1.2 Tujuan
1. Memahami cara perhitungan jumlah mikroba pada sampel dengan
menggunakan metode pengenceran.
2. Mengetahui pengaruh dari faktor pengenceran terhadap jumlah mikroba
yang tumbuh dalam sampel.
3. Mengetahui jumlah sel bakteri yang tumbuh pada sampel dengan
menggunakan metode pengenceran.
1
II. MATERI DAN METODE
2
mikroba maksimum pada kudapan basah seperti nagasari adalah 10 5 CFU/gram.
Jumlah koloni pada sampel susu UHT fullcream juga melebihi batas maksimum
cemaran mikroba yang ditetapkan oleh SNI, yakni < 10 CFU/0,1mL atau < 100
CFU/mL (Suwito, 2010). Enumerasi pada sampel keju juga tidak sesuai dengan
batas maksimum cemaran mikroba yang ditetapkan oleh SNI yang seharusnya
3,903 CFU/gram (Negara dkk., 2016).
Enumerasi sampel sempol goreng didapatkan jumlah koloni mikroba 45 x
103 CFU/gram. Menurut BPOM (2016), batas cemaran mikroba untuk daging,
daging unggas, dan daging hewan buruan yang dihaluskan dan diolah dengan
perlakuan panas adalah 104 CFU/gram. Hal ini berarti jumlah mikroba pada
sampel sempol goreng tidak melebihi ketentuan BPOM, sehingga sampel sempol
goreng masih layak untuk dikonsumsi. Pada sampel minuman es gula didapatkan
jumlah koloni 60 x 103 CFU/mL. Menurut BPOM (2012), jumlah mikroba
maksimum pada minuman termasuk es adalah 1 x105 CFU/mL, sehingga sampel
minuman es gula tidak layak untuk dikonsumsi karena jumlah koloni yang didapat
melebihi batas maksimum cemaran mikroba yang ditentukan. Enumerasi pada
sampel jamu kunyit diperoleh jumlah koloni 15 x 103, sedangkan menurut BPOM
batas maksimum mikroba untuk pangan jadi seperti jamu adalah < 10 6 CFU/mL
(Putriana dkk., 2013). Sehingga, sampel jamu layak untuk dikonsumsi.
Menurut Fatmarina (2000), faktor – faktor yang dapat menyebabkan jumlah
koloni mikroba pada sampel – sampel di atas melebihi batas maksimum yang
diperbolehkan oleh SNI dan BPOM adalah pengaruh suhu pada saat inkubasi
media, dimana masing – masing mikroba yang tumbuh mempunyai suhu
optimum, minimum, dan maksimum untuk pertumbuhannya. Faktor lainnya
adalah kurangnya pengenceran sehingga mikroba dalam sampel tidak dapat
terhitung, proses pendistribusian makanan dan minuman tersebut yang kurang
baik dan sampel juga tidak dikemas dengan baik, serta lingkungan tempat
penjualan sampel yang kotor sehingga memungkinkan sampel terkontaminasi oleh
mikroba yang ada di lingkungan sekitarnya (Fatmarina, 2000).
3
IV. KESIMPULAN
1. Jumlah bakteri dalam 1 mL atau 1 gram sampel dapat dihitung dengan
mengalikan jumlah rata – rata koloni pada cawan Petri dengan faktor
pengenceran yang digunakan.
2. Faktor pengenceran berpengaruh pada hasil koloni yang didapat, yakni
semakin tinggi faktor pengenceran, maka konsentrasi sampel semakin
berkurang serta semakin sedikit jumlah pertumbuhan koloni dalam suatu
medium dan sebaliknya.
3. Jumlah mikroba yang diperoleh pada sampel susu UHT full cream, sumping
pisang, dan keju tak terhingga, sampel jamu kunyit sebesar 15 x 10 3
CFU/mL, sampel es gula sebesar 60 x 103 CFU/mL, dan sampel sempol
goreng sebesar 45 x 103 CFU/gram.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2012. Pedoman Kriteria Cemaran Pada Pangan Siap Saji dan Pangan
Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan
BPOM, 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 16 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Pangan Olahan.
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia.
BSN, 2014. Susu UHT (Ultra Hight Temperature). SNI 3950 : 2014. Jakarta:
Badan Standardisasi Nasional.
BSN, 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. SNI 7388 : 2009.
Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.
Fatmarina, S. 2000, Penuntun Praktikum Mikrobiologi Dasar. Jakarta: PT.
Multazam Mitra Prima.
Habullah, R., Fatimawali, dan N. Kojong. 2015. Analysis of Coliform Bacteria
Contamination and Escherchia coli Soy Milk Sold in Supermarkets of
Manado City. Jurnal Ilmiah Farmasi. 4 (1):21 – 22.
Kudaka, J., T. Horii, K. Tamanaha, K. Itokazu, M. Nakamura, K. Taira, M.
Nidaira, S. Okano, dan A. Kitahara. 2010. Evaluation of The Petrifilm
Aerobic Count Plate for Enumeration of Aerobic Marine Bacteria from
4
Seawater and Caulerpa lentillifera. Journal of Food Protection. 73(8):1529
– 1532.
Miranda, R.O., G. G. Neto, R. Freitas, A.F. Carvalho, dan L.A. Nero. 2011.
Enumeration of Bifidobacteria using PetrifilmTM AC in Pure Cultures and in
a Fermented Milk Manufactured with a Commercial Culture of
Streptococcus thermophilus. Journal of Food Microbiology. 28(8):1509 –
1513.
Negara, J.K., A.K. Sio, Rifkhan, M. Arifin, A.Y. Oktaviana, R.R.S. Wihansah, M.
Yusuf. 2016. Aspek Mikrobiologis, Serta Sensori (Rasa, Warna, Tekstur,
Aroma) pada Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 4(2):286 – 290.
Putriana, F., Herdini, dan I. Sugoro. 2018. Analisis Cemaran Mikroba pada
Sediaan Jamu Gendong di Sekitar Terminal Lebak Bulus Wilayah Jakarta
Selatan. Studi Kasus pada Jamu Gendong dari Dua Orang Penjual Jamu.
Jakarta Selatan: Institut Sain dan Teknologi Nasional.
Suwito, W. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis,
Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 29(3):96 – 100.
Teramura, H., M. Iwasaki, M. Ushiyama, H. Ogihara. 2015. Evaluation of a Novel
Dry Sheet Culture Metthod for Rapid Enumeration of Total Aerobic Count
in Foods. Journal of Food Protection. 78(10):1885 – 1890.
5
LAMPIRAN
Keterangan :
1. Koloni bakteri besar
2. Koloni bakteri kecil
3. Bakteri individual