MIKROBIOLOGI KEHUTANAN
BW-3205
Oleh:
Melinda Anggraeni| 11518048
Kelompok 2
17 Februari 2021
Melinda Anggraeni-11518048
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048
I. LATAR BELAKANG
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik.
Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan
ilmu pendukung kimia, fisika dan biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu
praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang
sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel
mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan
mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan
dan pertanian. (Dwidjoseputro, 2003).
Di bidang lingkungan lainnya, mikrobiologi juga banyak digunakan dalam
bidang kehutanan, banyak sekali peranan mikroba terkait dengan dinamisasi
hutan. Dari Hidayat dkk. (2018) Mikroba hutan yang didominasi oleh fungi,
bakteri, dan khamir (yeast) hidup berlimpah di semua jaring-jaring makanan
di ekosistem hutan tropis. Disebutkan juga bahwa mikroba hutan merupakan
aset nasional yang penting yang harus terjaga dan termanfaatkan. Peruntukan
dan manfaat mikroba hutan ke depan diarahkan untuk membantu proses
restorasi hutan tropis, meremediasi, memulihkan dan merekonstruksi kembali
fungsi-fungsi hutan, menyediakan alternatif energi, menyediakan obat-obatan
untuk kesehatan manusia, dan alternatif jenisjenis pangan dari hutan.
II. TUJUAN
- Menentukan perbedaan komposisi media pertumbuhan untuk Rhizopus
oligosporus, Serratia marcescens, Staphylococcus aureus, dan
Penicillium sp
- Menentukan fungsi dan prinsip dasar dari sterilisasi panas menggunakan
autoklaf
- Menentukan fungsi dan prinsip dasar dari sterilisasi fisik menggunakan
teknik filtrasi
- Menentukan fungsi dan prinsip dasar dari sterilisasi kimia menggunakan
alkohol 70%, antibiotik, dan antifungi
- Menentukan perbedaan dan fungsi dari teknik-teknik isolasi dan purifikasi
mikroba
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048
III. HIPOTESIS
- Komposisi media pertumbuhan bakteri dengan media NA dan NB,
sedangkan jamur dngan media PDA.
- Sterilisasi panas menggunakan autoklaf berfungsi untuk membersihkan
alat dengan prinsip pemanasan
- Sterilisasi fisik berguna untuk filtrasi
- Sterilisasi kimia berguna untuk filtrasi dan pembunuhan mikroba
- Fungsi teknik-teknik isolasi dibedakan berdasarkan jenis alat yang
digunakan dalam isolasi dan purifikasi
- Fungsi teknik-teknik kultivasi dibedakan berdasarkan jenis alat dan edia
yang digunakan dalam kultivasi
-
IV. LITERATUR
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan
untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Nutrient Agar (NA)
merupakan media biakan yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Sedangkan Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sering
digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan yeast dan kapang
yang dibuat dari kentang dan agar (Wachidah, 2016). Menurut Laboffe dkk
(2010) Nutrient Broth (NB) termasuk ke dalam media umum yang digunakan
untuk menumbuhkan biakan secara general. NB diformulasikan dengan
sumber karbon dan nitrogen supaya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
bakteri. Komposisi NB terdiri dari beef extract sebagai sumber karbon dan
pepton sebagai sumber nitrogen.
Terdapat beberapa komponen pembentuk medium NA diantaranya
Pepton, NaCl, ekstrak daging, ekstrak yeast, dan agar. Pepton merupakan
protein yang diperoleh dari peruraian enzim hidrolitik seperti pepsin, tripsin,
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048
sakit serta tempattempat lain yang memproduksi produk steril. Waktu yang
diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada sifat bahan yang akan disterilkan,
tipe wadah dan volume bahan. Misal akan mensterilkan 1000 buah tabung
reaksi yang masingmasing berisi 10 ml medium cair membutuhkan waktu 10-
15 menit pada suhu 121 °C, sedangkan jumlah medium yang sama bila
ditempatkan dalam 10 wadah berukuran 1 liter akan membutuhkan waktu 20-
30 menit pada suhu yang sama untuk menjamin tercapainya sterilisasi.
(Pelczar dan Chan, 1986).
Gambar 1. Autoklaf
(Sumber: batavialab.com)
Streptomisin digunakan untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur pada buah-buahan tertentu, sayur-sayuran, bijibijian,
dan tanaman hias (Manus, 2000). Streptomisin bersifat bakterisid, bekerja
dengan mengikat secara irreversibel ribosom bakteri dan menghambat sintesa
protein (Stockwell dan Duffy, 2012). Pada kadar tinggi, streptomisin dapat
bersifat fitotoksik pada tanaman, oleh karena itu penggunaannya cukup pada
permukaan tanaman dan tidak diinjeksikan.
Nistatin merupakan antijamur yang dianjurkan untuk terapi oral
candidiasis. Nistatin efektif untuk jamur dan ragi namun tidak efektif pada
bakteri, protozoa dan virus (Djajusman dkk., 2014). Mode of action dari
Nistatin yaitu dapat menginduksi permeabilitas membran dengan membentuk
kompleks dengan ergosterol yang terletak di membran jamur, yang
menyebabkan kebocoran intraseluler dan kematian sel (Anti Microbe, n.d.).
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048
ditutup. Lakukan hal yang sama pada cawan petri lainnya. Kemudian agar
cair dituangkan sedikit pada cawan petri lalu cawan petri diputar di atas meja
kerja perlahan. Tutup cawan petri sedikit dibuka untuk proses solidifikasi
yang lebih cepat. Setelah mulai berubah menjadi gel, cawan petri dibalik,
ditumpuk, dan direkatkan dengan tape beserta label yang sesuai. Cawan petri
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik
pada suhu dan durasi yang sesuai. Setelah digunakan, sampel dibuang ke
dalam beaker glass yang mengandung bleach. Setelah itu, meja kerja
didisinfeksi kembali.
Kedua adalah metode sebar (spread). Alat dan bahan yang digunakan
dalam metode ini diantaranya mikropipet, cawan petri, spreader, dan sampel
kultur bakteri. Langkah awal yang dilakukan adalah diberinya label yang
sesuai pada cawan petri. Lalu, ambil 1 m; dilution secara aseptis dengan
mikropipet dan diteteskan ke dalam cawan petri yang telah diberi label,
Kemudian, digunakan spreader yang telah disterilisasi dengan bagian
terpendek spreader yang dikenakan pada agar untuk penyebaran inoculum,
kemudian dirotasi. Seluruhnya dilakukan secara aseptis. Selanjtnya cawan
petri ditutup dan dimasukkan ke dalam incubator dengan posisi terbalik.
Koloni bakteri akan terlihat pada permukaan agar setelah diinkubasi selama
24 jam
Ketiga adalah metode gores yang dilakukan dengan dua acara yaitu
dengan batang steril dan loop steril. Langkah awal adalah pemberian label
pada cawan petri. Kemudian tiga garis digambarkan dan keempat kuadran
yang terbentuk diberi label pada bagian belakang cawan petri. Lalu, batang
steril diambil dan disentuhkan ke salah satu koloni dalam cawan petri. Setelah
itu, cawan petri yang telah diberi label dibalik dan batang dengan koloni
digesekkan ke bagian kuadran satu pada cawan petri. Batang steril yang baru
diambil, tanpa menyentuh bakteri lainnya, batang tersebut disentuhkan ke
bakteri pada kuadran satu dan digesekkan sampai kuadran dua. Hal yang sama
dilakukan pada kuadran tiga dan kuadran empat.
Sedangkan untuk metode gores menggunakan loop steril yang pertama
dilakukan adalah diambilnya satu koloni dari cawan petri dengan loop yang
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048
Adryan, A., Widyastuti, R., & Djajakirana, G. (2017). Isolasi dan Identifikasi
Mikroba Tanah Pendegradasi Selulosa dan Pektin dari Rhizosfer Aquilaria
malaccensis. Buletin Tanah dan Lahan, 1(1), 58-64.
AntiMicrobe. (n.d). Nystatin. Antimicrobe.org.
http://www.antimicrobe.org/drugpopup/nystatin.htm
Arifah, A. A. (2019). Gula Pasir Sebagai Pengganti Dektrosa Pada Komposisi Pda
Untuk Efisiensi Biaya Praktikum Dan Penelitian Di Laboratorium
Fitopatologi. Jurnal Temapela, 2(1), 28-32.
BALINGTAN. (2020). Inokulasi dan Pembiakan Bakteri. BALINGTAN LITBANG
PERTANIAN WEB.
http://balingtan.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/berita/729-inokulasi-
dan-pembiakan-bakteri
BASF. (2013). Safety Data Sheet Bacillus Subtilis. BASF.
https://agro.basf.ca/East/Products/Related_Files/HISTICK%20L%20NT%2
0-%20Bacillus%20subtilis%20Component%20-
%2030589584%20English.pdf. Diakses pada 2 Februari 2021.
BioinGentech. (2016). MSDS Penicillium sp. Real
Time.https://kitpcr.com/Files/RealTime/msds/Penicillium_spp._RealTime_
msds.pdf. Diakses pada 14 Februari 2021.
Biolabs. (2019). Safety Data Sheet Escherichia coli. Merck Milli Pore.
https://www.merckmillipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-
103750?Origin=PDP. Diakses pada 8 Februari 2021.
Biological Industry. (2012). Material Safety Data Sheet Nystatin. Cellseco.
https://www.cellseco.com/wp-content/uploads/2018/02/Nystatin-MSDS.pdf.
Cayman Chemical. (2018). Safety Data Sheet Streptomycin (sulfate). Cayman Chem.
https://www.caymanchem.com/msdss/21211m.pdf.
Djajusman, S. K., Tedjosasongko, U., & Irmawati, I. (2014). Daya hambat xylitol dan
nistation terhadap pertumbuhan Candida albicans (in vitro) (Inhibition effect
of xylitol and nistatin combination on Candida albicans growth (in
vitro)). Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 47(3), 164-167.
Dwidjoseputro, D. (2003). Dasar - Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Hidayat, Asep, dkk. (2018). Bioprospek Mikroba Hutan Tropis Indonesia. IPB Press.
Jawetz, E., Melnick, J. L., Adelberg, E. A. (1996). Mikrobiologi Kedokteran (Edisi
ke-20). EGC.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048
Qolby, Gina Sofia. (2015). Pemanfaatan Larutan Garam (Nacl) Terhadap Jumlah
Bakteri Pada Selada Bokor
(Lactuca Sativa Var. Crispa). Politeknik Kesehatan Bandung
Jurusan Analis Kesehatan.
Rosidah, U. (2016). Tepung Ampas Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Bakteri
Serratia marcescens. [Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang]. Hal
22-23. http://repository.unimus.ac.id/142/1/SKRIPSI%20FULLTEX.pdf.
Diakses pada 8 Februari 2021
Sainsbury, D. (2006). Dictionary of Microbiology and Molecular Biology. Edisi ke-
3. John Wiley & Sons Ltd. UK
Scientific Device laboratory. (2012). Safety Data Sheet (SDS). Scientific Device
laboratory.
https://www.scientificdevice.com/wpcontent/uploads/2018/01/Serratia-
marcescens.pdf. Diakses pada 2 Februari 2020.
Shurtleff, W. Dan A. Aoyagi. (1979). The Book of Tempeh. New York: Harper and
Row Publisher.
Stockwell VO, Duffy B. (2012). Use Antibiotics in Plant Agricultural. Reff. Sci.
Tsch. Off. Int. Epiz, 31(1):199-210.
Susilowati, Ari. 2001. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme Sumber Kontaminasi
Kultur In vitro di Sub-Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS.
Biodiversitas. No. 1 Vol. 2 Januari 2001 Hal. 110-114.
Thohari, N. M., Pestariati, P., & Istanto, W. (2019). Pemanfaatan Tepung Kacang
Hijau (Vigna radiata L.) Sebagai Media Alternatif Na (Nutrient Agar) Untuk
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Analis Kesehatan Sains, 8(2).
Todar K. (2002). Staphylococcus. UW Bacteriology. http ://www.bact.wisc.edu//Bact
330/lecturestaph. Diakses pada 8 Februari 2021.
Wachidah, I. (2016). Pemanfaatan Umbi Gadung Dan Umbi Uwi Sebagai Media
Alternatif Substitusi Nutrient Agar (Na) Untuk Pertumbuhan
Bakteri (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Wardani, R. Y. (2017). Pengaruh konsentrasi yeast hydrolysate enzimatic (yhe)
sebagai suplemen media kultur untuk pertumbuhan Lactobacillus
bulgaricus. UNESA Journal of Chemistry, 6(1).
Yusmaniar, W., & Khairun, N. (2017). Mikrobiologi Dan Parasitologi. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan, Jakarta.
MODUL1-MELINDA ANGGRAENI-11518048