Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI SERTA ISOLASI


MIKROORGANISME
Dosen Pembimbing:
Trisna Amelia, M.Pd
Tugas Kelompok Sebagai salah satu syarat menyelesaikan Perkulian Mikrobiologi
Dasar Semester Genap 2014/2015

Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.

Romy
Selly
Fitriani
Feni Yunika
Sri Wahyuni

140384205042
1403842050
1403842050
1403842050
140384205018

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
JUNI 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami mampu merampungkan seluruh
rangkaian kegiatan praktikum yang diwujudkan dalam bentuk Laporan Akhir.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing
matakuliah Mikrobiologi Dasar, atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada
kami, serta ucapan terima kasih kepada teman - teman yang ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian laporan ini.
Dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun, agar pada pembuatan laporan
selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Tanjungpinang, 19 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak sekali populasi mikroba di sekitar kehidupan. Ratusan spesies
mikroba menghuni bermacam-macam bagian tubuh manusia, termasuk mulut,
saluran pencernaan, dan kulit. Jumlah mikroba ini sangat luar biasa banyaknya.
Sebagai contoh, sekali bersin dapat menyebarkan beribu-ribu mikroorganisme.
Satu gram tinja dapat mengandung jutaan bakteri. Penelitian yang layak
mengenai mikroorganisme dalam berbagai habitat ini memerlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran yang rumit ini, atau biakan campuran, menjadi
spesies-spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri
dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk (Michael,
2008).
Dalam praktikum kali ini kita akan mengetahu bagaimana cara suatu
medium itu dibuat agar dapan mengembangbiakan mikroorganisme dengan baik.
Juga bagaimana untuk menjadi medium pengembangbiakan itu steril atau bebas
dari segala mikroba baik pathogen maupun tidak (Indan, 2003).
Dasar makanan yang paling baik bagi pemiaraan bakteri ialah medium yang
mengandung zat-zat organik seperti rebusan daging, sayur-sayuran, sisa-sisa
makanan, atau ramuan-ramuan yang dibuat oleh manusia. Maka dari itu, pada
praktikum kali juga akan mencoba untuk membuat makanan yang baik untuk
pengembangbiakan bakteri. (Dwidjoseputro, 1985)

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengertian sterilisasi dan bagaimana prosesnya
2. Mengetahui pengertian medium dan bagaimana cara pembuatannya
3. Mengetahui apa itu autoclave dan bagaimana cara kerjanya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Biakan Mikroorganisme
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Media biakan adalah
bahan atau campuran bahan yang dapat digunakan untuk membiakkan
mikroorganisme, karena memiliki daya duang yang tinggi terhadap tumbuhan
dan perkembang biakkannya (Dian, 2012).
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu
substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan
dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya
dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa
mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang
hanya mengandung garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti
gula. Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukan suatu medium yang sangat
kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks
lainnya. Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang
merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air.
Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks.
Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang
meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.
Untuk menelaah bakteri di dalam laboratorium, pertama-tama kita harus
dapat menumbuhkan bakteri tersebut di dalam suatu biakan murni. Untuk
melakukannya haruslah dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyartakan oleh
bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang mana dapat menyebabkan kondisi
yang optimum bagi pertumbuhannya tersebut. Agar mendapatkan satu spesies
saja dalam satu piaraan, maka perlulah diadakan suatu piaraan murni. Menurut

Dwidjoseputro (1985), piaraan murni dapat diperoleh dari piaraan campuran.


Dan menurut Michael (2008), semua bentuk kehidupan, dari mikroorganisme
sampai kepada manusia mempunyai persamaan dalam hal persyaratan nutrisi
tertentu dalam bentuk zat-zat kimiawi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
fungsinya yang normal.
Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium semisintetik.
Media merupakan tempat dimana terjadi perkembangan organism, organism
menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang telah
dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa kentang harus dipotong dadu,
agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air sehingga
menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosirnya
(Dian, 2012).
Nutrient agar adalah medium pertumbuhan mikrobiologi umum
digunakan untuk budidaya rutin non-pemilih bakteri. Hal ini berguna karena
tetap solid bahkan pada suhu relatif tinggi. Juga, bakteri tumbuh di nutrient agar
tumbuh di permukaan, dan jelas terlihat sebagai koloni kecil. Dalam kaldu
nutrisi, bakteri tumbuh dalam cairan, dan dipandang sebagai zat pekat, bukan
rumpun sejelas dibedakan (Vidi, 2012).
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang
merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA
dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar
sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya
yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam
sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak
beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber
protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA)
merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang
padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai
medium untuk menumbuhkan bakteri (Harry, 2012).

2.2 Sterilisasi
Menurut Agus (1994), sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik)
yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme. Sedangkan
menurut Indan (2003), steril (Suci Hama) artinya bebas dari segala mikroba baik
pathogen maupun tidak. Tindakan untuk membuat suatu benda menjadi steril
disebut sterilisasi.
2.2.1 Cara-cara Sterilisasi:
1. Pembersihan

Pembersihan benda-benda atau permukaan tubuh akan mengurangi jumlah


mikroba sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi. Misalnya,
cuci tangan dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir sebelum
melakukan operasi.
2. Sinar Matahari, Sinar Ultraviolet, Sinar-X, dan Sinar-Gamma

Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida, dapat membunuh


bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh
bentuk spora waktunya harus lebih lama. Karena itu, menjemur pakaian,
tempat tidur, alat-alat makan ataupun benda-benda lainnya, penting untuk
membunuh mikroba, terutama mikroba pathogen. Sinar ultraviolet juga
digunakan untuk desinfeksi air. Sinar ultraviolet digunakan untuk sterilisasi
ruang bedah, ruang industri farmasi di mana obat-obat steril dimasukkan ke
dalam vial atau ampul, juga ruangan industri makanan di mana bahan-bahan
makanan dimasukkan ke dalam kaleng. Walaupun sinar ultraviolet sangat
ganas terhadap mikroba, tetapi daya tembusnya kurang, sehingga hanya dapat
matikan mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan saja.
Sinar-X dan sinar gamma dapat membunuh mikroba karena merusak DNA
dan menyebabkan ionisasi komponen sel lainnya. Radiasi dengan sinar-X
atau sinar gamma sering digunakan untuk sterilisasi benda-benda yang tidak
tahan suhu tinggi, misalnya pompa suntik dari plastik, obat-obatan, alat-alat
operasi. Selain untuk sterilisasi dalam bidang kesehatan, radiasi tidak
digunakan secara rutin karena mahal dan berbahaya. Dalam bidang industri,
radiasi dengan sinar gamma sering digunakan untuk sterilisasi daging. Karena

sinar ini memiliki daya tembus tinggi, maka radiasi dapat dilakukan setelah
dagingnya dikemas. Sebagai sumber sinar gamma yang sering digunakan
dalam industri adalah Cobalt-60.
3. Pendinginan

Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba


terhenti. Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah
membusuk, misalnya daging karena pada suhu rendah ini, bahan makanan itu
tidak akan dirombaknya. Pada suhu -20C (suhu lemari pendingin pada
umumnya) mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi
pembusukan. Beberapa bakteri pathogen mati pada suhu 0C. Misalnya:
Neisseria gonorrhoea, Treponema pallida.
4. Pemanasan

Umumnya bakteri bentuk vegetatif, mati dalam waktu 5 10 menit pada


suhu 65C, hal ini sama saja, baik bakteri yang mampu berbentuk spora
maupun tidak. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama, misalnya
bentuk spora Clotridium botulinum pada suhu 100C, mati dalam waktu 5
jam.

Pemanasan

dapat

mematikan

bakteri,

karena

menggumpalkan

(koagulasi) protoplasmanya (protein). Koagulasi protoplasma ini akan lebih


cepat bila terdapat lebih banyak air. Karena itu, sterilisasi dengan uap air
panas akan lebih cepat bila dibandingkan dengan menggunakan udara panas
kering. Menurut Agus (1994) panas juga membunuh bakteri karena
mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim dan membran sel. Bentuk spora
Clostridium botulinum dengan uap air panas suhu 120C, mati dalam waktu
10 menit, sedangkan dengan udara panas kering suhu 120C mati dalam 120
menit.
2.2.2 Macam-macam Cara Sterilisasi dengan pemanasan
a. Pemanasan Dalam Nyala Api

Di laboratorium mikrobiologi, cara ini dipakai untuk membuat steril jarum


inokulasi, pipet dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
membakar peniti sebelum dipakai mengeluarkan duri atau nanah. Cara ini
dapat pula dipakai untuk mensterilkan pisau operasi dalam keadaan darurat.

Benda yang terkontaminasi karena telah berhubungan dengan penderita atau


hewan yang terinfeksi, sering kali dibakar untuk menghilangkan sumber
penularan penyakit.
b. Pemanasan dengan Udara Panas (Dry Heat Oven)

Cara ini dipakai untuk membuat steril alat-alat dari gelas seperti tabung
reaksi, cawan petri, botol dan alat-alat dari katun. Dengan cara ini pemanasan
dilakukan sampai suhu 170C selama 1 jam atau 140C selama 2 jam. Bila
ada bahan dari katun, suhu jangan lebih dari 180C karena akan terbakar.
Juga pada pendinginannya, bila suhu oven belum mencapai 100C; oven
jangan dulu dibuka sebab alat-alat dari gelas akan pecah karena pendinginan
yang mendadak.
c. Merendam Dalam Air Mendidih (Menggodok)

Merendam dalam air mendidih (menggodok) adalah cara yang mudah, murah,
dan cukup efektif sebagai tindakan desinfeksi. Cara ini sudah lama dikerjakan
orang. Air mendidih pada tekanan 1 atm, suhunya 100C. Dengan
menggodok ini bentuk vegetatif akan mati dalam waktu 5 15 menit
sedangkan bentuk spora akan mati dalam waktu 1 6 jam. Cara ini banyak
digunakan untuk membuat steril jarum dan pompa suntik atau alat-alat
operasi asalkan dipastikan bahwa alat tersebut tidak berhubungan dengan
sumber-sumber spora, seperti debu tanah. Lama penggondokan dengan cara
ini adalah 15 30 menit dan akan lebih baik bila ditambahkan 1 3%
Na2CO3, karena mempunyai daya untuk menghancurkan dinding spora.
Dengan cara ini kita tidak melakukan sterilisasi karena mungkin masih
terdapat spora. Dalam kehidupan sehari-hari cara menggodok dipakai untuk
desinfeksi botol susu dan dotnya untuk minum bayi.
d. Pemanasan dengan Uap Air yang Mengalir

Prinsipnya sama dengan dandang untuk menanak nasi. Cara ini pertama kali
dilakukan oleh Robert Koch. Suhu uap air pada tekanan barometer 76 mmHg
adalah 100C. Dengan cara ini juga hanya membunuh bakteri bentuk
vegetatif. Di laboratorium cara ini dipakai untuk membuat steril tabung

reaksi, object-glass atau cawan petri, untuk mematikan mikroba pathogen,


sebelum alat-alat tersebut dicuci agar tidak membahayakan.

Lamanya

pemanasan adalah 1 jam, sedangkan untuk membunuh bentuk spora perlu


waktu 2 16 jam.
e. Dengan Uap Air yang Ditekan

Alatnya disebut autoclave. Cara ini paling baik karena suhu yang dicapainya
tinggi dan air untuk koagulasi protein terdapat banyak. Dengan alat ini,
besarnya tekanan uap air yang diperlukan dapat diatur. Makin besar tekanan
uap airnya, makin tinggi pula suhu yang dicapainya. Lamanya pemanasan
bergantung pada tekanan tekanan uap yang dipergunakan, serta besar dan
macamnya benda yang akan disterilkan. Pada tekanan uap 2 atm di mana
suhu yang dicapai 120C, lama pemanasannya cukup selama 10 20 menit.
Dengan cara ini, baik bentuk vegetatif maupun spora akan mati, sehingga
mencapai steril sempurna.
f. Cara Sterilisasi Benda-benda yang Tidak Tahan Suhu Tinggi

Obat suntik, air susu atau perbenihan bakteri bila dipanaskan terlalu tinggi,
akan menjadi rusak. Untuk benda-benda seperti itu, Pasteur dan Tyndall telah
menciptakan cara sterilisasi khusus

yang disebut Pasteurisasi dan

Tyndallisasi.
(1) Pasteurisasi
Dengan pasteurisasi ini kita tida membuat steril, tetapi hanya membunuh
mikroba tertentu saja. Pasteurisasi dilakukan terhadap air susu juga pada
pembuatan anggur. Suhu yang diberikan dan lamanya pasteurisasi
bergantung pada jenis mikroba yang akan dibunuhnya.
Misalnya pasteurisasi susu. Maksud pasteurisasi susu adalah untuk
mematikan bakteri Mycobacterium tuberculosa. Brucella sp yang sering
terdapat di dalam susu. Bakteri ini mati pada suhu 60C dalam waktu 15
menit. Pada tindakan pasteurisasi, susu dipanaskan pada suhu 61,7C atau
143F selama 30 menit atau suhu 71,7C atau 161F selama 15 menit.
Dengan demikian, semua Mycobacterium tuberculosa akan mati kemudian

susu tersebut disimpan dalam kamar pendingin agar pertumbuhan mikroba


yang masih terhambat.
(2) Tyndallisasi
Dengan Tyndallisasi kita membuat steril suatu benda secara fraksi
(sebagian-sebagian). Cara ini dilakukan untuk membuat steril benda-benda
yang tidak tahan suhu lebih dari 100C. Caranya: Hari pertama, benda yang
akan disterilkan dipanaskan dengan uap air yang mengalir (100C) selama
30 menit. Kemudian, dimasukkan ke dalam inkubator selama 24 jam. Hari
kedua, pemanasan dan pengeraman diulangi lagi. Hari ketiga diulangi untuk
ketiga kalinya dan sterilisasi dianggap selesai.
Maksud pemanasan secara ini, yaitu mula-mula dimatikan bentuk
vegetatifnya. Setelah itu, benda yang akan disterilkan dieramkan selama 24
jam untuk memberi kesempatan kepada bentuk sporanya untuk berubah ke
bentuk vegetatifnya yang akan dimatikan pada pemanasan berikutnya.
5. Dengan Pengeringan
Air sangat penting untuk kehidupan mikroba, terutama karena mikroba
mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan. Pengeringan akan
menyebabkan larutan di sekeliling mikroba menjadi hipertonis, sehingga air
ke luar dari sel mikroba dan mikroba mati. Gangguan tekanan osmotik ini
akan diperhebat bila ditambahkan garam dan bumbu-bumbu, seperti halnya
pada pembuatan ikan asin atau dendeng. Cara ini bukanlah tindakan
sterilisasi, melainkan pengawetan, karena dengan pengeringan ini hanya
menyebabkan berhentinya pertumbuhan dan perkembangan mikroba.
Beberapa bakteri yang akan segera mati karena pengeringan misalnya
Neisseria gonorrhoea dan Neisseria meningitidis, sedangkan Streptococcus
pyogenes dan Mycobacterium tuberculosis dapat tahan sampai bermingguminggu.
6. Dengan penyaringan (Filtrasi)

Filtrasi dipergunakan untuk membuat steril cairan atau larutan yang


thermolabil (mudah rusak karena pemanasan), seperti serum, enzim, atau
antibiotika. Contoh filter antara lain:

Filter Seitz dibuat dari asbest


Filter Berkefeld dibuat dari diatomea
Filter Chamberland dibuat dari porcelain

Filter-filter ini mempunyai pori-pori yang sangat halus (0,1 0,2m)


sehingga filtratnya bebas dari bakteri. Dengan filtrasi, tidak dapat membuat
cairan steril sempurna karena filtratnya masih mungkin mengandung virus,
sebab virus akan lolos pada saringan tersebut.
7. Dengan Menggunakan Zat Kimia
Desinfektan dibagi dalam beberapa golongan, yaitu:
a. Golongan phenol dan turunannya

Misalnya: phenol, cresol, hexylresorcinol, dan hexachlorophene. Larutan


phenol 2 5% dipakai sebagai desinfektan pada sputum, urine, feses atau
alat-alat terkontaminasi. Virus dan bakteri bentuk spora, lebih tahan lama
terhadap phenol dibandingkan dengan bakteri bentuk vegetatif. Daya
germicida phenol akan berkurang pada suhu rendah dan bila ada sabun.
Orang yang pertama kali menggunakan phenol (carbolic acid) sebagai
desinfektan adalah Joseph Lister (1827 1912), seorang ahli bedah
Inggris. Phenol juga dipakai sebagai desinfektan standar untuk mengukur
kekuatan

desinfektan

lainnya.

Prinsip

daya

kerja

phenol

adalah

mendenaturasikan protein.
b. Alkohol

Ethyl alkohol (CH3CH2OH) merupakan desinfektan yang paling sering


dipakai. Untuk desinfektan kuliat, digunakan kadar ethyl alkohol 70%. Daya
kerjanya yaitu mengkoagulasikan protein dan menarik air sel.
c. Yodium

Yodium merupakan germicida tertua. Kurang baik kelarutannya dalam air.


Lebih baik kelarutannya dalam alkohol atau dalam larutan KJ atau NaJ.
Preparatnya disebut yodium tincture yang dapat berupa NaJ 2% ditambah
Yodium 2%, dilarutkan dalam ethanol 70%; atau yodium 7% ditambah KJ
5% dilarutkan dalam larutan ethanol 83% atau yodium 5% dilarutkan dalam

larutan KJ 10% dalam air. Preparat yang lain adalah betadine yang banyak
digunakan untuk membersihkan luka dan tindakan antiseptik pada kulit
sebelum pembedahan. Betadine terdiri atas preparat yodium dan detergent.
Berbeda dengan yodium tincture, betadine tidak menimbulkan rasa sakit
sehingga lebih disukai, terutama bagi anak-anak. Yodium merupakan
baktericida yang paling kuat, bahkan bersifat sporisida, fungisida dan
virusida. Diduga daya kerjanya karena yodium berikatan dengan protein sel.
d. Preparat Klor

Banyak dipakai untuk desinfeksi air minum, misalnya calcium hypochlorite


(kaporit). Daya kerjanya berdasarkan proses oksidasi.
e. Logam-logam Berat dan Senyawanya

Penggunaannya karena logam berat memiliki kecenderungan yang besar


sekali untuk berikatan dengan protein sel. Logam-logam tersebut adalah Hg,
Ag dan Cu.
Preparat

Hg

: HgCl2; HgCl; HgO, Mercurochrome

Ag : AgNO3; Ag laktat; Ag pikrat


Cu : CuSO4
CuSO4 dipakai untuk desinfeksi kolam renang karena selain sebagai
baktericida juga dapat membunuh ganggang (algae) dalam larutan
2/1.000.000.
f.

Zat Warna

Misalnya gentian violet, terutama menghambat pertumbuhan bakteri Gram


positif dan fungi (jamur). Zat warna lainnya misalnya: malachite green,
brilliant green, acriflavin. Acriflavin digunakan untuk tindakan antiseptik
pada selaput lendir dan pengobatan luka. Daya kerja zat warna ini karena
berikatan dengan protein bakteri.
g. Sabun dan Detergent Sintesis

Sabun adalah ikatan antara Natrium atau Kalium dengan asam lemak tinggi
dan bersifat germicida walaupun tidak begitu kuat, misalnya terhadap
Pneumococcus dan Streptococcus, sedangkan bakteri-bakteri lain lebih
tahan. Sabun juga menyebabkan menurunnya tegangan permukaan,
sehingga mikroba mudah lepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat yang
bersifat germicida sering ditambahkan pada sabun.

h. Senyawa Ammonium Quarterner

Misalnya: Zephiran, phemerol.


i.

Oksidator

Misalnya: H2O2; KMnO4. Sering dipakai untuk mencuci luka.


j.

Aerosol

Aerosol adalah zat kimia sebagai antimikrobial yang disemprotkan ke udara


sehingga membentuk butiran-butiran halus (1 2 mikron) dan tetap
tersuspensi dalam udara untuk waktu yang cukup lama. Dipergunakan untuk
desinfektan ruangan. Zat yang sering dipakai adalah: prophylene glycol;
ethylen glycol; triethylene glycol.
k. Dengan Fumigasi

Yang

sering

dipakai

adalah

formaldehyde

dan

ethylene

oxida.

Formaldehyde hanya berbentuk gas pada konsentrasi tinggi dan suhu agak
tinggi, sedangkan pada suhu kamar zat tersebut berbentuk padat. Cara
fumigasi ini digunakan untuk desinfeksi suatu ruangan setelah selesai
ditempati penderita suatu penyakit menular, misalnya bekas ruangan
penderita pest paru-paru.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai