Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

ENUMERASI DAN ISOLASI

Nama : Mutiarani Dasha Hanggaresty


NIM : 1708551078
Farmasi Kelompok :5
Golongan : II
Tanggal : 11 Februari 2018
Asisten Dosen : I Putu Aditya Prayoga

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang dimana saja selama kondisi
lingkungan di sekitarnya mendukung pertumbuhannya, baik di tubuh kita, alam,
maupun di dalam makanan dan juga minuman. Jumlah bakteri dalam suatu
makanan dan minuman haruslah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
Badan Standardisasi Nasional dan Badan POM. Oleh karena itu, bakteri dapat
dihitung jumlahnya dengan menggunakan metode enumerasi dengan tujuan untuk
mengamati perubahan mikroba selama produksi makanan (Teramura et al.,2015).
Enumerasi merupakan suatu metode perhitungan total koloni per satuan
berat atau volume. Secara statistik, perhitungan koloni pada media cawan
dinyatakan vaid apabila berjumlah 30 – 300 koloni (Miranda et al., 2011).
Apabila nilai pertumbuhan mikroba melebihi 300 koloni, maka dapat
menyebabkan gangguan perhitungan akibat jarak antar koloni saling berhimpit
(Habullah dkk., 2015). Jumlah mikroba yang tumbuh pada medium tertentu
ditunjukkan oleh CFU (Colony Forming Unit) (Kudaka et al., 2010).
Enumerasi dapat dilakukan dengan teknik TPC (Total Plate Count), MPN
(Most Probable Number), dan membran filter, sedangkan untuk menumbuhkan
mikroba hasil pengenceran dapat dilakukan dengan metode sebar atau tuang.
Angka total bakteri dalam 1 mL ataupun 1 gram adalah dengan mengalikan
jumlah rata – rata koloni pada cawan perti dengan faktor pengenceran yang
digunakan (Habullah dkk., 2015).

1.2 Tujuan
1. Memahami cara perhitungan jumlah mikroba pada sampel dengan
menggunakan metode pengenceran.
2. Mengetahui pengaruh dari faktor pengenceran terhadap jumlah mikroba
yang tumbuh dalam sampel.
3. Mengetahui jumlah sel bakteri yang tumbuh pada sampel dengan
menggunakan metode pengenceran.

1
II. MATERI DAN METODE

Enumerasi dilakukan dengan metode pengenceran menggunakan sampel


makanan berupa sempol goreng. Ditimbang 10 gram sempol goreng
menggunakan neraca, kemudian demasukkan ke dalam botol yang berisi 90 mL
air steril dan dikocok hingga homogen untuk mendapatkan faktor pengenceran 10-
1
. Setelah itu, sampel diambil 1 mL dari botol bertanda 10 -1 dengan pipet mikro
dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertanda 10 -2 yang sudah berisi 9 mL air
steril untuk memperoleh faktor pengenceran 10-2. Tabung reaksi bertanda 10-2 di
vortex agar sampel homogen. Selanjutnya dilakukan pengenceran 10-3 dengan cara
sampel dipipet 1 mL dari tabung reaksi bertanda 10 -2 dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi bertanda 10-3 yang sudah berisi 9 mL air steril lalu dihomogenkan
dengan vortex. Setelah didapat sampel dengan faktor pengenceran 10-3, sampel
tersebut dipipet sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam cawan Petri dan
ditambahkan medium Nutrient Agar. Cawan Petri digoyangkan ke kanan
sebanyak empat kali dan ke kiri empat kali untuk menghomongenkan sampel
dengan medium. Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37°C, diamati dan
dihitung jumlah koloni yang tumbuh.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
(Terlampir)
3.2 Pembahasan
Enumerasi pada praktikum kali ini dilakukan dengan teknik cawan
pengenceran, yakni dilakukan pengenceran terlebih dahulu pada sampel agar
mempermudah perhitungan jumlah koloni mikroba (Miranda et al., 2011). Sampel
yang digunakan berupa sampel padat dan sampel cair, yakni susu UHT fullcream,
jamu kunyit, sumping pisang, es gula, sempol goreng dan keju dengan faktor
pengencaran 10-3 untuk seluruh sampel. Tiga dari enam sampel memiliki jumlah
koloni yang tak terhingga, yakni sumping pisang, susu UHT fullcream, dan keju.
Enumerasi pada sampel sumping pisang menunjukkan jumlah koloni yang
melebihi batas maksimum yang ditentukan oleh BPOM (2012), yakni jumlah

2
mikroba maksimum pada kudapan basah seperti nagasari adalah 10 5 CFU/gram.
Jumlah koloni pada sampel susu UHT fullcream juga melebihi batas maksimum
cemaran mikroba yang ditetapkan oleh SNI, yakni < 10 CFU/0,1mL atau < 100
CFU/mL (Suwito, 2010). Enumerasi pada sampel keju juga tidak sesuai dengan
batas maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh SNI yang seharusnya
3,903 CFU/gram (Negara dkk., 2016).
Enumerasi sampel sempol goreng didapatkan jumlah koloni mikroba 45 x
103 CFU/gram. Menurut BPOM (2016), batas cemaran mikroba untuk daging,
daging unggas, dan daging hewan buruan yang dihaluskan dan diolah dengan
perlakuan panas adalah 104 CFU/gram. Hal ini berarti jumlah mikroba pada
sampel sempol goreng tidak melebihi ketentuan BPOM, sehingga sampel sempol
goreng masih layak untuk dikonsumsi. Pada sampel minuman es gula didapatkan
jumlah koloni 60 x 103 CFU/mL. Menurut BPOM (2012), jumlah mikroba
maksimum pada minuman termasuk es adalah 1 x105 CFU/mL, sehingga sampel
minuman es gula tidak layak untuk dikonsumsi karena jumlah koloni yang didapat
melebihi batas maksimum cemaran mikroba yang ditentukan. Enumerasi pada
sampel jamu kunyit diperoleh jumlah koloni 15 x 103, sedangkan menurut BPOM
batas maksimum mikroba untuk pangan jadi seperti jamu adalah < 10 6 CFU/mL
(Putriana dkk., 2013). Sehingga, sampel jamu layak untuk dikonsumsi.
Menurut Fatmarina (2000), faktor – faktor yang dapat menyebabkan jumlah
koloni mikroba pada sampel – sampel di atas melebihi batas maksimum yang
diperbolehkan oleh SNI dan BPOM adalah pengaruh suhu pada saat inkubasi
media, dimana masing – masing mikroba yang tumbuh mempunyai suhu
optimum, minimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya. Faktor lainnya
adalah kurangnya pengenceran sehingga mikroba dalam sampel tidak dapat
terhitung, proses pendistribusian makanan dan minuman tersebut yang kurang
baik dan sampel juga tidak dikemas dengan baik, serta lingkungan tempat
penjualan sampel yang kotor sehingga memungkinkan sampel terkontaminasi oleh
mikroba yang ada di lingkungan sekitarnya (Fatmarina, 2000).

3
IV. KESIMPULAN
1. Jumlah bakteri dalam 1 mL atau 1 gram sampel dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah rata – rata koloni pada cawan Petri dengan faktor
pengenceran yang digunakan.
2. Faktor pengenceran berpengaruh pada hasil koloni yang didapat, yakni
semakin tinggi faktor pengenceran, maka konsentrasi sampel semakin
berkurang serta semakin sedikit jumlah pertumbuhan koloni dalam suatu
medium dan sebaliknya.
3. Jumlah mikroba yang diperoleh pada sampel susu UHT full cream, sumping
pisang, dan keju tak terhingga, sampel jamu kunyit sebesar 15 x 10 3
CFU/mL, sampel es gula sebesar 60 x 103 CFU/mL, dan sampel sempol
goreng sebesar 45 x 103 CFU/gram.

DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2012. Pedoman Kriteria Cemaran Pada Pangan Siap Saji dan Pangan
Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPOM, 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 16 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia.
BSN, 2014. Susu UHT (Ultra Hight Temperature). SNI 3950 : 2014. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
BSN, 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. SNI 7388 : 2009.
Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.
Fatmarina, S. 2000, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Jakarta: PT.
Multazam Mitra Prima.
Habullah, R., Fatimawali, dan N. Kojong. 2015. Analysis of Coliform Bacteria
Contamination and Escherchia coli Soy Milk Sold in Supermarkets of
Manado City. Jurnal Ilmiah Farmasi. 4 (1):21 – 22.
Kudaka, J., T. Horii, K. Tamanaha, K. Itokazu, M. Nakamura, K. Taira, M.
Nidaira, S. Okano, dan A. Kitahara. 2010. Evaluation of The Petrifilm
Aerobic Count Plate for Enumeration of Aerobic Marine Bacteria from

4
Seawater and Caulerpa lentillifera. Journal of Food Protection. 73(8):1529
– 1532.
Miranda, R.O., G. G. Neto, R. Freitas, A.F. Carvalho, dan L.A. Nero. 2011.
Enumeration of Bifidobacteria using PetrifilmTM AC in Pure Cultures and in
a Fermented Milk Manufactured with a Commercial Culture of
Streptococcus thermophilus. Journal of Food Microbiology. 28(8):1509 –
1513.
Negara, J.K., A.K. Sio, Rifkhan, M. Arifin, A.Y. Oktaviana, R.R.S. Wihansah, M.
Yusuf. 2016. Aspek Mikrobiologis, Serta Sensori (Rasa, Warna, Tekstur,
Aroma) pada Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(2):286 – 290.
Putriana, F., Herdini, dan I. Sugoro. 2018. Analisis Cemaran Mikroba pada
Sediaan Jamu Gendong di Sekitar Terminal Lebak Bulus Wilayah Jakarta
Selatan. Studi Kasus pada Jamu Gendong dari Dua Orang Penjual Jamu.
Jakarta Selatan: Institut Sain dan Teknologi Nasional.
Suwito, W. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 29(3):96 – 100.
Teramura, H., M. Iwasaki, M. Ushiyama, H. Ogihara. 2015. Evaluation of a Novel
Dry Sheet Culture Metthod for Rapid Enumeration of Total Aerobic Count
in Foods. Journal of Food Protection. 78(10):1885 – 1890.

5
LAMPIRAN

Gambar 1. Cawan Petri berisi sampel sempol goreng dan medium


Nutrient Agar sebelum diinkubasi 24 jam

Gambar 2. Cawan Petri berisi sampel sempol goreng dan medium


Nutrient Agar setelah diinkubasi 24 jam

Keterangan :
1. Koloni bakteri besar
2. Koloni bakteri kecil
3. Bakteri individual

Anda mungkin juga menyukai