAEC.
81
Jurnal SainHealth Vol. 1 No. 2 Edisi September 2017
© Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo
p-ISSN : 2548-8333
e-ISSN : 2549-2586
82