H031201065
H031201065
PENDAHULUAN
Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan atas tiga macam yaitu zat padat,
zat cair dan gas. Setiap zat terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil yang dapat
berupa atom, molekul, maupun ion. Perubahan keadaan seringkali ditemukan dalam
reaksi kimia. Zat yang mula-mula dihasilkan dalam keadaan gas dapat dengan cepat
mengembun dalam bentuk cair. Perubahan energi yang menyertai suatu reaksi
kimia bergantung pada keadaan pereaksi dan hasil reaksi. Misalnya saja pada
karbondioksida dan air. Banyaknya energi yang dibebaskan berbentuk uap dan
Setiap senyawa didefinisikan oleh rumus kimia yang menunjukkan jenis dan
jumlah atom yang menyususn senyawa tersebut. Massa rumus didefinisikan sebagai
jumlah massa atom berdasarkan jenis dan jumlah atom yang terdefinisi dalam
rumus kimianya. Penentuan massa molekul paling lazim dilakukan dengan konsep
mol dimana massa molekulnya dapat diketahui dengan mengalikan mol zat dengan
beratnya. Tetapi metode penentuan massa molekul dapat pula dihitung dengan
dari zat yang akan dihitung massa molekulnya (Takeuchi, 2006). Oleh karena itu
dilakukan percobaan penentuan bobot jenis, kerapatan, dan massa molekul cairan
yang mudah menguap untuk mengetahui dan memahami penentuan bobot jenis,
tentang cara penentuan bobot jenis, kerapatan, dan massa molekul akuades,
1. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, methanol, dan etanol dengan
2. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, methanol, dan etanol dengan
3. menentukan massa molekul etanol dan metanol sebelum dan sesudah penguapan
bobot jenis, dan massa molekul dari zat yang mudah menguap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerapatan
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya (Saputra dkk., 2017). Untuk mencari densitas fluida pada
suatu titik, kita meminimalkan volume kecil ∆V di sekitar titik tersebut dan
menggunakan rumus:
(W2 -W1 )
ρ= (1)
Vp
adalah berat piknometer dengan sampel (g) dan Vp adalah volume piknometer (mL)
(Saputra, 2017).
Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air
pada suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen
yang terkandung dalam zat tersebut. Besar kecilnya nilai bobot jenis sering
kerapatan air (untuk cairan) dan udara (untuk gas). Bobot jenis adalah besaran
murni jadi tidak mempunyai satuan (Supardi dan Julianto, 2016). Bobot jenis suatu
zat didefinisikan sebagai perbandingan massa jenis zat tersebut dengan massa jenis
air pada 4,0 °C karena berat jenis adalah rasio yang berarti angka sederhana tanpa
dimensi atau satuan. Massa jenis air adalah 1,00 g/cm3 = 1,00 × 103 kg/m3. jadi
berat jenis zat apa pun akan sama secara numerik dengan kerapatannya yang
ditentukan dalam g/cm3, atau 10 kali kerapatannya yang ditentukan dalam kg/m3
(Giancoli, 2005).
dan jumlah atom yang menyususn senyawa tersebut. Massa rumus (atau massa
rumus kimia) didefinisikan sebagai jumlah massa atom berdasarkan jenis dan
jumlah atom yang terdefinisi dalam rumus kimianya. Rumus kimia molekul disebut
rumus molekul, dan massa rumus kimianya disebut dengan massa molekul.
Misalkan, rumus molekul karbon dioksida adalah CO2, dan massa molekularnya
adalah 12 + (2x 6) = 44. Seperti pada massa atom, baik massa rumus dan massa
molekul tidak harus bilangan bulat. Misalnya, massa molekul hidrogen klorida HCl
adalah 36,5. Bahkan bila jenis dan jumlah atom yang menyusun molekul identik,
dua molekul mungkin memiliki massa molekular yang berbeda bila ada isostop
massa molekul. Untuk keperluan menghitung berat molekul, akan membantu kalau
persamaan sedikit diubah. Jumlah mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, yang
juga sebanding dengan massa gas, m, dibagi dengan massa molar, M, dengan satuan
mRT
PV = (2)
M
2.4 Senyawa Volatil
Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap dalam madu karena
berat molekulnya yang rendah. Senyawa volatil adalah faktor utama yang
mempengaruhi aroma karena dapat menilai organoleptik dan keaslian dari bahan
makanan (Sukmawati dkk., 2016). Menurut Dragone dkk. (2009) bahwa senyawa
volatil yaitu alkohol, asam lemak, ester, dan lain-lain, yang timbul selama proses
atau lebih gugus hidroksil. Seperti contohnya etanol, etanol merupakan zat cair,
tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terakar, dan menguap dapat bercampur
dalam air dengan segala perbandingan, secara garis besar, pengunaan etanol adalah
cair adalah
m g
ρ= ( 3) (3)
v cm
∑τ= 0 (4)
mL = Ml (6)
Persamaan gerak saat keadaan setimbang massa neraca mohr diberi air dan
∑𝜏 = 0 (7)
∑ mi Li g = BL (9)
∑ mi Li
m zat cair = (10)
L
m zat cair ∑ mi Li
ρ zat cair = = (11)
L.V L.V
2.6 Piknometer
massa jenis zat cair. Piknometer disertai dengan penutup yang terdapat rongga
udara yang sangat mungkin berada dalam botol pada saat pengisian zat cair.
piknometer kosong. Kemudian piknometer diisi dengan zat cair yang akan diukur
massa jenisnya sampai zat cair memenuhi botol piknometer. Setelah itu piknometer
telah terisi cairan penuh dan berpenutup kemudian ditimbang (Khamidinal, 2016).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah satu set neraca
westphalt, piknometer, neraca analitik, gelas kimia 50 mL dan 500 mL, termometer
0-100 °C, pinset, pipet volume 5 mL, erlenmeyer 25 mL, desikator, bulb, labu
semprot, hair dryer, jarum, karet gelang, penjepit tabung, dan hot plate.
hingga berada dalam keadaan seimbang. Kemudian gelas ukur diisi dengan akuades
sampai mencapai batas skala atas. Selanjutnya suhu akuades diukur menggunakan
terkecil sehingga neraca westphalt seimbang. Dibaca skala pada anting mulai dari
anting terbesar sampai anting yang terkecil. Penyelam dan gelas ukur dibersihkan
piknometer hingga batas ukur, akuades tersebut diukur suhunya sebelum ditimbang,
Dilakukan prosedur yang serupa dengan menggunakan metanol dan etanol. Setiap
gelang dan ditimbang serta dicatat bobotnya. Aluminium foil dan karet gelang
volume, selanjutnya ditutup dengan aluminium foil dan diikat kuat dengan karet
gelang lalu ditimbang kembali. Aluminium foil dilubangi dengan jarum agar uap
dapat keluar. Gelas kimia berisi air dipanaskan di atas hot plate sampai mendidih
dalam erlenmeyer menguap. Suhu air dalam gelas kimia diukur menggunakan
bobotnya.
BAB IV
Tabel 1. Data Pengukuran Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Neraca Westphalt
Nama Pembacaan Skala Suhu Bobot Kerapatan
Contoh AI A II A III (oC) Jenis (g/cm3)
jenis dengan neraca westphalt. Pada percobaan ini, neraca westphalt dirangkai dan
dikalibrasi, lalu gelas ukur diisi dengan akuades secukupnya sampai batas skala dan
anting diletakkan pada skala lengan tunggal mulai dari anting terbesar hingga anting
yang terkecil sehingga neraca westphalt setimbang. Dibaca skala pada antingnya
mulai dari anting yang terbesar ke anting yang terkecil, fungsinya adalah untuk
contoh lain. Fungsi pembersihan dan pengeringan gelas ukur adalah supaya sisa zat
yang dimasukkan sebelumnya tidak tercampur dengan zat yang akan dimasukkan.
pada suhu 31 °C yaitu 0,9954 g/cm3 dan bobot jenis dari akuades adalah 0,63
dengan kerapatan sebesar 0,6271 g/cm3. Pada metanol, didapatkan nilai densitas
pada suhu 30 °C sebesar 0,7807 g/cm3 dan bobot jenis dari metanol adalah 0,5
dengan kerapatan sebesar 0,3904 g/cm3. Adapun pada etanol, diperoleh nilai pada
suhu 29 °C densitas sebesar 0,7818 g/cm3 dan bobot jenis dari etanol adalah 0,56
menunjukkan hasil yang jauh berbeda dengan teori atau bisa disimpulkan bahwa
percobaan ini tdak sesuai dengan teori. Hal ini biasa terjadi karena adanya
dengan piknomteter. Pada percobaan ini, disiapkan piknometer yang bersih dan
hingga mencapai garis batas. Dimana pada saat pengisian sampel harus melalui
mudah dalam pengerjaannya dan kekurangan berkaitan dengan ketelitian pada saat
penimbangan. Piknometer tersebut ditutup sehingga tidak ada lagi gelembung, lalu
dibersihkan dan dikeringkan pada dinding luar piknometer. Prosedur ini kemudian
diulangi dengan contoh lain. Fungsi pengeringan adalah untuk mendapatkan bobot
akuades adalah 1,000 dengan kerapatan sebesar 0,9954 g/cm3, bobot jenis dari
metanol adalah 0,8095 dengan kerapatan sebesar 0,6320 g/cm3, bobot jenis dari
etanol adalah 0,7693 dengan kerapatan sebesar 0,6014 g/cm3. Berdasarkan hasil
percobaan, hasil yang didapatkan menunjukkan nilai densitas atau kerapatan yang
berbeda.
Ada banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat jenis suatu zat
seperti temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat
pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku
sehingga sulit untuk menghitung berat jenisnya. Adapun massa jenis atau kerapatan
jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan berat jenisnya juga
menjadi lebih besar dan volume zat juga berpengaruh. Jika volume zat besar maka
berat jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana
ukuran partikel dari zat, berat molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat
cairan yang mudah menguap. Pada percobaan ini akan ditentukan bobot molekul
suatu zat mudah menguap dengan berdasarkan hukum-hukum gas ideal dengan data
bobot jenis yang diperoleh. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan zat
mudah menguap, yaitu metanol dan etanol. Dalam hal ini, massa molekul metanol
dan etanol dicari berdasarkan pengukuran massa jenis melalui proses penguapan,
yaitu untuk mengetahui bobot suatu zat maupun untuk membandingkan bobot
diikat dengan karet gelang agar cairan tidak cepat menguap dan kedap gas.
Aluminium foil dilubangi dengan jarum agar uap cairan dapat keluar. Erlenmeyer
yang telah berisi cairan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih
untuk mengetahui suhu tepat cairan tersebut habis menguap. Setelah semuanya
penguapan. Dengan membagi bobot akuades dengan massa jenis air akan diperoleh
volume akuades atau dapat disebut juga volume zat mudah menguap dalam
erlenmeyer.
sebesar 778,58 g/L dan massa jenis etanol pada suhu 29 °C sebesar 773,34 g/L.
Massa molekul kedua larutan juga akan diketahui dengan menggunakan persamaan
gas ideal. Dengan menggunakan persamaan gas ideal, massa molekul dari metanol
nilai kerapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan etanol sehingga metanol akan
lebih cepat menguap dibandingkan etanol. Perbedaan antara hasil yang diperoleh
dan teori dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti pada saat pengukuran pada
keluar dari erlenmeyer ataupun penambahan bobot dari luar. Kesalahan lain yang
dilakukan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. bobot jenis akuades, metanol dan etanol yang diukur dengan neraca westphalt
adalah 0,63; 0,56; dan 0,5. Kerapatan akuades, metanol, dan etanol yang diukur
dengan neraca westphalt adalah 0,6271 g/cm3; 0,3904 g/cm3; dan 0,4378 g/cm3.
2. bobot jenis akuades, metanol dan etanol yang diukur dengan piknometer adalah
1,0000; 0,8095; dan 0,7693. Kerapatan akuades, metanol, dan etanol yang
diukur dengan piknometer yaitu 0,9954 g/cm3; 0,6320 g/cm3; dan 0,6014 g/cm3.
5.2 Saran
percobaan ini dapat dibagi kedalam dua percobaan yang berbeda, karena tiap
materinya memakan waktu yang lama sehingga praktikan tidak bisa melakukan tiga
Dragone, G., Mussatto, S.I., Oliveira, J.M., dan Teixeira, J.A., 2009,
Characterisation of Volatile Compounds in an Alcoholic Beverage
Produced by Whey Fermentation, Food Chemistry, 112(1), 929-935.
Firmansyah, D., 2020, Identifikasi Gugus Hidroksil dan Karbonil dalam Senyawa
Organik Pada Tanaman Daun Nanas, Sains Tech Innovation Journal, 3(1),
49-53.
Galih, V. dan Purnomosari, E., 2015, Pengantar Eksperimen Fisika, CV. Mulia
Jaya, Yogyakarta.
Halliday, D., Resnick, R., dan Walker, J., 2011, Fundamental of Physics, John
Wiley & Sony, United States of America.
Kristian, J., Zain, S., Nurjanah, S., Widyasanti, A., dan Putri, S.H., 2016, Pengaruh
Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati Putih
Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Menguap (Solvent Extraction),
Jurnal Teknotan, 10(2), 34-43.
Saputra, A.T., Wicaksono, M.A., dan Irsan, 2017, Pemanfaatan Minyak Goreng
Bekas Untuk Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Zeolit Alat
Teraktivas, Jurnal Chemurgy, 1(2), 1-6.
Sukmawati, Noor, A., dan Firdaus, 2016, Analysis of Volatile Organic Compound
of Mallawa Honey, International Journal Marina Chimica Acta, 17(2), 52-
58.
Supardi dan Julianto, W., 2016, Analisa Pengaruh Viscositas Lumpur Dan Variasi
Diameter Pipa Isap Lumpur Terhadap Kapasitas Aliran Pada Mesin Pompa
Penyedot Lumpur, Jurnal Teknik Mesin, 2(2), 9-14.
Takeuchi, Y., 2006, Buku Teks Pengantar Kimia, Iwanami Publishing Company,
Tokyo.
Lampiran 1. Bagan Kerja
Akuades
suhunya.
Data
Akuades
suhunya.
Data
Etanol
Hasil
dengan metanol.
Lampiran 2. Foto Percobaan