Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan makanan yang berasal dari tumbuhan maupun hewan memiliki

komposisi umum terdiri atas protein, karbohidrat dan lemak merupakan

subtrat yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Bila

bakteri mengadakan kontak dengan bahan tersebut dan kondisi lingkungan

yang sesuai maka pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri akan terjadi.

Bila populasi bakteri dalam makanan meningkat dapat menyebabkan

kerusakan pangan dan sarana penularan beberapa penyakit perut menular

(Supardi dan Sukamto, 1999:233).

Cabai merah giling merupakan hasil pengilingan cabai segar, dengan

atau tanpa bahan pengawet. Cabai giling dapat dikemas dengan cara

sederhana. Saat ini, cabai giling dipasarkan secara curah tanpa kemasan.

Karena biasanya dijual dalam keadaan yang terbuka dipinggir jalan dan

dibiarkan dalam waktu yang cukup lama. Hal ini harus diwaspadai dengan

adanya penambahan air dalam proses pengolahan yang tidak benar dan dapat

menyebabkan kontaminasi oleh bakteri patogen yang menyebabkan

keracunan makanan dan kematian (Suryanti, 2009:47).

Penelitian dilakukan oleh Desi Musliati (2013) dalam jurnal: pada

cabai merah giling Uji bakteriologis cabai merah giling (Capsicum annum)

dari beberapa Pasar Tradisional Di Kota Padang juga didapati hasil bahwa
sampel yang diperiksa positif mengandung memiliki kisaran nilai MPN

bakteri Coliform 12,0-240,0/100 ml sampel dan bakteri Escherichia coli

7,5-240,0 sel/100 ml sampel. Cabai merah giling yang dapat terkontaminasi

oleh Coliform dalam proses pengolahannya menggunakan air yang

tercemari oleh bakteri ini.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, maka semakin

tinggi pula resiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lainnya yang bisa hidup

dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang

mungkin terdapat dalam minuman dan terkontaminasi kotoran manusia ialah

bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram

perut, dan muntah-muntah (Endjang, 2003).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Pemeriksaan Coliform dan Coliform

fecal pada cabai merah giling (Capcisum annum) di pasar Kodim Pekanbaru

dengan metode MPN (Most Probable Number).


1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalahnya itu

apakah cabai merah giling(Capsicum annum) di Pasar Kodim Pekanbaru

mengandung cemaran Coliform dan Coliform Fecal?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah Coliform

dan Coliform fecal yang terdapat dalam cabai merah giling (Capsicum

annum) di Pasar Kodim Pekanbaru dengan menggunakan metode MPN

(Most Probable Number).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bakteri Coliform

dan Coliform fecal serta dijadikan referensi bagi mahasiswa/i analis

farmasi dan makanan di Universitas Abdurrab Pekanbaru.

2. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada konsumen agar lebih

selektif dalam memilih cabai merah giling, serta efeknya terhadap

kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabai

Cabai(capsicum annum) merupakan salah satu hortikultura yang

memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabai merupakan tanaman

perdu dari family terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp.

Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin,

diantaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan

vitamin C, digunakan sebagai keperluan rumah tangga yang dijadikan

bumbu masak seperti cabai merah giling (Alex, 2016:3).

Cabai merah giling merupakan pendamping atau pendukung makanan

lainnya. Orang yang gemar makan pedas pasti cenderung memilih cabai,

karena cabai kadang dianggap sangat penting. Namun dari cabai merah

giling tersebut bisa mengakibatkan suatu penyakit, maka hendaknya bahan

makanan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan sesuai

dengan peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republic

Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum

cemaran mikroba dan kimia dalam makanan.


Klasifikasi Cabai Merah

Menurut Suriana, N (2012:2) klasifikasi cabai merah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Family : Sonaleceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum


2.2 Coliform

Bakteri Coliform merupakan golongan bakteri yang sering digunakan

sebagai bakteri indikator adanya populasi kotoran dan kondisi penentu

kualitas air atau sanitasi yang kurang baik. Bakteri Coliform termasuk

golongan aerob dan anaerob fakultatif dan kelompok bakteri gram negatif

tidak membentuk spora, bebrbentuk batang atau basil, mempunyai

kemampuan memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas

pada suhu 35-37C selama 2-24 jam.

Bakteri Coliform mempunyai spesies dengan habitat seperti tanah dan

air, yang termasuk dalam golongan coliform adalah E.coli, spesies dari

Citrobacter, Klabsiella dan Serratia (BPOM, RI. 2008).

2.3 Coliform fecal

Bakteri Coliform fecal adalah bakteri yang spesifik tinja. Golongan

bakteri ini yaitu Escherichia coli banyak ditemukan didalam usus besar

manusia sebagai flora normal, karena dapat menyebabkan penyakit diare

yang sangat sering ditemukan di seluruh dunia. Bakteri ini terdiri dari

Escherichia coli Enteropatogenik (EPEC) menyebabkan diare khususnya

pada anak-anak dan Escherichia coli Enteroinvasiv (ELEC) menimbulkan

penyakit sangat mirip dengan disentri (Jewetz Melanick, Adelberg, 2005).


2.4 Escherichia coli

Escherichia coli merupakan flora normal di dalam usus manisia dan

akan menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ tubuh atau jaringan

lain. Escherichia coli dapat menimbulkan infeksi pada luka, bakteri ini juga

diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting untuk pembekuan

darah, sering terjadi pada manusia yang dirawat di rumah sakit (Endjang,

2013:104).

2.4.1 Klasifikasi Eschericia coli

Menurut Jewetz, at al (2005:58) klasifikasi bakteri Escherichia

coli sebagai berikut:

Kingdom : Prokaryotae

Divisi : Gracilicutes

Kelas : Scotobacteria

Ordo : Eubakteriales

Famili : Entebacteriaceace

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

2.4.2 Morfologi dan Fisiologi Escherichia coli

Escherichia coli termasuk dalam family Enterobacteriaceae.

Bakteri ini merupakan bakteri gram-negatif, berbentuk batang

pendek (kokobasil), mempunyai plagel, dengan ukuran 0,4-0,7 m x

1,4 m dan mempunyai simpai dan dapat tumbuh baik pada semua
media sederhana, dapat meragi laktosa, dan bersifat mikroaerofilik

(Radji, 2010:125).

2.4.3 Patogenitas san Gejala Penyakit

Escherichia coli dihubungkan dengan tipe penyakit usus (diare)

pada manusia. Diare merupakan suatu penyakit yang disertai darah,

kejang perut, demam, dan terkadang dapat menyebabkan gangguan

pada ginjal. Diare pada umumnya terjadi akibat rangsangan atau

peradangan di selaput lender usus yang menyebabkan gerakan isi

perut abnormal (Wijayakusuma, 2008:58).

Diare yang terjadi secara mendadak dan kurang mendapat

perawatan dan berakibat fatal, bahkan kematian, terutama terjadi

pada bayi dan balita. Hal ini diare menyebabkan kehilangan cairan

tubuh yang berlebihan (dehidrasi) sehingga tubuh menjadi lemas dan

mulas. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh infeksi

Escherichia coli ditularkan melalui makanan yang tidak dimasak

dan daging yang terkontaminasi. Penularan penyakit dapat terjadi

melalui kontak langsung biasanya terjadi ditempat yang memiliki

sanitasi dan lingkungan yang kurang bersih (Radji, 2010:127).

2.5 Metode MPN (Most Probable Number)

Dalam bidang kesehatan masyarakat dari mikrobiologi pangan,

prosedur ini diperginakan secara luas untuk menghitung jumlah bakteri

yang ada didalam bahan pangan. Metode ini berdasarkan pengenceran.


Menggunakan media yang dicairkan melihat dari hasil akhir berupa

kekeruhan atau perubahan warna dan atau pembentukan gas yang juga

dapat diamati secara visual. Dikenal dua cara yaitu metode tiga tabung dan

metode lima tabung. Dalam penelitian ini menggunakan metode lima

tabung (BPOM, 2008:5).

2.6 Cara Menghutung MPN (Most Probable Number)

Jumlah tabung yang positif dari uji konfirmasi, dicatat dan dihitung

dari masing-masing tabung. Lalu hitung jumlah tabung yang positif dari tiap

seri, misalnya jumlah tabung yang positif dari pengulangan pertama 4-0-1.

Kemudian angka yang diperoleh dicocokan dengan tabel MPN maka

diperoleh jumlah mikroba sebenarnya 0 MPN/100 ml (Tabel MPN ragam 5-

5-5 dapat dilihat pada lampiran).

2.7 Sistem Ragam MPN

pada pemeriksaan MPN (Most Probable Number) terdapat tiga

macam ragam yang dipakai untuk pemeriksaan MPN (Most Probable

Number). Ragam 5:5:5 (5 x 10 ml, 5 x 1 ml, 5 x 0,1 ml) digunakan untuk

spesimen yang belum diolah atau angka kumannya diperkirakan tinggi,

misalnya air sumur, air sungai, dan air mata air. Ragam 5:1:1 (5 x 10 ml, 1

x 1 ml, 1 x 0,1 ml) dapat digunakan pada spesimen yang sudah diolah atau

angka kumannya diperkirakan rendah. Ragam 3:3:3 (3 x 10 ml, 3 x 1 ml, 3 x

0,1 ml) digunakan sebagai ragam alternative apabila jumlah tabung terbatas

dan media juga terbatas (Depkes RI, 1991).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

menggunakan teknik tabung ganda (tabung reaksi berisi tabung durham)

secara invitro.

3.2 Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah cabai merah giling yang dijual 3

pedagang kaki lima, sampel diambil sebanyak 3 sampel yang dijual di Pasar

Kodim Pekanbaru.

3.3 Tempat dan Wakru Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Prodi

Analisa Farmasi dan Makanan, Universitas Abdurrab pada bulan Januari

2017.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain Erlenmeyer 500 ml, gelas 100

ml, beaker glas, tabung reaksi, tabung durham, pipet tetes, pipet

ukur,,jarum ose, timbangan analit, lampu spiritus, kaki tiga, spatula,

kain lap, asbes, korek api, autoclave, incubator, oven, kertas padi,

tissue, batang pengaduk, rak tabung reaksi.


3.4.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain alcohol 70%, aquades, NaCl

0,9%, Lactose Broth (LB), Brilliant Green Laactose Broth (BGLB).

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Pengambilan Sampel

Sampel diambl di penjualan pedagang kaki lima kemudian

sampel langsung diujikan di Laboratorium Mikrobiologi Analis

Farmasi dan Makanan Universitas Abdurrab.

3.5.2 Pengolahan Sampel

Sampel ditimbang sebanyak 10 gram ditambahkan 100 ml NaCl

0,9% lalu dimasukkan kedalam Erlenmeyer steril dan tutup dengan

kapas.

3.5.3 Sterilisasi Alat

Alat dicuci sampai bersih lalu dikeringkan, kemudian alat

tersebut dibungkus dengan kertas dan dimasukkan kedalam oven pada

suhu 170C selama 2 jam, kemudian dikeluarkan dari oven

(Hasdianah, 2012:44).

3.5.4 Desinfektan Tempat Kerja

Dilakukan disenfektan tempat kerja menggunakan alcohol 70C

padatempat kerja. Meja dibersihkan dari debu, kemudian

disemprotkan alkool 70% (Entjang, 2003:40).


3.5.5 Antiseptik Tangan

Tangan dicuci menggunakan sabun sampai bersih, kemudian

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3.6 Cara Pembuatan Media

3.6.1 Lactose Broth (LB) Single

LB dilarutkan 2.6 gr salam 200 ml aquades (pemakaian LB 13

gram/liter) kemudian panaskan sampai homogeny kemudian larutan

ini dimasukkan kedalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml

yang telah berisi tabung durham dalam keadaan terbalik, dibolak-balik

agar tidak terdapat gelembung udara kemudian disterilkan dalam

autoclave pada suhu 121C selama 15 menit.

3.6.2 Lactose Broth (LB) Triple

LB dilarutkan 3.9 gr dalam 100 ml aquades (pemakaian LB 13

gram/liter) kemudian dipanaskan sampai homogeny kemudian larutan

ini dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi sebanyak 5 ml

yang telah berisi tabung durham dalam keadaan terbalik, dibolak-balik

agar tidak terdapat gelembung udara kemudian sterilkan dalam

autoclave pada suhu 121C selama 15 menit.

3.6.3 Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)

Dilarutkan 20 gr media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)

dalam 500 ml aquades (pemakaina media BGLB 40 gram/liter)

kemudian larutan ini dimasukkan kedalam masing-masing tabung

reaksi sebanyak 5 ml yang telah berisi tabung durham dalam keadaan


terbalik, di bolak-balik agar tidak terdapat gelembung udara kemudian

sterilkan dalam autoclave pada suhu 121C selama 15 menit.

3.7 Prosedur Pemeriksaan MPN

3.7.1 Uji Perkiraan

Dilakukan penanaman dengan ragam 5:5:5 (5 x 10 ml, 5 x 1 ml,

5 x 0,1 ml). Dipipet 10 ml media LB kedalam masing-masing 5

tabung (untuk LB triple) kemudian dimasukkan10 ml dan 0,1 ml

sampel kedalam tabung reaksi yang telah berisi Lactose Broth (untuk

LB single). Kemudian diinkubasikan dengan incubator pada suhu

37C selama 2 x 24 jam. Dan dicatat jumlah tabung Lactose Broth

yang positif.

3.7.2 Uji Penegasan

Hasil positif pada media Lactose Broth (LB) dipindahkan 1 ose

yang positif kedalam media Brilliant Green Lactose Broth (BGLB)

dengan dua seri, masing-masing seri 5 x 10 ml, 5 x 1 ml, 5 x 0,1 ml

diinkubasikan pada suhu 37C 2 x 24 jam untuk Coliform, dan pada

suhu 44,5C diinkubasikan selama 1 x 24 jam untuk Coliform fecal.

Lihat hasil yang positif lalu dihitung dan dicocokan dengan table

MPN dengan ragam 5:5:5.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.I Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Universitas Abdurrab pada bulan januari 2017 tentang

penentuan MPN coliform dan colifecal pada cabai merah giling yang dijual

di pasar kodim pekanbaru di dapatkan indek MPN ragam 5-5-5

menggunakan media BGLB pada uji konfirmasi diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4.1 Sampel pertama hasil uji sampel cabai giling pada media LB
Jumlah tabung positif pada media LB
Sampel cabai giling
5 x 10 ml 5 x 1 ml 5 x 0,1 ml
Pengulangan 1 5 5 5
Pengulangan 2 5 5 5
Pengulangan 3 5 5 5

Tabel 4.2 Coliform dan colifecal pada media BGLB


Jumlah tabung positif MPN MPN
Coliform Coliform
Sampel cabai giling
Coliform Coliform Total Fecal
Total Fecal
Pengulangan 1 5:3:2 3:1:1 140 14
Pengulangan 2 4:1:1 2:1:1 21 9
Pengulangan 3 3:0:0 1:0:0 8 2
Tabel 4.3 Sampel kedua hasil uji sampel cabai giling pada media LB
Jumlah tabung positif pada media LB
Sampel cabai giling
5 x 10 ml 5 x 1 ml 5 x 0,1 ml
Pengulangan 1 4 1 1
Pengulangan 2 3 2 0
Pengulangan 3 3 0 0

Tabel 4.4 Coliform dan colifecal pada media BGLB


Jumlah tabung positif MPN MPN
Coliform Coliform
Sampel cabai giling
Coliform Coliform Total Fecal
Total Fecal
Pengulangan 1 4:1:1 1:1:0 21 4
Pengulangan 2 4:1:0 0:2:0 17 4
Pengulangan 3 3:0:0 3:0:0 8 8

Tabel 4.5 Sampel ketiga hasil uji sampel cabai giling pada media LB
Jumlah tabung positif pada media LB
Sampel cabai giling
5 x 10 ml 5 x 1 ml 5 x 0,1 ml
Pengulangan 1 3 2 1
Pengulangan 2 2 2 1
Pengulangan 3 2 2 1
Tabel 4.6 Coliform dan colifecal pada media BGLB
Jumlah tabung positif MPN MPN
Coliform Coliform
Sampel cabai giling
Coliform Coliform Total Fecal
Total Fecal
Pengulangan 1 0:0:0 0 :0 : 0 0 0
Pengulangan 2 0:0:0 0:0:0 0 0
Pengulangan 3 0:0:0 0:0:0 0 0

4.7 Pembahasan

Pada penelitian dilakukan analisa MPN Coliform dan Coliform

fecal pada cabai merah giling yang dijual disepanjang jalan pasar kodim

pekanbaru dengan menggunakan 3 jenis sampel cabai merah giling yang

berbeda-beda. Pada pemeriksaan MPN terdapat banyak seri penanaman

yang digunakan yaitu seri 5:1:1, seri 5:5:5, seri 3:3:3 tetapi pada penelitian

ini peneliti menggunakan penanaman ragam 5:5:5 karena cabai merah

giling tersebut belum di ohlah makan digunakan ragam 5:5:5.

Tahap pertama pengolahan pada pemeriksaan MPN Coliform dan

Coliform fecal yaitu dengan melakukan pengenceran sampel terlebih

dahulu, sampel di encerkan dengan 10 gram sampel menggunakan larutan

infus NaCl fisiologis 0,9%. Tujuannya dilakukan pengenceran agar sampel

tersebut tidak terlalu pekat sehingga lebih mudah untuk diamati,

penggunaan NaCl fisiologis karena larutan tersebut sesuai dengan cairan

tubuh manusia. Kemudian tahap selanjutnya yaitu melakukan uji presumtif

(uji praduga) tujuan dari uji perkiraan dilakukan adalah untuk mencari
kuman peragi laktosa dan membuat gas pada suhu 37C selama 2 x 24

jam.

Media yang digunakan pada uji perkiraan adalah Laktosa Broth

sebanyak 5 ml kemudian di inkubasi dengan suhu 37C selama2 x 24 jam

karena suhu tersebut merupakan suhu optimal untuk tumbuhnya bakteri

golongan coliform, fungsi dari penggunakan media LB karena laktosa

menyediakan sumber karbohidrat yang dapat di fermentasikan oleh

coliform. Fungsi tabung durham yang diletakan pada tabung reaksi dengan

posisi terbalik yang sebelumnya sudah di isi media adalah untuk

mengetahui terbentuknya gas yang ditimbulkan akibat adanya fermentasi

laktosa menjadiasam dan gas sehingga terbentuk gas. Mungkin sekali gas

yang tertampung dalam tabung durham itu berasal dari sel-sel ragi atau

dari mikroorganisme yang lain.

Tahap selanjutnya yaitu dari hasil uji pendahuluan yang positif di

lanjutkan ke uji konfirmasi, pada uji konfirmasi menggunakan media

Brilliant Green Laktosa Broth (BGLB) dan di inkubasi dengan 2 suhu

berbeda yaitu 37C untuk Coliform 44,5C untuk coliform fecal. Media

BGLB berfungsi untuk mendeteksi adanya coliform dan dapat

menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan menggiatkan

pertumbuhan bakteri golongan kolon. Jika timbul gas sebelum 48 jam

maka hasil dinyatakan positif ditandai dengan adanya gelembung gas pada

tabung durham (Dwidjoseputro,2003).


Dari hasil pemeriksaan pada uji pendahuluan dan uji konfirmasi di

dapatkan adanya 2 sampel yang jumlah rata-rata bakterinya lebih banyak

yaitu pada sampel 1 dan 2, dikarenakan kemungkinan pada sampel 1 dan 2

pada proses pembuatannya tidak higenis dan tidak steril serta tempat

penjualannya juga tidak strategis. Pada sampel ke 3 uji pendahuluan fositif

adanya bakteri pada uji penegasan negatif adanya bakteri koliform dan

colifecal kemungkinan adanya bakteri lain yang bukan koliform dan

colifecal.

Pada pemeriksaan MPN Coliform dan Colifecal Cabai merah

giling di dapatkan adanya gelembung gas pada tabung durham dengan di

masing-masing ke dua sampel yang berbeda, hal ini menjukan kualitas

cabai merah giling mengandung bakteri coliform dan coliform fecal dan di

makanan tersebut tidak memenuhi persyaratan secara mikrobiologis yang

telah di tetapkan oleh Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik

Indonesia No. HK.00.06.1.52.4011 syarat pada makanan secara

bakterilogis adalah MPN coliform 1 x 102 koloni/gram. Dan dalam air

minum adalah MPN coliform 0 per 100 ml dan MPN colifecal per 100 ml

(PERMENKES RI, 1991).

Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi tumbuhnya bakteri

yaitu faktor internal dan eksternal, adapun faktor internal yaitu nutrisi atau

gizi untuk makanan bakteri tersebut agar tetap tumbuh, dan faktor ekstrnal

yaitu temperature, PH (keasaman), tekanan osmosis, oksigen radiasi,

kelembaban, ketersediaan air, proses penyajian dan penyimpanan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa jumlah rata-rata index MPN pada bakteri coliform 56,3/100 ml dan

coliform fecal 8,3/100 ml, sampel 2 jumlah bakteri coliform 8,6/100 ml dan

coliform fecal 5,3/100 ml, sampel 3 colifecal 0/100 ml dan coliform fecal

0/100 ml.

5.2 Saran
a. Kepada pedagang untuk lebih memperhatikan kualitas dagangan dan

kebersihannya supaya meminimalisir tumbunya bakteri coliform dan

colifecal yang dapat menyebabkan diare dan penyakit lainnya.

b. Kepada pembaca mahasiswi/I Universitas Abdurrab agar menggunakan

jenis bakteri yang berbeda dan melanjutkan ke tahap identifikasi bakteri

dengan menggunakan pewarna gram.


Lampiran. 8 Hasil penelitian

Sampel Pengenceran sampel

Media LB Triple Dan Single Blangko LB

Blangko BGLB
Sampel 1 uji pendahuluan

Uji penegasan suhu 37C

Ujii penegasan suhu 44C


Sampel 2 uji pendahuluan

Ujii penegasan suhu 37C

Ujii penegasan suhu 44C


Sampel 3 uji pendahuluan

Uji penegasan suhu 37C

Uji penegasan suhu 44C

Anda mungkin juga menyukai