Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat banyak perlakuan pengujian didalam produk pangan. Karena hal
tersebut sangatlah penting untuk menilai apakah produk pangan tersebut layak
atau tidaknya untuk di pasarkan. Selain ada uji fisik, uji kimia, uji organoleptik,
terdapat juga uji mikrobiologi. Sebelum membahas lebih Panjang tentang uji
mikrobiologi sebaiknya diketauhi terlebih dahulu secara umum pengertiannya.
Mikrobiologi sendiri dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari organisme
yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
melainkan harus menggunakan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat kecil
ini disebut sebagai mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad
renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas pada berbagai bidang ilmu
pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan hidup, bidang
pangan, bahkan bidang antariksa.
Uji mikrobiologi merupakan salah satu jenis uji yang penting, karena selain
dapat menduga daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai
indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Parameter yang
digunakan dalam uji mikrobiologi yaitu total plate count (TPC). Oleh karena itu,
selalu dilakukan pengujian-pengujian terhadap produk pangan supaya
memperoleh ketersediaan pangan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya
yang terus diupayakan oleh pemerintah antara lain melalui program ketahanan
pangan. Dari hal tersebut diharapkan masyarakat dapat memperoleh pangan yang
cukup, aman, bergizi, sehat, dan halal untuk dikonsumsi. Keamanan diartikan
sebagai keadaan yang bebas dari bahaya cedera atau kerusakan ataupun
kontaminasi pada pemakaiannya.
1.2 Tujuan
Terdapat beberapa tujuan dalam praktikum materi uji mikrobiologi pada
produk pangan. Tujuan utamanya adalah supaya praktikan dapat memahami
bagaimana prosedur uji mikrobiologi pada produk pangan contohnya selai stroberi.
Selain itu juga supaya praktikan mengetahui perbedaan serta tujuan dari sterilisasi
basah dan kering. Lalu supaya praktikan mengetahui cara dan fungsi dari alat-alat
serta bahan yang dipakai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi termasuk dalam pengujian yang penting dilakukan pada
produk pangan. Hal itu karena dengan dilakukannya uji ini kita dapat mengetahui
mutu dan keamanan dari produk. Dengan kita mengetahui hal tersebut, kita dapat
mencegah dan terhindar dari terjadinya keracunan pada makanan yang telah
terkontaminasi. Kontaminasi dapat berasal dari bakteri patogen (Mailoa dkk.,
2019).
Contamination from pathogenic bacteria or can be called food borne
disease (FBD) is caused by microbes entering the body with food. Microbiological
tests such as quantitative tests are useful for determining the quality and durability
of a food. In addition, in quantitative tests to determine factors such as the state of
the organism and matrix properties such as particle size, acidity, fat content, and
the presence of solutes. While the indicator bacteria test to determine the level of
food sanitation (Steghöfer et al., 2020).
Kontaminasi dari bakteri patogen atau dapat disebut dengan food borne
disease (FBD) disebabkan karena mikroba masuk kedalam tubuh bersama
makanan. Pengujian mikrobiologi seperti uji kuantitatif berguna untuk menentukan
mutu dan daya tahan suatu makanan. Selain itu dalam uji kuantitatif untuk
mengetahui faktor seperti keadaan organisme dan sifat matriks seperti ukuran
partikel, keasaman, kandungan lemak, dan keberadaan zat terlarut. Sedangkan uji
bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Steghöfer
et al., 2020).
2.2 Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan untuk
membunuh dan menghancurkan mikroorganisme. Penghancuran mikroorganisme
harus sampai ke spora-sporanya, supaya alat atau bahan makanan benar-benar
aman dari mikroorganisme. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara memanaskan
instrumen atau bahan pangan sampai pada temperature 121oC, selama kurang
lebih 15 menit. Alat yang umum digunakan untuk sterilisasi adalah autoklaf
(Hendrawati dan Utomo, 2017).
Terdapat macam-macam cara sterilisasi yang masing-masing tergantung
dengan kebutuhannya. Cara sterilisasinya juga tergantung dengan macam sifat
dan bahan yang akan disterilisasi seperti ketahanan terhadap panasnya atau
bentuk media yang dipakainya. Jenis-jenis sterilisasi ada secara fisika, kimiawi,
dan mekanik (Suprapti dkk., 2020).
2.2.1 Sterilisasi Basah
Sterilisasi basah dapat disebut juga dengan sterilisasi dengan uap air
panas bertekanan. Sterilisasi menggunakan cara ini adalah sterilisasi yang paling
baik dibandingkan dengan cara lain. Hal itu karena adanya tekanan yang dapat
mempermudah terjadinya penetrasi uap ke dalam sel-sel mikroorganisme. Alat
yang digunakan dalam sterilisasi basah ini terdiri dari bejana yang tahan terhadap
tekanan tinggi, juga dilengkapi dengan thermometer, manometer, serta klep
pengaman (Suprapti dkk., 2020).
Contoh instrumen atau alat yang digunakan dalam sterilisasi basah adalah
autoklaf. Dengan cara penggunaan autoklaf yang dipanaskan pada suhu 121oC
selama kurang lebih 15 sampai 20 menit. Uap air dengan autoklaf ini apat
bertekanan antara 1-2 atm. Dengan melakukan car aini dapat membunuh dan
menghancurkan mikroorganisme dan spora (Atmawati dkk., 2017).
2.2.2 Sterilisasi Kering
Sterilisasi kering dapat disebut juga dengan sterlisasi dengan udara panas.
Sterilisasi kering ini mengunakan udara yang panas atau dengan suhu yang tinggi
sehingga terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme yang kemudian berlanjut
sampai proses oksidasi. Sterilisasi ini menghasilkan kondisi yang bebas cvirogen,
steril, dan bebas partikulat. Sterilisasi ini cocok untuk pensterilan peralatan yang
terbuat dari kaca atau alat gelas (Suprapti dkk., 2020).
Untuk sterilisasi kering ini dapat menggunakan lampu bunsen atau dengan
menggunakan oven. Proses sterilisasi ini melalui mekanisme konduksi panas.
Panas yang terbentuk akan diabsorbsi oleh permukaan luar dari alat yang
disterilkan, kemudian merambat ke bagian dalam permukaan sampai akhirnya
suhu sterilisasi tercapai. Bahan dari kapas, kayu, kain, maupun kertas juga dapat
disterilkan dengan metode ini tapi memiliki batas tertentu (Atmawati dkk., 2017).
2.3 Teknik Isolasi Mikroba
Teknik isolasi mikroba sendiri dapat diartikan sebagai upaya untuk
menumbuhkan mikroorganisme di luar lingkungan tumbuhnya. Pemisahan
mikroba di luar lingkungan bertujuan untuk memperoleh kultur mikroba yang tidak
lagi bercampur dengan mikroba lain yang disebut kultur murni. Sedangkan
identifikasi mikroba berguna untuk mengetahui sifat-sifat morfologi, biokimia, serta
molekuler dari bakteri. Pentingnya mengisolasi mikroba dari lingkungan, seperti
makanan (substrat padat), minuman (substrat cair), dan bahkan diri sendiri karena
banyaknya mikroba yang sulit diamati atau dibedakan secara langsung
menggunakan panca indera (Putri dan Endang, 2018).
Terdapat macam-macam cara atau teknik untuk melakukan isolasi
mikroba. Seperti teknik goresan dan sebaran yang digunakan untuk bankteri yang
dimasukkan kedalam cawan petri yang telah berisi agar bercampur nutrisi. Lalu
ada teknik penuangan dengan metode pengamatan kualitatif dan kuantitatif.
Kemudian teknik medium yang diperkaya dengan cara medium di tambahkan
dengan bahan atau senyawa tertentu untuk menumbuhkan bakteri tertentu.
Terakhir teknik pengenceran berseri yang dilakukan jika mikroorganisme dalam
kultur campuran jumlahnya besar sehingga sulit diamati (Wignyanto dan Hidayat,
2017).
2.4 Uji TPC (Total Plate Count)
Pengujian dengan metode TPC (Total Plate Count) adalah salah satu
pengujian yang sering digunakan untuk menguji produk hasil pertanian atau
pangan. Metode TPC ini berguna untuk menghitung jumlah mikroba yang ada
pada sampel makanan ataupun hasil pertanian. Metode TPC ini dapat dibedakan
menjadi du acara, yaitu metode permukaan dan metode tuang. Jumlah dari
mikroba harus dibatasi pada produk pangan ataupun hasil pertanian disesuaikan
dengan standar-standar yang sudah ditetapkan (Wati, 2018).
The working principle of TPC analysis is the calculation of the number of
bacterial colonies present in the sample by dilution as needed and carried out in
duplicate. The principle of the total plate count (TPC) method is to grow live
microbial cells on agar media. This is so that microbes can multiply and form
colonies. So that observations can be made by direct observation and calculated
by eye without using a microscope (Mailoa et al., 2017).
Prinsip kerja analisis TPC adalah perhitungan jumlah koloni bakteri yang
ada pada sampel dengan pengenceran sesuai kebutuhan dan dilakukan duplo.
Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah
menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada media agar. Hal itu supaya
mikroba dapat berkembang biak dan membentuk koloni. Sehingga dapat dilakukan
pengamatan dengan dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop (Mailoa et al., 2017).
2.5 Larutan Peptone
Pepton sendiri adalah bentuk hidrolisat protein yang banyak digunakan
menjadi salah satu komponen nutrisi dalam media tumbuh mikroorganisme. Dalam
media pertumbuhan pepton memiliki fungsi sebagai sumber nitrogen untuk
mikroba. Penggunaan pepton sendiri sangat luas dari skala laboratorium
mikrobiologi sampai industri yang berbasis bioteknologi. Produksi pepton dapat
dilakukan dengan cara hidrolisis enzimatis menggunakan enzim proteolitik
(Pantaya et al., 2017).
Pepton adalah produk dari hidrolisat protein yang larut air. Sehingga tidak
mengalami koagulasi jika dipanaskan. Enzim proteolitik yang digunakan dalam
pembuatan hidrolisis protein adalah berupa enzim papain. Pepton memiliki sifat
mudah berikatan dengan air saat terkena udara (Ningsih et al., 2018).
2.6 Colony Counter
Colony Counter is a tool used to count bacterial colonies. In this tool, the
image are changed to a grayscale image and the Otsu threshold applied to obtain
a segmented binary image. It segmented binary image separates the foreground
from the background (Jagga and Singh, 2018).
Colony counter merupakan alat yang digunakan untuk menghitung koloni
bakteri. Dalam alat ini, gambar diubah menjadi gambar skala abu-abu dan ambang
batas Otsuditerapkan untuk mendapatkan citra biner tersegmentasi. Ini gambar
biner tersegmentasi memisahkan latar depan dari latar belakang (Jagga dan
Singh, 2018).
Perhitungan jumlah dari koloni dapat dilakukan dengan bantuan alat atau
5nalisa55t yaitu colony counter. Hal itu dapat mempermudah dalam perhitungan
koloni mengingat jumlah koloni bisa mencapai 300 lebih koloni. Colony counter
bekerja dengan memanfaatka lup atau sebagai kaca pembesar untuk melihat
koloni bakteri yang ada pada cawan petri. Umumnya alat ini masih bersifat manual,
sehingga hanya mengandalkan daya ingat dari petugas laboratorium (Lizayana et
al., 2017).
2.7 Perhitungan Uji TPC
TPC atau Total Plate Count digunakan dengan tujuan untuk menghitung
jumlah koloni dari mikroorganisme yang ada didalam suatu bahan. Perhitungan
tersebut dilakukan dengan cara menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih
hidup pada media agar supaya mikroorganisme tersebut berkembang biak.
Setelah berkembang biak maka akan membentuk satu koloni Sehingga jumlah
koloni dapat dianggap setara dengan jumlah sel (Prasetya, 2019).
Koloni yang dihitung harus memenuhi standar sekitar 30-300 koloni.
Jumlah dari koloni dapat dinyatakan dengan CFU/ml. Jumlah sel mikroba per ml
dapat dihitiung dengan rumus: Jumlah sel per ml (CFU/ml) = jumlah koloni x faktor
eceran. Atau dapat juga secara:
𝑲𝒐𝒍𝒐𝒏𝒊 𝑰 𝒈𝒓 = ∑𝐤𝐨𝐥𝐨𝐧𝐢 𝐩𝐞𝐫 𝐜𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐱 𝟏 𝐟𝐚𝐤𝐭𝐨𝐫 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐞𝐧𝐜𝐞𝐫𝐚𝐧
(Soestyaningsih dan Azizah, 2020).
2.8 Aplikasi Uji Mikrobiologi di Bidang Agroindustri
Tentunya pengaplikasian dari uji mikrobiologi terdapat banyak pada bidang
industri. Salah satu contohnya adalah penggunaan colony counter pada
perhitungan bakteri pada daging sapi. Pada proses nya digunakan metode hitung
cawan. Pada pengujian sampel daging diberlakukan berdasarkan uji TPC dengan
metode pour plate, spread plate, dan drop plate (Soestyaningsih dan Azizah,
2020).
Selain itu adalah uji mikrobiologi dalam proses sterilisasi. Studi kasus pada
susu segar di Kabupaten Boyolali. Untuk mendapatkan kualitas susu segar yang
sesuai, dilakukan optimasi suhu dan waktu sterilisasi. Proses sterilisasi dilakukan
dengan autoklaf. Selain itu juga dilakukan 6nalisa TPC pada waktu penyimpanan
(Hendrawati dan Utomo, 2017).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum ini, alat-alat yang digunakan yaitu timbangan analitik,
spatula, pipet tetes, botol pengencer, gelas arloji, jarum ose, tabung reaksi, cawan
petri, autoklaf, colony counter, inkubator, dan labu ukur. Sedangkan bahan-bahan
yang digunakan yaitu yoghurt blueberry, aquades, kertas label, alcohol 70%, tisu,
pepton 10 gram, natrium klorida 5 gram, disodium hydrogen fosfat 3,5 gram, kalium
dihydrogen fosfat 1,5 gram, pancreatic digest of caseine 5 gram, yeast extract 2,5
gram, dan agar 15 gram.
3.2 Diagram Alir
3.2.1 Pembuatan Larutan Pengencer

Buffered peptone
water 5,1 gr

100 ml aquades

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Aduk hingga homogen

Tutup erlenmeyer dengan kapas dan kertas coklat, lalu


masukkan ke dalam plastik

Masukkan ke dalam autoclave suhu 1210 C selama 15 menit


untuk sterilisasi

Hasil
3.2.2 Pembuatan Media Agar

MRS Agar
20,46 gr

300 ml aquades

Dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Aduk hingga homogen dengan dipanaskan menggunakan


kompor pemanas

Tutup erlenmeyer dengan kapas dan kertas coklat, lalu


masukkan ke dalam plastik

Masukkan ke dalam autoclave suhu 1210 C selama 15 menit


untuk sterilisasi

Hasil
3.2.3 Isolasi Mikroba

Yoghurt
Larutan
buffered
peptone water
9 ml
Diambil 1 gr sampel masukkan ke dalam tabung reaksi

Larutan Homogenkan menggunakan vortex


buffered
peptone water
9 ml Ambil 1 ml larutan pengenceran 10-1 tadi
dan masukkan ke dalam tabung reaksi
untuk mendapatkan pengenceran 10-2

Homogenkan menggunakan vortex

Lakukan pengulangan untuk mendapatkan


pengenceran 10-3 s.d 10-9

Inokulasi 1 ml suspensi dari setiap seri


pengenceran pada cawan petri kosong

Tuang media MRS Agar sebanyak 15 ml ke cawan petri

Aduk media dengan sampel dengan cara


memutar cawan petri mengikuti pola angka 8

Inkubasi sampel pada suhu 370 C selama 1 hari

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Uji TPC
Untuk mendapatkan hasil uji TPC maka perlu dilakukan beberapa prosedur
seperti pembuatan larutan pengencer, pembuatan media agar, dan isolasi
mikroba. Dalam pembuatan larutan pengencer pertama sebanyak 5,1 gram
buffered peptone water dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dicampur dengan
100 ml aquades dan aduk hingga homogen, setelah itu tutup erlenmeyer dengan
kapas dan kertas coklat dan masukkan ke dalam plastik, lalu masukkan ke dalam
autoclave suhu 1210 C selama 15 menit untuk sterilisasi. Dalam pembuatan media
agar pertama sebanyak 20,46 gram MRS Agar dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dan dicampur dengan 300 ml aquades dan aduk hingga homogen dengan
dipanaskan menggunakan kompor pemanas, kemudian masukkan erlenmeyer
dengan kapas dan kertas coklat lalu masukkan ke dalam plastik, setelah itu
masukkan ke dalam autoclave suhu 1210 C selama 15 menit untuk sterilisasi. Pada
proses isolasi mikroba pertama 1 gram sampel yoghurt dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan dicampur dengan larutan buffered peptone water 9 ml dan
dihomogenkan menggunakan vortex, setelah itu ambil 1 ml larutan pengenceran
10-1 tadi dan masukkan ke dalam tabung reaksi untuk mendapatkan pengenceran
10-2 lalu dicampur dengan larutan buffered peptone water 9 ml dan dihomogenkan
menggunakan vortex, lakukan pengulangan untuk mendapatkan pengenceran 10-
7
dan 10-9, kemudian inokulasi 1 ml suspensi dari setiap seri pengenceran pada
cawan petri kosong dan tuang media MRS Agar sebanyak 15 ml ke cawan petri,
setelah itu aduk media dengan sampel dengan cara memutar cawan petri
mengikuti pola angka 8, terakhir sampel pada suhu 370 C selama 1 hari. Setelah
semua tahapan proses dilakukan maka koloni akan tumbuh pada media agar
sehingga dapat dilakukan perhitungan TPC dengan memanfaatkan alat colony
counter.
Didapatkan data hasil praktikum untuk perhitungan jumlah sel mikroba
dengan metode perhitungan TPC menggunakan rumus: (rata-rata koloni cawan 1
x 1/faktor pengenceran) + (rata-rata koloni cawan 2 x 1/faktor pengenceran). Pada
pengenceran 10-7, cawan 1 memiliki rata-rata 40,5 koloni, sedangkan cawan 2
memiliki rata-rata 120 koloni sehingga didapatkan hasil 160,5 × 107 cfu/gram. Pada
pengenceran 10-9, cawan 1 memiliki rata-rata 220 koloni, sedangkan cawan 2
memiliki rata-rata 261 koloni sehingga didapatkan hasil 481 × 109 cfu/gram.
Setiap produk memiliki standar yang berbeda-beda dalam perhitungan total
mikroba. Standar untuk produk yoghurt mengacu pada aturan SNI 2981:2009 yaitu
jumlah total mikroba yang sesuai sebesar 1 × 107 cfu/gram. Hal tersebut bertujuan
untuk memastikan kualitas serta mutu dari produk yoghurt sehingga saat
dikonsumsi tidak menimbulkan hal yang berbahaya (Artini et al., 2017).

4.1 Hasil Mikroorganisme


Metode TPC merupakan metode untuk menunjukkan jumlah mikroba yang
terdapat dalam suatu produk dengan cara menghitung koloni bakteri yang
ditumbuhkan pada media agar. Pada yoghurt terdapat bakteri asam laktat yaitu
Lactobacillus bulgaricus, sedangkan terdapat mikroorganisme tak dikenal yang
menjadi kontaminan. Kontaminasi dapat terjadi karena dalam proses penuangan
MRS Agar ke dalam cawan petri kemungkinan mikroorganisme lainnya ikut masuk.
Menurut Agustine et al (2018), bakteri asam laktat (BAL) yang umumnya
terdapat pada yoghurt yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophilus. Kedua bakteri tersebut biasa digunakan sebagai starter dalam
proses fermentasi. Sedangkan mikroorganisme yang menjadi kontaminan
umumnya yaitu Rotifera.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tujuan utama dari praktikum ini yaitu supaya praktikan dapat memahami
bagaimana prosedur uji mikrobiologi pada produk pangan contohnya selai stroberi.
Selain itu juga supaya praktikan mengetahui perbedaan serta tujuan dari sterilisasi
basah dan kering, selain itu juga agar praktikan mengetahui cara dan fungsi dari
alat-alat serta bahan yang dipakai. Pada praktikum ini, alat-alat yang digunakan
yaitu timbangan analitik, spatula, pipet tetes, botol pengencer, gelas arloji, jarum
ose, tabung reaksi, cawan petri, autoklaf, colony counter, ncubator, dan labu
ukur. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu yoghurt blueberry, aquades,
kertas label, alcohol 70%, tisu, pepton 10 gram, natrium klorida 5 gram, disodium
hydrogen fosfat 3,5 gram, kalium dihydrogen fosfat 1,5 gram, pancreatic digest of
caseine 5 gram, yeast extract 2,5 gram, dan agar 15 gram.
Perhitungan uji TPC merupakan perhitungan yang bertujuan untuk
menghitung jumlah koloni dari mikroorganisme yang ada didalam suatu bahan..
Untuk mendapatkan hasil uji TPC maka perlu dilakukan beberapa prosedur seperti
pembuatan larutan pengencer, pembuatan media agar, dan isolasi mikroba. Hasil
yang didapatkan yaitu pada pengenceran 10-7, cawan 1 memiliki rata-rata 40,5
koloni, sedangkan cawan 2 memiliki rata-rata 120 koloni sehingga didapatkan hasil
160,5 × 107 cfu/gram. Pada pengenceran 10-9, cawan 1 memiliki rata-rata 220
koloni, sedangkan cawan 2 memiliki rata-rata 261 koloni sehingga didapatkan hasil
481 × 109 cfu/gram. Standar untuk produk yoghurt mengacu pada aturan SNI
2981:2009 yaitu jumlah total mikroba yang sesuai sebesar 1 × 107 cfu/gram. Pada
yoghurt terdapat bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus bulgaricus, sedangkan
terdapat mikroorganisme tak dikenal yang menjadi kontaminan.

5.2 Saran
Praktikum telah berjalan baik dengan penyampaian materi secara lengkap.
Kedepannya diharapkan dalam praktikum materi ini praktikan dapat melakukan
percobaan sendiri dalam pembuatan larutan pengencer, media agar, dan isolasi
mikroba. Hal tersebut agar praktikan dapat memahami langkah-langkah dalam uji
TPC.
DAFTAR PUSTAKA
Atmawati TU, Faisal MA, dan Rahmiati. 2017. Pola kepekaan isolat bakteri aerob
pada konjungtivitas terhadap antibiotik terpilih di Poliklinik Mata RSUD Ulin
Bajarmasin. Berkala Kedokteran 13(1): 15-22.
Hendrawati TY dan Utomo S. 2017. Optimasi suhu dan waktu sterilisasi pada
kualitas susu segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknologi 9(2): 97-102.
Lizayana, Mudatsir, dan Iswadi. 2016. Densitas bakteri pada limbah cair pasar
tradisional. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi 1(1): 95-106.
Mailoa MN, Alfonsina MT, and Matrutty TEAA. 2017. Analysis total plate count
(TPC) on fresh steak tuna applications edible coating Caulerpa sp. during
stored at chilling temperature. IOP Conf. Series: Earth and Environmental
Science 89(1): 1-6.
Mailoa MN, Edir L, Dessyre MN, dan Pavita IH. 2019. Karakteristik mikrobiologi
dan kimiawi ikan tuna asap. JPHPI 22(1): 89-99 Ningsih R, Sudarno, dan
Agustono. 2018. Pengaruh Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap
Karakteristik Pepton Ikan Kakap (lutjanus sp.). AGROINTEK 12(1): 55-60.
Pantaya D, Dicky P, Merry MDU, Suci W, dan Anang F. 2016. Optimasi produksi
pepton dari bungkil kedelai untuk media produksi yeast. Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat 85-88.
Prasetya YA. 2019. Bakteriologi I: Penuntun Praktikum Teknologi Laboratorium
Medik. CV. Penerbit Qiara Media, Pasuruan
Putri ALO dan Endang K. 2018. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari
pangan fermentasi berbasis ikan (inasua) yang diperjualbelikan di Maluku-
Indonesia. Jurnal Biologi Tropika 1(2): 6-12.
Soesetyaningsih E dan Azizah. 2020. Akurasi perhitungan bakteri pada daging
sapi menggunakan metode hitung cawan. Berkala Sainstek 8(3): 75-79.
Steghöfer S, Limburn R, dan Margas E. 2020. Microbiological assessment of heat
treatment of broiler mash at laboratory scale to evaluate Salmonella
reduction during feed conditioning. Journal of Applied Poultry Research
30(1): 1-16.
Suprapti L, Anis H, Agnes DBS, Heri S, Titik I, dan Handayani W. 2020. Pedoman
Pembuatan Media dan Reagensia Racik. Deepublish, Yogyakarta
Wati RY. 2018. Pengaruh pemanasan media Plate Count Agar (PCA) berulang
terhadap uji Total Plate Count (TPC) di laboratorium mikrobiologi Teknologi
Hasil Pertanian Unand. Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan
Laboratorium 1(2): 44-47
Wignyanto dan Hidayat N. 2017. Bioindustri. UB Press, Malang
DAFTAR PUSTAKAN TAMBAHAN
Agustine L, Okfriyanti Y, dan Jumiyati. 2018. Identifikasi total bakteri asam laktat
(BAL) pada yoghurt dengan variasi sukrosa dan susu skim. Jurnal Dunia
Gizi 1(2): 79-83
Artini NPR, Manuaba IBP, dan Wirajana IN. 2017. Variasi konsentrasi buah asam
dan susu skim terhadap kualitas yoghurt kunir asam. Cakra Kimia 3(2): 63-
74

Anda mungkin juga menyukai