Anda di halaman 1dari 25

JURNAL PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
BW-3205

Modul III: Pembuatan Media, Sterilisasi, Dan Kultivasi Mikroba

Oleh:
Melinda Anggraeni| 11518048
Kelompok 2

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2021
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

17 Februari 2021

Melinda Anggraeni-11518048
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

I. LATAR BELAKANG
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik.
Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan
ilmu pendukung kimia, fisika dan biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu
praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang
sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel
mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan
mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan
dan pertanian. (Dwidjoseputro, 2003).
Di bidang lingkungan lainnya, mikrobiologi juga banyak digunakan dalam
bidang kehutanan, banyak sekali peranan mikroba terkait dengan dinamisasi
hutan. Dari Hidayat dkk. (2018) Mikroba hutan yang didominasi oleh fungi,
bakteri, dan khamir (yeast) hidup berlimpah di semua jaring-jaring makanan
di ekosistem hutan tropis. Disebutkan juga bahwa mikroba hutan merupakan
aset nasional yang penting yang harus terjaga dan termanfaatkan. Peruntukan
dan manfaat mikroba hutan ke depan diarahkan untuk membantu proses
restorasi hutan tropis, meremediasi, memulihkan dan merekonstruksi kembali
fungsi-fungsi hutan, menyediakan alternatif energi, menyediakan obat-obatan
untuk kesehatan manusia, dan alternatif jenisjenis pangan dari hutan.

II. TUJUAN
- Menentukan perbedaan komposisi media pertumbuhan untuk Rhizopus
oligosporus, Serratia marcescens, Staphylococcus aureus, dan
Penicillium sp
- Menentukan fungsi dan prinsip dasar dari sterilisasi panas menggunakan
autoklaf
- Menentukan fungsi dan prinsip dasar dari sterilisasi fisik menggunakan
teknik filtrasi
- Menentukan fungsi dan prinsip dasar dari sterilisasi kimia menggunakan
alkohol 70%, antibiotik, dan antifungi
- Menentukan perbedaan dan fungsi dari teknik-teknik isolasi dan purifikasi
mikroba
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

- Menentukan perbedaan dan fungsi dari teknik-teknik kultivasi mikroba


Menentukan bakteri yang mampu membentuk kapsula dengan melakukan
pewarnaan kapsula pada Serratia marcescens dan Enterobacter
aerogenes.

III. HIPOTESIS
- Komposisi media pertumbuhan bakteri dengan media NA dan NB,
sedangkan jamur dngan media PDA.
- Sterilisasi panas menggunakan autoklaf berfungsi untuk membersihkan
alat dengan prinsip pemanasan
- Sterilisasi fisik berguna untuk filtrasi
- Sterilisasi kimia berguna untuk filtrasi dan pembunuhan mikroba
- Fungsi teknik-teknik isolasi dibedakan berdasarkan jenis alat yang
digunakan dalam isolasi dan purifikasi
- Fungsi teknik-teknik kultivasi dibedakan berdasarkan jenis alat dan edia
yang digunakan dalam kultivasi
-
IV. LITERATUR
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Nutrient Agar (NA)
merupakan media biakan yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Sedangkan Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sering
digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan yeast dan kapang
yang dibuat dari kentang dan agar (Wachidah, 2016). Menurut Laboffe dkk
(2010) Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum yang digunakan
untuk menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan
sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef extract sebagai sumber karbon dan
pepton sebagai sumber nitrogen.
Terdapat beberapa komponen pembentuk medium NA diantaranya
Pepton, NaCl, ekstrak daging, ekstrak yeast, dan agar. Pepton merupakan
protein yang diperoleh dari peruraian enzim hidrolitik seperti pepsin, tripsin,
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

papain. Pepton mengandung Nitrogen dan bersifat sebagai larutan penyangga,


beberapa kuman dapat tumbuh dalam larutan pepton 4% (Yusmaniar, 2017).
NaCl merupakan bahan pengawet makanan alami yang bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri melalui proses osmotik dimana bakteri
ditempatkan pada larutan hipertonik menyebabkan air yang terkandung di
dalam bakteri keluar sehingga sel mengkerut dan bakteri pun mati (Qolby,
2015). Ekstrak daging sendiri merupakan salah satu komposisi yang
terpenting dalam media ini yaitu sebagai sumber karbohidrat dan protein yang
dibutuhkan Sebagian besar bakteri (Thohari, 2019). Sedangkan untuk ekstrak
yeast, Wardani (2017) menyatakan dalam spesifikasi yeast Indian Standarts
Institution ekstrak yeast umumnya digunakan untuk kerja mikrobiologi atau
sebagai suplemen dalam medium mikrobiologi yang berfungsi sebagai
sumber nitrogen. Munandar (2016) menyatakan bedasarkan bentuknya media
NA ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya.
Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau
morfologi koloni bakteri.
Selain itu Adapun komponen-komponen pembentuk medium PDA
diantaranya kentang, asam tartarat, glukosa, dan agar. Octavia dkk. (2017)
menyatakan kentang merupakan sumber karbon (karbohidrat), vitamin dan
energi, dextrose sebagai sumber gula dan energi, selain itu komponen agar
berfungsi untuk memadatkan medium PDA. Penambahan asam laktat pada media
PDA menyebabkan media menjadi memiliki pH yang rendah, akibatnya
pertumbuhan bakteri dapat dihambat karena tidak cukup koloni untuk tumbuh
(Miftachurohman, 2018). Selanjutnya ada glukosa yang dikenal juga dengan
Dekstrosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang terdiri dari satu unit
gula spesifik D-glukosas. Gula tergolong Sukrosa (C12H22O11) yang
merupakan disakarida yang terdiri dari dua unit gula spesifik glukosa dan
fruktosa. Peran dektrosa dalam media PDA adalah sebagai penyedia nutrisi
(Arifah, 2019). Sedangkan agar berfungsu sebagai pemadat media.
Terdapat teknik sterilisasi yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu teknik
sterilisasi dengan menggunakan Autoklaf. Autoklaf merupakan alat yang
essensial dalam setiap laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi di rumah
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

sakit serta tempattempat lain yang memproduksi produk steril. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang akan disterilkan,
tipe wadah dan volume bahan. Misal akan mensterilkan 1000 buah tabung
reaksi yang masingmasing berisi 10 ml medium cair membutuhkan waktu 10-
15 menit pada suhu 121 °C, sedangkan jumlah medium yang sama bila
ditempatkan dalam 10 wadah berukuran 1 liter akan membutuhkan waktu 20-
30 menit pada suhu yang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi.
(Pelczar dan Chan, 1986).

Gambar 1. Autoklaf
(Sumber: batavialab.com)
Streptomisin digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur pada buah-buahan tertentu, sayur-sayuran, bijibijian,
dan tanaman hias (Manus, 2000). Streptomisin bersifat bakterisid, bekerja
dengan mengikat secara irreversibel ribosom bakteri dan menghambat sintesa
protein (Stockwell dan Duffy, 2012). Pada kadar tinggi, streptomisin dapat
bersifat fitotoksik pada tanaman, oleh karena itu penggunaannya cukup pada
permukaan tanaman dan tidak diinjeksikan.
Nistatin merupakan antijamur yang dianjurkan untuk terapi oral
candidiasis. Nistatin efektif untuk jamur dan ragi namun tidak efektif pada
bakteri, protozoa dan virus (Djajusman dkk., 2014). Mode of action dari
Nistatin yaitu dapat menginduksi permeabilitas membran dengan membentuk
kompleks dengan ergosterol yang terletak di membran jamur, yang
menyebabkan kebocoran intraseluler dan kematian sel (Anti Microbe, n.d.).
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Koloni Mikroba yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya


Rhizopus oligosporus, Serratia marcescens, Staphylococcus aureus, dan
Penicillium sp.
Rhizopus oligosporus merupakan kapang yang banyak digunakan dalam
pembuatan tempe, banyak terdapat di alam karena hidupnya bersifat sporofit
(Shurtleff & Aoyogi, 1979). R. oligosporus dapat tumbuh optimum pada suhu
30-35oC, dan memiliki ciri-ciri hifa seperti benang berwarna putih sampai
kelabu hitam serta tidak bersekat, memiliki rhizoid dan sporangiospore
(Susilowati, 2001).

Gambar 2. Jamur Rhizopus oligosporus


(Sumber: researchgate.net)
Bakteri Serratia marcescens memiliki bentuk sel batang atau bacillus dan
beberapa galur membentuk kapsul, memiliki ukuran koloni sangat kecil
hingga 2 mm. Bakteri ini bersifat motil karena memiliki flagel peritrik yang
digunakan sebagai alat gerak dan flagel tersebut ditemukan pada seluruh sel
bakteri. Secara makroskopis bakteri ini membentuk koloni cembung, lembut,
dengan tepi yang berbeda, dan dapat menghasilkan pigmen merah (Rosidah,
2016).
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Gambar 3. Bakteri Serratia marcescens (Rosidah, 2016)

Menurut Jawetz (1996) Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram


positif berbentuk bulat, bergerombol seperti susunan buah anggur koloni
berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif, berdiameter 0,8-1,2
µm, mudah tumbuh pada media pertumbuhan dalam keadaan aerob, tidak
berspora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37OC,
tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar(20-25OC).

Gambar 4. Bakteri Staphylococcus aureus (Todar, 2002)

Penicillium sp termasuk dalam kelompok jamur Ascomycetes dan juga


disebut sebagai “jamur Ascomycetous”. Penicillium sp juga menghasilkan
spora hijau kebiruan yang khas, yang juga disebut sebagai “jamur biru-hijau”.
Jamur ini biasanya ada di tanah, bahan 8rganic mati dari kotoran tumbuhan
dan hewan, udara dll. Penicillium sp memiliki mode nutrisi heterotrofik atau
saprofit. Spesies Penicillium umumnya ada di mana-mana dan tersebar luas
(Supriyana, n.d.).
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Gambar 5. Jamur Penicillium sp.


(Sumber: dehs.umn.edu)
Pemisahan bakteri diperlukan untuk mengetahui jenis, mempelajari
kultural, morfologi, fisiologi, dan karakteristik. Teknik pemisahan tersebut
disebut dengan isolasi disertai dengan pemurnian. Menurut Sainsbury (2006)
isolasi bakteri merupakan suatu proses mengambil bakteri dari medium atau
dari lingkungan asalnya lalu menumbuhkannya di medium buatan sehingga
diperoleh biakan yang murni. Pemurnian (purification) bertujuan agar
diperoleh biakan murni yang diinginkan tanpa ada kontaminan dari mikroba
lainnya. Pemilihan koloni mikroba yang dimurnikan berdasarkan perbedaan
kenampakan morfologi koloni, baik dari segi warna, elevasi, tekstur
permukaan, garisgaris radial, lingkaran konsentris maupun tetes eksudat
sehingga diperoleh isolat murni (Adryan dkk., 2017). Sedangkan teknik
inokulasi sendiri merupakan proses pemindahan bakteri dari media lama ke
media yang baru (contoh: media tanah ke media agar) (BALINGTAN, 2020).

V. MSDS DAN PSDS


MSDS dan PSDS dalam praktikum ini sebagai berikut:
MSDS PSDS
1. Nama: Nutrient Agar (NA) 1. Nama: Penicillium sp
Sifat: Bentuk padat, wrna coklat Sifat: berbentuk liquid dan
kelabu, bau seperti pepton, tidak berwarna
Potensi Bahaya: Tidak terlalu
berbahaya.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Handling: Jika terhirup, segera Potensi Bahaya: Berbahaya


hirup udara segar. Bila terjadi jika terhirup, kontak dengan
kontak kulit, segera lepaskan kulit dan jika tertelan.
semua pakaian yang Handling: Jika kontak dengan
terkontaminasi. bilaslah kulit mata, segera basuh mata
dengan air/ pancuran air. Jika dengan air yang banyak
terjadi kontak pada mata, bilaslah selama minimal 20 menit
dengan air yang banyak dan pembilasan dengan
lepaskan lensa kontak. Jika memisahkan kelopak mata
tertelan, beri air minum kepada dengan jari yang bersih. Jika
korban (paling banyak dua gelas). terkena kulit, segera cuci kulit
Konsultasi kepada dokter jika dengan sabun dan banyak air.
merasa tidak sehat. Jika terhirup, pindahkan ke
(Merck, 2018) area dengan udara segar.
Berikan pernapasan buatan
jika tidak bernafas dan
hubungi layanan darurat
medis. Jika tertelan segera
hubungi Dokter.
(BioinGentch, 2016)

2. Nama: Nutrient Broth (NB) 2. Nama: Rhizopus oligosporus


Sifat: Bentuk padat, berwarna Sifat: Berfasa cair pada suhu
coklat-kelabu, bau seperti pepton. kamar. Saat dicairkan, cairan
Potensi Bahaya: Tidak terlalu bening hingga agak keruh
bahaya. Potensi Bahaya: Tidak terlalu
Handlig: Jika terhirup, segera berbahaya, bisa sewaktu-waktu
hirup udara segar. Bila terjadi menularkan agen infeksi
kontak kulit, segera lepaskan Handling: Jika kontak dengan
semua pakaian yang mata, bilas dengan hati-hati
terkontaminasi. bilaslah kulit dengan banyak air selama
dengan air/ pancuran air. Jika beberapa menit. Jika kontak
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

terjadi kontak pada mata, bilaslah dengan kulit, lepaskan pakaian


dengan air yang banyak dan yang terkontaminasi dan
lepaskan lensa kontak. Jika segera bilas kulit dengan
tertelan, beri air minum kepada banyak air diikuti dengan
korban (paling banyak dua gelas). mencuci dengan sabun dan
Konsultasi kepada dokter jika banyak air. Jika tertelan dan
merasa tidak sehat. orang tersebut tidak sadarkan
(Merck, 2017) diri, dapatkan bantuan medis
darurat. Jangan pernah
memberikan apapun melalui
mulut kepada orang yang tidak
sadar. Jika orang tersebut
sadar, basuh mulut dengan
banyak air dan hubungi dokter.
Jangan memaksakan muntah
kecuali atas petunjuk dokter.
Jika terhirup dan orang
tersebut tidak sadar, cari
pertolongan medis darurat.
Jika orang tersebut sadar,
pindahkan ke udara segar dan
hubungi dokter.
(Zapto Metrix, 2015)
3. Nama: Nystatin 3. Nama: Serratia marcescens
Sifat: Bentuk serbuk berwarna Sifat: Berbentuk padatan dan
kuning hingga coklat terang. berwarna kuning.
Potensi bahaya: Beracun, Potensi bahaya: Berbahaya
menyebabkan iritasi dan alergi. jika tertelan.
Handling: Jika kena mata, bilas Handling: Jika terhirup, cari
secara menyeluruh dengan air. udara segar, hubungi medis
Hubungi dokter. Jika kena kulit, jika ada keluhan. Jika kontak
cuci area yang terkena dengan dengan mata, bilas mata
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

banyak air. Hubungi dokter. Jika selama 15 menit dengan air


tertelan, basuh mulut dengan air mengalir. Jika tertelan, segera
selama orang sadar. Hubungi dimuntahkan. Hubungi medis
dokter. Jika terhirup, pindahkan jika ada keluhan.
orang ke udara segar. Jika sulit (Scientific Device laboratory,
bernapas, hubungi dokter. 2012)
(Bilogical Industry, 2012)
4. Nama: Potato Dextrose Agar 4. Nama: Staphylococcus aureus
(PDA) Sifat: berbentuk padatan
Sifat: Bentuk padat, warna coklat- (solid), berwarna putih, larut
kelabu, bau seperti pepton. dalam air.
Potensi bahaya: Tidak terlalu Potensi bahaya: fatal bila
berbahaya. tertelan, terkena kulit atau bila
Handling: Jika terhirup, segera terhirup. Menyebabkan
hirup udara segar. Bila terjadi gangguan mata berat
kontak kulit, segera lepaskan Handling: jika terkena kulit,
semua pakaian yang cuci dengan banyak sabun dan
terkontaminasi. bilaslah kulit air. Jika terhirup pindahkan
dengan air/ pancuran air. Jika korban ke udara segar dan
terjadi kontak pada mata, bilaslah baringkan dengan posisi yang
dengan air yang banyak dan nyaman untuk bernapas. Jika
lepaskan lensa kontak. Jika terkena mata bilas secara hati-
tertelan, beri air minum kepada hati dengan air selama
korban (paling banyak dua gelas). beberapa menit. Lepaskan
Konsultasi kepada dokter jika lensa kontak, jika memakainya
merasa tidak sehat. dan mudah dilakukan.
(Merck, 2017) Lanjutkan membilas.
(Merck, 2018)
5. Nama: Streptomycin
Sifat: Berfasa solid, kristalin
solid.
Potensi bahaya: Menyebabkan
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

iritasi dan alergi jika kontak


dengan mata dan kulit.
Handling: Jika terhirup, segera
pindah ke udara segar. Jika tidak
bernapas, berikan pernapasan
buatan atau berikan oksigen oleh
personel terlatih. Dapatkan
pertolongan medis segera. Jika
terkena kulit, segera cuci kulit
dengan sabun dan banyak air
setidaknya selama 15 menit.
Lepas pakaian yang
terkontaminasi. Dapatkan
pertolongan medis jika gejala
muncul. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali. Jika terkena
mata, buka kelopak mata dan
bilas mata dengan banyak air
setidaknya selama 15 menit.
Periksakan mata dan tes oleh
tenaga medis. Jika tertelan, cuci
mulut dengan air selama orang
tersebut sadar. Jangan pernah
memberikan apapun melalui
mulut kepada orang yang tidak
sadar. Cari pertolongan medis.
Jangan memaksakan muntah
kecuali diarahkan oleh petugas
medis.
(Cayman Chem, 2018)
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

VI. CARA KERJA


Praktikum diawali dengan melakukan teknik aseptik atau sterilisasi pada
meja kerja yang akan digunakan. Alat dan bahan yang digunakan dalam teknik
aseptis ini diantaranya lap kering/tissue dan alkohol 70%. Meja dibersihkan
oleh larutan alkohol 70% yang sudah dituangkan pada lap kering. Selain itu,
kedua tangan juga ikut dibersihkan dengan disemprotkannya larutan alkohol
yang sama.
• Penggunaan Mikropipet
Langkah selanjutnya yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah teknik
penggunaan mikropipet. Alat yang digunakan ialah mikropipet beserta tips
yang sesuai dengan ukuran mikropipet. Saat cairan akan diambil, mikropipet
digenggam dengan posisi yang benar dengan tangan kanan. Jari jempol
diletakkan pada tombol stop dan badan utama mikropipet digenggam dengan
jari lainnya. Terdapat dua kali penekanan stop, stop 1 untuk diambilnya cairan
dan stop 2 digunakan untuk dituankannya cairan. Volume pada mikropipet
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, penekanan stop diputar searah jarum
jam jika volume ingin ditambah, dan berlawanan arah jarum jam jika volume
ingin dikurangi. Tips yang dibutuhkan dapat diambil dan dilepaskan dengan
ditarik dan dilepasnya tombol tekan yang ada di samping kiri tombol tekan
utama.
• Pembuatan Media
Pertama-tama alat berupa neraca analitik, kertas timbangan, gelas ukur,
labu Erlenmeyer, corong, batang pengaduk dan bahan berupa akuades, media
NA, NB, PDA, Glukosa, Yeast Extract disiapkan. Takaran media instan harap
diperhatikan, terletak pada bagian belakang kemasan (berbeda untuk setiap
merk). Setelah alat dan bahan disiapkan, kemudian akuades disiapkan dalam
gelas ukur sebanyak 100ml. Selanjutnya, media akan ditimbang dengan
menggunakan neraca analitik (timbangan), dengan langkah awal timbangan
dinyalakan lalu kertas timbangan diletakkan di atas timbangannya. Kemudian
tombol auto/tare ditekan dan media dapat ditimbang sesuai dengan takaran
yang dibutuhkan. Setelah media selesai ditimbang, timbangan kembali di
matikan dan dibersihkan sesuai dengan keadaan awal.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Pembuatan media di mulai dengan dimasukannya media yang sudah di


timbang ke dalam labu Erlenmeyer dan dapat dipastikan seluruh media dalam
keadaan bersih. 100 ml akuades yang sudah disiapkan kemudian di masukan
ke dalam media dalam tabung dengan dibantu corong lalu campuran tersebut
diaduk dengan batang pengaduk. Tidak perlu dilakukan pemanasan pada
medium cair, harap diperhatikan volume media maksimal 1/3 volume
erlenmeyer/wadah. Setelah itu labu erlenmeyer ditutup dengan alumunium
foil dan plastik tahan panas. Seutas karet gelang diikatkan kencang pada leher
tabung yang ditutupi.
Untuk media agar dilakukan pemanasan pada campurannya. Setelah
media dan akuades dicampur seperti langkah sebelumnya, media agar
dipanaskan dengan penangas hingga seluruh komponen media larut dan
dihasilkan warna media yang bening. Kemudian labu erlenmayer ditutup
dengan kapas atau kain kassa. Penutup kapas/kassa dipastikan benar-benar
rapat hingga dihasilkan bunyi “pop”.
Lalu selanjutnya pembuatan media agar miring. Media agar yang sudah
larut dituangkan pada tabung reaksi (sarung tangan tahan panas digunakan
untuk memegang labu Erlenmeyer). Media dituangkan pada tabung reaksi
sebanyak 3-5ml atau 1/3 volume tabung. Penutup tabung dibuat dengan
disiapkannya kapas lemak, lalu digulung serta ditambahkan kain kassa.
Penutup kemudian dipasangkan pada tabung reaksi dengan gerakan memutar
(akan ditimbulkan bunyi “pop” jika tutup sudah baik). Sebelum dilakukan
sterilisasi. Tabung reaksi dimasukan pada plastic tahan panas. Ukuran plastic
disesuaikan dengan ukuran tabung dengan cara diputar. Kemudian plastic
tersebut dikencangkan dengan karet dan diberi label nama media dan tanggal.
• Teknik Sterilisasi
Sterilisasi pertama ialah sterilisasi panas lembab atau sterilisasi
menggunakan Autoklaf. Pertama-tama alat berupa Autoklaf. Sebelum autoklaf
dinyalakan, pastikan tabung alat diisi dengan air sampai batas atas lubang. Lalu
tombol “power” dapat dinyalakan setelahnya. Seluruh indicator pada bagian
atas kiri dipastikan tidak menyala dan dipastikan juga kondisi sterilisasi telah
sesuai yaitu dengan suhu 121oC dan waktu 15 menit. Sterilisasi dimulai dengan
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

ditekannya tombol “start”. Tahapan sterilisasi yang sedang berjalan dapat


ditunjukan oleh lampu indikator. Tahapp sterilisasi selesai ditandai dengan
nyala “complate” pada alarm dan lampu indikator. Kemudian tombol “stop”
ditekan dan tutup autoklaf dibuka untuk dikeluarkannya media. Pada autoklaf
juga terdapat mode pasteurisasi yaitu sterilisasi pada suhu 70oC selama 15
menit.
Selanjutnya adalah sterilisasi fisik (filtrasi). Pertama-tama alat dan bahan
diantaranya Bunsen, syiringe+needle, filter, tabung steril, dan media yang akan
disterilisasi disiapkan terlebih dahulu. Syringe dan needle di buka dalam
keadaan aseptis atau di buka di dekat nyala api Bunsen. Media diambil dengan
syiringe dalam keadaan aseptis juga (dekat dengan nyala api Bunsen).
Kemudian jarum dilepaskan dan diganti dengan syiringe filter (ukuran pori
flter 0.22 um). Setelah diganti, media kemudian di injeksikan pada tabung steril
secara aseptis dan tutup kembali tabung setelahnya. Dan media siap digunakan.
Adapun Teknik sterilisasi medium dengan menggunakan alkohol 70% dan
alkohol 96%. Alat dan bahan yang digunakan diantaranya agar NA padat,
cawan petri, alkohol 70%, alkohol 96%, dan batang oose. Pertama-tama agar
NA padat dibagi dan dimasukan ke dalam cawan petri dijadikan tiga bagian,
lalu diberi tanda alkohol 70%, tidak (-), dan alkohol 96%. Pada bagian tidak (-
) digesekkan oose yang sudah terinokulasi oleh mikroba . Pada bagian 70%
oose yang sudah terinokulasi mikroba dicelupkan ke dalam alkohol 70%
sebelum digesekkan ke dalam agar. Pada bagian 96% oose yang sudah
terinokulasimikroba dicelupkan ke dalam alkohol 96% sebelum digesekkan ke
dalam agar. Dibiarkan 24-48 jam dan amati pola pertumbuhan yang terjadi
Lalu Sterilisasi medium menggunakan antibiotik. Alat dan bahan yang
digunakan di antaranya media PDA, NA, dan antibiotik streptomycin. Plat
PDA dan NA yang telah ditambahkan antibiotik streptomycin dibuat. Lalu
plat PDA dan NA dibagi menjadi dua bagian. Kemudian bakteri ataupun
jamur di beri label ke masing-masing bagian tersebut. Ke bagian bakteri,
inokulasikan Staphylococcus aureus dengan metode gesek. Ke bagian jamur,
inokulasikan Rhizopus oligosporus. dengan metode gesek. Dibiarkan 24-48
jam dan amati pola pertumbuhan yang terjadi.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Kemudian selanjutnya adalah sterilisasi medium menggunakan antifungi.


Alat dan bahan yang digunakan diantaranya media NA, PDA, antifungi
nisatin. Pertama-tama plat NA dan PDA yang telah ditambahkan antifungi
nistatin dibuat. Kemudian plat NA dan PDA tersebut menjadi dua bagian. Lalu
bakteri ataupun jamur diberi label. Kemudian inokulasikan Staphylococcus
aurus pada bakteri dengan metode gesek dan inokulasikan Rhizopus
oligosporus pada jamur dengan metode gesek. Kemudian dibiarkan 24-48 jam
dan amati pola pertumbuhan yang terjadi
• Serial Dilution
Dalam metode ini, sejumlah material yang diketahui banyaknya (10 ml
atau 10 gram) dicampurkan dengan sejumlah air suling steril (90 ml untuk
mendapatkan larutan 100 ml) untuk mendapatkan suspensi mikroba.
Pengenceran bersambung 10-2, 10-3, 10-7, dan seterusnya dibuat dengan
memindahkan (dengan pipet) sejumlah volume terukur (umumnya 1 atau 10
ml) ke dalam air suling steril (9 atau 90 ml). Terakhir, 1 ml dari tiap-tiap
larutan yang telah diencerkan ditambahkan ke dalam cawan petri dimana
kemudian dituangkan 25 ml agar steril yang masih cair (45°C). (Koriston,
n.d.)
• Teknik Isolasi dan Purifikasi Mikroba
Yang pertama ada metode tuang. Langkah awal alat dan bahan yang
diantaranya ada Bunsen, pompapipet, 1 mL plastik pipet, sparker, cawan
petri, tape, vortex, alkohol 70% dan sampel pengenceran ditambah control
pepton. Pertama-tama beri label pada cawan peri yang akan digunakan
dengan dipilih satu cawan petri yang dijadikan sebagai kontrol yang hanya
diisi dengan agar dan untuk melihat sterilisasi agar setelah diinkubasi.
Kemudian tabung kontrol diputar dengan menggunakan vortex, lalu tutup
tabung dibuka secara aseptis (dekat dengan nyala api Bunsen) dan kontrol
pepton diambil sebanyak 1 ml. Tabung pun ditutup kembali setelahnya.
Setelah itu, tutup cawan petri dibuka tidak terlalu besar, cukup untuk ukuran
pipet dapat masuk untuk ditetesi control pepton yang telah diambil
sebelumnya. Pipet dipegang dengan posisi kemiringan 45o dengan ujung yang
tidak menyentuh permukaan cawan petri, dan setelah itu cawan petri kembali
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

ditutup. Lakukan hal yang sama pada cawan petri lainnya. Kemudian agar
cair dituangkan sedikit pada cawan petri lalu cawan petri diputar di atas meja
kerja perlahan. Tutup cawan petri sedikit dibuka untuk proses solidifikasi
yang lebih cepat. Setelah mulai berubah menjadi gel, cawan petri dibalik,
ditumpuk, dan direkatkan dengan tape beserta label yang sesuai. Cawan petri
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik
pada suhu dan durasi yang sesuai. Setelah digunakan, sampel dibuang ke
dalam beaker glass yang mengandung bleach. Setelah itu, meja kerja
didisinfeksi kembali.
Kedua adalah metode sebar (spread). Alat dan bahan yang digunakan
dalam metode ini diantaranya mikropipet, cawan petri, spreader, dan sampel
kultur bakteri. Langkah awal yang dilakukan adalah diberinya label yang
sesuai pada cawan petri. Lalu, ambil 1 m; dilution secara aseptis dengan
mikropipet dan diteteskan ke dalam cawan petri yang telah diberi label,
Kemudian, digunakan spreader yang telah disterilisasi dengan bagian
terpendek spreader yang dikenakan pada agar untuk penyebaran inoculum,
kemudian dirotasi. Seluruhnya dilakukan secara aseptis. Selanjtnya cawan
petri ditutup dan dimasukkan ke dalam incubator dengan posisi terbalik.
Koloni bakteri akan terlihat pada permukaan agar setelah diinkubasi selama
24 jam
Ketiga adalah metode gores yang dilakukan dengan dua acara yaitu
dengan batang steril dan loop steril. Langkah awal adalah pemberian label
pada cawan petri. Kemudian tiga garis digambarkan dan keempat kuadran
yang terbentuk diberi label pada bagian belakang cawan petri. Lalu, batang
steril diambil dan disentuhkan ke salah satu koloni dalam cawan petri. Setelah
itu, cawan petri yang telah diberi label dibalik dan batang dengan koloni
digesekkan ke bagian kuadran satu pada cawan petri. Batang steril yang baru
diambil, tanpa menyentuh bakteri lainnya, batang tersebut disentuhkan ke
bakteri pada kuadran satu dan digesekkan sampai kuadran dua. Hal yang sama
dilakukan pada kuadran tiga dan kuadran empat.
Sedangkan untuk metode gores menggunakan loop steril yang pertama
dilakukan adalah diambilnya satu koloni dari cawan petri dengan loop yang
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

telah disterilkan sebelumnya. Langkah selanjutnya sama hal nya dengan


metode gores batang steril. tetapi pada penggunaan pre-sterilized loop setiap
sebelum dilakukan penggoresan, loop disterilkan terlebih dahulu.
Penggunaan batang steril lebih boros karena harus diganti setiap sebelum
disentuhkan ke kuadran baru, sedangkan pada penggunaan loop steril, hanya
perlu disterilisasi.
• Teknik Kultivasi
Pertama-tama, alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu, diantaranya
mikropipet beserta tips-nya, Bunsen, alkohol 70%, spatula, batang oose bulat
dan lurus, media tumbuh+kultur mikroba (agar tegak, agar miring, plat agar).
Selanjutnya akan dikenalkan pada beberapa metode kultivasi. Metode
pertama yaitu metode gesek, yaitu dengan langkah awal memanaskan batang
oose, lalu dilakukan pencuplikan bakteri dengan batang oose terseebut
(batang oose sudah dipastikan dingin) secara aseptis. Cuplikan kemudian
diinokulasikan pada media agar dengan digoreskan secara zig-zag dimulai
dari bagian dasar tabung ke atas. Selanjutnya panaskan kembali batang oose
dan dicuplik kultur spora jamur dengan oose yang sudah dingin secara aseptis.
Cuplikan kemudian diinokulasikan pada media agar dengan digoreskan
secara zig-zag dimulai dari bagian dasar tabung ke atas.
Kedua ada metode tusuk yang dimulai dengan batang oose lurus
dipanaskan lalu dicuplik kultur spora jamur dengan oose yang sudah dingin
secara aseptis. Kemudian kultur diinokulasikan pada media agar tegak dengan
cara ditusuk hingga setengah media. Lalu, tutup kembali tabung media.
Ketiga ada metode tanam dengan langkah pertama dipanaskannya
spatula. Kemudian kultur jamur diambil hingga bagian agar (ukuran 0.5x0.5
cm) Setelah itu kultur diletakan pada bagian tengah media plat PDA secara
aseptis. Kemudian media diinkubasi selama 24-18 jam.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

VII. PERKIRAAN HASIL EKSPERIMEN


1) Perbedaan Komposisi Media Pertumbuhan Rhizopus oligosporus,
Serratia marcescens, Staphylococcus aureus, dan Penicillium sp
- Serratia marcescens dan Staphylococcus aureus: Media NA (Nutrient
Agar) dengan komposisi agar, akuades, dan ekstrak daging.
- Rhizopus oligosporus dan Penicillium sp: Media PDA dengan komposisi
kentang, dekstrosa, agar, dan akuades.
2) Fungsi dan Prinsip Dasar Sterilisasi Panas pada Autoklaf
- Fungsi: Sterilisasi alat laboratorium
- Prinsip: Penurunan dan peningkatan suhu yang diatur dengan control
waktu yang sama, semakin naik suhu maka mikroorganisme semakin
cepat mati.
3) Fungsi dan Prinsip Dasar dari Sterilisasi Fisik Menggunakan Teknik
Filtrasi
• Alkohol 70%
- Fungsi: membunuh bakteri
- Prinsip: menghancurkan jaringan lipid pada dinding sel
mengakibatkan sel jadi rapuh dan rusak yang akan menimbulkan
kematian
• Antibiotik
- Fungsi: membunuh bakteri
- Prinsip: menghancurkan struktur bakteri
• Antifungi
- Fungsi: membunuh jamur
- Prinsip dasar: menghancurkan struktur jamur
4) Perbedaan dan Fungsi dari Teknik-Teknik Isolasi dan Purifikasi
Mikroba
• Metode tuang
- Fungsi: Isolasi dan Purifikasi
- Prinsip: ditetesi control pepton
• Metode sebar
- Fungsi: Isolasi dan Purifikasi
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

- Prinsip: menggunakan alat spreader


• Metode gores
- Fungsi: Isolasi dan Purifikasi
- Prinsip: Digoresi media pada cawan petri
5) Perbedaan dan Fungsi dari Teknik-Teknik Kultivasi
• Metode gesek
- Fungsi: Kultivasi
- Prinsip: penambahan media dengan batang oose bulat
• Metode tusuk
- Fungsi: Kultivasi
- Prinsip: penambahan media dengan batang oose lurus
• Metode tanam
- Fungsi: Kultivasi jamur
- Prinsip: menggunakan media PDA
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Adryan, A., Widyastuti, R., & Djajakirana, G. (2017). Isolasi dan Identifikasi
Mikroba Tanah Pendegradasi Selulosa dan Pektin dari Rhizosfer Aquilaria
malaccensis. Buletin Tanah dan Lahan, 1(1), 58-64.
AntiMicrobe. (n.d). Nystatin. Antimicrobe.org.
http://www.antimicrobe.org/drugpopup/nystatin.htm
Arifah, A. A. (2019). Gula Pasir Sebagai Pengganti Dektrosa Pada Komposisi Pda
Untuk Efisiensi Biaya Praktikum Dan Penelitian Di Laboratorium
Fitopatologi. Jurnal Temapela, 2(1), 28-32.
BALINGTAN. (2020). Inokulasi dan Pembiakan Bakteri. BALINGTAN LITBANG
PERTANIAN WEB.
http://balingtan.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/729-inokulasi-
dan-pembiakan-bakteri
BASF. (2013). Safety Data Sheet Bacillus Subtilis. BASF.
https://agro.basf.ca/East/Products/Related_Files/HISTICK%20L%20NT%2
0-%20Bacillus%20subtilis%20Component%20-
%2030589584%20English.pdf. Diakses pada 2 Februari 2021.
BioinGentech. (2016). MSDS Penicillium sp. Real
Time.https://kitpcr.com/Files/RealTime/msds/Penicillium_spp._RealTime_
msds.pdf. Diakses pada 14 Februari 2021.
Biolabs. (2019). Safety Data Sheet Escherichia coli. Merck Milli Pore.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
103750?Origin=PDP. Diakses pada 8 Februari 2021.
Biological Industry. (2012). Material Safety Data Sheet Nystatin. Cellseco.
https://www.cellseco.com/wp-content/uploads/2018/02/Nystatin-MSDS.pdf.
Cayman Chemical. (2018). Safety Data Sheet Streptomycin (sulfate). Cayman Chem.
https://www.caymanchem.com/msdss/21211m.pdf.
Djajusman, S. K., Tedjosasongko, U., & Irmawati, I. (2014). Daya hambat xylitol dan
nistation terhadap pertumbuhan Candida albicans (in vitro) (Inhibition effect
of xylitol and nistatin combination on Candida albicans growth (in
vitro)). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 47(3), 164-167.
Dwidjoseputro, D. (2003). Dasar - Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Hidayat, Asep, dkk. (2018). Bioprospek Mikroba Hutan Tropis Indonesia. IPB Press.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. (1996). Mikrobiologi Kedokteran (Edisi
ke-20). EGC.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Leboffe, M. J., & Pierce, B. E. (2019). Microbiology: Laboratory Theory and


Application, Essentials. Morton Publishing Company.
Manus PS, Mc. (2000). Antibiotics for Plant Diseases Control: Silver Bullets or Rusty
Sabers.http://www.apsnet.org/publications/apsnetfeatures/Pages/Antibiotics
ForPlants. aspx.
Merck. (2017). Lembaran Data Keselamatan Bahan Menurut Peraturan (Ue) No.
1907/2006. Merckmillipore.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
105443?ReferrerURL=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F. Diakses
14 Februari 2021
Merck. (2018). Lembaran Data Keselamatan Bahan Menurut Peraturan (Ue).
Merckmillipore.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM103750
?Origin=PDP. Diakses pada 2 Februari 2021.
Merck. (2018). Lembaran Data Keselamatan Bahan Menurut Peraturan (Ue) No.
1907/2006. Merckmillipore.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
105450?ReferrerURL=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F. Diakses
14 Februari 2021
Miftachoran. (2018). Cara Membuat Potato Dextrose Agar (PDA). Miftachurrohman
web. https://miftachurohman.web.ugm.ac.id/cara-membuat-potato-dextrose-
agar-pda/.
Munandar,K. (2016). Pengenalan Laboratorium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung:
Refika Aditama.
Octavia, A., & Wantini, S. (2017). Perbandingan pertumbuhan jamur
Aspergillusflavus pada mediaPDA (Potato Dextrose Agar) dan media
alternatifdari singkong (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Analis
Kesehatan, 6(2), 626.
Pelczar, Michael J. dan Chan, E.C.S. (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas
Indonesia. UI-Press, Jakarta
Pusdik KP. (2018, 19 Desember). Bakteri Gram Positif Dan Bakteri Gram Negatif.
E-learning PUSDIK KP.
http://www.pusdik.kkp.go.id/elearning/index.php/modul/read/181219-
014108bakteri-c-gram-c-positif-c-dan-c-bakteri-c-gram-c-
negatif#:~:text=Bakteri%20Gram%20Positif%20mampu%20mempertahank
an,dan%20tidak%20rusak%20saat%20dicuci. Diakses pada 8 Februari 2021.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Qolby, Gina Sofia. (2015). Pemanfaatan Larutan Garam (Nacl) Terhadap Jumlah
Bakteri Pada Selada Bokor
(Lactuca Sativa Var. Crispa). Politeknik Kesehatan Bandung
Jurusan Analis Kesehatan.
Rosidah, U. (2016). Tepung Ampas Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Bakteri
Serratia marcescens. [Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang]. Hal
22-23. http://repository.unimus.ac.id/142/1/SKRIPSI%20FULLTEX.pdf.
Diakses pada 8 Februari 2021
Sainsbury, D. (2006). Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. Edisi ke-
3. John Wiley & Sons Ltd. UK
Scientific Device laboratory. (2012). Safety Data Sheet (SDS). Scientific Device
laboratory.
https://www.scientificdevice.com/wpcontent/uploads/2018/01/Serratia-
marcescens.pdf. Diakses pada 2 Februari 2020.
Shurtleff, W. Dan A. Aoyagi. (1979). The Book of Tempeh. New York: Harper and
Row Publisher.
Stockwell VO, Duffy B. (2012). Use Antibiotics in Plant Agricultural. Reff. Sci.
Tsch. Off. Int. Epiz, 31(1):199-210.
Susilowati, Ari. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi
Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS.
Biodiversitas. No. 1 Vol. 2 Januari 2001 Hal. 110-114.
Thohari, N. M., Pestariati, P., & Istanto, W. (2019). Pemanfaatan Tepung Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) Sebagai Media Alternatif Na (Nutrient Agar) Untuk
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Analis Kesehatan Sains, 8(2).
Todar K. (2002). Staphylococcus. UW Bacteriology. http ://www.bact.wisc.edu//Bact
330/lecturestaph. Diakses pada 8 Februari 2021.
Wachidah, I. (2016). Pemanfaatan Umbi Gadung Dan Umbi Uwi Sebagai Media
Alternatif Substitusi Nutrient Agar (Na) Untuk Pertumbuhan
Bakteri (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Wardani, R. Y. (2017). Pengaruh konsentrasi yeast hydrolysate enzimatic (yhe)
sebagai suplemen media kultur untuk pertumbuhan Lactobacillus
bulgaricus. UNESA Journal of Chemistry, 6(1).
Yusmaniar, W., & Khairun, N. (2017). Mikrobiologi Dan Parasitologi. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan, Jakarta.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048

Zapto Metrix. (2015). Safety Data Sheet (SDS). ZaptoMetrix.


https://www.zeptometrix.com/media/documents/SDS0801834DNA-
1UG.pdf
ZaptoMetrix. (2017). SDS Klebsiella aerogenes. ZaptoMetrix.
https://www.zeptometrix.com/media/documents/SDS0801518.pdf. Diakses
pada 2 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai