E-ISSN : 2548-5741
http://dx.doi.org/10.30867/action.v5i1.109 Jurnal AcTion: Aceh Nutrition Journal, Mei 2020 (5)1: 1-6
1
Program Studi D-III Gizi, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, JL. Soekarno Hatta, Kampus Terpadu
Poltekkes Kemenkes Aceh RI Aceh, Lampeneurut, Aceh Besar, Indonesia. Telp. 0651-46126. Kode pos 23352
Email: wiqayatunk@yahoo.com
*
Penulis untuk korespondensi: wiqayatunk@yahoo.com
© The Author(s). 2020 Open Access
Artikel ini telah didistribusikan berdasarkan atas ketentuan Lisensi Internasional
Creative Commons Attribution 4.0
Wiqayatun Khazanah
seperti bakteri Escherichia coli, Straphylococcus penyimpanan bahan makanan pada kelompok
aureus, Enterocbacteriaceae, Listeria sp yang sama.
terdapat di rumah tangga.5 Salah satu tempat Penelitian dilaksanakan di Kecamatan
yang harus diperhatikan keamanan pangan Darul Imarah Aceh Besar. Penelitian ini
adalah dapur.6 menggunakan kuesioner yang terdiri dari 3 jenis
Dapur merupakan lokasi persiapan dan yaitu kuesioner cuci tangan, kuesioner
pengolahan makanan di rumah yang dapat penyimpanan bahan makanan, edukasi
dikaitkan dengan resiko penyakit bawaan kontaminasi silang. Pengumpulan data
makanan akibat penanganan yang salah pada dilakukan dengan cara :
makanan.7 Penyebab permasalahan keamanan 1. Responden menjawab kuesioner pretest
pangan di Indonesia belum dipahami dan 2. Peneliti memberikan edukasi keamanan pangan
disadarinya arti strategis keamanan pangan. 3. Responden menjawab soal posttest
Pemerintah perlu memberikan perhatian yang 4. Data dikumpulkan dan diberikan penilaian
layak pada pembenahan insfrastruktur keamanan berdasarkan jawaban yang benar.
pangan, program pendidikan pada produsen dan Dibandingkan antara jawaban pretest dan
konsumen, prioritas alokasi danan untuk posttest menggunkan uji statistik paired t-test
pembangunan keamanan pangan dan pembinaan bila data berdistribusi normal dan uji Wilcoxon
dan fasilitas prasarana untuk industry kecil dan bila data berdistribusi tidak normal. Kesimpulan
menengah. Salah satu upaya yang harus jika nilai p value < 0,05 maka ada perbedaan
dilakukan adalah pembinaan Pendidikan antara nilai pretest dan posttest edukasi
keamanan pangan konsumen.8 keamanan pangan
Penelitian di Kecamatan Ingin Jaya
kabupaten Aceh Besar didapatkan bahwa tingkat
keamanan pangan dengan kategori kurang HASIL DAN PEMBAHASAN
(59,1%), tingkat pengetahuan dengan kategori 1. Karakteristik Sampel
Cukup (86,4%) dan praktik dengan kategori Berdasarkan hasil pengumpulan data
kurang dan cukup (50%) serta terdapat hubungan (Tabel 1), menunjukkan bahwa sebagian besar
yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan distribusi frekuensi dari responden berumur 31-
praktik terhadap keamanan pangan.9 Informasi 40 tahun sebesar 52,5%, pekerjaan responden
keamanan pangan yaitu informasi hygiene dan 90% ibu rumah tangga dan sebagian besar
sanitasi bahan makanan, penyimpanan bahan berpendidikan tamat SLTA 42,5%.
makanan di kulkas, sehingga diperlukan edukasi
kemanan pangan di tingkat rumah tangga. Tabel 1. Disitribusi karakteristik responden
Edukasi keamanan pangan sangat diperlukan
untuk mencegah dan menghindari kontaminasi Karakteristik n %
silang makanan. Berdasarkan kajian tersebut Usia
diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk < 30 tahun 11 27,5
mengetahui pengaruh edukasi keamanan pangan 31-40 tahun 21 52,5
di dapur rumah tangga di Kecamatan Darul > 40 tahun 8 20
Imarah Kabupaten Aceh Besar. Pekerjaan
Honorer 4 10
Ibu Rumah Tangga 36 90
METODE (IRT)
Desain penelitian ini adalah eksperimen Pendidikan
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan Tamat SD 3 7,5
rancangan deskriptif analitik yaitu dilakukan Tamat SLTP 10 25
edukasi keamanan pangan berupa cuci tangan Tamat SLTA 17 42,5
sesuai anjuran WHO, pencegahan kontaminasi Diploma/Sarjana 10 25
silang bahan makanan dan kesesuaian Jumlah 40 100
2. Edukasi Keamanan Pangan Melalui Cuci setelah edukasi. Peningkatan ini dinilai dari
Tangan kesesuaian jawaban responden pada kuesioner
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa posttest dengan praktek cuci tangan yang
terjadi peningkatan edukasi cuci tangan dari dilakukan setelah edukasi. Hal ini dapat
sebelum edukasi hanya 10% menjadi 50% dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi kesesuaian kuesioner postes dengan praktek edukasi cuci tangan
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan jumlah angka kuman dan secara deskriptif yang
dari edukasi cuci tangan maka dilakukan paling efektif adalah hand sanitizer B (alkohol
perbandingan antara pengukuran skor sebelum 60%).12 Tujuan utama dari cuci tangan secara
edukasi dengan setelah edukasi sehingga higienis adalah untuk menghalangi transmisi
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan patogen-patogen kuman dengan cepat dan secara
sebelum edukasi dengan setelah edukasi efektif. Kebersihan tangan yang tidak memenuhi
dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 syarat juga berkontribusi menyebabkan penyakit
pada derajat kepercayaan 95%. terkait makanan, seperti Salmonella dan infeksi
Penelitian yang dilakukan di desa E. Coli.13
Pagatan, lampung didapatkan bahwa terjadi Pemahaman ibu tentang proses cuci tangan
kenaikan pengetahuan setelah pemberian dapat mencegah bahaya penyakit bawaan
edukasi cuci tangan. Penelitian di Bandung makanan mulai dari proses persiapan bahan
menunjukkan adanya hubungan yang makan, pengolahan dan penyimpanan. Prilaku
signifikan antara pengetahuan dengan perilaku cuci tangan dapat diterapkan setiap harinya dan
cuci tangan.10 Prilaku mencuci tangan juga menjadi kebiasaan hidup berprilaku sehat.14,15
dikaitkan dengan timbulnya kejadian diare,
sehingga diperlukan pengetahuan tentang 3. Edukasi Penyimpanan Bahan Makanan
pentingnya cuci tangan dan prilaku cuci tangan Berdasarkan data statistik deskriptif
setiap hari.11 menggunakan paired t-test dikarenakan data
Terdapat perbedaan jumlah angka kuman terdistribusi normal, dari hasil pre test dan post
antara mencuci tangan menggunakan air test terlihat bahwa secara umum terjadi
mengalir, sabun, hand sanitizer A, hand peningkatan skor edukasi dari sebelumnya
sanitizer B, dan kelompok kontrol (tanpa cuci memiliki nilai rata-rata sebesar 4,55 ± 1,6
tangan). Cairan pembersih tangan antiseptik sedangkan nilai rerata pada post test sebesar
(hand sanitizer) efektif terhadap penurunan 6,65 ± 1,52.
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan Pemahaman ibu semakin baik setelah
menggunakan paired sampel t-test (Tabel 4), dilakukan edukasi tentang penyimpanan bahan
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan makanan yang benar sebagai upaya agar makanan
antara nilai rata-rata hasil pre test (4,55±1,60) menjadi lebih awet dan mempertahankan nilai
dengan nilai rata-rata hasil post test (6,65±1,52) gizi.
dengan p= 0,000 sehingga didapatkan bahwa
terjadi perbedaan pengetahuan yang ditimbulkan 4. Edukasi Kontaminasi Silang
dari edukasi penyimpanan bahan makanan Hasil penelitian (Tabel 5) menunjukkan
menurut jenis bahan makanan yang disimpan bahwa hasil sebelum dan sesudah edukasi
sesuai tempat penyimpanan bahan makanan. terlihat bahwa secara umum terjadi peningkatan
Penelitian ini menemukan bahwa terjadi skor edukasi dari sebelumnya memiliki nilai
peningkatan pengetahuan tentang penyimpanan rata-rata sebesar 8,03 ± 1,40 sedangkan nilai
bahan makanan yang disimpan atau tidak rerata pada post test sebesar 8,65 ± 1,12. Dan
disimpan dalam kulkas sesuai dengan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
tempatnya. Sesuai dengan penelitian di inggris antara sebelum edukasi dengan setelah edukasi
menyebutkan hasil edukasi yang diberikan dengan p value sebesar 0,036 pada derajat
didapatkan bahwa prilaku konsumen menangani kepercayaan 95%. Perbedaan nilai ini dapat
produk daging dan susu secara relatif higienis, dilihat pada table berikut :
namun penyimpanan produk seperti makanan
sisa masih cenderung menimbulkan risiko Tabel 5. Distribusi hasil uji edukasi
karena tidak disimpan dalam wadah tertutup.16 mencegah kontaminasi silang
Peningkatan antara pengetahuan, prilaku
dapat ditingkat dengan pelatihan kemanan Edukasi Median
Nilai p
pangan tetapi kegiatan ini harus dilakukan dan Kontaminasi Silang (min – max)
diterapkan setiap hari untuk mencegah Pre tes 8 (4 – 10) 0,036
kontaminasi silang pada bahan makanan
Post tes 9 (4 – 10)
khususnya pada tahap penyimpanan.17
Penyimpanan bahan makanan bertujuan
mencegah pembusukan makanan sehingga dapat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bertahan lama, kualitas tetap terjaga dan bahwa adanya perbedaan antara sebelum edukasi
ketersediaannya berada di sepanjang waktu.18 dengan setelah edukasi dengan p= 0,036 pada
Edukasi tentang penyimpanan yaitu derajat kepercayaan 95%. hasil pre test dan post
berupa penyimpanan bahan makanan segar dan test terlihat bahwa secara umum terjadi
hasil olahan makanan yang disimpan sesuai peningkatan skor edukasi dari sebelumnya
tempat penyimpanan seperti kulkas dan suhu memiliki nilai rata-rata sebesar 8,03 ± 1,40
ruang. Berdasarkan ketahanannya, makanan sedangkan nilai rerata pada post test sebesar
terbagi atas makanan tahan lama, semi tahan 8,65 ± 1,12. Hasil penelitian ini menunjukkan
lama dan tidak tahan lama. Penyimpanan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan
makanan tidak tahan lama dapat dilakukan ibu dari 80% menjadi 90%, terjadi peningkatan
didalam freezer dikemas secara vakum (ikan dan 10% untuk pengetahuan tentang kontaminasi
daging), kulkas (susu) dan iradiasi gamma silang.
terhadap potongan sayuran untuk menurunkan Upaya untuk mencegah kontaminasi silang
jumlah e. coli. Penyimpanan makanan semi pada bahan makanan dengan membedakan
tahan lama melalui pelapisan kitosan menunda tempat pemotongan (telenan) serta harus
kematangan, metode hybrid dan pengeringan dibersihkan dengan sabun.19 Pengetahuan ibu
tepung jagung, dan kombinasi ethanol emitter tentang hal tersebut telah meningkat yaitu terjadi
dengan penyerap oksigen untuk mengawetkan peningkatan nilai rerata dari pretes dan postet.
potongan roti gandum, sedangkan, penyimpanan Seuai dengan penelitian di Saudi Arabia
bahan tahan lama juga menggunakan iradiasi menemukan bahwa masalah kontaminasi silang
gamma terhadap kacang mente.17 (32,2%) sehingga edukasi keamanan pangan