Anda di halaman 1dari 25

Kamis, 21 April 2022

Laporan Praktikum Biokimia

STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA


SERTA PEREMAJAAN BAKTERI

YENI NOVITA SARI

H031201065

KELOMPOK II

LABORATORIUM BIOKIMIA
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Laporan Praktikum Biokimia

STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA


SERTA PEREMAJAAN BAKTERI

Disusun dan diajukan oleh:

YENI NOVITA SARI

H031201065

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 06 Juni 2022

Asisten Praktikan

M. ILHAM ADI PUTRA YENI NOVITA SARI


NIM. H031181506 NIM. H031201065
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi dan memerlukan

ilmu pendukung kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi merupakan ilmu yang

mempelajari tentang mikroba, jasad renik. Dalam mikrobiologi diberikan

pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di

alam, struktur sel mikroba dan fungsi tiap bagian sel, metabolisme mikroba secara

umum, dan terapan mikrobiologi di berbagai bidang. Definisi mikroba adalah

sebagai ilmu yang mempelajari tentang organisme mikroskopis. Ukuran mikroba

biasanya dinyatakan dalam mikron (µ), dimana 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel

mikroba pada umumnya dapat dilihat dengan bantuan alat pembesar atau

mikroskop, namun ada juga mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat

tanpa alat pembesar (Fifendy, 2017).

Mikroorganisme dapat dikendalikan, yaitu dibasmi, dihambat atau

dihilangkan dari suatu lingkungan, dengan menggunakan berbagai proses atau

sarana fisik. Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup.

Jenis organisme hidup tersebut yaitu mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri,

mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Sterilisasi didesain untuk

membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Hal tersebut biasanya dilakukan

dengan pemanasan atau penyaringan tetapi bahan kimia atau radiasi juga dapat

digunakan (Putri dkk., 2017). Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk

mengetahui sterilisasi bahan dengan menggunakan autoklaf, pembuatan media NA

(Nutrient Agar), dan peremajaan bakteri menggunakan metode gores.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam percobaan ini adalah:

1. bagaimana cara sterilisasi alat dan bahan?

2. bagaimana cara pembuatan nutrient agar?

3. bagaimana cara peremajaan bakteri Vibrio sp.?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami cara

sterilisasi dan pembuatan media nutrient agar.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dalam percobaan ini adalah:

1. mengetahui cara sterilisasi alat.

2. mengetahui cara pembuatan media nutrient agar.

3. mengetahui cara peremajaan bakteri Vibrio sp.

1.4 Prinsip Percobaan

1.4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Prinsip dalam percobaaan ini adalah mengetahui sterilisasi alat dengan

menggunakan autoklaf pada suhu 121 ℃ dan tekanan 2 atm selama 15 menit.

1.4.2 Pembuatan Media Nutrient Agar

Prinsip dalam percobaan ini adalah mengetahui pembuatan media nutrient

agar dengan cara pelarutan dan pemanasan, kemudian penuangan dalam

cawan petri dan tabung reaksi (media miring).


1.4.3 Peremajaan Bakteri

Prinsip pada percobaan ini adalah mengetahui peremajaan bakteri dengan

cara penggoresan bakteri dengan mengambil bakteri menggunakan jarum ose

secara zig-zag dan diinkubasi selama 1 hari.

1.5 Manfaat Percobaan

Manfaat dalam percobaan sterilisasi dan pembuatan media yaitu untuk

mengetahui cara sterilisasi alat dan bahan menggunakan autoklaf (121 ℃, 2 atm,

15 menit) serta cara pembuatan media nutrient agar.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses untuk membebaskan suatu benda dari semua

mikroorganisme, baik bentuk vegetatif maupun bentuk sporanya. Benda steril

berarti benda tersebut bebas dari mikroorganisme. Sterilisasi dapat dikatakan

juga bahwa sebuah proses untuk mematikan semua bentuk kehidupan. Secara

umum ada dua cara sterilisasi, yaitu sterilisasi secara fisik dan sterilisasi secara

kimia (Boleng, 2015).

2.2 Media Nutrient Agar

Dalam medium NA terkandung pepton, yeast, dan beef extract yang

berfungsi sebagai sumber nitrogen dan sumber karbon, sumber vitamin dan

beberapa senyawa lain untuk menyokong pertumbuhan bakteri. Pada medium NA

terkadang juga ditambah dengan garam (NaCl) untuk menyeimbangkan tekanan

osmotik sel bakteri dan medium, agar bakteri yang akan ditumbuhkan tidak mati.

Medium NA juga telah tersedia dalam bentuk bubuk instan yang telah mengandung

semua bahan dalam tabel komposisi medium Nutrient Agar diatas. Dengan medium

instan NA dapat langsung melarutkan sejumlah bubuk media NA instan pada

akuades (Putri dkk., 2017).

2.3 Bakteri

Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniselular, termasuk kelas

Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Cara

hidup bakteri ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada

manusia, hewan dan tumbuhan. Bakteri mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan
lengkung. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu perubahan bentuk yang

disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan yang kurang menguntungkan

bagi bakteri (Suryani dan Taupiqurrahman, 2021).

2.3.1 Bakteri Vibrio sp.

Bakteri Vibrio sp. merupakan bakteri akuatik yang bersifat patogen

oportunistik (bakteri yang masuk akibat tercemarnya lingkungan tersebut) yang

ditemukan dan dominan di lingkungan air payau dan estuaria seperti sungai,

muara sungai, kolam, dan laut. Bakteri Vibrio sp. tumbuh optimal pada air payau

dan laut dengan salinitas antara 20-40 ppt. Bakteri Vibrio sp. hidup di air laut dan

air tawar serta berasosiasi dengan hewan laut dan hewan air tawar. Sebagian besar

bakteri Vibrio sp. adalah bakteri patogen yang mampu menghasilkan enzim

proteolitik, dan kitinolitik serta bersifat halofilik (mikroorganisme yang

membutuhkan kadar garam tinggi untuk tumbuh). Bakteri Vibrio sp. dapat

menyebabkan penyakit bagi manusia (Ihsan dan Retnaningrum, 2017).

2.3.2 Bakteri Simbion

Bakteri simbion merupakan komunitas bakteri yang hidup berasosiasi

dengan biota lain (inang) dan melakukan berbagai jenis pola hubungan karakteristik

penting dari interaksinya (Hadi dkk., 2021). Bakteri simbion dibagi menjadi dua

kelompok, simbion obligat atau primer dan simbion fakultatif atau sekunder.

Simbion obligat adalah mutualis yang cenderung memiliki fungsi nutrisi dan

biasanya terjadi pada serangga yang memakan makanan yang tidak seimbang.

Bakteri simbion fakultatif memiliki susunan efek yang jauh lebih luas, mulai dari

mutualisme hingga manipulasi reproduksi (Watanabe dkk., 2014).

Bakteri simbion memiliki pigmen yang hampir sama dengan inangnya

(biota lain), dimana terdapat simbiosis mutualisme. Simbiosis mutualisme adalah

model interaksi antara bakteri simbion dan inang, misalnya spons menjadikan
bakteri simbionnya sebagai tameng untuk memberikan perlindungan terhadap

spons atas ancaman predator yang dapat mengancam kehidupannya, sedangkan

bakteri memanfaatkan spons sebagai inangnya untuk bertahan hidup dan tidak

terombang ambing oleh gelombang dan arus laut (Marzuki dkk., 2022).

2.4 Enzim

Enzim adalah katalisator organik (biokatalisator) yang dihasilkan oleh sel.

Enzim berfungsi seperti katalisator anorganik, yaitu untuk mempercepat reaksi

kimia. Setelah reaksi berlangsung, enzim tidak mengalami perubahan jumlah,

sehingga jumlah enzim sebelum dan setelah reaksi adalah tetap. Enzim mempunyai

selektivitas dan spesifitas yang tinggi terhadap reaktan yang direaksikan dan jenis

reaksi yang dikatalisasi (Suryani dan Taupiqurrahman, 2021).

2.4.1 Enzim Proteolitik

Bakteri proteolitik adalah bakteri yang mampu mendegradasi protein,

karena memproduksi enzim protease ekstraseluler. Protease merupakan

enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida pada

protein (Puspitasari dkk., 2012). Enzim proteolitik memegang peran penting dalam

pencernaan protein. Enzim-enzim proteolitik mampu menghancurkan jaringan

pankreas sehingga enzim proteolitik disekresi sebagai proenzim, yang diaktivasi

oleh substansi di duodenum. Enterokinase (enteropeptidase) di bagian brush border

duodenum yang disekresi sebagai respons terhadap kolesistokinin, berfungsi

mengkonversi tripsinogen menjadi tripsin. Tripsinogen tidak diaktivasi sampai

enzim proteolitik mencapai duodenum. Tripsin selanjutnya mengaktivasi proenzim

proteolitik lainnya, termasuk proenzim tripsinogen sendiri, dan memicu reaksi

rantai otokatalitik (Makmun dan Pribadi, 2020).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bakteri Vibrio sp.,

serbuk NA (Nutrient Agar), akuades, alkohol, kapas, benang, plastic wrap, plastik

tahan panas, selotip, tissue roll, aluminium foil, dan kertas HVS.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan petri,

tabung reaksi, gelas ukur 100 mL, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 250 mL,

Erlenmeyer 250 mL, autoklaf, neraca analitik, hot plate, jarum ose, inkubator,

batang pengaduk, enkas, sendok tanduk, labu semprot, lampu spiritus, kain kasa,

dan sikat tabung.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Tabung reaksi dan Erlenmeyer 250 mL berisi media NA mula-mula

dibuatkan penutup pocong dari kapas yang dibungkus kain kasa dan diikat dengan

benang, besar penutup disesuaikan dengan besar mulut alat berupa Erlenmeyer dan

tabung reaksi. Setelah itu, kedua alat tersebut ditutup dengan penutup pocong yang

telah dibuat lalu dibungkus bagian mulut dengan plastic wrap. Kemudian, tabung

reaksi dan cawan petri dibungkus dengan kertas HVS bekas lalu dimasukkan ke

dalam plastik tahan panas dan diikat. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam autoklaf

selama 15 menit pada suhu 121 ℃ dan tekanan 2 atm. Enkas terlebih dahulu

disemprot dengan etanol 70 % pada setiap permukaannya.


3.3.2 Pembuatan Media Nutrient Agar

Media NA ditimbang sebanyak 4 gram lalu dilarutkan dengan akuades

sebanyak 200 mL kemudian dipanaskan di atas hot plate sampai terlarut

sempurna. Media NA dimasukkan ke dalam Erlenmeyer untuk disterilisasi di dalam

autoklaf pada suhu 121 ℃ dan pada tekanan 2 atm selama 15 menit. Setelah itu,

masing-masing tabung reaksi dan cawan petri diisi media NA sebanyak 10 mL dan

15 mL, lalu dibiarkan hingga memadat.

3.3.3 Peremajaan Bakteri

Media NA yang telah memadat pada tabung reaksi dan cawan petri

dilakukan penggoresan dengan mengambil isolat bakteri Vibrio sp. menggunakan

jarum ose yang telah difiksasi dan digoreskan secara zig-zag pada media dengan

hati-hati. Penggoresan dilakukan dalam enkas. Setelah itu, diinkubasi selama

1 hari dan diamati pertumbuhan bakteri.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sterilisasi Alat dan Bahan

Tabung reaksi dan Erlenmeyer 250 mL berisi media NA mula-mula

dibuatkan penutup pocong dari kapas yang dibungkus kain kasa dan diikat dengan

benang di mana besar penutup disesuaikan dengan besar mulut alat dengan tujuan

agar alat tidak terkontaminasi dengan bakteri lain setelah dikeluarkan dari autoklaf

dan mencegah terbentuknya uap air pada bagian dalam. Setelah itu, kedua alat

ditutup dengan penutupnya lalu dibungkus dibagian mulut alat dengan plastik wrap

dan aluminium foil. Penggunaan plastik wrap dan aluminium foil bertujuan untuk

merekatkan tutup yang terdapat pada bagian mulut agar tidak jatuh ke bagian dalam

tabung reaksi dan Erlenmeyer dan mencegah masuknya udara.

Semua alat kecuali Erlenmeyer dibungkus dengan kertas HVS, yaitu tabung

reaksi dan cawan petri. Kertas HVS berperan sebagai isolator agar alat tidak pecah

karena suhu dan tekanan yang tinggi dan menghindari kontaminasi setelah alat

dikeluarkan dari dalam autoklaf. Kemudian, dimasukkan ke dalam plastik tahan

panas dan ditutup menggunakan selotip bening. Penggunaan plastik tahan panas

bertujuan untuk membungkus alat sehingga panasnya tidak secara langsung

mengenai alat. Setelah itu, semua alat dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15

menit pada suhu 121 oC dan tekanan 2 atm. Karena pada keadaan itu, tidak ada

bakteri ataupun mikroorganisme lain yang dapat tumbuh. Setelah semua alat

disterilisasi, selanjutnya dimasukkan ke dalam enkas yang telah disemprotkan

dengan hand sanitizer pada setiap permukaannya. Hal tersebut bertujuan untuk

mencegah kontaminasi dengan bakteri lain dan memastikan sterilitasnya.


4.2 Pembuatan Media Nutrient Agar

Pembuatan media nutrient agar dilakukan dengan cara ditimbang NA

sebanyak 4 gram lalu dilarutkan dengan akuades sebanyak 200 mL kemudian

dipanaskan di hot plate sampai larut sempurna. Penambahan akuades bertujuan

untuk mengencerkan larutan dan pemanasan bertujuan mempercepat pelarutan dari

NA. Setelah larut, didiamkan beberapa menit agar panasnya berkurang lalu

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditutup dengan kapas dan direkatkan. Tujuan

dari penutupan untuk menjaga larutan NA dari kontaminasi dari luar. Kemudian

dimasukkan ke dalam autoklaf dengan suhu 121 oC selama 15 menit dan dengan

tekanan 2 atm karena bakteri tidak dapat tumbuh pada suhu 121 oC dan tekanan 2

atm. Setelah itu, masing-masing tabung reaksi dan cawan petri diisi dengan media

NA masing-masing 10 mL dan 15 mL, lalu ditunggu hingga media tersebut padat.

4.3 Peremajaan Bakteri

Peremajaan bakteri dilakukan dengan cara menggoreskan isolat bakteri

Vibrio sp. di atas media NA yang telah memadat pada tabung reaksi dan cawan

petri. Pada proses penggoresan digunakan teknik gores zig-zag ke dalam media NA

yang telah memadat. Proses penggoresan dilakukan di dalam enkas yang bertujuan

untuk menghindari adanya kontaminasi bakteri ke lingkungan luar. Isolat diambil

dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya telah difiksasi pada lampu

spiritus dengan tujuan membunuh kontaminan yang terdapat pada jarum ose.

Kemudian, digoreskan secara zig-zag pada permukaan media NA dalam tabung

reaksi dan cawan petri. Penggoresan dilakukan untuk memperoleh suatu biakan

murni sehingga diperoleh satu koloni tunggal bakteri yang diinginkan. Selanjutnya,

diinkubasi selama 1 hari dan diamati pertumbuhan bakteri.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam percobaan ini adalah:

1. sterilisasi alat dapat dilakukan dengan membungkus alat menggunakan kertas

HVS bekas dan plastik tahan panas pada autoklaf dengan suhu 121 oC dan

tekanan 2 atm selama 15 menit.

2. pembuatan media dilakukan dengan cara melarutkan dan memanaskan bubuk

NA, disterilisasi di autoklaf lalu penggoresan dan inkubasi. Hasil yang

diperoleh bahwa terdapat koloni bakteri Vibrio sp. yang tumbuh pada

media NA.

3. koloni bakteri Vibrio sp. digoreskan dengan jarum ose di atas permukaan media

NA. Hasil yang diperoleh yaitu koloni baakteri dapat tumbuh dengan baik pada

permukaan media NA.

5.2 Saran

Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya persediaan alat pada

laboratorium ditambah agar pengerjaan dapat berlangsung cepat dan sebaiknya

alat-alat yang ada pada laboratorium diperbaharui, serta pada saat praktikum

sebaiknya setiap praktikan dapat melakukan pengerjaan pembuatan media hingga

penggoresan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Boleng, D.T., 2015, Bakteriologi, Universitas Muhammadiyah Malang PRESS,


Malang.

Fifendy, M., 2017, Mikrobiologi Edisi Pertama, Kencana, Depok.

Hadi, M.S., Abadi, A.L., Himawan, T., Masruri, Lestari, S.R., Rahardjo, B.T., Aini,
L.Q., Setiawan, Y., dan Tarno, H., 2021, The Role of Bacteria Symbionts
in the Biodegradation of Chlorpyrifos in the Digestive Tract of Plutella
xylostella larvae, Biodiversitas, 22(2): 709-712.

Ihsan, B. dan Retnaningrum, E., 2017, Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Vibrio Sp.
pada Kerang Kapah (Meretrix Meretrix) di Kabupaten Trenggalek, Jurnal
Harpodon Borneo, 10(1): 23-27.

Makmun, D. dan Pribadi, R.R., 2020, Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier dan


Pankreas, Elselvier, Singapura.

Marzuki, I., Johra, Syahrir, M., Ramli, M., Musmuliyadi, Harimuswarah, M.R.,
Asrudin, Arwansyah, Artawan, I.P., Iqbal, M., dan Zaenal, 2022, Operasi
dan Remediasi Lingkungan, Tohar Media, Makassar.

Puspitasari, F.D., Shovitri, M., dan Kuswytasari, N.D., 2012, Isolasi dan
Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik dari Tangki Septik, Jurnal Sains
dan Seni ITS, 1(1): 1-4.

Putri, M.H., Sukini, dan Yodong, 2017, Mikrobiologi, Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan, Jakarta Selatan.

Suryani, Y. dan Taupiqurrahman, O., 2021, Mikrobiologi Dasar, LP2M UIN SGD
Bandung, Bandung.

Watanabe, K., Yukuhiro, F., Matsura, Y., Fukatsu, T., dan Noda, H., 2014,
Intrasperm Vertical Symbiont Transmission, PNAS, 111(20): 7433-7437.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Sterilisasi Alat dan Bahan

Sterilisasi

Alat-alat gelas Larutan agar Jarum ose dan enkas

- disumbat dengan - dimasukkan dalam - Dicelupkan jarum

penutup pocong Erlenmeyer. ose ke dalam etanol

- dibungkus alat alat - disumbat dengan dan dibakar hingga

gelas dengan kertas penutup pocong. membara.

HVS. - dimasukkan ke - Disemprot enkas

- dimasukkan ke dalam autoklaf dengan alkohol

dalam autoklaf dengan mengatur serta alat dan bahan

dengan mengatur suhu 121 oC dan yang akan

suhu 121 oC dan tekanan 2 atm dimasukkan ke

tekanan 2 atm selama 15 menit . dalamnya.

selama 15 menit .

Alat dan bahan steril


2. Pembuatan Media Nutrient Agar

Serbuk Nutrient Agar

- ditimbang 4 gram nutrient agar.

- dilarutkan ke dalam 200 mL akuades didalam Erlenmeyer.

- dipanaskan diatas hot plate hingga mendidih.

- disterilkan di dalam autoclave dengan suhu 121oC pada tekanan 2 atm

selama 15 menit.

- kemudian masing-masing tabung reaksi dan cawan petri dengan media NA

dituangkan 10 mL dan 15 mL, tunggu hingga media tersebut padat.

Media Nutrient Agar

3. Peremajaan Bakteri

Bakteri Vibrio sp.

- dilakukan penggoresan pada media NA menggunakan jarum

ose yang telah disterilkan.

- digoreskan zig-zag pada media dengan hati-hati.

- diinkubasi selam 1 hari.

- diamati pertumbuhan bakteri.

Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan

Gambar 1. Proses pembuatan media NA

Gambar 2. Proses sterilisasi alat dan bahan

Gambar 3. Proses pemindahan media NA


ke dalam cawan petri dan tabung reaksi
Gambar 4. Proses penggoresan bakteri
Lampiran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai