Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

PEWARNAAN SEL BAKTERI

Nama : Ni Kadek Ayu Pramesti


NIM : 1708551089
Kelompok :6
Golongan : II
Tanggal : 18 Maret 2019
Asisten Dosen : I Putu Aditya Prayoga

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap mikroorganisme memiliki morfologi, struktur dan sifat yang berbeda-
beda. Mikroorganisme seperti bakteri memiliki ciri-ciri tidak berwarna, transparan
serta berukuran sangat kecil (Lestari, 2013). Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri
dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya yaitu dengan metode
pewarnaan bakteri. Pewarnaan bakteri menggunakan bahan-bahan kimia yang
sesuai mampu menunjukkan bentuk morfologi bakteri maupun menunjukkan jenis
bakteri berdasarkan reaksi antara zat pewarna dengan sel bakteri tertentu
(Amaleena et al., 2014).
Pewarnaan bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti pewarnaan
langsung (pewarnaan basa), pewarnaan tidak langsung (pewarnaan asam), dan
pewarnaan gram. Dalam pewarnaan langsung digunakan pewarna basa seperti
kristal violet, pewarna akan terionisasi menjadi kation. Karena pewarna kationik
memiliki muatan positif, pewarna tertarik dan berikatan pada sitoplasma dan
dinding sel bakteri yang memiliki muatan negatif sehingga sel bakteri akan
terwarnai. Dalam pewarnaan tidak langsung digunakan pewarna asam, misalnya
nigrosin, pewarna akan terionisasi menjadi anionnya. Anion yang bermuatan
negatif tidak dapat memasuki sitoplasma sel dan tidak mampu berikatan dengan
dinding sel bakteri sehingga pengamatan didasarkan atas pengamatan sel bakteri
yang warnanya kontras dengan lingkungannya yang berwarna lebih gelap
(Pommerville, 2011). Sedangkan untuk Pewarnaan gram digunakan untuk
mengetahui morfologi sel bakteri dan untuk membedakan bakteri antara bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif (Fitri dan Yasmin, 2011). Pewarnaan gram
dilakukan dengan pewarnaan menggunakan kristal violet dan yodium yang
kemudian dicuci dengan alkohol dan ditetesi dengan larutan penutup yaitu
safranin (Purwohadisantoso dkk., 2009).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui perbedaan ketiga metode pewarnaan sel bakteri.
2. Untuk mengetahui perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif
berdasarkan pengaruh pewarnaan gram.

1
II. MATERI DAN METODE
Alat-alat yang digunakan pada praktikum pewarnaan bakteri dengan metode
pewarnaan gram yaitu jarum ose, pipet tetes, pinset, kaca objek, kaca penutup,
lap, bunsen dan mikroskop. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah
biakan bakteri pada cawan Petri, pewarna Kristal Violet, pewarna Safranin, Lugol,
alkohol 95%, air steril. Cara kerja diawali dengan kaca objek diteteskan dengan
air steril, kemudian diambil biakan bakteri pada medium NA tegak dengan
menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan. Disuspensikan biakan bakteri pada
air steril di permukaan kaca objek hingga keruh. Lalu difiksasi di atas nyala api
bunsen. Setelah itu ditambahkan pewarna kristal violet, ditunggu hingga 1 menit,
kemudian dicuci dengan air mengalir dan dilap dengan tissue. Kemudian,
ditambahkan reagen lugol dan ditunggu selama 1 menit lalu dibilas dengan
alkohol 95% lalu, dilap dengan tissue. Selanjutnya diwarnai dengan pewarna
safranin dan ditunggu selama 5 menit, lalu dicuci dengan air steril dan di lap
dengan tissue. Setelah itu, preparat yang sudah siap dioleskan dengan minyak
emersi dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali lalu digambar
dan dicatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
(Terlampir)
3.2. Pembahasan
Pewarnaan bakteri dilakukan dengan 3 metode yaitu pewarnaan langsung,
pewarnaan tidak langsung dan pewarnaan gram. Pada pewarnaan langsung
menggunakan pewarna berupa kristal violet, pewarnaan tidak langsung
menggunakan tinta cina dan untuk pewarnaan gram menggunakan pewarna kristal
violet, lugol dan penambahan safranin dilakukan sebagai pewarnaan kembali atau
pewarna penutup yang juga menentukan sifat gram bakteri yang diidentifikasi.
Metode dengan pewarnaan langsung pada isolat bakteri kelompok I diperoleh
bakteri dengan bentuk Staphylococcus yang mana merupakan bakteri berbentuk
kokus, seperti bola, tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur menyerupai
buah anggur (Dewi, 2013). Sedangkan untuk isolat bakteri kelompok IV diperoleh

2
bakteri berbentuk Streptococcus yaitu berbentuk bulat, oval dan membentuk rantai
yang berpasangan (Dewi, 2013). Dalam pewarnaan langsung digunakan pewarna
kristal violet. Kristal violet merupakan salah satu pewarna yang bersifat basa yang
akan bermuatan positif ketika mengalami ionisasi. Ion positif dari kristal violet
akan berikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif, hal ini
mengakibatkan kristal violet akan mewarnai sel bakteri sehingga bakteri akan
terlihat dalam pengamatan menggunakan mikroskop (Silhavy et al., 2010).
Metode pewarnaan tak langsung diperoleh hasil dari isolat bakteri kelompok
II yaitu berbentuk Coccus dan Basil sedangkan kelompok V mendapatkan bakteri
berbentuk Coccus. Kedua isolat bakteri memiliki warna yang bening dan warna
lingkungan yang hitam. Warna lingkungan yang hitam disebabkan oleh tinta cina
dan dinding sel bakteri sama-sama mengandung ion negatif, sehingga terjadi tolak
menolak antara muatan ion pada dinding sel bakteri dengan tinta cina, sehingga
dikatakan dinding sel bakteri tidak menyerap zat warna, melaikan lingkungan
luarnya yang akan terwarnai (Nikiyan et al., 2010).
Metode pewarnaan gram oleh kelompok III diperoleh bakteri berbentuk
Streptococcus dan merupakan bakteri gram positif karena bakteri ini tetap
mempertahankan warna metil ungu. Menurut Safrida dkk., (2012), menyatakan
bahwa bakteri gram positif terlihat berwarna ungu karena asam-asam ribonukleat
pada sitoplasma sel-sel gram positif membentuk ikatan yang lebih kuat dengan
kompleks ungu kristal violet sehingga ikatan kimiawi tersebut tidak mudah
dipecahkan oleh pemucat warna. Sel gram positif mempunyai dinding dengan
lapisan peptidoglikan yang tebal. Sedangkan untuk isolat bakteri kelompok VI
diperoleh bakteri berbentuk Streptococcus dan merupakan bakteri gram negatif
karena bakteri ini dapat mempertahankan warna metil merah, hal ini sesuai
dengan Agustina dkk., (2013) yang menyatakan bahwa sel yang berwarna merah
karena terwarnai oleh warna pembanding yaitu safranin. Bakteri gram negatif
terlihat berwarna merah muda, bakteri gram negatif mengandung lipid dan lemak
dalam presentase yang lebih tinggi daripada bakteri gram positif. Selain itu bakteri
gram negatif juga memiliki peptidoglikan yang lebih tipis daripada bakteri gram
positif.

3
4
KESIMPULAN
1. Metode pewarnaan langsung digunakan pewarna basa yaitu kristal violet,
metode pewarnaan tidak langsung digunakan pewarna asam yaitu tinta cina
sedangkan untuk Pewarnaan gram digunakan pewarna kristal violet, lugol dan
penambahan safranin dilakukan sebagai pewarnaan kembali atau pewarna
penutup yang juga menentukan sifat gram bakteri yang diidentifikasi.
2. Bakteri gram positif terlihat berwarna ungu karena asam-asam ribonukleat
pada sitoplasma sel-sel gram positif membentuk ikatan yang lebih kuat
dengan kompleks ungu kristal violet sehingga ikatan kimiawi tersebut tidak
mudah dipecahkan oleh pemucat warna. Sedangkan bakteri gram negatif
berwarna merah karena terwarnai oleh warna pembanding yaitu safranin.

DAFTAR PUSTAKA
Agustina, D., C. Yulvizar., dan R. Nursanty. 2013. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri Pada Ikan Kembung (Rastrellinger sp.) Asin Berkitosan. Jurnal
Biospecies 6 (1) : 15-19.
Amaleena, M. N., N. A. Jusoh., Z. Z. Htike., and S. L. Win. 2014. Bacteria
Identification from Microscopic Morphology: A Survey. International
Journal on Soft Computing, Artificial Intelligence, and Application
(USCAI) 3(2):1-12.
Dewi, A. K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa (PE)
Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta.
Jurnal Sain Veteriner 31(2):234-456.
Fitri, L. dan Y. Yasmin. 2011. Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri
Kitinolitik. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi, Biologi Edukasi 3(2):1-6.
Lestari, R. 2013. Pewarnaan Sederhana, Negatif, Kapsul dan Gram. STIK
Yogyakarta.
Nikiyan, H., Vasilchencko., dan Deryabin. 2010. Humidity-Dependent Bacterial
Cells Functional Morphometry Investigations Using Atomic Force
Microscope. International Journal Microbiol 10(70):115.

5
Pommerville, J. C. 2011. Alcamo’s Fundamentals of Microbiology. Ninth Edition.
Jones and Bartlett Publishers. Canada.
Purwohadisantoso, K., E. Zubaidah., dan E. Saparianti. 2009. Isolasi Bakteri
Asam Laktat dari Sayur Kubis yang Memiliki Kemampuan Penghambatan
Bakteri Patogen (Staphylococcus aureus, Listeria monocytogenes,
Escherichia coli, dan Salmonella thypimurium). Jurnal Teknologi
Pertanian 10(1):19-27.
Safrida, Y. D., C. Yulvizar., dan C. N. Devira. 2012. Isolasi dan Karakterisasi
Bakteri Berpotensi Probiotik pada Ikan Kembung (Rastrelliger sp.).
Depik 1 (3):200-203.
Silhavy, T. J., D. Kahne., and S. Walker. 2010. The Bacterial Cell Envelope. Cold
Spring Harbour Perspectives in Biology 2(5): a000414.

6
LAMPIRAN

1. Pewarnaan Gram

8
1
9

10
2
3
11
4
12
5
13

Gambar 1. Alat dan Bahan yang digunakan

Keterangan:
1. Biakan bakteri pada medium NA tegak
2. Kaca penutup
3. Lugol
4. Pewarna kristal violet
5. Pewarna safranin
6. Kaca objek
7. Alkohol
8. Air steril
9. Alkohol 95%
10. Bunsen
11. Pinset
12. Jarum ose

7
13. Pipet tetes

Gambar 2. Biakan bakteri pada medium NA tegak

Keterangan:
1. Koloni bakteri.

Gambar 3. Preparat yang telah ditetesi pewarna

Keterangan:
1. Bakteri pada preparat setelah ditetesi pewarna kristal violet.
2. Bakteri pada preparat setelah ditetesi pewarna safranin.

8
1

Gambar 4. Preparat bakteri gram negatif pada


mikroskop perbesaran 100 kali

Keterangan:
1. Bakteri setelah dilakukan pewarnaan Gram dan berbentuk Streptococcus.

Anda mungkin juga menyukai