• Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan fungsi serta tujuan
etika dalam kaitannya dengan profesi apoteker/ farmasis; perkembangan etika dan moral yang
sesuai dengan hukum dan konvensi yang berlaku serta mampu mengatasi problema-problema
mengenai etika dan moral yang timbul di lapangan ( dalam praktek pelayanan kefarmasian );
mengerti dan memahami produk peraturan perundang-undangan di bidang farmasi sehingga
diharapkan dapat meningkatkan ketajaman analisa dan intensitas pemahaman yang sebaik-baiknya.
OUTLINE KULIAH
• Review perkuliahan sebelumnya
• Hirarki peraturan perundang-undangan
• Perundang-undangan apotek
• Tata cara perijinan dan pengelolaan apotek
• Peraturan berkaitan dengan kewenangan dan kewajiban apoteker di
apotek
REVIEW
• Diskusikan Bersama kelompok saudara :
1. Apa itu Apotek
2. Apa itu Apoteker
3. Apa saja Kewenangan dan Kewajiban Apoteker
4. Apa saja kode etik Profesi
5. Apa itu nine star pharmacy
Ketik dalam 1 file ppt nanti dikirim ke korma utk digabungkan
menjadi 1 file ppt, jgn lupa dilengkapi nama kelompok, dan catatan kaki
utk setiap pengutipan pustaka dan dilengkapi daftar pustaka (5 menit)
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-
undangan terdiri atas:
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
• Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
• Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
• Peraturan Pemerintah;
• Peraturan Presiden;
• Peraturan Daerah Provinsi; dan
• Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU
12/2011”) sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentu
kan Peraturan Perundang-Undangan
Hirarki peraturan Perundang-undangan
Kekuatan hukum peraturan perundang-
undangan di atas sesuai dengan hierarki UNDANG-UNDANG
tersebut dan peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi
PERATURAN
PEMERINTAH Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun
2017: BPOM berada dibawah dan bertanggung
jawab kpd Presiden dengan tugas utamanya
yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pengawasan Obat dan Makanan
(Lembaga non kementerian)
PERATURAN
DAERAH
Pasal 1 Ayat 1
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker Pasal 1 ayat 3
Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan
pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 1 Ayat 4
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
Apoteker.
Pasal 1 Ayat 5
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang
membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi dan Analis Farmasi.
UNDANG-UNDANG TERKAIT
APOTEK
1. UU Obat Keras (St. No.419 tgl 22 Desember 1949)
2. UU 3 Th 1953 tentang Pembukaan Apotek (Lembaran Negara
Th 1953 No 18);
3. UU No 7 Th 1963 tentang Farmasi (LN Th 1963 No. 81,
Tambahan LN No2580)
4. UU No. 23 Th 1992 Tentang : Kesehatan (mencabut UU No 3 th
1953 dan UU No 7 th 1963)UU No. 36 Th 2009 Tentang :
Kesehatan (mencabut UU 23 th 1992)
5. UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
6. UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika UU No. 35 Th 2009
7. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
8. UU No. 29 Tahun 2004 tentang: Praktik Kedokteran
9. UU 36 th 2014 dicek lg ttg tenaga kesehatan
Peraturan Pemerintah
(1) Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian
profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
(2) Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam
resep dengan obat paten.
(3) Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis di dalam resep
Apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
Pemahaman pasal:
•Keputusan MK ini memperkuat pasal 108 dari UU 36/09 (dan juga
keberadaan PP 51/2009) bahwa Praktik Kefarmasian diakui dan
• Dilaksanakan oleh Tenaga Kefarmasian
• Dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan jiwa, dokter,
dokter gigi dan perawat dapat melakukan secara terbatas
59
•Hanya tenaga kefarmasian sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kekuatan
hukum mengikat dalam menjalankan praktik kefarmasian dan
•Tenaga kesehatan dokter, dokter gigi, perawat secara terbatas yang
melakukan tugasnya dalam keadaan darurat yang mengancam keselamatan
jiwa
60
DISKUSI
• PP 51 TAHUN 2009
PP 51 tahun 2009
Pasal 1 Poin 1
Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional.
Pasal 1 Poin 4
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan
Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
PP51/2009
Pasal 4
Tujuan pengaturan Pekerjaan Kefarmasian untuk:
a. memberikan perlindungan kepada pasien dan
masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan
sediaan farmasi dan jasa kefarmasian;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
peraturan perundangan-undangan; dan
c. memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat
dan Tenaga Kefarmasian.
PP51/2009
Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan
praktik profesi kefarmasian secara baik.
Standar Prosedur Operasional adalah prosedur
tertulis berupa petunjuk operasional tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk
melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas
produksi, distribusi atau penyaluran, dan pelayanan
kefarmasian.
PP51/2009
Pasal 20
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker dapat
dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
PP 51 TAHUN 2009
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan
oleh Apoteker.
(3) Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat
menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK pada
sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk meracik dan
menyerahkan obat kepada pasien.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menurut jenis Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian ditetapkan oleh Menteri.
(5) Tata cara penempatan dan kewenangan Tenaga Teknis Kefarmasian di
daerah terpencil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Pasal 22
Dalam hal di daerah terpencil yang
tidak ada apotek, dokter atau dokter
gigi yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi mempunyai wewenang
meracik dan menyerahkan obat
kepada pasien yang dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
PP51/2009
Pasal 23
(1) Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian,
Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
harus menetapkan Standar Prosedur Operasional.
(2) Standar Prosedur Operasional harus dibuat secara
tertulis dan diperbaharui secara terus menerus
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang farmasi dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 24
SPO Lain-lain
1. Pemusnahan Resep
2. Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
3. Penimbangan Bahan Baku
4. Produksi Skala Kecil
5. Pencatatan Kesalahan Peracikan
6. Pengaturan Suhu Ruangan
7. Penggunaan Baju Kerja
Posisi apoteker SAYA APOTEKER PEMILIK
OTORITAS PELAYANAN
KEFARMASIAN DI APOTEK,
BUKAN PEMODAL (PSA ATAU
INVESTOR), BUKAN PULA
ASISTEN APOTEKER DAN UNTUK
ITU, SAYA TELAH DISUMPAH
87
Pasal 3. UU Obat Keras
(St. No.419 tgl 22 Desember 1949)
(1) Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan
penawaran untuk penjualan dari bahan-bahan G,
demikian pula memiliki bahan-bahan
ini dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara
normal tidak dapat diterima bahwa bahan-bahan
ini hanya diperuntukkan pemakaian
pribadi, adalah dilarang. Larangan ini tidak berlaku
untuk pedagang- pedagang besar yang diakui,
Apoteker-apoteker yang memimpin
Apotek dan Dokter Hewan.
Ikatan Apoteker Indonesia
•Standar Kompetensi
•Kode Etik
•Standar Praktik
•Good Pharmacy Practices
Apoteker Komunitas
(HISFARMA)
•Model of Practice
•Standard of Community Pharmacy Practice
Rencana •Good Community Pharmacy Practice
Strategis •Policy of Organization
•Guidelines of Practice
•Statements of Practice
•Standard of Procedures
Brand apotek bukan TOKO OBAT tetapi
tempat praktek apoteker yang
Ps.27(1) UU 36/2009
.... melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya
Liabiliti Profesi ,Menurut UU No. 36/09
(pasal 58 ayat 1,2)
(1)Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang
melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan
darurat.
SINERGI STAKE HOLDER
PENDIDIKAN
TINGGI FARMASI
INDONESIA
K A T
TI FI A-
IKATAN SE R ,S IP
R , N SI
APOTEKER S T T E P O DINAS KESEHATAN
PE P - S
INDONESIA KOM A, GP KABUPATEN/KOTA
SIK
KOMITE
FARMASI DEPKES RI
NASIONAL
RePOSISI APOTEKER (PP51/09)
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker
Pasal 20
Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau
Tenaga Teknis Kefarmasian.
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian.
(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan
oleh Apoteker.
96
RePOSISI APOTEKER (PP51/09)
Pasal 24
Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker
dapat:
a. mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA;
b. mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lain atas persetujuan dokter dan/atau pasien;
dan
c. menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas resep dari
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 25
(1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau modal dari
pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.
(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan pemilik
modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh
Apoteker yang bersangkutan.
(3) Ketentuan mengenai kepemilikan Apotek sebagaimana dimaksud ayat (1)
dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- 97
undangan.
Apoteker melakukan pekerjaan profesi kepada pasien
Pasal 7
(1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki ijazah Apoteker;
b. memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. memiliki surat pernyataan tlh mengucapkan sumpah/janji Apt;
d. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yg
memiliki surat izin praktik; dan
e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Pasal 9
(1) Sertifikat kompetensi profesi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf b dikeluarkan oleh organisasi profesi
setelah lulus uji kompetensi.
(2) Sertifikat kompetensi profesi berlaku selama 5 (lima) tahun
dan dapa dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa
berlakunya.
Pasal 10
(1) Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap
telah lulus uji kompetensi dan. dapat memperoleh sertifikat
kompetensi profesi secara langsung
(2) Permohonan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diajukan oleh perguruan tinggi secara kolektif 1
Pasal 11
(1) Uji kompetensi dilakukan
oleh organisasi profesi melalui
pembobotan Satuan Kredit
Profesi (SKP).
(2) Pedoman penyelenggaraan
uji kompetensi ditetapkan oleh
KFN.
Segera Terbit
Permenkes Tentang
APOTEK
APOTEK VISI 2016
ASURANSI
e-Prescribing KESEHATAN/BPJS
e-Prescribing
RAK
ELEKTRONIK
NO KODE:..
OBAT +
ETIKET
• DOKTER
• DIAGNOSE APOTEKER
• RESEP
KLINIK/ APOTEK
dr Praktek swasta OBAT +
PEMAHAMAN
TENTANG dan
Penggunaannya
TERIMA KASIH