Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KUALITAS


BAKTERIOLOGIS PADA ALAT MAKAN PEDAGANG DI
WILAYAH SEKITAR KAMPUS UNDIP TEMBALANG

Mayvika Farah Fadhila, Nur Endah Wahyuningsih, Yusniar Hanani D.

Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Diponegoro

Email: mayvikafarah@yahoo.com

Abstrak :Wilayah sekitar kampus Undip Tembalang meliputi 4 kelurahan yakni


Ngesrep, Sumurboto, Tembalang dan Bulusan dengan jumlah penduduk 35.573
jiwa dan jumlah pedagang makanan sekitar 506 pedagang. Kebersihan peralatan
makan merupakan salah satu aspek dalam higiene sanitasi makanan.
Kepmenkes no.1908 tahun 2003 menyebutkan peralatan yang kontak langsung
dengan makanan tidak boleh mengandung jumlah kuman >100 koloni/cm2 dan
tidak boleh mengandung E.coli. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor –
faktor yang berhubungan dengan jumlah koloni bakteri dan keberadaan E.coli
pada alat makan pedagang makanan di wilayah Undip Tembalang. Jenis
penelitian adalah explanatory research dengan pendekatan cross
sectional.Subjek penelitian 46 pedagang makanan di wilayah Undip Tembalang.
Hasil penelitian karakteristik penjamah menunjukkan responden terbanyak
adalah perempuan, dengan tingkat pendidikan ≤ SMP, dan mayoritas belum
pernah mengikuti pelatihan hygiene sanitasi makanan. Kesimpulan penelitian
adalahada hubungan teknik pengeringan peralatan dengan jumlah koloni bakteri
pada peralatan makan (p=0,007), ada hubungan kondisi personal hygiene
penjamah dengan jumlah koloni bakteri pada peralatan makan (p=0,002), tidak
ada hubungan teknik pencucian dengan jumlah koloni bakteri pada peralatan
makan (p=1,000), dan tidak ada hubungan kondisi penyimpanan peralatan
dengan jumlah koloni bakteri pada peralatan makan (p=0,473). Dari semua
sampel penelitian tidak ditemukan E.coli pada peralatan makan. Saran penelitian
adalah perlu dilakukan sosialisasi dan perbaikan praktek higiene sanitasi
makanan terhadap penjamah makanan serta.

Kata Kunci : jumlah koloni bakteri, E.coli, peralatan makan, penjamah


makanan

PENDAHULUAN dilaksanakan secara terpadu,


Latar Belakang menyeluruh, dan
Undang-undang no. 36 tahun berkesinambungan, dilaksanakan
2009 pasal 48 menyatakan bahwa melalui kegiatan yang salah satunya
penyelenggaraan upaya kesehatan adalah pengamanan makanan dan
dalam bentuk kegiatan dengan minuman yang didukung oleh
pendekatan promotif, preventif, sumber daya kesehatan.(1)Prinsip
kuratif, dan rehabilitatif yang hygiene dan sanitasi makanan

769
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

merupakan upaya untuk tempat makan yang menjual


mengendalikan 4 (empat) faktor makanan dengan suhu hangat (250-
penyehatan makanan yang dapat 400 C) saat dihidangkan dan 1
atau mungkin dapat menimbulkan tempat makan yang menjual
gangguan kesehatan atau makanan dingin (100-250C) saat
keracunan makanan yaitu dihidangkan. Masing - masing
tempat/bangunan, peralatan, orang tempat makan diambil 2 sampel alat
dan makanan.(2)Alat makan makan yakni piring dan sendok.
merupakan salah satu faktor yang Hasil penghitungan jumlah koloni
memegang peranan di dalam menunjukkan kesemua sampel yang
menularkan penyakit, sebab alat diambil yakni 5 piring dan 5 sendok
makan yang tidak bersih dan tidak memenuhi syarat yakni
mengandung mikroorganisme dapat melebihi batas aman yang
menularkan penyakit lewat makanan diperbolehkan yakni 100 koloni/cm²
(foodborne disease). Peralatan permukaan.(5)
makanan yang kontak langsung Higiene sanitasi merupakan
dengan makanan yang siap salah satu upaya penting dalam
disajikan tidak boleh mengandung mencegah kontaminasi bakteri yang
angka kuman yang melebihi 100 akan merusak kualitas makanan dan
koloni/cm² permukaan.(3) bahkan menyebabkan penularan
Kawasan Universitas penyakit akibat makanan. Pada
Diponegoro terletak di Kecamatan penelitian tentang hubungan praktik
Tembalang. Kawasan sekitar pencucian maupun perilaku
kampus Undip Tembalang penjamah dengan jumlah koloni dan
mencakup dua kecamatan yaitu kandungan E. coli pada makanan
Kecamatan Tembalang (Kelurahan yang telah disebutkan pada latar
Tembalang dan Kelurahan Bulusan) belakang, masih banyak ditemukan
dan Kecamatan Banyumanik jumlah mikroba melebihi nilai
(Kelurahan Sumurboto dan ambang batas yang ditetapkan yakni
Kelurahan Ngesrep). Total penduduk 100 koloni/cm², dari jumlah koloni
dari keempat kelurahan tersebut yang ditemukan dikhawatirkan
pada tahun 2014 adalah sebanyak mengandung bakteri patogen yakni
35.573 jiwa.(4)Dari hasil pra survei E.coli pada peralatan makan
diperoleh sekitar 506 penjual pedagang makanan yang
makananyang berada di kawasan menjajakan dagangannya di wilayah
Undip yakni wilayah Kelurahan Undip Tembalang. Berdasarkan
Ngesrep hingga Bulusan. Studi fakta-fakta tersebut, peneliti ingin
pendahuluan dilakukan guna mengetahui “Faktor-faktor risiko apa
menghitung jumlah koloni bakteri saja yang berhubungan dengan
yang terdapat pada alat makan. jumlah koloni bakteri dan
Tempat makan yang dipilih adalah keberadaan E. coli yang terdapat
yang rata-rata dalam seharinya pada alat makan pedagang
dapat menjual lebih dari 100 porsi makanan di wilayah Undip
makanan, studi pendahuluan ini Tembalang”
mengambil 5 tempat makan. Kelima
tempat makan tersebut telah terbagi METODE PENELITIAN
berdasarkan jenis makanan yang Jenis penelitian ini adalah
dihidangkan yakni 1 tempat makan Explanatory research dengan
yang menjual makanan metode penelitian yang digunakan
panas(>400C) saat dihidangkan, 3

770
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

adalah rancangan studi Cross minimal usia 16 tahun, lama kerja


sectional. minimal 1 bulan, dan 97,8% belum
Populasi dalam penelitian ini pernah mengikuti pelatihan hygiene
adalah semua penjamah makanan sanitasi makanan dan minuman.
yang berjualan diwilayah kampus Jumlah Kuman pada Alat Makan
UNDIP Tembalang (meliputi
sepanjang Jl. Prof. Soedharto, Jl. Keadaan alat makan yang
Sirojuddin, Jl. Jatimulyo dan Jl. digunakan dalam proses penyajian
Banjarsari Raya) yang makanan dapat mempengaruhi
menggunakan piring sebagai alat kualitas makanan yang disajikan.
makan pada saat penyajian kepada Dari hasil uji laboratorium tentang
konsumen, termasuk golongan jumlah kuman pada sampel piring
rumah makan dan pedagang kaki yang diuji didapatkan hasil sebanyak
lima, berjualan menetap di satu 26 responden (56,5%) tidak
tempat, menghidangkan makanan memenuhi persyaratan baku mutu
dengan kisaran suhu 10-500C , yakni yakni >100 koloni/cm2 sedangkan 20
sebanyak 146 pedagang dengan lainnya (43,5%) memenuhi syarat
estimasi proporsi sampel adalah ≤100 koloni/cm2. Angka kuman
sebanyak 46 sampel. tertinggi yang ditemukan pada piring
Teknik sampling yang pedagang makanan di wilayah Undip
digunakan dalam penelitian ini Tembalang adalah sebesar 6,9 x 104
adalah simple random sampling. Alat koloni/cm2 dengan terendah adalah
penelitian yang digunakan dalam 0 koloni/cm2.
pengumpulan dan pengukuran data Jumlah kuman pada peralatan
pada penelitian kali ini adalah makan yang diteliti ternyata lebih
kuisioner, lembar observasi, dari 50% masih melebihi
thermohygrometer, dan hasil uji persyaratan, hal ini dapat
laboratorium. Kuisioner yang berisi disebabkan oleh kontaminasi saat
pertanyaan mengenai identitas pencucian, kontaminasi lap yang
penjamah makanan, dan variabel digunakan berulang-ulang pada saat
bebas (teknik pencucian peralatan tahap pengeringan, kontaminasi
makan, teknik pengeringan tempat penyimpanan yang lembab
peralatan, kondisi penyimpanan dan tidak terlindung dari vektor
peralatan, dan kondisi pengganggu, serta bisa pula
personalhygiene penjamah). Lembar kontaminasi akhir sebelum peralatan
observasi ini digunakan sebagai tersebut digunakan berasal dari
pedoman dalam pengamatan kondisi personal hygiene penjamah
perilaku (praktik) penjamah saat kontak langsung dengan
makanan. Jumlah koloni dan peralatan.
identifikasi keberadaan E.coli
didapat dari hasil pemeriksaan Hubungan Teknik Pencucian
laboratorium. dengan Jumlah Kuman

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengolahan


Karakteristik Responden Kategori Teknik Jumlah Koloni Bakteri
Pencucian > 100 ≤ 100 p PR 95% CI
2 2
Responden paling banyak koloni/cm koloni/cm
adalah berjenis kelamin perempuan f % f %
(52,2%), dengan tingkat pendidikan Tidak sesuai prosedur 6 60 4 40
terbanyak adalah ≤ SMP (56,5%), tetap (n=10)
1,000 1,080 0,6 – 1,9
Sesuai prosedur tetap 20 55,6 16 44,4
(n=36)

771
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356--3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

data menggunakan uji chi-square


chi kotoran-kotoran
kotoran dari hasil bilasan
menghasilkan nilai probabilitas (p( peralatan makan akan terakumulasi
value) sebesar 1,000 dengan pada air rendaman tersebut
=0,05, p value yang diperoleh lebih
α=0,05, sehingga dapat mencemari
besar dari tingkat kesalahan yang peralatan lain yang akan dicuci. (6)
diperbolehkan (α=5%), yang Penelitian tentang tindakan
menyatakan bahwa tidak terdapat penjamah dengan jumlah kuman
hubungan antara teknik pencucian pada peralatan makan pernah pula
dengan jumlah kuman pada dilakukan oleh Poli J, dkk tahun
peralatan makan. 2013. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa tidak terdapat
Tindakan responden yang hubungan antara tindakan penjamah
memenuhi prosedur tetap (41,3%) makanan dengan angka kuman
tidak berdampak pada jumlah kuman padaa peralatan makan dengan p
yang masih melebihi aturan
atura yang value sebesar 0,522.(7)
ditetapkan. Dari hasil pengamatan Hubungan Teknik Pengeringan
bahwa pedagang melakukan dengan Jumlah Kuman
pencucian dengan cara dibuang
terlebih dahulu sisa makanannya Berdasarkan hasil pengolahan
kemudian disiram atau direndam data menggunakan uji chi-square
chi
dalam air guna meringankan proses menghasilkan nilai probabilitas (p (
penghilangan noda, menggunakan value) sebesar 0,007 dengan
detergen atau cairan pencuci =0,05, p value yang diperoleh lebih
α=0,05,
sejenis,
enis, kemudian membilasnya. kecil dari tingkat kesalahan yang
Perbedaan praktik pencucian diperbolehkan (α=5%),
α=5%), menyatakan
ditemukan pada media penggunaan bahwa terdapat hubungan antara
air yakni menggunakan air mengalir teknik pengeringan peralatan
dan menggunakan bak. Jumlah dengan jumlah kuman pada
kuman yang melebihi ambang batas peralatan makan.
kemungkinan berasal dari media
penggunaan airnya yakni air
mengalir dengan
an air yang ditampung
dalam bak. Sebanyak 22 responden
penelitian menggunakan media < 3
bak pada saat pencucian. Hal ini
didukung oleh penelitian Azari 2013
yang menyatakan bahwa media Dari hasil penelitian,
pencucian dengan air mengalir lebih menunjukkan bahwa p
pedagang
baik daripada metode pencucian mengeringkan peralatan makan
dengan
gan media perendaman (bak). setelah dicuci maupun pada saat
Meskipun teknik pencucian yang akan digunakan dalam proses
dilakukan sudah memenuhi penyajian dengan menggunakan
prosedur, namun media yang kain lap. Sebanyak 50% responden
digunakan mempengaruhi hasil mengeringkan peralatan dengan
pencucian. Hal itu dikarenakan pada baik yakni dilihat dari keadaan lap
proses pencucian air mengalir pada saat akan digunakan. Lap
semua kotoran yang terlarut akan tersebut
ersebut bersih dari noda, dalam
mengalir tanpa mencemari
me alat keadaan kering, tidak berbau.
makan kembali, sedangkan pada Apabila lap yang digunakan dalam
proses perendaman dimungkinkan kondisi yang tidak baik maka akan
menimbulkan kontaminasi bakteri

772
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356--3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

yang dapat mencemari peralatan Hubungan Kondisi Personal


makan. Lap yang lembab Hygiene Penjamah dengan
merupakan media tempat Jumlah Kuman
berkembangbiak bakteri.
bak Noda dan
Bau dapat dijadikan indikator bahwa Hasil analisis menggunakan uji
lap tersebut tidak dalam keadaan chi-square
square diperoleh hasil p value =
bersih dan dapat mempengaruhi 0,002 dengan α=0,05,
=0,05, p value yang
jumlah bakteri yang terdapat pada diperoleh lebih kecil dari tingkat
peralatan makan. (5) kesalahan yang diperbolehkan
(α=5%)
=5%) maka dinyatakan signifikan,
Hubungan Kondisi Penyimpanan artinya terdapat hubungan antara
Peralatan dengan Jumlah Kuman kondisi personal hygiene penjamah
dengan jumlah kuman pada alat
Hasil analisis menggunakan uji makan.
chi-square
square diperoleh hasil p value =
0,473 dengan α=0,05,
=0,05, p value yang
diperoleh lebih besar dari tingkat
kesalahan yang diperbolehkan
(α=5%)
=5%) maka dinyatakan tidak
signifikan, artinya tidak ada
hubungan antara kondisi
penyimpanan peralatan dengan
jumlah kuman pada alat makan. Penjamah makanan merupakan
sumber utama kontaminasi
makanan. Tangan, napas, rambut
dan keringat dapat
dapa mencemari
makanan. Kebersihan penjamah,
terutama kebersihan tangan sangat
perlu diperhatikan. Keadaan tangan
yang kotor dan memiliki kuku
Penyimpanan peralatan makan panjang serta kebiasaan tidak
pada tempat yang lembab dan mencuci tangan sebelum dan
berkarat dengan keadaan basah setelah menjamah makanan
akan menimbulkan kontaminasi ataupun peralatan memungkinkan
terhadap peralatan makan tersebut. terjadinya
jadinya kontaminasi bakteri pada
Namun pada penelitian ini, meskipun peralatan makan.(8)
tempat penyimpanan dalam kondisi
baik yakni tidak lembab dan tidak Penelitian yang dilakukan oleh
berkarat namun tidak lan
lantas Chairini 2009 menyatakan bahwa
menyebabkan jumlah kuman terdapat hubungan perilaku mencuci
menjadi sedikit, hal ini bisa saja tangan dengan kualitas bakteriologis
disebabkan oleh aktivitas (jumlah angka kuman) p=0,003
pengeringan peralatan dengan (p<0,05).
0,05). Perilaku penjamah
menggunakan lap yang dilakukan makanan berpengaruh terhadap
sebelum menyimpan peralatan kontaminasi makanan. Pencucian
makan pada tempat tertentu. tangan penjamah sebelum
Kontaminasi yang telah terjadi melakukan pekerjaan adalah suatu
sebelum penyimpanan dapat keharusan. Tangan merupakan
menyebabkan bakteri tetap tumbuh. anggota tubuh yang tidak pernah
terbebas dari berbagai macam
kuman, baik yang berasal dari

773
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356--3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

kontaminasi benda atau alat, digunakan sebagai indikator adanya


maupun yang tinggal secara polusi kotoran dan kondisi yang tidak
menetap di tangan. Tangan yang bai terhadap air, makanan, susu,
kotor atau terkontaminasi pada dan produk – produk susu. Koliform
penjamah makanan dapat sebagai suatu kelompok dicirikan
memindahkan bakteri dan virus sebagai bakteri berbentuk batang,
patogen dari tubuh, feses, atau gram negatif, tidak membentuk
sumber lainnya ke makanan atau spora, aerobik dan anaerobik
ang tersentuh.(9)
peralatan makan yang fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam
Keberadaan E.coli pada Alat dan gas dalam waktu 48 jam pada
suhu 350C. Adanya bakteri koliform
di dalam makanan/minuman
menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik
yang berbahaya bagi kesehatan.
Bakteri koliform dapat dibedakan
menjadi 2 grup yaitu: koliform fekal
Makan misalnya Escherichia
herichia coli dan
koliform non fekal misalnya
Enterobacter aerogenes
aerogenes. E.coli
Keterangan:
1. Indol (-)) tidak terdapat cincin merah
merupakan bakteri yang berasal dari
2. MR (+) larutan berwarna merah kotoran hewan atau manusia,
3. VP (-)) larutan tetap bening sedangkan E. aerogenes biasanya
4. Sitrat (+) terjadi perubahan warna ditemukan pada hewan atau tanam-
tanam
dari hijau menjadi biru tanaman yang telah mati. E.
5. Motilitas (+) pertumbuhan di area aerogenes tidak bersifat
bersifa patogen,
tusukan namun dapat membentuk lendir
6. Urea (-)) tidak terjadi perubahan yang dapat merusak
warna makanan.(10)(11)Bakteri E. aerogenes
juga dapat ditemukan pada daging
segar. Daging segar mengandung
Dari hasil uji laboratorium yang
bakteri yang berasal dari peralatan,
didapat yakni keberadaan E.coli
proses
roses pengolahan, pekerja dan air.
dinyatakan negatif pada semua
Bakteri tersebut berpotensi
sampel. Namun, Enterobacter
menyebabkan pembusukan karena
aerogenes ikut terdeteksi pada saat
aktivitasnya dalam mendegradasi
menganalisis E.coli.. Diduga telah
protein, sebab daging mempunyai
terjadi kontaminasi dari bahan
kandungan protein yang tinggi.
pangan mentah ke tangan food
Protein digunakan bakteri untuk
handler pada saat menyiapkan
proses metabolismenya.(12)
bahan pangan. Enterobacter adalah
jenis bakteri pemecah pektin yang Enterobacter sp khususnya
banyak ditemukan pada bahan Enterobacter cloacae
cloacaedan
pangan mentah dan di dalam tanah. Enterobacteraerogenes merupakan
E. aerogenes merupakan bakteri patogen penyebab infeksi
koliform non fekal yang umumnya nosokomial dan bertanggung jawab
ditemukan pada hewan dan untuk berbagai infeksi diantaranya,
tanaman yang telah mati. Koliform infeksi saluran pernafasan, infeksi
merupakan suatu grup bakteri yang saluran kemih, sepsis, infeksi
i

774
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

intraabdominal, infeksi kulit dan pedagang makanan di wilayah


jaringan lunak, infeksi mata dan Undip Tembalang
infeksi saluran pencernaan.
Meskipun infeksi Enterobacter yang 5. Ada hubungan kondisi personal
didapatkan di lingkungan sering higiene penjamah dengan
dilaporkan, tetapi infeksi jumlah kuman pada alat makan
Enterobacter nosokomial jauh lebih pedagang makanan di wilayah
sering. Organisme ini jarang Undip Tembalang
menyebabkan penyakit pada orang
sehat. Kuman patogen oportunistik 6. Tidak ditemukan bakteri E.coli
ini mirip dengan anggota lain dalam pada sampel peralatan makan
famili Enterobacteriaceae. Sumber pedagang makanan di wilayah
infeksi dapat melalui kulit, saluran Undip Tembalang
pencernaan atau saluran kemih. DAFTAR PUSTAKA
Diantara tahun 1992- Agustus 2002
di Belgia, terjadi kasus infeksi pada 1. Republik Indonesia.Undang-
aliran darah yang disebabkan oleh Undang No.36 tahun 2009
Enterobacter aerogenes. Laporan tentang Kesehatan. Jakarta :
tersebut menunjukkan peningkatan Lembaran Negara RI tahun
proporsi dalam genus dan kejadian 2009 No. 144. Sekretariat
E. aerogenes dalam beberapa tahun Negara, 2009.
di Belgia dan peningkatan resistensi 2. Depkes RI.Prinsip-Prinsip
antimikroba dari E. aerogenes Higiene Sanitasi Makanan.
strain.(13)(14) Jakarta : Dirjen PPM & PLP,
1999.
KESIMPULAN 3. Tumelap H.J.Kondisi
1. Responden paling banyak Bakteriologik Peralatan Makan
adalah berjenis kelamin di Rumah Makan Jombang
perempuan (52,2%), golongan Tikala Manado. Manado :
umur 16 – 25 tahun (43,5%), Jurusan Kesehatan Lingkungan
dengan tingkat pendidikan Kemenkes Manado, 2011, Vol.
terbanyak adalah ≤ SMP Volume 1 no.1 Oktober 2011.
(56,5%) dan lama kerja ≤ 5 4. Badan Pusat Statistik.Jumlah
tahun (54,3%). Penduduk Kota Semarang
2014. 2014.
2. Tidak ada hubungan antara 5. Republik Indonesia.Keputusan
teknik pencucian dengan jumlah Menteri Kesehatan
kuman pada alat makan No.1908/MENKES/SK/VII/2003
pedagang makanan di wilayah tentang Persyaratan Hygiene
Undip Tembalang Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran. Jakarta : Kementrian
3. Ada hubungan teknik Kesehatan, 2003.
pengeringan peralatan dengan 6. Azari J.T.Studi Komparatif
jumlah kuman pada alat makan Pencucian Alat Makan dengan
pedagang makanan di wilayah Perendaman dan Air Mengalir
Undip Tembalang terhadap Jumlah Kuman pada
Alat Makan di Warung Makan
4. Tidak ada hubungan kondisi Bu Am Gonilan. Surakarta :
penyimpanan peralatan dengan Universitas Muhamadiyah
jumlah kuman pada alat makan Surakarta, 2013.

775
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

7. Jilfer Poli, Henry Palandeng, Isi Ulang di Kota Singaraja Bali.


J. Sinolungan. Hubungan Singaraja : Jurnal Ekologi
antara Perilaku Penjamah Kesehatan, 2004, Vols. 3 No.1,
Makanan dengan Angka Kuman April 2004.
pada Peralatan Makan di 12. Dewi F.K. Aktivitas Antibakteri
Warung Makan Kawasan Pantai Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
Malalayang Kota Manado. (Morinda Citrifolia, Linnaeus)
Manado : s.n., 2013. terhadap Bakteri Pembusuk
8. Purnawijayanti HA.Sanitasi, Daging Segar. Surakarta :
Higiene dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret,
dalam Pengolahan Makanan. 2010.
Yogyakarta : Kanisius, 2001. 13. Riga P.N, Velma B, Fredine R.
9. Cahyaningsih C.T, Isolasi dan Identifikasi bakteri
Haripurnomo K, Abu Aerob yang Dapat Menyeabkan
T.Hubungan Higiene Sanitasi Infeksi Nosokomial di Ruangan
dan Perilaku Penjamah Instalasi Gizi BLU RSUP Prof.
Makanan dengan Kualitas Dr. R. D. Kandou Manado.
Bakteriologis Peralatan Makan Manado : Jurnal e-Biomedik
di Warung Makan. Yogyakarta : (eBm), 2015, Vols. 3, No.1,
Berita Kedokteran Masyarakat, Januari-April 2015.
2009, Vols. 25, No.4 Desember 14. Ronveaux O, et al.Emergence
2009. of Enterobacter aerogenes as a
10. Fardiaz S.Mikrobiologi Pangan major antibiotic-resistant
1. Jakarta : Gramedia Pustaka nosocomial pathogen in Belgian
Utama, 1992. hospitals.10, Brussels, Belgium :
11. Widiyanti N.L, Ni Putu R. Clinical Microbilogy and
Analisis Kualitatif Bakteri Infection, 1999, Vol. 5.
Koliform pada Depo Air Minum

776

Anda mungkin juga menyukai