Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Kimia Fisika

PENENTUAN KERAPATAN DAN MASSA MOLEKUL


CAIRAN YANG MUDAH MENGUAP

YENI NOVITA SARI

H031201065

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Laporan Praktikum Kimia Fisika

PENENTUAN KERAPATAN DAN MASSA MOLEKUL


CAIRAN YANG MUDAH MENGUAP

Disusun dan diajukan oleh:

YENI NOVITA SARI

H031201065

Laporan praktikum diperiksa dan diketahui oleh:

Makassar, 27 Oktober 2021


Koordinator Praktikum, Asisten,

Dr. Paulina Taba, M.Phill Charmelia Asma Sukmastuty


NIP. 19571115 198810 2 001 NIM. H031 17 1307
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan atas tiga macam yaitu zat padat,

zat cair dan gas. Setiap zat terdiri dari partikel-partikel yang sangat kecil yang dapat

berupa atom, molekul, maupun ion. Perubahan keadaan seringkali ditemukan dalam

reaksi kimia. Zat yang mula-mula dihasilkan dalam keadaan gas dapat dengan cepat

mengembun dalam bentuk cair. Perubahan energi yang menyertai suatu reaksi

kimia bergantung pada keadaan pereaksi dan hasil reaksi. Misalnya saja pada

pembakaran metana sebagai penyusun utama gas alam untuk menghasilkan

karbondioksida dan air. Banyaknya energi yang dibebaskan berbentuk uap dan

berbentuk cairan (Abdullah, 2016).

Setiap senyawa didefinisikan oleh rumus kimia yang menunjukkan jenis dan

jumlah atom yang menyususn senyawa tersebut. Massa rumus didefinisikan sebagai

jumlah massa atom berdasarkan jenis dan jumlah atom yang terdefinisi dalam

rumus kimianya. Penentuan massa molekul paling lazim dilakukan dengan konsep

mol dimana massa molekulnya dapat diketahui dengan mengalikan mol zat dengan

beratnya. Tetapi metode penentuan massa molekul dapat pula dihitung dengan

menggunakan persamaan gas ideal, yaitu dimulai dengan menghitung kerapatan

dari zat yang akan dihitung massa molekulnya (Takeuchi, 2006). Oleh karena itu

dilakukan percobaan penentuan bobot jenis, kerapatan, dan massa molekul cairan

yang mudah menguap untuk mengetahui dan memahami penentuan bobot jenis,

kerapatan, dan massa molekul.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:


1. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol, dan
etanol dengan menggunakan neraca westphalt?
2. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol, dan
etanol dengan menggunakan piknometer?
3. bagaimana cara menentukan massa molekul etanol dan metanol sebelum dan
sesudah penguapan dengan menggunakan data dan persamaan gas ideal?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan mempelajari

tentang cara penentuan bobot jenis, kerapatan, dan massa molekul akuades,

metanol, dan etanol dengan menggunakan neraca westphalt dan piknometer.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, methanol, dan etanol dengan

menggunakan neraca westphalt.

2. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, methanol, dan etanol dengan

menggunakan neraca piknometer.

3. menentukan massa molekul etanol dan metanol sebelum dan sesudah penguapan

dengan menggunakan data dan persamaan gas ideal.

1.4 Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini adalah praktikan dapat mengetahui cara

menggunakan neraca westphalt dan piknometer dalam menentukan kerapatan,

bobot jenis, dan massa molekul dari zat yang mudah menguap.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerapatan

Kerapatan (densitas) adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.

Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap

volumenya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi

dengan total volumenya (Saputra dkk., 2017). Untuk mencari densitas fluida pada

suatu titik, kita meminimalkan volume kecil ∆V di sekitar titik tersebut dan

mengukur massa ∆m dari fluida yang terkandung di dalam senyawa tersebut

(Halliday dkk., 2011).

Untuk menghitung densitas yaitu ditimbang piknometer kosong, kemudian

dimasukkan sampel dan ditimbang kembali untuk mengatahui densitasnya dengan

menggunakan rumus:

(W2 -W1 )
ρ= (1)
Vp

Dengan ρ adalah densitas (g/mL), w1 adalah berat piknometer kosong (g), w2

adalah berat piknometer dengan sampel (g) dan Vp adalah volume piknometer (mL)

(Saputra, 2017).

2.2 Bobot Jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan massa suatu zat dengan massa air

pada suhu dan volume yang sama. Bobot jenis menjelaskan banyaknya komponen

yang terkandung dalam zat tersebut. Besar kecilnya nilai bobot jenis sering

dihubungkan dengan fraksi berat komponen-komponen yang terkandung

didalamnya (Kristian dkk., 2016).


Bobot jenis adalah perbandingan antara kerapatan suatu zat dengan

kerapatan air (untuk cairan) dan udara (untuk gas). Bobot jenis adalah besaran

murni jadi tidak mempunyai satuan (Supardi dan Julianto, 2016). Bobot jenis suatu

zat didefinisikan sebagai perbandingan massa jenis zat tersebut dengan massa jenis

air pada 4,0 °C karena berat jenis adalah rasio yang berarti angka sederhana tanpa

dimensi atau satuan. Massa jenis air adalah 1,00 g/cm3 = 1,00 × 103 kg/m3. jadi

berat jenis zat apa pun akan sama secara numerik dengan kerapatannya yang

ditentukan dalam g/cm3, atau 10 kali kerapatannya yang ditentukan dalam kg/m3

(Giancoli, 2005).

2.3 Massa Molekul

Setiap senyawa didefinisikan oleh rumus kimia yang mengindikasikan jenis

dan jumlah atom yang menyususn senyawa tersebut. Massa rumus (atau massa

rumus kimia) didefinisikan sebagai jumlah massa atom berdasarkan jenis dan

jumlah atom yang terdefinisi dalam rumus kimianya. Rumus kimia molekul disebut

rumus molekul, dan massa rumus kimianya disebut dengan massa molekul.

Misalkan, rumus molekul karbon dioksida adalah CO2, dan massa molekularnya

adalah 12 + (2x 6) = 44. Seperti pada massa atom, baik massa rumus dan massa

molekul tidak harus bilangan bulat. Misalnya, massa molekul hidrogen klorida HCl

adalah 36,5. Bahkan bila jenis dan jumlah atom yang menyusun molekul identik,

dua molekul mungkin memiliki massa molekular yang berbeda bila ada isostop

berbeda yang terlibat (Takeuchi, 2006).

Persamaan gas ideal memberikan pendekatan langsung untuk menetapkan

massa molekul. Untuk keperluan menghitung berat molekul, akan membantu kalau

persamaan sedikit diubah. Jumlah mol gas biasanya dinyatakan sebagai n, yang
juga sebanding dengan massa gas, m, dibagi dengan massa molar, M, dengan satuan

g/mol. Berat molekul sebanding dengan massa molar (Takeuchi, 2006).

mRT
PV = (2)
M
2.4 Senyawa Volatil

Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap dalam madu karena

berat molekulnya yang rendah. Senyawa volatil adalah faktor utama yang

mempengaruhi aroma karena dapat menilai organoleptik dan keaslian dari bahan

makanan (Sukmawati dkk., 2016). Menurut Dragone dkk. (2009) bahwa senyawa

volatil yaitu alkohol, asam lemak, ester, dan lain-lain, yang timbul selama proses

fermentasi, destilasi, dan penyimpanan.

Alkohol ditemukan dengan persenyawaan organik yang mempunyai satu

atau lebih gugus hidroksil. Seperti contohnya etanol, etanol merupakan zat cair,

tidak berwarna, berbau spesifik, mudah terakar, dan menguap dapat bercampur

dalam air dengan segala perbandingan, secara garis besar, pengunaan etanol adalah

sebagai pelarut untuk zat organik maupun anorganik (Firmansyah, 2020).

2.5 Neraca Westphalt

Neraca westphalt digunakan untuk menghitung densitas suatu benda dapat

seperti pada Gambar 1 (Valentinus dan Purnomosari, 2015).

Gambar 1. Percobaan Neraca Westphalt


Persamaan gerak saat keadaan setimbang saat massa neraca mohr tidak diberi zat

cair adalah
m g
ρ= ( 3) (3)
v cm

∑τ= 0 (4)

mLg- Mlg = 0 (5)

mL = Ml (6)

Persamaan gerak saat keadaan setimbang massa neraca mohr diberi air dan

tambahan massa beban serta adanya gaya Buoyant adalah

∑𝜏 = 0 (7)

mLg- Mlg - ∑ mi Li g + BL= 0 (8)

∑ mi Li g = BL (9)

∑ mi Li
m zat cair = (10)
L

m zat cair ∑ mi Li
ρ zat cair = = (11)
L.V L.V

2.6 Piknometer

Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur

massa jenis zat cair. Piknometer disertai dengan penutup yang terdapat rongga

kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk menghilangkan gelembung-gelembung

udara yang sangat mungkin berada dalam botol pada saat pengisian zat cair.

Pengukuran massa jenis dilakukan dengan pertama kali menimbang massa

piknometer kosong. Kemudian piknometer diisi dengan zat cair yang akan diukur

massa jenisnya sampai zat cair memenuhi botol piknometer. Setelah itu piknometer

ditutup dengan menggunakan penutup piknometer yang tersedia. Piknometer yang

telah terisi cairan penuh dan berpenutup kemudian ditimbang (Khamidinal, 2016).
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah satu set neraca

westphalt, piknometer, neraca analitik, gelas kimia 50 mL dan 500 mL, termometer

0-100 °C, pinset, pipet volume 5 mL, erlenmeyer 25 mL, desikator, bulb, labu

semprot, hair dryer, jarum, karet gelang, penjepit tabung, dan hot plate.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, metanol,

etanol, aluminium foil, dan sunlight.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Oktober 2021 pukul

13:30-16:30 WITA di Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca


Westphalt

Neraca westphalt dirangkai, kemudian neraca diatur sedemikian rupa

hingga berada dalam keadaan seimbang. Kemudian gelas ukur diisi dengan akuades

sampai mencapai batas skala atas. Selanjutnya suhu akuades diukur menggunakan

termometer dan dicatat. Kemudian penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur

berisi akuades sedalam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Selanjutnya


anting diletakkan pada skala lengan tunggal mulai dari anting terbesar hingga anting

terkecil sehingga neraca westphalt seimbang. Dibaca skala pada anting mulai dari

anting terbesar sampai anting yang terkecil. Penyelam dan gelas ukur dibersihkan

lalu dikeringkan dengan tissue. Prosedur tersebut diulangi dengan mengganti

akuades dengan metanol dan etanol.

3.4.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Cairan dengan Menggunakan


Piknometer

Piknometer kosong yang telah bersih dan kering ditimbang dengan

menggunakan neraca analitik. Selanjutnya akuades dimasukkan ke dalam

piknometer hingga batas ukur, akuades tersebut diukur suhunya sebelum ditimbang,

kemudian piknometer ditutup. Dinding luar piknometer dikeringkan dengan tissue

lalu ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Hasil pengamatan dicatat.

Dilakukan prosedur yang serupa dengan menggunakan metanol dan etanol. Setiap

pergantian sampel, piknometer dibersihkan dan dikeringkan.

3.4.3 Penentuan Massa Molekul Berdasarkan Senyawa yang Mudah Menguap

Mula-mula erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil, diikat dengan karet

gelang dan ditimbang serta dicatat bobotnya. Aluminium foil dan karet gelang

dilepas dari erlenmeyer kemudian diisi dengan 5 mL etanol menggunakan pipet

volume, selanjutnya ditutup dengan aluminium foil dan diikat kuat dengan karet

gelang lalu ditimbang kembali. Aluminium foil dilubangi dengan jarum agar uap

dapat keluar. Gelas kimia berisi air dipanaskan di atas hot plate sampai mendidih

kemudian dimasukkan erlenmeyer berisi etanol, dipanaskan sampai seluruh etanol

dalam erlenmeyer menguap. Suhu air dalam gelas kimia diukur menggunakan

termometer dan dicatat. Erlenmeyer diangkat dan dikeringkan dalam desikator.


Erlenmeyer ditimbang kembali dan dicatat bobotnya. Aluminium foil dan karet

gelang dilepaskan dari erlenmeyer. Erlenmeyer ditimbang kembali dalam keadaan

kosong dan dicatat bobotnya. Dimasukkan akuades ke dalam erlenmeyer sampai

penuh untuk mengetahui volume erlenmeyer, kemudian ditimbang dan dicatat

bobotnya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengukuran Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Neraca Westphalt
Nama Pembacaan Skala Suhu Bobot Kerapatan
Contoh AI A II A III (oC) Jenis (g/cm3)

Akuades 0,6 0,03 0 31 0,63 0,6271

Metanol 0,5 0,06 0 29 0,56 0,3904

Etanol 0,5 0 0 30 0,5 0,4378

Tabel 2. Data Pengukuran Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Piknometer


Bobot (gram)
Nama Pik. Pik. + Suhu Bobot Kerapatan
Contoh Contoh (oC) Jenis (g/cm3)
Kosong Contoh
(g)
(g) (g)

Akuades 19,1879 44,0733 24,8854 31 1,000 0,9954

Metanol 19,5456 38,6907 19,1451 29 0,8095 0,6320

Etanol 19,1995 39,3445 20,1450 30 0,7693 0,6014

Tabel 3. Data Pengukuran Massa Molekul Cairan yang Mudah Menguap


Bobot Erlenmeyer Bobot Erlenmeyer Bobot Erlenmeyer
Nama + Aluminium Foil + Aluminium Foil + + Aluminium Foil +
Contoh + Karet Gelang Karet Gelang + Karet Gelang +
(g) Contoh (g) Contoh + Uap (g)

Metanol 27,0454 30,9383 27,5380

Etanol 28,6929 32,5596 28,9650


4.3 Pembahasan

Percobaan pertama yang dilakukan untuk menentukan kerapatan dan bobot

jenis dengan neraca westphalt. Pada percobaan ini, neraca westphalt dirangkai dan

dikalibrasi, lalu gelas ukur diisi dengan akuades secukupnya sampai batas skala dan

diukur suhunya. Kemudian, penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur, anting-

anting diletakkan pada skala lengan tunggal mulai dari anting terbesar hingga anting

yang terkecil sehingga neraca westphalt setimbang. Dibaca skala pada antingnya

mulai dari anting yang terbesar ke anting yang terkecil, fungsinya adalah untuk

mempermudah perhitungan, lalu dicatat. Kemudian penyelam dan gelas ukur

dibersihkan lalu dikeringkan, prosedur tersebut diulangi dengan menggunakan

contoh lain. Fungsi pembersihan dan pengeringan gelas ukur adalah supaya sisa zat

yang dimasukkan sebelumnya tidak tercampur dengan zat yang akan dimasukkan.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh nilai densitas akuades

pada suhu 31 °C yaitu 0,9954 g/cm3 dan bobot jenis dari akuades adalah 0,63

dengan kerapatan sebesar 0,6271 g/cm3. Pada metanol, didapatkan nilai densitas

pada suhu 30 °C sebesar 0,7807 g/cm3 dan bobot jenis dari metanol adalah 0,5

dengan kerapatan sebesar 0,3904 g/cm3. Adapun pada etanol, diperoleh nilai pada

suhu 29 °C densitas sebesar 0,7818 g/cm3 dan bobot jenis dari etanol adalah 0,56

dengan kerapatan sebesar 0,4348 g/cm3. Berdasarkan hasil percobaan, semua

menunjukkan hasil yang jauh berbeda dengan teori atau bisa disimpulkan bahwa

percobaan ini tdak sesuai dengan teori. Hal ini biasa terjadi karena adanya

kesalahan praktikan ataupun kerusakan alat yang digunakan.

Percobaan kedua dilakukan untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis

dengan piknomteter. Pada percobaan ini, disiapkan piknometer yang bersih dan

kering, kemudian ditimbang berat kosong piknometer dengan menggunakan neraca


analitik. Akuades yang telah diukur suhunya dimasukkan ke dalam piknometer

hingga mencapai garis batas. Dimana pada saat pengisian sampel harus melalui

bagian dinding dalam piknometer untuk menghindari terjadinya gelembung udara.

Kelebihan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah

mudah dalam pengerjaannya dan kekurangan berkaitan dengan ketelitian pada saat

penimbangan. Piknometer tersebut ditutup sehingga tidak ada lagi gelembung, lalu

dibersihkan dan dikeringkan pada dinding luar piknometer. Prosedur ini kemudian

diulangi dengan contoh lain. Fungsi pengeringan adalah untuk mendapatkan bobot

contoh yang benar-benar murni.

Berdasarkan percobaaan yang dilakukan, didapatkan bobot jenis dari

akuades adalah 1,000 dengan kerapatan sebesar 0,9954 g/cm3, bobot jenis dari

metanol adalah 0,8095 dengan kerapatan sebesar 0,6320 g/cm3, bobot jenis dari

etanol adalah 0,7693 dengan kerapatan sebesar 0,6014 g/cm3. Berdasarkan hasil

percobaan, hasil yang didapatkan menunjukkan nilai densitas atau kerapatan yang

berbeda.

Ada banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat jenis suatu zat

seperti temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat

jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi berat jenisnya, demikian

pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan senyawa membeku

sehingga sulit untuk menghitung berat jenisnya. Adapun massa jenis atau kerapatan

jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan berat jenisnya juga

menjadi lebih besar dan volume zat juga berpengaruh. Jika volume zat besar maka

berat jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana

ukuran partikel dari zat, berat molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat

mempengaruhi berat jenisnya.


Pada percobaan ketiga ini ini dilakukan untuk menentukan massa molekul

cairan yang mudah menguap. Pada percobaan ini akan ditentukan bobot molekul

suatu zat mudah menguap dengan berdasarkan hukum-hukum gas ideal dengan data

bobot jenis yang diperoleh. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan zat

mudah menguap, yaitu metanol dan etanol. Dalam hal ini, massa molekul metanol

dan etanol dicari berdasarkan pengukuran massa jenis melalui proses penguapan,

pengembunan dan penentuan selisih bobot sebelum dan sesudah penguapan.

Di percobaan ini erlenmeyer terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan

lalu ditimbang untuk mengetahui bobot erlenmeyer kosong. Fungsi penimbangan

yaitu untuk mengetahui bobot suatu zat maupun untuk membandingkan bobot

sebelum dan sesudah penguapan. Erlenmeyer ditutup menggunakan aluminium foil,

diikat dengan karet gelang agar cairan tidak cepat menguap dan kedap gas.

Aluminium foil dilubangi dengan jarum agar uap cairan dapat keluar. Erlenmeyer

yang telah berisi cairan dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi air mendidih

untuk mengetahui suhu tepat cairan tersebut habis menguap. Setelah semuanya

menguap maka erlenmeyer dilap dan dimasukkan ke dalam desikator untuk

mempercepat terjadinya proses pendinginan sehingga uap yang ada dalam

erlenmeyer akan mengembun kembali. Selanjutnya erlenmeyer dengan uap tersebut

ditimbang untuk mendapatkan perbandingan bobot sebelum dan sesudah

penguapan. Dengan membagi bobot akuades dengan massa jenis air akan diperoleh

volume akuades atau dapat disebut juga volume zat mudah menguap dalam

erlenmeyer.

Dari hasil perhitungan didapatkan massa jenis metanol pada suhu 30 °C

sebesar 778,58 g/L dan massa jenis etanol pada suhu 29 °C sebesar 773,34 g/L.

Massa molekul kedua larutan juga akan diketahui dengan menggunakan persamaan
gas ideal. Dengan menggunakan persamaan gas ideal, massa molekul dari metanol

sebelum penguapan adalah 1137,9169 gram/mol dan setelah penguapan adalah

594,5880 gram/mol. Sementara itu, massa molekul etanol sebelum penguapan

adalah 19150,9918 gram/mol dan setelah penguapan adalah 330,2206 gram/mol.

Berdasarkan nilai kerapatan dari masing-masing zat, diketahui metanol memiliki

nilai kerapatan yang lebih kecil dibandingkan dengan etanol sehingga metanol akan

lebih cepat menguap dibandingkan etanol. Perbedaan antara hasil yang diperoleh

dan teori dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti pada saat pengukuran pada

proses pendinginan, dimana masih memungkinkan terjadinya perpindahan zat baik

keluar dari erlenmeyer ataupun penambahan bobot dari luar. Kesalahan lain yang

mungkin terjadi adalah kesalahan dalam proses pemanasan maupun penimbangan

dilakukan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan:

1. bobot jenis akuades, metanol dan etanol yang diukur dengan neraca westphalt

adalah 0,63; 0,56; dan 0,5. Kerapatan akuades, metanol, dan etanol yang diukur

dengan neraca westphalt adalah 0,6271 g/cm3; 0,3904 g/cm3; dan 0,4378 g/cm3.

2. bobot jenis akuades, metanol dan etanol yang diukur dengan piknometer adalah

1,0000; 0,8095; dan 0,7693. Kerapatan akuades, metanol, dan etanol yang

diukur dengan piknometer yaitu 0,9954 g/cm3; 0,6320 g/cm3; dan 0,6014 g/cm3.

3. massa molekul metanol sebelum dan sesudah penguapan berturut-turut yang

diperoleh adalah 1137,9169 g/mol dan 594,5880 g/mol, sedangkan massa

molekul etanol sebelum dan sesudah penguapan berturut-turut yang diperoleh

adalah 19150,9918 g/mol dan 330,2206 g/mol.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium yaitu semoga kedepannya laboratorium dapat

menyediakan peralatan laboratirum yang lengkap untuk praktikan.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan yaitu semoga kedapannya ketiga materi dalam

percobaan ini dapat dibagi kedalam dua percobaan yang berbeda, karena tiap

materinya memakan waktu yang lama sehingga praktikan tidak bisa melakukan tiga

materi ini sekaligus.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., 2016, Fisika Dasar I, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Dragone, G., Mussatto, S.I., Oliveira, J.M., dan Teixeira, J.A., 2009,
Characterisation of Volatile Compounds in an Alcoholic Beverage
Produced by Whey Fermentation, Food Chemistry, 112(1), 929-935.

Firmansyah, D., 2020, Identifikasi Gugus Hidroksil dan Karbonil dalam Senyawa
Organik Pada Tanaman Daun Nanas, Sains Tech Innovation Journal, 3(1),
49-53.

Galih, V. dan Purnomosari, E., 2015, Pengantar Eksperimen Fisika, CV. Mulia
Jaya, Yogyakarta.

Giancoli, D.C., 2005, Physics : Principles with Applications, Pearson Education,


United States of America.

Halliday, D., Resnick, R., dan Walker, J., 2011, Fundamental of Physics, John
Wiley & Sony, United States of America.

Khamidinal, 2016, Teknik Laboratorium Kimia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kristian, J., Zain, S., Nurjanah, S., Widyasanti, A., dan Putri, S.H., 2016, Pengaruh
Lama Ekstraksi Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Bunga Melati Putih
Menggunakan Metode Ekstraksi Pelarut Menguap (Solvent Extraction),
Jurnal Teknotan, 10(2), 34-43.

Saputra, A.T., Wicaksono, M.A., dan Irsan, 2017, Pemanfaatan Minyak Goreng
Bekas Untuk Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Zeolit Alat
Teraktivas, Jurnal Chemurgy, 1(2), 1-6.

Sukmawati, Noor, A., dan Firdaus, 2016, Analysis of Volatile Organic Compound
of Mallawa Honey, International Journal Marina Chimica Acta, 17(2), 52-
58.

Supardi dan Julianto, W., 2016, Analisa Pengaruh Viscositas Lumpur Dan Variasi
Diameter Pipa Isap Lumpur Terhadap Kapasitas Aliran Pada Mesin Pompa
Penyedot Lumpur, Jurnal Teknik Mesin, 2(2), 9-14.

Takeuchi, Y., 2006, Buku Teks Pengantar Kimia, Iwanami Publishing Company,
Tokyo.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Menggunakan Neraca Westphalt

Akuades

- diisi ke dalam gelas ukur sampai batas skala atas.

- diukur suhunya dengan menggunakan termometer dan dicatat

suhunya.

- dimasukkan penyelam dari neraca westphalt yang telah dirangkai

dan seimbangkan ke dalam gelas ukur.

- diatur lengan neraca sampai penyelam ± 2 cm dari permukaan cairan.

- diletakkan anting-anting pada skala lengan tunggal sehingga neraca

westphal kembali seimbang.

- dibaca angka skala dari anting terbesar sampai anting terkecil

kemudian ditentukan bobot jenis zat.

- dibersihkan dan dikeringkan penyelam dan gelas ukur dengan tissue.

Data

Catatan: diulangi langkah-langkah pada percobaan di atas dengan menggantikan

akuades dengan metanol dan etanol.


B. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Menggunakan Piknometer

Akuades

- dimasukkan ke dalam piknometer yang telah diketahui bobot

kosongnya sampai penuh.

- ditutup dan dibersihkan dinding bagian luar dari piknometer.

- ditimbang bobot piknometer yang telah berisi akuades menggunakan

neraca analitik dan catat bobotnya.

- diukur suhu akuades dengan menggunakan termometer dan catat

suhunya.

- dibersihkan dan keringkan piknometer dengan hair dryer

Data

Catatan: diulangi langkah-langkah percobaan di atas dengan menggantikan

akuades dengan metanol dan etanol.


C. Penentuan Massa Molekul Cairan yang Mudah Menguap

Etanol

- dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang bersih dan kering sebanyak


5 mL
- ditutup leher erlenmeyer dengan aluminium foil dan dikencangkan
dengan karet gelang di mana erlenmeyer ini sebelumnya sudah
ditimbang bersama dengan aluminium foil dan karet gelangnya.
- diberikan lubang-lubang kecil menggunakan jarum pada aluminium
foil.
- direndam erlenmeyer ke dalam gelas piala yang berisi air yang sedang
dipanaskan di atas hot plate sampai semua uap cairan keluar.
- diangkat erlenmeyer dan dikeringkan air yang menempel pada bagian
luar menggunakan tissue.
- dimasukkan erlenmeyer ke dalam desikator sampai dingin.
- ditimbang kembali dan dicatat bobotnya.
- dilepaskan aluminium foil dan karet gelang dari erlenmeyer.
- dimasukkan akuades ke dalam erlenmeyer sampai penuh untuk
mengetahui volume erlenmeyer.

Hasil

Catatan: diulangi langkah-langkah percobaan di atas dengan menggantikan etanol

dengan metanol.
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan neraca westphalt

Gambar 2. Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan piknometer

Gambar 3. Menentukan Massa Molekul Zat yang Mudah Menguap


Lampiran 3. Sumber

Anda mungkin juga menyukai