Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
Romy
Selly
Fitriani
Feni Yunika
Sri Wahyuni
140384205042
1403842050
1403842050
1403842050
140384205018
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
JUNI 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami mampu merampungkan seluruh
rangkaian kegiatan praktikum yang diwujudkan dalam bentuk Laporan Akhir.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing
matakuliah Mikrobiologi Dasar, atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada
kami, serta ucapan terima kasih kepada teman - teman yang ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun, agar pada pembuatan laporan
selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak sekali populasi mikroba di sekitar kehidupan. Ratusan spesies
mikroba menghuni bermacam-macam bagian tubuh manusia, termasuk mulut,
saluran pencernaan, dan kulit. Jumlah mikroba ini sangat luar biasa banyaknya.
Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme.
Satu gram tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Penelitian yang layak
mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau biakan campuran, menjadi
spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri
dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Michael,
2008).
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahu bagaimana cara suatu
medium itu dibuat agar dapan mengembangbiakan mikroorganisme dengan baik.
Juga bagaimana untuk menjadi medium pengembangbiakan itu steril atau bebas
dari segala mikroba baik pathogen maupun tidak (Indan, 2003).
Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri ialah medium yang
mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa
makanan, atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Maka dari itu, pada
praktikum kali juga akan mencoba untuk membuat makanan yang baik untuk
pengembangbiakan bakteri. (Dwidjoseputro, 1985)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Biakan Mikroorganisme
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Media biakan adalah
bahan atau campuran bahan yang dapat digunakan untuk membiakkan
mikroorganisme, karena memiliki daya duang yang tinggi terhadap tumbuhan
dan perkembang biakkannya (Dian, 2012).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan
dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya
dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa
mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang
hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti
gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya. Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang
merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air.
Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks.
Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang
meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
Untuk menelaah bakteri di dalam laboratorium, pertama-tama kita harus
dapat menumbuhkan bakteri tersebut di dalam suatu biakan murni. Untuk
melakukannya haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyartakan oleh
bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang mana dapat menyebabkan kondisi
yang optimum bagi pertumbuhannya tersebut. Agar mendapatkan satu spesies
saja dalam satu piaraan, maka perlulah diadakan suatu piaraan murni. Menurut
2.2 Sterilisasi
Menurut Agus (1994), sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik)
yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme. Sedangkan
menurut Indan (2003), steril (Suci Hama) artinya bebas dari segala mikroba baik
pathogen maupun tidak. Tindakan untuk membuat suatu benda menjadi steril
disebut sterilisasi.
2.2.1 Cara-cara Sterilisasi:
1. Pembersihan
sinar ini memiliki daya tembus tinggi, maka radiasi dapat dilakukan setelah
dagingnya dikemas. Sebagai sumber sinar gamma yang sering digunakan
dalam industri adalah Cobalt-60.
3. Pendinginan
Pemanasan
dapat
mematikan
bakteri,
karena
menggumpalkan
Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti tabung
reaksi, cawan petri, botol dan alat-alat dari katun. Dengan cara ini pemanasan
dilakukan sampai suhu 170C selama 1 jam atau 140C selama 2 jam. Bila
ada bahan dari katun, suhu jangan lebih dari 180C karena akan terbakar.
Juga pada pendinginannya, bila suhu oven belum mencapai 100C; oven
jangan dulu dibuka sebab alat-alat dari gelas akan pecah karena pendinginan
yang mendadak.
c. Merendam Dalam Air Mendidih (Menggodok)
Merendam dalam air mendidih (menggodok) adalah cara yang mudah, murah,
dan cukup efektif sebagai tindakan desinfeksi. Cara ini sudah lama dikerjakan
orang. Air mendidih pada tekanan 1 atm, suhunya 100C. Dengan
menggodok ini bentuk vegetatif akan mati dalam waktu 5 15 menit
sedangkan bentuk spora akan mati dalam waktu 1 6 jam. Cara ini banyak
digunakan untuk membuat steril jarum dan pompa suntik atau alat-alat
operasi asalkan dipastikan bahwa alat tersebut tidak berhubungan dengan
sumber-sumber spora, seperti debu tanah. Lama penggondokan dengan cara
ini adalah 15 30 menit dan akan lebih baik bila ditambahkan 1 3%
Na2CO3, karena mempunyai daya untuk menghancurkan dinding spora.
Dengan cara ini kita tidak melakukan sterilisasi karena mungkin masih
terdapat spora. Dalam kehidupan sehari-hari cara menggodok dipakai untuk
desinfeksi botol susu dan dotnya untuk minum bayi.
d. Pemanasan dengan Uap Air yang Mengalir
Prinsipnya sama dengan dandang untuk menanak nasi. Cara ini pertama kali
dilakukan oleh Robert Koch. Suhu uap air pada tekanan barometer 76 mmHg
adalah 100C. Dengan cara ini juga hanya membunuh bakteri bentuk
vegetatif. Di laboratorium cara ini dipakai untuk membuat steril tabung
Lamanya
Alatnya disebut autoclave. Cara ini paling baik karena suhu yang dicapainya
tinggi dan air untuk koagulasi protein terdapat banyak. Dengan alat ini,
besarnya tekanan uap air yang diperlukan dapat diatur. Makin besar tekanan
uap airnya, makin tinggi pula suhu yang dicapainya. Lamanya pemanasan
bergantung pada tekanan tekanan uap yang dipergunakan, serta besar dan
macamnya benda yang akan disterilkan. Pada tekanan uap 2 atm di mana
suhu yang dicapai 120C, lama pemanasannya cukup selama 10 20 menit.
Dengan cara ini, baik bentuk vegetatif maupun spora akan mati, sehingga
mencapai steril sempurna.
f. Cara Sterilisasi Benda-benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi
Obat suntik, air susu atau perbenihan bakteri bila dipanaskan terlalu tinggi,
akan menjadi rusak. Untuk benda-benda seperti itu, Pasteur dan Tyndall telah
menciptakan cara sterilisasi khusus
Tyndallisasi.
(1) Pasteurisasi
Dengan pasteurisasi ini kita tida membuat steril, tetapi hanya membunuh
mikroba tertentu saja. Pasteurisasi dilakukan terhadap air susu juga pada
pembuatan anggur. Suhu yang diberikan dan lamanya pasteurisasi
bergantung pada jenis mikroba yang akan dibunuhnya.
Misalnya pasteurisasi susu. Maksud pasteurisasi susu adalah untuk
mematikan bakteri Mycobacterium tuberculosa. Brucella sp yang sering
terdapat di dalam susu. Bakteri ini mati pada suhu 60C dalam waktu 15
menit. Pada tindakan pasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu 61,7C atau
143F selama 30 menit atau suhu 71,7C atau 161F selama 15 menit.
Dengan demikian, semua Mycobacterium tuberculosa akan mati kemudian
desinfektan
lainnya.
Prinsip
daya
kerja
phenol
adalah
mendenaturasikan protein.
b. Alkohol
larutan KJ 10% dalam air. Preparat yang lain adalah betadine yang banyak
digunakan untuk membersihkan luka dan tindakan antiseptik pada kulit
sebelum pembedahan. Betadine terdiri atas preparat yodium dan detergent.
Berbeda dengan yodium tincture, betadine tidak menimbulkan rasa sakit
sehingga lebih disukai, terutama bagi anak-anak. Yodium merupakan
baktericida yang paling kuat, bahkan bersifat sporisida, fungisida dan
virusida. Diduga daya kerjanya karena yodium berikatan dengan protein sel.
d. Preparat Klor
Hg
Zat Warna
Sabun adalah ikatan antara Natrium atau Kalium dengan asam lemak tinggi
dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya terhadap
Pneumococcus dan Streptococcus, sedangkan bakteri-bakteri lain lebih
tahan. Sabun juga menyebabkan menurunnya tegangan permukaan,
sehingga mikroba mudah lepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang
bersifat germicida sering ditambahkan pada sabun.
Oksidator
Aerosol
Yang
sering
dipakai
adalah
formaldehyde
dan
ethylene
oxida.
Formaldehyde hanya berbentuk gas pada konsentrasi tinggi dan suhu agak
tinggi, sedangkan pada suhu kamar zat tersebut berbentuk padat. Cara
fumigasi ini digunakan untuk desinfeksi suatu ruangan setelah selesai
ditempati penderita suatu penyakit menular, misalnya bekas ruangan
penderita pest paru-paru.
BAB III
METODE PRAKTIKUM