Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Kimia Anorganik

ANODASI ALUMINIUM

YENI NOVITA SARI

H031 20 1065

KELOMPOK I

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aluminium mempunyai ketahanan korosi baik dan hantaran listrik baik

dan sifat-sifat yang baik lainya sebagai logam. Logam aluminium tahan terhadap

korosi udara, karena reaksi antara logam aluminium dengan oksigen

menghasilkan oksidanya, Al2O3 yang merupakan lapisan nonpori dan

membungkus permukaan logam tersebut sehingga tidak terjadi reaksi lanjut

Lapisan ini juga bersifat lebih keras dari logam induknya. Pembentukan lapisan

ini dapat dihasilkan secara alami dan proses rekayasa elektrokimia, yaitu dengan

proses anodisasi. Proses ini dapat meningkatkan pembentukan lapisan oksida

lebih besar dibanding dengan proses alami (Nurhidayat, 2017).

Proses anodasi elektrokimia dilakukan dalam larutan asam di mana logam

bagian yang akan dianodisasi dijadikan anoda. Ketika elektrolit larutan

mengandung asam poliprotik, proses anodisasi mengubah permukaan logam Al

menjadi lapisan aluminium oksida berpori dengan struktur unik (tidak biasa) yang

memungkinkan pewarna organik, pigmen anorganik, atau logam untuk disimpan

di pori-porinya. Dalam semua kasus ini asam sulfat digunakan sebagai elektrolit

dan pewarna organik digunakan untuk mewarnai potongan Al yang dianodisasi.

(Donahue dkk., 2014).

Oleh karena itu, inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan

praktikum Anodasi Aluminium agar dapat mengetahui percobaan anodasi

aluminium untuk mempertebal lapisan oksidanya sehingga lebih tahan terhadap

korosi serta mengetahui dan mempelajari teknik anodasi secara elektrolisis dan

pewarnaan terhadap logam aluminium.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui peningkatan ketebalan

lapisan oksida pada permukaan logam aluminium melalui proses oksidasi dan

pewarnaan.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. menghitung berat logam aluminium sebelum dan setelah anodasi

2. menghitung rendamen logam aluminium hasil oksidasi

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan ini adalah logam aluminium dianodasi melalui

proses elektrokimia dengan cairan ellektrolit asam sulfat (H2SO4). Pewarnaan

logam hasil anodasi melalui pencelupan logam ke dalam campuran besi(III)

klorida dan amonium oksalat kemudian dicelupkan ke dalam air mendidih.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logam Aluminium

Aluminium merupakan salah satu bahan dasar yang banyak digunakan

dalam industri karena mempunyai sifat yang baik antara lain ringan, kekuatan

tinggi dan ulet, mudah difabrikasi, mampu bentuk serta ketahanan korosi yang

baik (Pamungkas dkk., 2017). Hal ini karena terbentuknya lapisan oksida pada

permukaannya yang melindungi aluminium dari serangan kimia lebih lanjut. Jika

lapisan oksida dihilangkan misal dengan cara menggores atau dengan membentuk

beberapa campuran logam, akan terjadi serangan yang cepat oleh molekul air.

Pada kondisi biasa logam aluminium akan mudah diserang oleh basa alkali panas,

halogen dan beberapa non logam lainnya. Lapisan oksida mempunyai pori yang

apabila dalam keadaan basah dapat memerangkap zat warna. Aluminium adalah

unsur logam yang kelimpahannya di kulit bumi sebesar 8,8% massa dan

keberadaannya di alam sebagai mineral silikat seperti mika dan felspar, dan

sebagai oksidanya bauksit (Al2O3.x H2O) dan sebagai kreolit (Na3AlF6)

(Sriatun dkk., 2012).

2.2 Proses Anodasi

Anodasi adalah proses oksidasi elektrokimia yang digunakan untuk

meningkatkan ketebalan lapisan oksida asli pada permukaan logam (misalnya, Al,

Ti, Hf, W, Nb, Sn, Zr dan lain-lain) atau semikonduktor (misalnya, Si, InP, GaAs,

dan lain-lain) (Lee, 2010). Teknik anodizing adalah suatu proses penyepuhan

logam yang didasarkan atas pembentukan lapisan oksida aluminium melalui


oksidasi yang terkontrol sehingga terbentuk pori yang akan dilapisi/diisi oleh

lapisan logam lain. Secara umum teknik anodizing dapat digolongkan menjadi

dua jenis yaitu Regular dan hard anodizing. Teknik ini dibedakan atas dasar kuat

atau lemahnya proses pembentukan oksida logam melalui pengontrolan. Regular

anodizing biasanya digunakan untuk melapisi aluminium sehingga hasil yang

diperoleh menjadi lebih dekoratif. Teknik hard anodizing biasanya digunakan

untuk membuat lapisan oksida yang lebih tebal sehingga aluminium memiliki

ketahanan terhadap korosi yang lebih kuat (Kusuma dkk., 2014).

2.3 Sel Volta

Sel Volta atau sel Galvani terdiri atas dua elektroda dan elektrolit.

Elektroda dihubungkan oleh penghantar luar yang mengangkut elektron ke dalam

sel atau keluar sel. Setiap elektroda dan elektrolit di sekitarnya membentuk

setengah sel. Reaksi elektroda adalah setengah reaksi yang berlangsung dalam

setengah sel. Kedua setengah sel dihubungkan dengan jembatan garam. Arus

diangkut oleh ion-ion yang bergerak melalui jembatan garam (Ningsih, 2020).

Sel volta merupakan sel atau alat yang dapat menghasilkan arus listrik

dengan bantuan reaksi kimia. Reaksi ini lebih menguntungkan secara

termodinamika dan terjadi secara spontan ketika dua bahan standar positif yang

berbeda potensial reduksi dihubungkan oleh sebuah beban elektronik (tegangan

diturunkan). Sel ini terdiri atas dua elektroda yaitu elektroda negatif atau anoda

tempat berlangsungnya reaksi oksidasi, dan elektroda positif atau katoda tempat

berlangsungnya reaksi reduksi. Komponen lainnya dari sel ini yaitu larutan

elektrolit. Jika dua buah logam sebagai elektroda dicelupkan dengan

kecenderungan ionisasi berbeda di dalam larutan elektrolit tersebut, dan logam

tersebut dihubungkan maka akan tersusunlah sel volta (Ningsih, 2020).


Dengan adanya sel Volta, logam tertentu dapat dijadikan reduktor untuk

mereduksi ion logam lain pada tempat terpisah di anoda dan di katoda untuk

menghasilkan energi listrik. Namun, ternyata tidak semua logam dapat mereduksi

ion logam lain sehingga reaksi redoks spontan tidak terjadi akibatnya arus listrik

tidak mungkin dihasilkan. Volta menggunakan data eksperimen menyusun suatu

deret yang disusun berdasarkan kekuatan reduktor suatu logam. Deret volta

disusun dari logam reduktor terkuat (sangat mudah mengalami oksidasi) ke

reduktor terlemah (sangat sulit teroksidasi atau logam bersifat mulia).

(Sukmawati, 2020).

2.4 Sel Elektrolisis

Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber

energi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel elektrolisis

katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai

dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses

ionisasi, elektroda dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif

dari baterai ke katoda yang bermuatan negatif. Larutan akan mengalami ionisasi

menjadi kation dan anion. Kation di katoda akan mengalami reduksi sedangkan di

anoda akan mengalami oksidasi (Harahap, 2016). Melalui elektrolisis, kation dan

anion dalam larutan dapat bergerak dan disisihkan dengan melibatkan proses

oksidasi dan reduksi (Syawalian dkk., 2019).

Hukum Faraday untuk Elektrolisis. Michael Faraday (1791-1867)

menetapkan dasar kuantitatif dari reaksi elektrolisis dan menyatakan

penemuannya melalui dua pernyataan, yaitu jumlah perubahan kimia yang

dihasilkan sebanding dengan jumlah muatan listrik yang melewati sel elektrolisis

dan Sejumlah tertentu listrik menghasilkan jumlah ekivalen setiap senyawa yang

sama (Budiwati, 2019).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah lempeng logam

aluminium, keping logam aluminium, H2SO4 3 M, serbuk FeCl3.6H2O, serbuk

(NH4)2C2O4, akuades, sabun sunlight, dan tisu.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk, pinset,

sendok tanduk, amplas, gelas kimia 50 mL dan 100 mL, hot plate, penjepit

aligator, neraca analitik, neraca digital, gunting, adaptor, dan stopwtach.

3.3 Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada tanggal 20 September 2021, pukul

13.30-16.50 WITA di Laboratorium Kimia Anorganik, Departemen Kimia,

FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

3.4 Prosedur

3.4.1 Anodasi Aluminium

Gunting dan lekukkan lempeng aluminium menyerupai silinder sesuai

ukuran gelas kimia 50 mL, kemudian jepit dengan penjepit aligator. Setelah itu,

gunting keping aluminium menjadi tiga bagian. Amplas keping aluminium

kemudian cuci dengan sabun lalu bilas dengan akuades. Selanjutnya, jepit

lempeng aluminium tersebut dengan pinset, kemudian timbang dengan

menggunakan neraca digital. Jepit keping aluminium yang sudah bersih dengan
penjepit aligator, kemudian letakan di tengah silinder lempeng aluminium di

dalam gelas kimia 50 mL sedemikian rupa sehingga tidak bersentuhan dengan

silinder dan dituangkan asam sulfat 3 M sampai sebagian keping aluminium

tercelup setengahnya. Dalam hal ini, keping bertindak sebagai anoda dan silinder

bertindak sebagai katoda. Silinder lempeng aluminium dihubungkan pada kutub

negatif dan keping aluminium dihubungkan pada kutub positif. Setelah itu

dihubungkan ke adaptor. Dilakukan pengamatan gelembung gas pada keping

pertama dengan waktu anodasi 2,5 menit, 7,5 menit, dan 12,5 menit untuk arus

6 volt dan tekanannya dinaikan ke 12 volt dengan waktu 5 menit, 10 menit, dan

15 menit. Amati gelembung gas yang muncul kemidian lakukan percobaan yang

sama terhadap keping aluminium kedua dan ketiga.

3.4.1 Pewarnaan Kepingan Aluminium

Masukkan keping aluminium hasil anodasi masing-masing ke dalam

larutan pewarna selama 5 menit. Selanjutnya, angkat dan angkat kepingan tersebut

lalu masukkan ke dalam air mendidih selama 5 menit. Kemudian keringkan

sambil diamati perubahan yang terjadi, timbang pada neraca digital lalu catat berat

dan perubahan yang terjadi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil anodasi dengan variasi berat


Berat
Berat sebelum Berat setelah Berat lapisan
Keping rendemen
nodasi (g) anodasi (g) oksida (g)
(%)
1 0,08 0,085 0,005 1.9230
2 0,05 0,057 0,007 1.3461
3 0,07 0,075 0,005 0,6666

Tabel 2. Hasil anodasi dengan variasi waktu


Hasil anodasi
Waktu anodasi (menit)
Keping 1 Keping 2 Keping 3
2,5 + + +
5 ++ ++ ++
7,5 +++ +++ +++
10 ++++ ++++ ++++
12,5 +++++ +++++ +++++
15 ++++++ ++++++ ++++++
Keterangan:
++++++ : paling banyak gelembung
+++++ : agak lebih banyak gelembung
++++ : lebih banyak gelembung
+++ : banyak gelembung
++ : agak banyak gelembung
+ : sedikit gelembung

4.2 Reaksi

Setengah reaksi:

Anoda : Al Al3+ + 3e- ×2


Katoda : 2H+ + 2e- H2 ×3
Anoda : 2Al 2Al3+ + 6e-
Katoda : 6H+ + 6e- 3H2
2Al + 6H+ 2Al3+ + 3H2
Reaksi lengkap

4.3 Pembahasan

4.3.1 Anodasi Aluminium

Proses anodasi pada percobaan ini menggunakan logam aluminium (Al)

sebagai logam yang akan dianodasi. Prosesnya yaitu mengamplas logam dan

mencuci logam dengan air yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor yang

melekat pada logam yang dapat mengganggu dalam proses pelapisan logam

aluminium (Al). lempengan logam selanjutnya diangkat dengan menggunakan

pinset agar lempengan tidak terkontaminasi dengan pengotor yang ada

disekitarnya. Menimbang kepingan logam untuk mengetahui bobot sebelum

proses anodasi, dimana berat lempengan aluminium sebelum anodasi sebesar 0,05

gram, 0,07 gram, dan 0,08 gram.

Lempengan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam larutan elektrolit

yaitu larutan asam sulfat (H2SO4) secara bergantian. H2SO4 berfungsi sebagai

larutan yang akan menghantarkan listrik dan sebagai elektrolit kuat yang akan

menghantarkan listrik dan sebagai elektrolit kuat yang akan dihubungkan dengan

voltmeter. Prosesnya yaitu lempengan aluminium dan kepingan aluminium

dengan penjepit alligator dimana tidak boleh menyentuh larutan asam sulfat dan

antar lempengan dan kepingan karena akan mempengaruhi nilai potensial sel yang

diperoleh. Kemudian adaptor dinyalakan lalu diamati perubahan yang terjadi.

Setelah dialiri arus listrik, pada anoda logam Al akan mengalami oksidasi dari Al

menjadi Al3+, sedangkan pada katoda terjadi reduksi ion H+ dari asam sulfat yang

menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung gas H2 pada larutan asam sulfat


disekeliling keping aluminium. Sesuai dengan teori bahwa oksidasi

darialuminium pada antarmuka aluminium/oksida menghasilkan kation Al3+,

sedangkan anion O2− atau OH− membentuk pada antarmuka oksida/larutan dengan

pelepasan H+ dari molekul H2O (Martínez-Viademonte dkk., 2020). Arus adaptor

yang diatur pertama 6 volt setelah kemudian dinaikkan menjadi 12 volt. Apabila

terjadi gelembung-gelembung di luar silinder aluminium, maka hal tersebut

menunjukkan bahwa proses elektrolisis berjalan dengan baik. Percobaan

dilakukan terhadap ketiga kepingan logam aluminium dengan waktu anodasi yang

bervariasi muai dari 2,5 menit; 5 menit; 7,5 menit; 10 menit; 12,5 menit dan 15

menit. Dari hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa semakin lama proses anodasi,

maka semakin banyak gelembung yang dihasilkan. Setelah proses anodasi, keping

aluminium akan memiliki pori-pori yang dapat menyerap zat warna, sehingga

keping aluminium tersebut dapat diwarnai.

4.3.2 Pewarnaan Logam Aluminium

Perlakuan selanjutnya yaitu pewarnaan dimana prossesnya menggunakan

larutan besi(III) klorida (FeCl3) 0,5 gram yang dilarutkan dengan amonium

oksalat (NH4)C2O4 0,5 gram ke dalam 100 mL akuades. Larutan tersebut

kemudian dipanaskan hingga mendidih. FeCl3 yang akan memberikan warna yang

berbeda pada permukaan logam dan juga sebagai pengoksidasi yang direaksikan

dengan ammonium oksalat (NH4)C2O4 sebagai zat yang memperlambat terjadinya

reaksi reduksi pada Al, dimana kedua larutan tersebut yang akan memberi warna

dari lempengan karena lapisan oksidasi yang terbentuk dari logam yang

dielektrolisis mengandung sedikit ion sulfat dimana masih terdapat pori-pori pada

permukaan logam sehingga lapisan oksida tersebut dapat menyerap warna sesuai

perubahan warna dari perak menjadi jingga.


Selanjutnya, kepingan logam hasil anodasi dicelupkan ke dalam larutan

warna selama 10 menit. Hal ini dilakukan karena struktur oksida hasil anodasi

mempunyai pori-pori yang teratur sehingga masih dapat menyerap partikel warna

sehingga kepingan logam tersebut dapat diwarnai dengan berbagai warna.

Kemudian kepingan logam dimasukkan ke dalam air mendidih selama 5 menit.

Untuk mencegah terjadinya pengotoran setelah pewarnaan, pori-pori tersebut

harus ditutup melalui proses pemanasan, sehingga lapisan oksida akan

mengembang dan menutup pori-pori tersebut. Semakin lama proses anodasi,

semakin baik pula hasil pewarnaan yang ditunjukkan oleh logam aluminium.

Setelah pewarnaan, ketiga aluminium tersebut ditimbang dengan hasil

penimbangan yaitu keping I sebanyak 0,057 gram, keping II 0,075 gram, dan

keping III 0,085 gram dan memperoleh berat rendamen untuk keping aluminium

yang dianodasi selama 5 menit (keping I) adalah 1,9230 %, selama 10 menit

(keping II) 1,3461%, dan selama 15 menit (keping III) 0,6666%.

Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori karena hasil rendemen keping III <

keping II < keping I. Di mana seharusnya lapisan oksida yang terbentuk semakin

lama semakin tebal pada saat proses anodizing karena arus yang mengalir selama

proses anodizing memicu terjadinya reaksi oksida pada permukaan material

dimana reaksi oksida tersebut yang memicu terjadinya penebalan lapisan oksida

(Pamungkas dkk., 2017). Kesalahan ini terjadi karena pengamplasan pada

kepingan yang kurang maksimal, sehingga mempengaruhi bobot kepingan setelah

pewarnaan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. berat keping aluminium I, II dan II sebelum anodasi adalah 0,08 gram, 0,05

gram dan 0,07 gram, sedangkan berat keping aluminium I, II dan II setelah

anodasi adalah 0,085 gram, 0,057 gram, dan 0,075 gram.

2. berat rendamen untuk keping aluminium yang dianodasi selama 5 menit

adalah 1,9230 %, selama 10 menit 1,3461%, dan selama 15 menit 0,6666%.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Percobaan

Saran untuk percobaan ialah sebaiknya pada saat pewarnaan logam

dilakukan dengan waktu yang lebih lama agar lapisan oksida pada keping logam

dapat terbentuk sempurna.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium adalah kebersihan laboratorium hendaknya tetap

dijaga agar praktikum dapat berlangsung dengan nyaman. Kemudian diperhatikan

kembali ketersediaan dan kelayakan alat dan bahan agar praktikum dapat berjalan

dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Budiwati, R. 2019. Kimia Dasar. Institut Teknologi Nasional Bandung. Bandung.


Donahue, C.J. dan Exline, J.A. 2014. Anodizing and Coloring Aluminium Alloys,
Journal of Chemical Education. 91(1): 711-715.

Harahap, M.R. 2016. Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. Circuit. 2(1):
177-180.

Kusuma, A.A.K.W.A., Karyasa, I.W., dan Suardana, I.N. 2014. Anodizing Logam
Aluminium dengan Variasi Beda Potensial. Jurnal Kimia Visvitalis
Universitas Pendidikan Ganesha. 2(1): 138-145.

Lee, W. 2010. The Anodization of Aluminum for Nanotechnology Apllications.


Journal of the Minerals, Metals & Materiasl Safety. 62(6): 57-63.

Martínez-Viademonte, M.P., Abrahami, S.T., Hack, T., Burchardt, M., dan


Terryn, H. 2020. A Review on Anodizing of Aerospace Aluminum Alloys
for Corrosion Protection. Coatings. 10(11): 1-30.

Ningsih, L. 2020. Desain Uji Coba Kit Praktikum Sel Gavani Menggunakan
Tomat (Lycopersicon esculentum) pada Materi Elektrokimia. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Riau.

Nurhidayat, M. 2017. Pengaruh Arus dan Waktu Anodisasi Terhadap Kekerasan


pada Lapisan Oksida Aluminium. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang.

Pamungkas, R.S., Salahudin, X., dan Mulyaningsih, N. 2017. Pengaruh Variasi


Waktu Proses Anodizing Terhadap Karakteristik Velg Racing Merk sprint.
Journal of Mechanical Engineering. 1(1): 41-47.

Sriatun, Taslimah, dan Suhartana. 2012. Kimia Unsur. UPT UNDIP Press
Semarang. Semarang.

Sukmawati, W. 2020. Redoks Dan Elektrolisis. Bintang Pustaka Madani. Jakarta.

Syawalian, M.A.R., Yohana, dan Kahar, A. 2019. Pengaruh Kuat Arus dan
Tegangan Terhadap Perubahan Kandungan Logam pada Lindi TPA
Sampah dengan Metode Elektrolisis. Jurnal Chemurgy. 3(1): 6-10.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Anodasi Aluminium

Lempeng Keping Aluminium


Aluminium (1,5 cm x 3 cm)

− Digunting − Dibersihkan, dibilas dengan


− Dilekukkan menyerupai akuades, dilap dan
silinder sesuai ukuran ditimbang.
gelas kimia 50 mL. − Dihubungkan ke adaptor
− Dihubungkan ke adaptor dengan aligator
dengan penjepit aligator. − Diletakkan di tengah silinder
− Diatur menjadi katoda aluminium dalam gelas
kimia.
− Diatur menjadi anoda.
Gelas kimia

- Dituangkan sedikit asam sulfat 3 M sampai


sebagian keping (diusahakan permukaan
larutan asam tidak menyentuh penjepit
aligator).
- Dihubungkan ke sumber arus DC 6 Volt.
- Diamati perubahan yang terjadi pada 2,5
menit, 5 menit dan 7,5 menit.
- Dinaikkan tegangan menjadi 12 Volt, lalu
diamati perubahan pada 10 menit, 12,5 menit
dan 15 menit.

Hasil

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk kepingan logam II dan III dengan variasi

waktu 10 menit dan 15 menit


2. Pembuatan Larutan Warna

0.5 g FeCl3 1 g (NH4)2C2O4

− Dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 mL

− Dilarutakan dengan akuades hingga 100 mL

− Dihomogenkan

− Dipanaskan hingga mendidih

Hasil

3. Pewarnaan Kepingan Aluminium

Kepingan aluminium
hasil anodasi

- Dicelupkan ke dalam larutan pewarna masing-masing selama


5 menit.
- Diangkat lalu dimasukkan ke dalam air mendidih selama
5 menit.
- Ditimbang bobotnya menggunakan neraca analitik.

Data

Catatan: dilakukan hal yang sama pada keping aluminium II dan III dengan
waktu yang sama.
Lampiran 2. Perhitungan

Diketahui: I = 5A

F = 96500 A

Mr 102 g/mol
BE Al2O3 = = =17 g/mol ekuivalen
valensi 6e

a. Keping I, t = 5 menit = 300 detik

BE × l × T
Berat Teoritis =
F
17 gram/mol ekuivalen × 5 ampere × 300 detik
=
96500 C
= 0, 26 gram

Berat Praktek = berat setelah anodasi – berat sebelum anodasi


= 0, 085 gram – 0,08 gram
= 0,005 gram

Berat Praktek
Berat Rendamen = × 100%
Berat Teori
0,005 gram
= × 100%
0,26 gram
= 1,9230 %

b. Keping II, t = 10 menit = 600 detik

BE × l × T
Berat Teoritis =
F
17 gram/mol ekuivalen × 5 ampere × 600 detik
=
96500 C
= 0, 52 gram
Berat Praktek = berat setelah anodasi – berat sebelum anodasi
= 0,057 gram – 0,05 gram
= 0,007 gram
Berat Praktek
Berat Rendamen = × 100%
Berat Teori
0,007 gram
= × 100%
0,52 gram
= 1,3461 %

c. Keping III, t = 15 menit = 900 detik

BE × l × T
Berat Teoritis =
F
17 gram/mol ekuivalen × 5 ampere × 900 detik
=
96500 C
= 0, 79 gram
Berat Praktek = berat setelah anodasi – berat sebelum anodasi
= 0,075 gram – 0,07 gram
= 0,005 gram

Berat Praktek
Berat Rendamen = × 100%
Berat Teori
0,005 gram
= × 100%
0,79 gram
= 0,6666 %
Lampiran 3. Foto Percobaan

Gambar 1. Proses anodasi aluminium

Gambar 2. Proses pewarnaan kepingan aluminium

Gambar 3. Anodasi aluminium


Lampiran 4. Sumber

Anda mungkin juga menyukai