Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

ASSEI MIKROBIOLOGI

Nama : Gede Wiswa Fahardisa Satria Wiyasa


NIM : 2005561054
Kelas :2
Sesi / Kelompok : C / 6
Tanggal : 7 Mei 2021
Asisten Dosen : Luh Made Ary Somia Vagestini

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diketahui bahwa sebagian besar penyakit yang ada disebabkan oleh mikroba
yang mengkontaminasi makhluk hidup lainnya (Syauqi, 2017). Antibiotik
merupakan hasil metabolisme mikroorganisme lain yang bersifat antagonis yang
berupa senyawa kimia atau enzim yang dapat menghambat pertumbuhan dan
membunuh bakteri lain (Kawuri dkk., 2021). Untuk mengetahui keberadaan dan
keefektifan antiobiotik tertentu digunakan metode assei mikrobiologi. Assei
mikrobiologi adalah penentuan kemampuan suatu bahan (antibiotik) terhadap
zona hambat dan kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba, dengan
mikroba sebagai penghasil bahan tersebut (Dafale et al, 2016). Zona hambat
dikategorikan berdasarkan ukuran diameternya ≤ 5mm (lemah), 6-10 mm
(sedang), 11-20 mm (kuat), dan ≥ 21 mm (sangat kuat) (Yanti dan Mitika, 2017).
Mekanisme kerja antibiotik yaitu membunuh sel-sel bakteri (bakterisidal) dan
menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) (Sujadmiko dan Wikandari,
2017). Salah satu bakteri yang menyebabkan penyakit yang hingga kini menelan
banyak korban ialah Escherichia coli, merupakan salah satu bakteri gram negatif
yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan (Raj et al, 2016).
Salah satu strain E. coli yang berbahaya adalah E. coli O157:H7, bahkan strain ini
pernah mewabah di Amerika Serikat pada tahun 2003-2012 (Heiman et al, 2015).
Untuk melawan patogenitas dari bakteri E. coli dikembangkan antibiotik yang
berasal dari metabolisme sel bakteri E. coli O157:H7 tersebut karena strukturnya
lebih sederhana, sehingga bakteri tersebut dapat terbunuh (Sutiknowati 2016).

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah sampel ekstrak daun yang digunakan
memiliki kandungan antibiotik terhadap bakteri Escherichia coli
O157:H7.
2. Membandingkan sampel ekstrak daun yang digunakan dengan kontrol
positif terhadap bakteri Escherichia coli O157:H7.
3. Mengetahui keefektifan setiap sampel ekstrak daun terhadap bakteri
Escherichia coli O157:H7.
II. MATERI DAN METODE
Praktikum assei mikrobiologi ini dilakukan menggunakan 10 sampel yaitu
daun sambiloto (Andrographys paniculata), lidah buaya (Aloe vera), daun kelor
(Moringa oleifera), daun pegagan (Centella asiatica), daun jambu biji (Psidium
guajava L.), daun sirih (Piper betle), air steril, Tetracycline, Chlorampenical, dan,
Ampicillin. Metode yang digunakan adalah metode sumur difusi untuk mengukur
zona bening. Pertama, daun sirih yang sudah dicuci akan dihaluskan dan
diencerkan dengan air steril secukupnya diatas mortar dengan stamper. Pada
cawan Petri yang sudah berisi biakan bakteri E. coli O157:H7 dibuat 4 sumur
difusi untuk ekstrak daun dan kontrol negatif berupa air steril. Lalu masukkan
ekstrak daun sirih yang telah diencerkan ke dalam sumur difusi menggunakan
mikropipet sebanyak 20 µL secara aseptik. Setelah itu cawan Petri yang berisi
ekstrak daun sirih diinkubasi 24 jam pada suhu 37°C. Setelah 24 jam, amati zona
bening yang terbentuk pada medium dan ukur diameternya. Seluruh proses dari
penuangan ekstrak daun sirih hingga antibiotik ke dalam sumur difusi dilakukan
di dekat api Bunsen.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
(Terlampir).
3.2 Pembahasan
Kelompok 1 menggunakan daun sambiloto (Andrographys paniculata)
sebagai sampel. Ditemukan hasil diameter zona hambat pada daun sambiloto
adalah 1 mm. Kandungan utama dari daun sambiloto (Andrographys paniculata)
adalah andrographolide yang berperan sebagai antimikroba (Sawitti dkk., 2013).
Dari hasil yang didapatkan kelompok 1 diameter zona hambat 1 mm oleh ekstrak
daun sambiloto (Andrographys paniculata) termasuk lemah berdasarkan kategori
zona hambat
Kelompok 2 dengan sampel daun yang digunakan adalah lidah buaya (Aloe
vera) dengan zona hambat 0 mm. Dengan didapatkannya zona hambat sebesar 0
mm dapat disimpulkan bahwa lidah buaya (Aloe vera) tidak memiliki kandungan
antimikroba dan antibiotik. Hasil tersebut berbeda dari penelitian (Suryati dkk.,
2017) yang menyatakan bahwa kandungan saponin, tannin, dan flavonoid pada
lidah buaya (Aloe vera) merupakan antibiotik.
Kelompok 3 dengan sampel ekstrak daun kelor (Moringa oleifera). Zona
hambat yang didapatkan adalah 0 mm. Dima (2016) menyatakan bahwa daun
kelor (Moringa oleifera) memiliki kandungan senyawa aktif antimikroba, hal ini
dibuktikan dari percobaan dengan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) pada
konsentrasi 5% menunjukkan zona hambat sebesar 13,33 mm.
Kelompok 4 dengan sampel daun pegagan (Centella asiatica). Mendapatkan
hasil zona hambat 0,75 mm. Menurut Yanti dan Mitika (2017) hasil tersebut
dikategorikan sebagai lemah. Daun pegagan (Centella asiatica) memiliki
komponen bioaktif yang memiliki sifat antibakteri seperti flavonoid, tanin, dan
saponin (Afgadila dkk., 2017).
Kelompok 5 dengan sampel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.).
Zona hambat yang didapatkan adalah 0 mm. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Qonita dkk., (2019) menyebutkan bahwa kandungan tanin sebagai senyawa
antibakteri dipengaruhi oleh umur daun, semakin tua kandungan tanin akan
semakin banyak. Sehingga sampel daun jambu biji (Psidium guajava L.) oleh
kelompok 5 kemungkinan masih sangat muda.
Kelompok 6 dengan sampel ekstrak daun sirih (Piper betle). Zona hambat
yang didapatkan adalah 0,5 mm. daun sirih (Piper betle) memiliki kandungan
minyak atsiri yang komponen utamanya terdiri atas fenol yang berperan sebagai
antibakteri (Pinatik dkk., 2017). Zona hambat yang didapatkan oleh kelompok 6
dengan sampel daun sirih (Piper betle) termasuk kategori lemah.
Kontrol negatif yang dilakukan dengan air steril bertujuan untuk mencari tahu
apakah air tersebut terkontaminasi senyawa antibiotik atau tidak dengan zona
hambat yang didapatkan 0 mm. Kontrol positif bertujuan untuk membandingkan
secara langsung sampel ekstrak daun yang diuji dengan obat antibiotik yang
beredar di pasaran termasuk chlorampenical, tetracycline, dan ampicillin. Zona
hambat yang didapatkan untuk masing-masing antibiotik tersebut adalah 14 mm,
10 mm, dan 3,25 mm. Jika dikategorikan berdasarkan diameternya masing-masing
adalah kuat, kuat, dan lemah.
IV. KESIMPULAN
1. Berdasarkan zona hambat yang terbentuk dapat dismpulkan bahwa daun
sambiloto, daun pegagan, daun sirih memiliki kandungan antibiotik
terhadap bakteri Escerichia coli O157:H7. Sedangkan pada lidah buaya,
daun kelor, dan daun jambu biji dapat disimpulkan tidak memiliki
kandungan antibiotik walaupun pada beberapa kasus seharusnya
kandungan antibiotik dapat ditemukan.
2. Berdasarkan zona hambat yang didapatkan pada seluruh sampel ekstrak
daun dan dibandingkan dengan kontrol positif yang berupa antibiotik
yang dijual di pasaran. Disimpulkan bahwa kontrol positif memiliki
zona hambat yang lebih besar sehingga efektivitasnya dalam
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli O157:H7 semakin besar
dibandingkan sampel ekstrak daun.
3. Jika diurutkan berdasarkan zona hambat sebagai hasil dari seluruh
ekstrak daun. Didapatkan bahwa daun sambiloto merupakan yang
paling efektif, dibandingkan dengan sampel ekstrak daun lainnya yang
besar zona hambatnya ≤ 1 mm.

DAFTAR PUSTAKA

Syauqi, A. 2017. Mikrobiologi Lingkungan Peranan Mikroorganisme dan


Kehidupan. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Dafale, N. A., U. P. Semwal, R. K. Rajput, and G. N. Singh. 2016. Selection of


Appropriate Analytical Tools to Determine The Potency and Bioactivity of
Antibiotics and Antibiotic Resistance. Journal of Pharmaceutical
Analysis. 6 (4) : 207-213.
Kawuri, R., Y. Ramona, dan I. B. G. Darmayasa. 2021. Penuntun Praktikum
Mikrobiologi Umum. Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

Sujadmiko, W. K. K. Y., dan P. R. Wikandari. 2017. Resistensi Antibiotik


Amoksilin Pada Strain Lactobacillus plantarum B1765 Sebagai Kandidat
Kultur Probiotik. Journal of Chemistry. 6 (1) : 54-58.

Sutiknowati, L. I. 2016. Bioindikator Pencemar, Bakteri Escherichia coli. Oseana.


41 (4) : 63-71.

Heiman, K. E., R. K. Mody, S. D. Johnson, P. M. Griffin, and L. H. Gould. 2015.


Escherichia coli O157 Outbreaks in the United States, 2003–2012.
Emerging Infectious Disease. 12 (8) : 1293-1301.

Raj, V., A. N. Vijayan, and K. Joseph. 2015. Cysteine capped gold nanoparticles
for naked eye detection of E. coli bacteria in UTI patients. Sensing and
Bio-Sensing Research. 5. 33-36.

Sawitti, M. Y., H. Mahatmi, dan I N. K. Besung. 2013. Daya Hambat Perasan


Daun Sambiloto Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli.
Indonesia Medicus Veterinus. 2 (2) : 142-150.

Suryati, N., E. Bahar, dan Ilmiawati. 2017. Uji efektivitas Antibakteri Ekstrak
Aloe vera Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli Secara In Vitro. Jurnal
Kesehatan Andalas. 6 (3) : 518-522.

Yanti, Y. N. dan S. Mitika. 2017. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) Terhadap Bakteri
Staphylococus aureus. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 2 (1) : 158-168.

Dima, L. L. R. H., Fatimawali, dan W. A. Lolo. 2016. Uji Aktivitas Antibakteri


Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera L.) Terhadap Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi - UNSRAT. 5 (2) :
2302-2493.
Afgadila, T., P. A. Sandhi W., dan N. N. Puspawati. 2017. Kemampuan Daya
Hambat Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Terhadap
Pertumbuhan Escherichia coli ATCC 8739. Jurnal ITEPA. 6 (2) : 21-29.

Pinatik, N. J., W. B. S. Joseph, dan R. H. Akili. 2017. Efektivitas Daun Sirih


Hijau (Piper betle Linn.) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Escherichia coli. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Sam
Ratulangi. 6 (4) : 1-9.

Qonita, N., S. S. Susilowati, D. Riyandini. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli
dan Vibrio cholerae. Acta Pharm Indo. 7 (2) : 51-57.
LAMPIRAN
1 7

8
3

9
4

5 10

6 11

Gambar 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum assei mikrobiologi.
12

Gambar 2. Sampel kontrol positif.

13
15

14 16

Gambar 3. Biakan E. coli O157:H7 sebelum diinkubasi ekstrak daun selama 24


jam.
17

Gambar 4. Biakan E. coli O157:H7 setelah diinkubasi ekstrak daun selama 24


jam.

Keterangan :

1. Mortar. 12. Zona bening pada sampel kontrol


2. Scalpel. positif.
3. Stamper. 13. Air steril (kontrol negatif).
4. Mikropipet. 14. Ekstrak daun kemangi (Ocimum
5. Spatula. basilicum).
6. Daun sirih (Piper betle). 15. Ekstrak daun sirih (Piper betle).
7. Air steril. 16. Ekstrak jahe emprit (Zingiber
8. Api Bunsen. officinale).
9. Biakan E. coli O157:H7 pada 17. Zona bening pada sampel ekstrak
cawan petri. daun.
10. Korek gas.
11. Tip.

Anda mungkin juga menyukai