Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

ENUMERASI DAN ISOLASI

Nama : Ni Kadek Ayu Pramesti


NIM : 1708551089
Farmasi Kelompok :6
Golongan : II
Tanggal : 14 Maret 2019
Asisten Dosen : Nyoman Mega Antari

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Evaluasi dan teknik penilaian suatu makanan sebaiknya dipertimbangkan
sebagai protokol standar untuk mendapatkan jumlah mikroorganisme yang layak
dalam sampel makanan dari berbagai komposisi kimia makanan tersebut. Adapun
empat teknik hitung yang berbeda yang digunakan untuk mendapatkan jumlah
mikroorganisme yaitu, teknik cawang tuang, cawang hitung, cawan sebar, dan
teknik mil dan misra untuk enumerasi (Thoha et al., 2012).
Enumerasi dapat dilakukan dengan metode pengenceran, metode most
probable number, metode filter membran, dan sebagainya. Metode pengenceran
merupakan perhitungan jumlah mikroba dimana sampel yang diujikan dilakukan
pengenceran bertingkat hingga mendapatkan kultur sampel yang mudah diamati
penyebaran mikroorganismenya (Cullen et al., 2016). Prinsip dari metode ini
adalah jika sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan dalam media, maka
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat
langsung dan kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop (Irfan, 2014).
Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan
perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme yang
karena mikroorganisme tertentu cenderung mmbentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Colony Forming units (CFU's) per mL.
Untuk memudahkan menghitung koloni yang berjumlah ratusan pada metode ini
perhitungan dapat dilakukan dengan cara menghitung hanya seperempat pada
bagian media dengan hasil perhitungan jumlah perhitungan tersebut dikalikan
empat lalu dikalikan faktor pengenceran (Wijaya dkk., 2015).
1.2 Tujuan
1. Untuk memahami prinsip dari metode enumerasi dan isolasi.
2. Untuk memahami cara menghitung dan mengetahui jumlah koloni
mikrorganisme yang teramati.
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengenceran terhadap pertumbuhan
koloni mikroorganisme.

1
II. MATERI DAN METODE
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah cawang petri,
bunsen, korek api, tabung reaksi, vortex, pipet mikro, pastel, pinset dan
aluminium foil. Bahan yang digunakan adalah sampel berupa tahu yang telah
digoreng dan air steril. Penyiapan sampel diawali dengan ditimbang sampel
sebanyak 10 gram lalu sampel diperkecil luas permukaannya dengan spatel.
Kemudian dimasukkan ke dalam 90 mL air steril (pengenceran 10-1) lalu
dihomogenkan dengan bantuan alat vortex, setelah itu dari 90 mL air steril
diambil 1 mL kembali dan dimasukkan ke dalam 9 mL air steril (pengenceran 10 -
2
) lalu divortex. Lalu diambil 1 mL kembali dan dimasukkan ke dalam 9 mL air
steril (pengenceran 10-3) lalu divortex. Kemudian masing-masing dari pengenceran
10-2 dan 10-3 diambil 1 ml dan dimasukkan ke cawan petri. Lalu cawan petri
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC, setelah 24 jam diinkubasi dilakukan
pengamatan jumlah koloni mikroorganisme pada sampel pengenceran 10 -2 dan 10-
3
lalu dicatat jumlah bakteri yang diamati.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil
Terlampir
3.2. Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tahu goreng, susu
kedelai dan kue lapis. Tahu goreng dan kue lapis tergolong sampel padat
sedangkan susu kedelai merupakan sampel cair. Bahan-bahan yang termasuk
sampel padat dihancurkan menggunakan spatel untuk memperluas permukaan
sampel dan untuk mempercepat proses penyarian sampel. Penggunaan vortex
bertujuan untuk mempercepat proses penghomogenan sampel dengan air steril
agar merata.
Koloni mikroba yang tumbuh pada tiap cawan sampel dihitung dengan
menggunakan colony counter, jumlah koloni mikroba yang dianalisis ialah
rentang jumlah anatara 30-300 koloni CFU/g (Sukmawati,2018b). Jika jumlah
koloni tiap sampel lebih dari 300 CFU/g dikategorikan turbidimetri (TBUD).
Sebaran jumlah koloni tiap sampel dan tiap faktor pengenceran menunjukkan

2
adanya keragaman data yang seragam dan sesuai prinsip faktor pengenceran, yang
mana semakin tinggi faktor pengenceran maka semakin rendah jumlah koloni
mikroba atau faktor pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah koloni
mikroba (Suksmawati dan Hardianti, 2018).
Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel setelah diinkubasi selama 24 jam,
pada sampel tahu goreng, susu kedelai dan kue lapis didapatkan jumlah koloni
mikroorganisme pada pengenceran10-2 dan 10-3. Pada seri pengenceran 10-2 untuk
sampel tahu goreng mengandung mikroba sebanyak 89x10 2 CFU/g, sampel susu
kedelai sebanyak 132x102 CFU/mL dan sampel kue lapis mengandung mikroba
sebanyak 168x102 CFU/g. Pada pengenceran 10-2, ketiga jenis sampel memenuhi
syarat perhitungan mikroba dengan jumlah yang berbeda, karena jumlah koloni
terhitung 30<X>300 yang relevan untuk memberikan jumlah unit pembentuk
koloni (CFU/mL) dari sampel asli (Sulieman et al., 2014).
Pada seri pengenceran 10-3, sampel tahu goreng mengandung 428x103 CFU/g,
sampel susu kedelai mengandung sebanyak 316x103 CFU/mL dan sampel kue
lapis mengandung sebanyak 76x103 CFU/g. Berdasarkan jumlah mikroba pada
sampel kue lapis mengalami penurunan jumlah koloni mikroorganisme pada
pengenceran 10-3 sedangkan untuk sampel tahu goreng dan sampel susu kedelai
mengalami peningkatan pada pengeceran 10-3, hal ini dapat disebabkan karena
pada proses pengenceran dilakukan pencampuran sampel dengan air steril yang
kurang merata sehingga menyebabkannya jumlah koloni yang banyak dan pada
saat pengambilan sampel menggunakan pipet mikro volume yang terambil lebih
banyak mengandung bahan dibandingkan air steril. Dan hal ini bisa terjadi karena
sampel tahu goreng yang mungkin digoreng dengan minyak yang pemakaiannya
secara berulang dapat menjadi sumber nutrisi bagi beragam mikroba, khususnya
untuk yang bersifat tahan panas.
Menurut peraturan Kepala BPOM (2016), untuk tahu kering layak
dikonsumsi apabila total bakteri terkandung sebanyak 10 koloni/gram, produk
minuman sari kedelai layak dikonsumsi apabila total bakteri sebanyak 10 5
koloni/gram, dan untuk kue beras seperti sampel kue lapis layak dikonsumsi apabila
total bakteri sebanyak 105 koloni/gram. Bedasarkan hal tersebut dapat ditentukan

3
bahwa sampel tahu goreng tidak layak dikonsumsi sedangkan kue lapis dan susu
kedelai masih layak dikonsumsi di masyarakat.
IV. KESIMPULAN

1. Prinsip dari metode enumerasi dan isolasi adalah jika sel mikroba yang masih
hidup ditumbuhkan dalam media, maka mikroba tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian
dihitung tanpa menggunakan mikroskop.
2. Rumus menghitung jumlah koloni mikroba:
1
Jumlah koloni per ml = Jumlah koloni per cawan ×
faktor pengenceran
Pada seri pengenceran 10-2 untuk sampel tahu goreng mengandung mikroba
sebanyak 89x102 CFU/g, sampel susu kedelai sebanyak 132x102 CFU/mL dan
sampel kue lapis mengandung mikroba sebanyak 168x10 2 CFU/g, sedangkan
Pada seri pengenceran 10-3, sampel tahu goreng mengandung 428x103 CFU/g,
sampel susu kedelai mengandung sebanyak 316x103 CFU/mL dan sampel kue
lapis mengandung sebanyak 76x103 CFU/g.
3. Faktor pengenceran menunjukkan adanya keragaman data yang seragam dan
sesuai dengan prinsip faktor pengenceran yaitu semakin tinggi faktor
pengenceran maka semakin rendah jumlah koloni mikroba atau faktor
pengenceran berbanding terbalik dengan jumlah koloni mikroba.

DAFTAR PUSTAKA

BPOM. 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 tentang Kriteria Mikrobiologi dalam
Pangan Olahan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
Cullen, J. J., L. Hugh and M. Intyre. 2016. On The Use of The Serial Dilution
Culture Method to Enumerate Viable Phytoplankton in Natural
Communities of Plankton Subjected to Ballast Water Treatment. J. Appl
Phycol. 28(1): 279-298.

4
Irfan, M. 2014. Isolasi dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.
Jurnal Agroteknologi. 5(1):1-8.
Sukmawati. (2018b). Isolasi Bakteri Selulolitik dari Limbah Kulit Pisang, The
Journal of Tropical biology. 2(1):46–52.
Sukmawati dan F. Hardianti. 2018. Analisis Total Plate Count (TPC) Mikroba
Pada Ikan Kakap di Kota Sorong Papua Barat. Jurnal Biodjati. 3(1):72-78.
Suleiman, A. M. E., Z. M. A. Hassan and E. A. Elkhalifa. 2014. Microbial Safety
of Dried Fish Meat (Kejeik) Produced in Sudan. Food and Nutrition
Sciences. 5:606-613.
Thoha, T. B., E. H. Izuka., M. O. Sikirat., A. M. Toyin., A. K. Omobowale., O.
Oluwabunmi and A. Oluwadun. 2012. Enumeration of Microorganism in
Dried cassava Powder (Garri); a Comparative Study of Four Methods. New
York Science Journal. 5(1):63-66.
Wijaya, R. D., E. L. Utari dan Yudianingsih. 2015. Perancangan Alat Penghitung
Bakteri. Jurnal Teknologi Informasi. (10):49-66.

5
LAMPIRAN

Gambar 1. Sampel tahu sebelum diinkubasi selama 24 jam terlihat


belum menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme.

Keterangan:
1. Sampel tahu dengan pengenceran 10-2 sebelum diinkubasi.
2. Sampel tahu dengan pengenceran 10-3 sebelum diinkubasi.

Gambar 2. Sampel tahu setelah diinkubasi selama 24 jam terlihat


pertumbuhan koloni mikroorganisme.

Keterangan:
1. Koloni mikroba dengan pengenceran 10-2 setelah diinkubasi.
2. Koloni mikroba dengan pengenceran 10-3 setelah diinkubasi.

Anda mungkin juga menyukai