0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan12 halaman
Laporan ini membahas sanitasi pekerja dalam industri pangan. Tujuannya adalah mengetahui cara menguji status kebersihan tangan dan mengamati hasil pertumbuhan mikroba. Metode yang digunakan adalah mengoleskan jari tangan ke media agar-agar setelah pemanasan, lalu diinkubasi dan dihitung koloni bakterinya. Hasilnya dapat menunjukkan tingkat kebersihan tangan pekerja.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Warih Kusuma Wardani_h3119069_thp B_sanitasi Acara 2
Laporan ini membahas sanitasi pekerja dalam industri pangan. Tujuannya adalah mengetahui cara menguji status kebersihan tangan dan mengamati hasil pertumbuhan mikroba. Metode yang digunakan adalah mengoleskan jari tangan ke media agar-agar setelah pemanasan, lalu diinkubasi dan dihitung koloni bakterinya. Hasilnya dapat menunjukkan tingkat kebersihan tangan pekerja.
Laporan ini membahas sanitasi pekerja dalam industri pangan. Tujuannya adalah mengetahui cara menguji status kebersihan tangan dan mengamati hasil pertumbuhan mikroba. Metode yang digunakan adalah mengoleskan jari tangan ke media agar-agar setelah pemanasan, lalu diinkubasi dan dihitung koloni bakterinya. Hasilnya dapat menunjukkan tingkat kebersihan tangan pekerja.
DISUSUN OLEH: WARIH KUSUMA WARDANI H3119069 KELOMPOK 7
DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2021 ACARA II SANITASI PEKERJA A. Tujuan Tujuan dari praktikum Sanitasi Industri dan Pengolahan Limbah Acara II “Sanitasi Pekerja” adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa mengetahui cara melakukan uji status kebersihan tangan. 2. Mahasiswa mampu mengamati hasil pertumbuhan mikroba dan uji status kebersihan tangan dan rambut pekerja secara kualitatif. B. Tinjauan Pustaka Salah satu bagian dari GMP adalah sanitasi. Sanitasi memegang peranan penting dalam berbagai industri termasuk industri pangan. Sanitasi menentukan seberapa higienis suatu produk dihasilkan. Sanitasi juga mendukung program HACCP yang diterapkan dalam industri pangan. Biasanya, kalangan industri pangan skala besar telah menerapkan HACCP, namun masih banyak industri skala rumah tangga yang belum menerapkannya. Tentu saja hal tersebut menjadi perhatian khusus karena produk yang dihasilkan belum terjamin keamanannya secara maksimal. Risiko keamanan pangan bagi konsumen sangatlah penting karena sudah terdapat regulasi yang mengaturnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan peninjauan pada industri skala rumah tangga (Rianti dkk., 2018). Personal hygiene (kebersihan diri/ perseorangan) merupakan usaha dari individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan. Personal hygiene merupakan upaya individu dalam memelihara kebersihan diri, meliputi mandi, kebersihan kulit, gigi, mulut, mata, hidung, telinga, rambut, kaki, kuku, dan genitalia. Personal hygiene sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan, sehingga personal hygiene merupakan hal penting dan harus diperhatikan karena personal hygiene akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang (Mustikawati, 2013). Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain. Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen baik, media steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme. Unsur- unsur yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Adapun jenis media pertumbuhan dapat berupa media cair, media kental (padat), dan media semi padat (Juariah dan Wulan, 2018). Media yang umum digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium seperti bakteri adalah media (NA) Nutrient agar. Mahalnya harga media serta melimpahnya sumber alam dan pemanfaatan limbah yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan media alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang mahal. Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri seperti karbohidrat dan protein.Berbagai sumber protein juga berhasil digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan mikroorganisme (Juariah dan Wulan, 2018). Media padat merupakan jenis media yang mengandung tambahan bahan pemadat (agar atau gelatin) sebanyak 15%. Contoh media pada diantaranya adalah Nutrient Agar dalam kurung (NA), Potato Ditrose Agar (PDA) dan Plate Count Agar (PCA). Nutrient Agar (NA) merupakan media padat yang bersifat umum dan tanpa adanya unsur penghambat tertentu (Jadhav et al., 2018). Media NA mengandung bahan bahan semi alami seperti 0,5% peptone, 0,3% ekstrak daging sapi, 1,5% agar dan 0,5% NaCl yang berperan sebagai penunjang pertumbuhan mikroba, khususnya bakteri (Kristandi dkk., 2021). Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. Nutrient agar terbuat dari campuran ekstrak daging dan pepton dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang (Fatmariza dkk., 2017). Media Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Media PCA terdiri dari casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar. Media PCA biasanya dibuat dan disterilisasi dalam jumlah yang banyak sesuai dengan kebutuhan sampai akhir penelitian. (Wati, 2018). Metode hitung cawan Total Plate Coount (TPC) merupakan metode enumerasi yang sudah lama dan banyak digunakan dalam bidang mikrobiologi pangan untuk memperkirakan jumlah mikroorganisme yang ada pada suatu sampel bahan makan dengan asumsi bahwa mikroorganisme yang ada terdistribusi secara homogen di dalam makan. Metode hitung cawan memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu kapasitas untuk menghitung jumlah bakteri jika terlalu banyak ataupun jika terlalu sedikit dapat menggunakan faktor pengenceran. Selain itu, metode hitung cawan ini hanya menghitung bakteri yang layak dihitung tidak termasuk bakteri mati ataupun puing-puing yang ada pada media pertumbuhan. Namun, metodi ini juga memiliki kekurangan yaitu perhitungan kumpulan sel bakteri dapat salah dihitung sebagai koloni tunggal sehingga dilaporkan sebagai CFU/mL daripada sel/mL. Selain itu metode ini membutuhkan waktu yang lama karena hasil hitung cawan ini biasanya diperoleh setelah 1-3 hari (Smith and Townsen, 1999). C. Metodologi 1. Alat a. Antiseptik b. Api Bunsen c. Cawan Petri Steril 2. Bahan a. NA b. PCA 3. Cara kerja
Media PCA
Penuangan 25 ml ke dalam cawan petri
Pemanasan cawan petri pada bunsen
Penggunaan antiseptik pada tangan
Penempelan 3-4 jari pada permukaan media PCA
selama 4 detik
Penutupan cawan petri
Pemanasan cawan petri pada bunsen
Penginkubasian dengan suhu 30˚C selama 2 hari
Penghitungan koloni bakteri
Gambar 2.1 Diagram Alir Pengujian Sanitasi Pekerja
D. Hasil dan Pembahasan Sanitasi pekerja merupakan hal-hal yang meliputi kesehatan pekerja, kebersihan tubuh pekerja sampai kebersihan semua perlengkapan yang digunakan oleh pekerja. Sanitasi pekerja juga ditetapkan oleh UU no 7, Tahun 1996 yang menyatakan bahwa orang /perseorangan yang menangani secara langsung dan atau secara tidak langsung berada dilingkungan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan dan atau peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi. Kebersihan perorangan adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan (Hariadi dan Dewanti, 2009). Personal hygiene (kebersihan diri/ perseorangan) merupakan usaha dari individu atau kelompok dalam menjaga kesehatan melalui kebersihan individu dengan cara mengendalikan kondisi lingkungan (Mustikawati, 2013). Prinsip personal higiene yaitu mengetahui sumber cemaran dari tubuh, dan menerapkan perilaku perilaku untuk mencegah pencemaran (Sri, 2008). Alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah NA, PCA, antiseptic, cawan petri dan api bunsen. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa- senyawa kimia. Nutrient agar terbuat dari campuran ekstrak daging dan pepton dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang (Fatmariza dkk., 2017). Media Plate Count Agar (PCA) merupakan media padat, yaitu media yang mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Media PCA terdiri dari casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextrose, agar. Media PCA biasanya dibuat dan disterilisasi dalam jumlah yang banyak sesuai dengan kebutuhan sampai akhir penelitian (Wati, 2018). Dalam praktikum ini media NA dan PCA digunakan sebagai tempat pertumbuhan bakteri. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme. Penggunaan antiseptik didalam upaya untuk melenyapkan mikroba merupakan langkah yang penting untuk pencegahan terjadinya infeksi. Penyakit infeksi (infectious disease) adalah penyakit yang terjadi akibat mikroorganisme patogen seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur (Susanty dkk., 2020). Cawan petri merupakan tempat yang digunakan sebagai wadah media agar. Dalam praktikum ini digunakan sebagai wadah Nutrient Agar (NA) dan Plate Count Agar (PCA). Sedangkan pembakar Bunsen digunakan untuk mensterilkan alat (Suwahyono, 2010). Langkah-langkah pengujian sanitasi pekerja berdasarkan video adalah dengan menyiapkan alat dan bahan. Kemudian PCA padat dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 25 ml. selanjutnya cawan petri dipanaskan dengan menggunakan api bunsen. Setelah memanaskan cawan petri, kemudian tangan dibersihkan dengan menggunakan antiseptik yang kemudian dilakukan penempelan 3-4 jari pada permukaan media PCA selama 4 detik. Setelah penempelan jari, cawan petri ditutup dan dipanaskan kembali dengan api bunsen. Setelah itu dilakukan penginkubasian pada suhu 30 derajat celcius selama 2 hari. Setelah 2 hari dilakukan penghitungan koloni. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rianti dkk (2018) bahwa, pertama, sampel diencerkan terlebih dahulu kemudian diinokulasikan pada cawan berisi media PCA (Plate Count Agar). Cawan tersebut diinkubasi pada keadaan aerob, suhu 30°C selama 72 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan penghitungan jumlah koloni. Jumlah mikroorganisme per ml sampel dihitung dari jumlah koloni yang tumbuh pada cawan. Mikroba perusak pangan dan patogen yang banyak ditemukan pada produk pangan adalah jenis bakteri pembentuk spora Bacillus cereus, bakteri gram positif Staphylococcus aureus, bakteri gram negatif yaitu Salmonella dan Escherichia coli (Lues et al., 2006). Staphylococcus aureus merupakan mikroba flora normal yang terdapat pada permukaan tubuh; seperti pada permukaan kulit, ram but, hidung, mulut dan tenggorokan. Staphylococcus aureus banyak mencemari pangan karena tindakan yang tidak higienis dalam penanganan pangan. Escherichia coli merupakan flora normal yang terdapat pada saluran pencernaan hewan dan manusia. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang banyak menimbulkan gangguan kesehatan manusia. Salmonella sp. merupakan bakteri patogen gram negatif yang harus negatif pada produk pangan. Infeksi Salmonella pada bahan pangan banyak mendapat perhatian, karena bakteri ini seringkali menjadl penyebab food borne desease. Diperkirakan lebih dari 1/3 kejadian luar blasa (KLB) keracunanpangan yang terjadi disebabkan oleh konsumsi makanan yang terinfeksi oleh Salmonella sp. Insiden Ini terjadi dan cenderung semakin meningkat, terutama terjadi di negara-negara Industri (Nurjanah, 2006). Faktor faktor yang dapat mempengaruhi sanitasi pekerja diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Depkes (2000), faktor yang mempengaruhi personal hygiene yaitu; a. Citra tubuh Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Gambaran individu terhadap dirinya dapat mempengaruhi personal hygiene, misalnya karena adanya perubahan fisik pada dirinya, maka ia tidak peduli terhadap kebersihannya. b. Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial seseorang dapat mempengaruhi perilaku personal hygiene. Anak-anak mendapatkan praktik personal hygiene dari orang tua mereka, misalnya kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air bersih dapat mempengaruhi perawatan kebersihan. c. Status social ekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. d. Pengetahuan Pengetahuan tentang pentingnya personal hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik personal hygiene. Namun, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, seseorang juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-dirinya e. Kebudayaan Kepercayaan, kebudayaan, dan nilai pribadi akan mempengaruhi personal hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda melakukan perilaku personal hygiene yang berbeda pula. f. Kebiasaan seseorang Kebiasaan seseorang akan mempengaruhi tindakan orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan penjamah makanan yang tidak menerapkan personal hygiene dalam mengolah makanan akan menjadi sebuah kebiasaan jika hal itu dilakukan secara terus menerus sehingga mempengaruhi kesehatan penjamah makanan itu sendiri dan kualitas pangan yang dihasilkan (Mustikawati, 2013). Perusahaan harus menyediakan pakaian kerja bagi karyawan di ruang produksi dan tidak boleh menggunakan pakaian pribadi. Karyawan di ruang produksi tidak boleh menggunakan perhiasan atau benda lain yang mudah lepas seperti, jam tangan, anting, kalung, cincin, pin peniti dan lainnya. Bagi laki laki tidak boleh berambut panjang, tidak boleh memiliki jenggot dan jambang, namun boleh berkumis tipis. Kuku jari tangan karyawan harus dipotong dan dalam keadaab bersih. Secara umum pakaian kerja karyawan terdiri dari : a) pakaian dan celana panjang, b) sepatu yang tidak dapat menyerap air, c) penutup kepala untuk menghindari jika rambut jatuh, d) sarung tangan dari bahaya bahan yang mudah disanitasi, e) masker (Jaya, 2019). Menurut Depkes RI (2006) hendaknya tangan selalu dicuci sebelum bekerja, sesudah menangani bahan makanan kotor, mentah atau terkontaminasi, setelah dari kamar kecil, setelah tangan digunakan untuk menggaruk, batuk atau bersin dan setelah makanan atau merokok. Kebersihan tangan penjamah makanan yang bekerja mengolah dan memproduksi pangan sangat penting kerena itu perlu mendapatkan perhatian khusus (Suwandewi dkk., 2019). E. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum Sanitasi Industri dan Pengolahan Limbah Acara II “Sanitasi Pekerja” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Uji sanitasi pekerja dilakukan dengan cara menuangkan media PCA ke dalam 2 cawan petri masing-masing sebanyak 25 ml dan ditunggu hingga memadat, antiseptik digunakan untuk membersihkan tangan, kemudian dilakukan penempelan 3-4 jari pada media PCA selama 4 detik. Setelah itu penginkubasian selama 2 hari dengan suhu 30°C dan dilakukan penghitungan koloni. 2. Hasil pertumbuhan mikroba yang dilakukan menggunakan metode TPC (Total Plate Count) didapatkan pada cawan 1 sebanyak 11 koloni dan cawan 2 sebanyak 13 koloni. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pekerja merupakan salah satu sumber kontaminasi pada proses pengolahan pangan, karena dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya sering bersentuhan dengan lingkungan sekitar. DAFTAR PUSTAKA Hariadi, P dan Dewayanti R.H, 2009. Memproduksi Pangan Yang Aman. PT. Dian Rakyat: Jakarta. Jadhav, Pratibha., Mrunalini Sonne., Arati Kadam., Suraj Patil., Kirti Dahigaonkar., and Jaspal Kaur Oberoi. 2018. Formulation of Cost Effective Alternative Bacterial Culture Media Using Fruit and Vegetables Waste. International Journal of Current Research and Review. Vol 10 (2). Hal : 6-15. Jaya, Firman. 2019. Ilmu, Teknologi dan Manfaat Kefir. UB Press: Malang. Kristandi, Kiki., Sanya Anda Lusiana, Nur Arifah Qurota A’yunin, Rizki Nisfi Ramdhini, Ismail Marzuki, Sri Rezeki, Ira Erdiandini, Andi Eka Yunianto, Shanti Dwita Lestari, Raida Amelia Ifadah, RosyanneKushargina, Tatty Yuniarti, dan Oktovianus SR Pasanda. 2021. Teknologi Fermentasi. Yayasan Kita Menulis: Medan. Lues JF, Rasephei MR, Venter P and Theron MM. 2006. Assessing Food Safety And Associated Food Handling Practices In Street Food Vending. International Journal Environ Health. Vol. 16 (5). Hal: 319-28. Mustikawati, Intan, Silviana. 2013. Perilaku Personal Hygiene pada Pemulung di T PA Kedaung Wetan Tangerang. Forum Ilmiah. Vol. 10 (1). Hal : 27-35. Nurjanah, Siti. 2006. Kajian Sumber Mikrobiologis Pangan pada Beberapa Rumah Makan di Lingkar Kampus IPB Darmaga, Bogor. Jurnal Pertanian Indonesia. Vol 11 (3). Hal : 18-24. Rianti, Angelina., Alvin Christoper., Devi Lestari dan Warsono El Kiyat. 2018. Penerapan Keamanan dan Sanitasi Pangan pada Produksi Minuman Sehat Kacang-Kacangan UMKM Jukajo Sukses Mulia di Kabupaten Tangerang. Jurnal Agroteknologi. Vol. 12 (02). Hal : 167-175. Smith, C.F and D.E Townsend. 1999. A New Medium for Determining the Total Plate Count in Food. Journal of Food Protection. Vol. 62 (12). Hal : 1404- 1410. Sri Winarsih. 2008. Pengetahuan Sanitasi dan Aplikasinya. Aneka Ilmu: Semarang. Suwahyono, Untung. 2010. Biopestisida. Swadaya: Depok. Suwandewi, Ni, Putu, Ayu., Ni Ketut Rusminingsih., I Nyoman Purna. 2019. Gambaran Personal Higiene dan Keadaan Sanitasi Industri Tempe UD Andika Panguripan di Desa Tagtag Kaja Kecamatan Denpasar Utara Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 9 (2). Hal : 109-114. Wati, Risa, Yudi. 2018. Pengaruh Pemanasan Media Plate Count Agar (PCA) Berulang Terhadap Uji Total Plate Count (TPC) di Laboratorium Mikrobiologi Teknologi Hasil Pertanian Unand. Temapela. Vol. 1 (2). Hal : 44-47. LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 2.2 Alat dan Bahan Gambar 2.3 Penuangan PCA ke
Cawan Petri
Gambar 2.5 Pengujian dengan
Gambar 2.4 Penggunaan Antiseptik Menempelkan Jari
Gambar 2.6 Penginkubasian Gambar 2.7 Penghitungan Koloni